PENDAHULUAN
(UNWTO) menyatakan bahwa sektor pariwisata adalah sektor unggulan (tourism is a leading
sector) dan merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan negara dan peningkatan
sektor pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan usaha dan infrastruktur. Sektor Pariwisata telah mengalami ekspansi dan
diversifikasi berkelanjutan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat
pertumbuhannya di dunia. Data Organisasi PBB untuk Pariwisata/United Nation World Tourism
sektor pariwisata terhadap GDP dunia sebesar 9%, 1 dari 11 pekerjaan diciptakan oleh sektor
pariwisata, kontribusi terhadap nilai ekspor dunia sebesar USD 1.4 trilliun atau setara dengan 5%
ekspor yang terjadi di dunia (LAKIP Kementrian Pariwisata Tahun 2016, Hal 2). Meskipun
krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan
pertumbuhan yang positif, ketika pada tahun 1950 pergerakan wisatawan internasional di dunia
hanya 25 juta orang dan maka tahun 2014 pergerakan wisatawan internasional telah menembus
jumlah 1 milyar lebih orang yang melakukan pergerakan untuk berkunjung ke destinasi
pariwisata di seluruh dunia. UNWTO memperkirakan pada tahun 2030 jumlah pergerakan
wisatawan internasional yang berkunjung ke destinasi pariwisata dunia akan mencapai jumlah
1,8 milyar orang dan pergerakan wisatawan domestik sebanyak 5 sampai 6 milyar orang
Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor strategis dalam pembangunan nasional selama
satu dekade terakhir terus menunjukkan kontribusi yang signifikan dalam menopang
perekonomian nasional, khususnya dalam perolehan devisa negara. Tahun 2009-2014, nilai rata-
rata pertumbuhan kedatangan wisatawan mancanegara Indonesia sebesar 8,62% per tahun, lebih
tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia sebesar 3,47% per tahun (BPS. Kondisi ini
pada tahun 2014 (sebesar 9,4 juta wisman) serta devisa yang dihasilkan (USD 10 milyar)
tersebut merupakan pencapaian tertinggi dalam perkembangan kepariwisataan nasional. Dari sisi
%, angka tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan dunia yang hanya mencapai 4,7%.(LAKIP
Kementrian Pariwisata Tahun 2016, Hal 52) Kinerja dan kontribusi yang terus meningkat
tersebut semakin memperkuat harapan sektor pariwisata untuk mengambil alih peran dan
kontribusi minyak dan gas bumi (migas) dalam menyumbangkan devisa bagi negara.
Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Pariwisata bagi Pendapatan Negara
Salah satu daerah yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber PAD nya
sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogandi utara,
Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, serta Kabupaten
Boyolali di barat. Kabupaten Sragen mempunyai posisi yang sangat strategis, karena merupakan
pintu gerbang Jawa Tengah di bagian Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa
Upaya meningkatkan posisi dan kontribusi strategis sektor pariwisata tersebut terus
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dengan berbagai langkah
dan hubungan) industri pariwisata, daya saing produk pariwisata, kemitraan usaha
pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan
sosial budaya.;
Akan tetapi proses pembangunan pariwisata tidak dapat dilakukan hanya melalui satu
sosial, ekonomi, hukum dan aspek lingkungan, oleh sebab itu maka pembangunan destinasi
TINJAUAN PUSTAKA
kabupaten Banyumas, pendekatan dilakukan dengan teknik analisis interaktif dengan tiga
komponen utama yakni (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan serta
verifikasinya (Miles dan Huberman, 1992), dari analisa yang di dapat bahwa desa wisata
Ketenger merupakan desa wisata budaya maka perlu adanya pengembangan wisata yang
Pariwisata Terhadap Keberlanjutan Sumberdaya Wisata Pada Obyek Wisata PAI Kota Tegal,
penelitian ini mengunakan pedekatan analisa Komperatif dan diskriptif statistik untuk
menentukan strategi perencanaan pengembangan kawasan wisata pantai alam indah kota tegal
Kurt Salmon Associates (2010) melakukan penelitian dan publikasi terhadap daya saing
Desa Wisata dalam 6 faktor yaitu lokasi, ekonomi, asset yang baik, sosial, budaya lokal. Kurt
disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata
b. Suatu wilayah kawasan wisata yang memiliki keunikan dan daya tarik yang khas
(baik berupa daya tarik/ keunikan fisik lingkungan alam kawasan wisata maupun
alami dan menarik dengan pengembangan fasilitas pendukung wisata dalam suatu
tata lingkungan yang harmonis dan pengelolaan yang baik dan terencana.
setempat.
