Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERENCANAAN PARIWISATA

NAMA KELOMPOK:

ANDI IQBAL SULFIANSYAH 60800120002


BESSE MAWADDAH 60800120004
IKA FAUSIA 60800120005
ANDI DEWI INTAN ANUGRAH 60800120006
ASMAR
AFRIYANTI NUR AMELIA 60800120008

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Pariwisata adalah sebagai penggerak dalam pembangunan
perekonomian secara umum atau secara makro di Bali dan memiliki peran
penting di banyak negara termasuk di Indonesia, karena pariwisata adalah
salah satu sektor produktif yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian
suatu negara seperti menciptakan lapangan kerja, dan memperluas
kesempatan beruasaha baik berupa penyediaan sarana akomodsi, restoran,
souvenir shop, maupun penyedia transportasi. Sebagai salah satu daerah
tujuan pariwisata terkenal di Dunia, Bali memiliki banyak daya tarik alam
maupun budaya. Sumber daya alam maupun budaya Bali tidak hanya menarik
bagi wisatawan domestik namun juga wisatawan macanegara, dapat dilihat
dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
datang ke Bali setiap tahunnya.
Pesatnya pembangunan pariwisata di Bali tidak hanya menimbulkan
dampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan
kerja, dan peningkatan kesejasteraan tetapi juga menimbulkan dampak negatif
seperti pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan dan
pengalihan fungsilahan terutama lahan pertanian yang dijadikan sebagai tempat
pengembanganfasilitas dan sarana pariwisata seperti hotel, restoran, objek
wisata dan lain-lain.
Bali saat ini telah menjadi kawasan wisata yang terkenal sampai ke
mancanegara. Beberapa fasilitas akomodasi berkembang pesat terutama
sebelum terjadinya krisis ekonomi. Keberadaan fasilitas akomodasi sangat
diperlukan untuk memberikan kepuasan para wisatawan. Disamping itu,
masyarakat sudah terbiasa bergaul dengan para wisatawan Internasional dan
terlibat langsung dalam kegiatan wisata merupakan kekuatan lebih yang
sangat menunjang kegiatan wisata. Beberapa contoh keterlibatan masyarakat
tersebut antara lain adalah ikut sebagai pemandu wisata, pedagang souvenir,
pedagang makanan, karyawan hotel.
Masyarakat lokal berperan penting dalam pengembangan desa wisata
karena sumber daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada
komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan desa wisata. Di
lain pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan suatu
objek wisata menjadi bagian dari sistem ekologi yang saling kait mengait.
Keberhasilan pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat penerimaan
dan dukungan masyarakat lokal (Wearing, 2001). Masyarakat lokal berperan
sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa
wisata dalam keseluruhan tahapan mulai tahap perencanaan, pengawasan, dan
implementasi. Ilustrasi yang dikemukakan Wearing (2001) tersebut
menegaskan bahwa masyarakat lokal berkedudukan sama penting dengan
pemerintah dan swasta sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam
pengembangan pariwisata.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan bukanlah suatu upaya untuk
menghentikan perkembangan lebih lanjut dalam masyarakat, melainkan suatu
pembangunan terkendali yang mempertimbangkan generasi lalu dan generasi
yang akan datang. Jika pertimbangan budaya dari sudut pandang
pembangunan berkelanjutan, maka ada tiga unsur yang harus diperhatikan
yaitu : kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan, kualitas sumber daya
yang dapat dipasarkan, dan kualitas kehidupan manusia atau masyarakat di
sekitar yang mempunyai sumber daya (Ardika, 2003:30).
Oleh sebab itu, pemodelan desa wisata bagi pembangunan
pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara kreatif mengembangkan
identitas atau ciri khas yang baru bagi desa untuk memenuhi tujuan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan krisisekonomi daerah pedesaan, semakin
bertambah akibat adanya berbagai kekuatan yang rumit, yang menyebabkan
baik berkurangnya kesempatan kerja maupun peningkatan kekayaanmasyarakat
desa, salah satu jalan keluar yang dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui
pembangunan industri desa wisataskala kecil, sehingga mampu bersaing dan
unggul dalampembangunan daerah pedesaan, dan dalam penciptaan lapangan
kerja baru serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Permasalahan Pengembangan Kawasan Wisata
Mencermati uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan kawasan wisata di Indonesia
antara lain, sebagai berikut:
1.2.1 Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana penunjang merupakan
juga salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Dimana
dukungan sarana dan prasarana merupakan faktor penting untuk
keberlanjutan penyelenggaraan kegiatan pariwisata, seperti penyediaan
akses, akomodasi, angkutan wisata, dan sarana prasarana pendukung
lainnya. Masih banyak kawasan wisata yang sangat berpotensi tetapi
masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Selain
itu sarana dan prasarana yang dibangun hanya untuk kepentingan lokal
saja, belum dapat melayani kebutuhan penyelenggaraan pariwisata di
luar lokasi. Seperti misalnya penyediaan angkutan wisata hanya
tersedia di area kawasan wisata saja, tetapi sarana angkutan untuk
mencapai kawasan tersebut dari akses luar belum tersedia.
1.2.2 Terbatasnya biaya atau anggaran untuk pengembangan sektor wisata.
1.2.3 Belum tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang betul-betul
mampu melihat peluang maupun tantangan dari sektor kepariwisataan.
1.2.4 Belum terbinanya koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah
daerah setempat dengan stakeholders bidang pariwisata. Misalnya
keterkaitan dalam kerjasama antar pemerintah daerah dengan
pengusaha pengelola objek wisata, hotel, restoran, transportasi,
Telekomunikasi, pemandu wisata atau pramuwisata dan lain
sebagainya.
1.2.5 Belum ada program pemasaran dan promosi pariwisata yang efektif,
yang menggunakan pendekatan profesional, kemitraan antara swasta,
pemerintah, dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan,
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara.