Kawasan wisata dalam konteks wisata tersebut dapat disebut sebagai asset kepariwisataan
yang berbasis pada potensi kawasan dengan segala keunikan dan daya tariknya yang
dapat diberdayakan dan dikembangkan sebagai produk wisata untuk menarik kunjungan
Suatu Kawasan dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata apabila memiliki kriteria-
1. Potensi Produk/Obyek dan Daya Tarik Wisata yang Unik dan Khas
Memiliki potensi produk/ daya tarik yang unik dan khas yang mampu
dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan (sumber daya wisata alam,
budaya). Potensi obyek dan daya tarik wisata merupakan modal dasar bagi
masyarakat yang unik dan khas, adat istiadat dan tradisi budaya, seni
kegiatan pariwisata sebagai bentuk kegiatan yang akan menciptakan interaksi antara
masyarakat lokal (sebagai tuan rumah/ host) dengan wisatawan (sebagai tamu/
guest) untuk dapat saling berinteraksi, menghargai dan memberikan manfaat yang
budaya lokal. Untuk itu perlu adanya semangat dan motivasi yang kuat dari
masyarakat dalam menjaga karakter yang khas dari lingkungan fisik alam
peKawasan an dan kehidupan budaya yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat
setempat. Hal tersebut juga merupakan faktor yang sangat mendasar, karena
daya traik dan kelestarian sumber daya wisata yang dimiliki kawasan tersebut.
Karena apabila hal tersebut tidak terjaga maka modal dasar yang menjadi daya tarik
dan magnet wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut akan hilang, dan
kegiatan pariwisata tidak dapat berlangsung kembali. Oleh karena itu kelembagaan
Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) lokal yang cukup
dan memadai untuk mendukung pengelolaan kawasan wisata. Hal tersebut sangat
Potensi dasar yang dimiliki oleh suatu kawasan untuk menjadi kawasan wisata
selanjutnya perlu didukung dengan faktor peluang akses terhadap akses pasar.
Faktor ini memegang peran kunci, karena suatu kawasan yang telah memiliki
kesiapan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata tidak ada artinya manakala
tidak memiliki akses untuk berinteraksi dengan pasar/ wisatawan. Oleh karena itu
kesiapan kawasan wisata harus diimbangi dengan kemampuan untuk membangun
jejaring pasar dengan para pelaku industri pariwisata, dengan berbagai bentuk
muncul dalam peta produk dan pemaketan wisata di daerah, regional, nasional
kawasan, seperti : akomodasi/ homestay, area pelayanan umum, area kesenian dan
lain sebagainya. Hal tersebut sangat penting dan mendasar karena aktifitas wisata
kawasan akan dapat berjalan baik dan menarik apabila didukung dengan
Tipologi kawasan wisata didasarkan atas karakteristik sumber daya dan keunikan yang
1. Kawasan wisata berbasis keunikan sumber daya budaya lokal (adat tradisi
kehidupan masyarakat, artefak budaya, dsb) sebagai daya tarik wisata utama
Yaitu Kawasan dengan keunikan berbagai unsur adat tradisi dan kekhasan kehidupan
lainnya.
2. Kawasan wisata berbasis keunikan sumber daya alam sebagai daya tarik utama
Yaitu wilayah kawasan dengan keunikan lokasi yang berada di daerah pegunungan,
lembah, pantai, sungai, danau dan berbagai bentuk bentang alam yang unik lainnya,
sehingga kawasan tersebut memiliki potensi keindahan view dan lansekap untuk
3. Kawasan wisata berbasis perpaduan keunikan sumber daya budaya dan alam sebagai
Yaitu wilayah kawasan yang memiliki keunikan daya tarik yang merupakan
perpaduan yang kuat antara keunikan sumber daya wisata budaya (adat tradisi dan
pola kehidupan masyarakat) dan sumber daya wisata alam (keindahan bentang alam/
lansekap).
4. Kawasan wisata berbasis keunikan aktifitas ekonomi kreatif (industri kerajinan, dsb)
Yaitu wilayah kawasan yang memiliki keunikan dan daya tarik sebagai tujuan wisata
melalui keunikan aktifitas ekonomi kreatif yang tumbuh dan berkembang dari
kegiatan industri rumah tangga masyarakat local, baik berupa kerajinan, maupun
disamping perlu didukung dengan pemenuhan atas sejumlah kriteria dasar diatas, juga
1. Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat kawasan setempat.
sebagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya dan mata pencaharian
disesuaikan dengan adat, budaya ataupun tata cara yang berlaku di kawasan tersebut.
wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut harus mengikuti tata cara dan adat
yang sudah ada di kawasan tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang
untuk dijadikan atraksi wisata. Pengembangan fisik seperti penambahan sarana jalan
setapak, penyediaan MCK, penyedeiaan sarana dan prasarana ait bersih dan sanitasi
serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas
alami dan menggambarkan unsur kelokalan dan keaslian. Bahan-bahan seperti kayu,
gerabah, bambu dan sirap serta material alami lainnya hendaknya mendominasi
bahan tersebut selain meningkatkan daya tarik kawasan yang bersangkutan juga
Kawasan wisata adalah keterlibatan masyarakat kawasan dalam setiap aspek wisata
terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan
sebagainya.
pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya
adalah:
penduduk kawasan , salah satu bisa bekerja sama atau individu yang
memiliki.
tradisional yang lekat pada suatu kawasan atau “sifat” atraksi yang dekat
yang timbul dapat dikontrol. Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari
kawasan wisata.
2.2.5. Komponen Pengembangan Kawasan Wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
adalah daya tarik wisata yang berupa keanekaragaman dan keunikan lingkungan
dan sebagainya.
b. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
1. pegunungan dan hutan alam/ taman nasional/ taman wisata alam/ taman
adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai
meliputi:
a. Daya tarik wisata budaya yang bersifat berujud (tangible); yang berupa antara
lain :
dsbnya.
2. perkampungan tradisional dengan adat
b.Daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak berujud (intangible), yang berupa
antara lain:
sejenisnya).
reog, dsb.
adalah daya Tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial (artificially
created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan
wisata budaya. Daya tarik wisata hasil buatan manusia/ khusus, selanjutnya dapat
2.2.6. Aksesibilitas
Semua jenis sarana prasarana, transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari
wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata, contohnya adalah: Jalan Raya, jalan Tol,
Unsur pelaksana/ jasa terkait yang berfungsi sebagai operator pelayanan kebutuhan
Rentang waktu yang diperlukan dan aktifitas yang dilakukan wisatawan dalam
Semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
Contoh Fasilitas Wisata adalah: akomodasi (tempat menginap, hotel, homestay), restoran,
Contoh Fasilitas Umum adalah: telekomunikasi, warnet, kantor pos, bank/money changer,
Development)
oleh World Commission on Environment and Development Report pada tahun 1987
present without compromising the ability of future generations to meet their own
host regions while protecting and enhancing opportunity for the future. It is
Definisi tersebut diadopsi oleh banyak negara di seluruh belahan dunia dalam berbagai
kelestarian lingkungan (baik alam, buatan maupun sosial budaya), dan mampu
budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, dan bahwa
Prinsip economically viable yang menekankan bahwa proses pembangunan harus layak
dilaksanakan secara efisien agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan
secara teknis dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, dengan memanfaatkan
sebesar-besar sumber daya lokal, dan dapat diadopsi masyarakat setempat secara
tersebut, akan bermuara pada 5 (lima) sasaran sebagai berikut (Fennel, 1999):
pembangunan ekonomi
akan datang.
Sragen
daerah baik sector industry maupun sector pariwisata, sehingga di dalam RPJMD
memberikan akses yang lebih besar pada pengembangan koperasi, industri kecil
dan menengah, dan sektor informal.” Dalam upaya meningkatkan sector pariwisata
kabupaten sragen melalui misi tersebut maka strategi yang di tungakan dalam
Jawa Tenggah, hal ini dikuatkan juga dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinis
Kepariwisataan Provinisi Jawa Tengah Tahun 2012 – 2027 Pasal 10 Ayat 2 Butir ke
sekitarnya”. Yang meliputi kawasan KSPP Sangiran dan sekitarnya, KSPP Solo
Kota dan sekitarnya, KPPP Cetho–Sukuh dan sekitarnya, KPPP Wonogiri dan
sekitarnya, KPPP Tawangmangu dan sekitarnya Dan Peraturan Daerah (Perda) Prov
jawa Tenggah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pasal 88 tentang kawasan
Pariwisata
seperti RTRW, RIPP Provinsi dan RUPM. Sedangkan mandate Undang Undang
3. 1. Kerangka Pikir
Kajian ini dilakukan dengan metode pendekatan dan kerangka pikir seperti yang
dalam 4 pilar yaitu, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industry pariwisata dan
kelembagaan pariwisata.
3. 2. Diagram Alir Penelitian
Identifikasi
Permasalahan
Pengembangan
kawasan pariwisata
Kabupaten Sragen
Industri
Kelembagaan Destinasi Pemasaran
Pariwisata
Rencana Induk
Pembagunan
Kepariwisataan
Kabupaten Sragen
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian yang
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai
informasi yang dicari (Azwar, 1999). Sedangkan untuk mendapatkan data primer dapat
dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, antara lain dengan metode wawancara dan
metode observasi.
Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah data hasil survey langsung
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh
dari subjek penelitiannya (Azwar, 1999). Data sekunder merupakan data yang
mendukung data primer sehingga ada korelasi yang saling mendukung antar data tersebut
. untuk mendapatkan data sekunder dapat melalui studi pustaka, studi pustaka merupakan
suatu sistem dengan mempelajari tema penelitian suatu literature yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder pada penelitian ini yaitu :
4. Transportasi
5. Dokumen Lingkungan Kecamatan Karimunjawa
3. 5. VARIABEL INDIKATOR
Sragen ini akan melihat variable-variabel yang digunakan meliputi variable Destinasi
indikator tersebut mengacu pada literatur yang sudah diuraikan pada bab II,
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang kondisi
2. Metode Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung (tanya-
baik dari unsur swasta atau dari pemeritah Daerah Kabupaten Sragen. Metode ini
digunakan untuk mencari hubungan antar kriteria dan data-data yang belum
pengambil keputusan di dalam pengembangan kawasan pariwisata dan para pelaku usaha
3. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan penunjang yang dapat mendukung dalam pengumpulan data
dan membahas objek penelitian. Studi pustaka dalam hal ini dilakukan untuk mempelajari
tema penelitian dengan literatur yang terkait dengan Sustainabilty Tourism. Beberapa dari
pengukuran kinerja perusahaan. Studi dokumen ini dapat dilakukan dengan mempelajari
4.2.Pengolahan Data
a. SWOT Analisis
Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan
juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan
situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para
pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa
ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
S = Strength (kekuatan).
W = Weaknesses (kelemahan).
O = Opportunities (Peluang).
T = Threats (hambatan).
Gambar 3.3 Analisi SWOT
Data SWOT ini akan berbentuk kuesioner terbuka yang akan diberikan pada
sebagai berikut :
ANALISA SWOT
OUTPUT
Rencana Induk Pembangunan
pariwisata daerah kabupaten
Sragen
Analytic Network Process merupakan metode pemecahan suatu masalah yang tidak
dikembangkan dari teori AHP yang didasarkan pada hubungan saling ketergantungan
antara beberapa komponen, sehingga AHP merupakan bentuk khusus dalam ANP.
Konsep utama dalam ANP adalah influence, sementara konsep utama dalam AHP adalah
semua elemen di dalam komponen dari unweighted supermatrix dengan bobot cluster
yang sesuai sehingga setiap kolom pada weighted supermatrix memiliki jumlah 1. Jika
kolom pada unweighted supermatrix sudah memiliki jumlah 1, maka tidak perlu
supermatriks itu dengan dirinya sendiri sampai beberapa kali. Ketika bobot pada setiap
kolom memiliki nilai yang sama, maka limit matrix telah stabil dan proses perkalian
matriks dihentikan.
Hasil akhir perhitungan memberikan bobot prioritas dan sintesis. Prioritas merupakan
bobot dari semua elemen dan komponen. Didalam prioritas terdapat bobot limiting dan
bobot normalized by cluster. Bobot limiting merupakan bobot yang didapat dari limit
limiting elemen dengan jumlah bobot limiting elemen-elemen pada satu komponen.
Sintesis merupakan bobot dari alternatif. Didalam sintesis terdapat bobot berupa ideals,
raw dan normals. Bobot normals merupakan hasil bobot alternatif seperti terdapat pada
bobot normalized by cluster prioritas. Bobot raw merupakan hasil bobot alternatif seperti
terdapat pada bobot limiting prioritas atau limit matrix. Bobot ideals merupakan bobot
yang diperoleh dari pembagian antara bobot normals pada setiap alternatif dengan bobot
Keluaran dari Analisa SWOT adalah strategi pengembangan pariwisata yang kemudian
- Strategi Infrastruktur
- Strategi Promosi
Variabel ini yang kemudian dijadikan Variabel AHP untuk pembobotan prioritas
pengembangan pariwisata
STRATEGI
STRATEGI PENANAMAN
EKONOMI MODAL
STRATEGI
PENGEMBNGAN
PARIWISATA
STARTEGI STRATEGI
INFRASTRUKTUR PROMOSI
c. Analisis Ekonomi
Di dalam analisis ini digunakan untuk melihat besaran pendapatan per kapita
Pendapatan Per Kapita Penduduk adalah data PDRB Kabupaten Sragen dan jumlah
2. Analisis Kesenjangan
yang digunakan adalah data PDRB Kabupaten Sragen. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Dimana,
(LQ))
Di dalam analisa ini digunakan untuk melihat gambaran komoditas unggulan
Data yang digunakan pada analisa ini adalah data PDRB Kabupaten Sragendengan
(Ni / N ) (S / N )
Keterangan :
S = PDRB di Kabupaten i
Analisa kano.......
Hasil penelitian membahas tentang hasil pengolahan data secara keseluruhan yang
ada pada penelitian ini. Sedangkan pembahasan merupakan tahap penjabaran dari hasil
sebelumnya.
data. Pada tahap ini merupakan jawaban pada perumusan masalah dan tujuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Abdullah, Piter (2002). Daya saing Daerah Konsep dan Pengukuranya di indonesia, BPFE.
Anatashia, Hermanto dan Suji (2014), Kebijakan Pengembangan Pariwisata berbasis Democratif
Cipta
Bappeda Kota Balikpapan (2015). Review Rencana Induk Pembengunan Pariwisata Kota
Balikpapan. Bappeda Kota Balikpapan
Ciptono, fandi dan Diana, Anatassia. (1997). Total Quality Mangemen.Yogyakarta: Andi
Devers, Kelly J, (2003). Change in hospital Competitive Strategi : A New medical Arms Race
Gaspersz, Vincent., (2003). Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan Six
Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Gramedia, Jakarta
Dinas Pariwisata DIY (2016), Masterplan Pengembangan Destinasi Pantai Selatan Gunungkidul,
Dinas Pariwisata DIY, DIY
Sugiyono.( 2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
2. PERATURAN DAERAH
Peraturan Mentri Pariwisata No 10 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk
Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kementrian Pariwisata
Undang- Undang No 10 tahun 2009 Tentang Pariwisata
3. PENELITIAN
Agoeng Noegroho, (2010). Potensi Ketenger Sebagai Desa Wisata Di Kecamatan Baturraden,
Kebupaten Banyumas,Universitas Soedirman Purwokerto, Preseden,. Fakultas Udayana.
Bali hal 16
Hart, D (2015) Indicators of sustainability. Retrieved April 16, 2015, from Sustainable Measures
website: www.sustainablemeasures.com/indicators.
K.K Sharma. (2005). Tourism and Development. New Delhi: Sarup & Sons.
Laimer, P. (2010). Basic Concepts and Definnitions : Travel and Tourism (Domestic and
International). Moldova: UNWTO.
Philip, B. (2012, Agustus 3). How Mass Tourism Is Destroying Bali And Its Culture.
Dipetik Agustus 17, 2014, dari World Crunch: http://www.worldcrunch.com/food-
travel/how-mass-tourism-isdestroying-bali-and-its-culture/c6s5949/#.U--UyPmSySo
United Nations Enviroment Programme and Worl Tourism Organization, (2015). Making
Tourism More Sustainable. UNEP and Worl Tourism Organization.
WTO-World Tourism Organisation (1998) Tourism 2020 Vision. Madrid: World Tourism
Organisation.