1.3 Maksud dan Tujuan Survey Pariwisata


Maksud dan Tujuan Survey Pariwisata ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui dan mempelajari keterbatasan dukungan sarana dan
prasarana penunjang pariwisata.
1.3.2 Untuk mengetahui dan mempelajari terbatasnya biaya atau anggaran
untuk pengembangan sektor wisata.
1.3.3 Untuk mengetahui dan mempelajari tersedianya sumber daya manusia
(SDM) yang betul-betul mampu melihat peluang maupun tantangan
dari sektor kepariwisataan.
1.3.4 Untuk mengetahui dan mempelajari terbinanya koordinasi antara
lembaga-lembaga pemerintah daerah setempat dengan stakeholders
bidang pariwisata.
1.3.5 Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara
1.4 Sasaran
Adapun sasaran dalam survey pariwisata ini adalah:
1.4.1 Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada kawasan pariwisata
Kabupaten Badung.
1.4.2 Menyusun konsep program pemasaran dan promosi yang efektif.
1.5 Ruang Lingkup Survey
1.5.1 Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian ini membahasa mengenai batasan teori yang
digunakan dalam merumuskan yang telah diuraikan di atas
1.5.1.1 Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada
kawasan pariwisata Kabupaten Badung. Ruang lingkup
kajian pada sasaran ini mencakup obyek wisata dan sarana-
prasarana pendukung berkembangnyabkawasan pariwisata
1.5.1.2 Menyusun konsep program pemasaran dan promosi yang
efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal.
1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah Survey
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan
permasalahan yang telah di uraikan dalam latar belakang dan tujuan
penelitian, maka penulis akan memberi batasan masalah yakni
pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Badung adalah sebuah
kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, Indonesia.Daerah ini yang
juga meliputi Kuta dan Nusa Dua adalah sebuah objek wisata yang
terkenal. Ibu kotanya berada di Mangupura, dahulu berada di Denpasar.
Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung
di kawasan Lumintang, Dauh Puri Kaja, Denpasar dibakar sampai rata
dengan tanah. Kini bekas ibukota Kabupaten Badung telah menjadi
Gedung Sewaka Dharma, Kantor Camat Denpasar Utara, Lapangan
Lumintang, serta Taman Kota Denpasar. Secara administrasi terdiri dari
6 wilayah kecamatan meliputi : Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, Kuta
Utara, Mengwi, Abiansemal dan Petang yang terbagi menjadi 62
desa/kelurahan dan 120 desa adat. Seluruh wilayah daratan Kabupaten
Badung dengan luas 418,52 Km² atau 41.852 Ha yang terletak pada
koordinat 08º 14′ 20” – 08º 50′ 48” LS (lintang selatan) dan 115º 05′
00” – 115º 26′ 16” BT (Bujur Timur), dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :

-Utara : Wilayah Kabupaten Buleleng

-Timur : Wilayah Kabupaten Bangli

-Selatan : Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar

-Barat : Samudera Hindia Wilayah Kabupaten Tabanan


1.6 Sistem Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, permasalahan, maksud tujuan, sasaran,
ruang lingkup kajian dan wilayah serta sistematika pelaporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai