Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai pulau besar

dan kecil sehingga memiliki garis pantai yang sangat panjang. Selain itu,

Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah dan memiliki keragaman budaya

serta pariwisata yang beragam, berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Potensi

pariwisata yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu berupa wisata alam pegunungan,

hutan, danau, gua, pantai dan lain-lain. Namun potensi pariwisata tersebut tidak

akan bermanfaat jika tidak dibangun dan dikembangkan. Perkembangan dan

pertumbuhan pariwisata perlu diantisipasi agar perkembangannya tetap pada

jalurnya dan daya dukungnya. Penilaian tingkat perkembangan pariwisata suatu

daerah sangat penting guna menentukan prioritas dan strategi perkembangan serta

memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangannya untuk masa yang akan datang.

Sektor pariwisata mampu menghidupkan ekonomi masyarakat di

sekitarnya, pariwisata juga diposisikan sebagai sarana penting dalam rangka

memperkenalkan budaya dan keindahan alam daerah terkait. Pembangunan

Pariwisata merupakan salah satu proses perubahan untuk menghasilkan nilai

tambah dalam segala aspek pada bidang pariwisata, mulai dari sarana dan

prasarana, Objek Daya Tarik Wisata dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan

dengan pariwisata. Penyelenggaraan pembangunan pariwisata tersebut

dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan mendorong upaya


2

meningkatnya mutu lingkungan hidup, serta daya tarik wisata itu sendiri. Salah

satu bentuk pariwisata yang ada ialah pariwisata pesisir. wilayah pesisir memiliki

banyak potensi berupa keunikan dan keindahan alamnya yang dapat menjadi daya

tarik wisata sehingga aktivitas pariwisata pun dapat dikembangkan dan

menghasilkan dampak positif dengan ikut meningkatkan perekonomian kawasan


(Fajriah, 2018)
tersebut .

Pengembangan pariwisata penting dilakukan dan memiliki peran

signifikan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sektor pariwisata juga

dapat dijadikan alternatif dalam segi ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan di

Indonesia. Manfaat dan keuntungan dari pengembangan sektor pariwisata dapat

terlihat dan dirasakan baik dari segi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan.

Apabila pengembangan sektor pariwisata ini direncanakan dan diarahkan dengan

baik akan banyak sekali manfaat dan keuntungan yang didapat, diantaranya;

penerimaan devisa yang meningkat, terbukanya kesempatan untuk berbisnis,

meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, serta mendorong


(Mandari et al., 2020)
pembangunan daerah .

Dikeluarkannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,

memberi kesempatan yang besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya alam

yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Akibatnya setiap

pemerintah daerah berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan

perekonomian daerahnya.

Pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan


3

pembangunan dalam rangka meningkatkan pendayagunaan potensi-potensi yang

dimiliki secara optimal. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan daerah tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Agar

pemerintah daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-

baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup.

Mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan dapat diberikan kepada

daerah, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-

sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan

mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Keterkaitan industri pariwisata

dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan

pajak.

Melalui Pengembangan Pariwisata maka dapat dipastikan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Muna Barat akan mengalami kemajuan. (Fauzi dan

Iskandar, 1984:44). Mengatakana bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

segenap pemasukan atau penerimaan yang masuk ke dalam kas daerah, diperoleh

dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipergunakan

untuk keperluam daerah. Oleh karena itu, tiap-tiap daerah harus mengupayakan

agar dapat dipungut seintensif mungkin.

Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu daerah Otonomi Baru yang

memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak terutama pada

beberapa objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, seperti Pulau
4

Apung, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil, Danau Gembol, Palau Indo,

Pemencingan Parura Jaya, Permandian Wakante, Permandian Matakidi,

Telaga Kasiono Oe, Benteng Tiworo, Pantai Pajala. Menjadi objek utama

pengembangan potensi pariwisata dalam rangka kesejahteraan masyarakat

Muna Barat.

Namun saat ini objek wisata yang terdapat di daerah Kabupaten Muna

Barat masih belum dikembangkan secara optimal hal ini dapat dilihat masih

minimnya pemasaran objek wisata, kualitas layanan serta ketersedian sarana

dan prasarana yang belum memadai. Maka perlu dibuat suatu rencana

pengembangan yang berkesinambungan yang pada akhirnya bisa membuat objek

wisata di Kabupaten Muna Barat menjadi salah satu tujuan utama wisatawan.

Tentunya pengembangan pariwisata di Kawasan wisata daerah Muna Barat

dapat dilakukan secara terarah untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan

adanya penyusunan rancangan makro yang jelas dan komprehensif. Hal ini juga

dimaksudkan agar pengembangan pariwisata di kawasan wisata dapat

mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh kawasan

tersebut sehingga dapat diberdayagunakan secara optimal untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan perekonomian daerah.

Salah satunya adalah wisata Pantai menurut asal kata berarti landai,

miring sedikit atau datar sedangkan menurut arti kata umum, pantai adalah

perbatasan daratan dengan laut atau bagian yang terpengaruh atau terkena air laut,

dengan daerah pasang tertinggi dan surut terendah (Poerwadarmina, W.J.S.,

1976).
5

Melihat geografis wilayah kabupaten Muna Barat yang dikelilingi lautan

dimana melihat potensi wisata yang ada di Kabupaten Muna Barat sangat

berpotensi agar Pemerintah daerah secara terus-menerus mengembangkan wisata

tersebut karena dapat menambah penghasilan masyarakat Muna Barat serta

mengsilkan PAD didaerah.

Potensi pariwisata yang tinggi di wilayah Muna Barat sudah seharusnya

dapat dioptimalkan, bukan hanya dilihat sebagai potensi pendapatan daerah,

namun juga sebagai salah satu upaya melestarikan kebudayaan daerah yang sudah

mulai ditinggalkan. Sebagai salah satu motivator utama perkembangan industri,

pariwisata Pemerintah daerah kabupaten Muna Barat dibutuhkan peranannya baik

itu untuk mengelola maupun memasarkan produk-produk pariwisata agar dapat

menjadi sumber pendapatan potensial bagi daerah. Melalui berbagai terobosan

kebijakannya, diharapkan pemerintah daerah mampu merangkul berbagai

stakeholder demi keberlangsungan industri pariwisata yang berdaya saing dan

berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka menjadi menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai “Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

Muna Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan konteks penelitian di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Potensi Pariwisata di Kabupaten Muna Barat?

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam Pengembangan di Pariwisata Kabupaten


6

Muna Barat?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan potensi pariwisata di Kabuapten Muna Barat.

2. Menganalisis upaya pemerintah dalam pengembangan pariwisata di

Kabupaten Muna Barat.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi dan

kegunaan terkait potensi dan pengembangan pariwisata. Manfaat yang dapat

diambil dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan studi

terhadap bidang ilmu pengembangan wilayah terutama dalam merumuskan

strategi potensi pengembangan pariwisata di Kabupaten Muna Barat.

2. Manfaat praktis

Memberikan saran dan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Muna

Barat dan Dinas Pariwisata serta Kebudayaan Kabupaten Muna Barat, untuk

mengoptimalkan potensi dan Pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten

Muna Barat.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang

terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang,

berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan Wisata berarti perjalanan atau

bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar-

putar,berulang-ulang atau berkali-kali.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan

untuk berusaha (business) atau mencari nafka ditempat yang dikunjungi,

tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan

rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar

yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu

negara itu, sendiri atau diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah
8

lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda

dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap


(Aswir Pratama et al., 2021)
.

Kepariwisataan adalah fenomena politik-sosial-ekonomi-budaya- fisik

yang muncul sebagai wujud kebutuhan manusia dan negara serta interaksi

antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah, sesama wisatawan,

pemerintah dan pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang diperlukan

oleh wisatawan. 7

Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

menyebutkan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait

dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidsiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat.

Batasan yang lebih bersifat teknis yang merupakan bapaknya ilmu

pariwisata yang terkenal. dimana batasan yang diberikannnya berbunyi bahwa

"Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan

oleh perjalanan dan pendalaman orang-orang asing serta penyediaan tempat

tinggal sementara, asalkan pendalaman itu tidak tinggal menetap dan tldak

memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu”


(Amalina et al., 2017)
.

2.1.2 Jenis-jenis pariwisata

Berikut ini merupakan jenis-jenis pariwisata :

1. Wisata Agro ; ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan industri


9

pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian, atau wisata tani,

yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi dan memandikan

kerbau di sungai.

2. Wisata Belanja ; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau

bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya bandung dengan pusat Jins di Jl.

Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di Tanggulangin.

3. Wisata Budaya ; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi

misalnya mudik lebaran setahun sekali atau ada peristiwa budaya yang

digelar pada saat-saat tertentu, misalnya : Sekaten di Surakarta dan

Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap, pemakaman jenazah di

Tana Toraja.

4. Wisata Iklim ; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar

dilakukan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain

hanya untuk ‘berburu’ panas sinar matahari. Begitu juga untuk masyarakat

tropis seperti Indonesia, penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan

dan sebaliknya.

5. Wisata Karya ; jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung

dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya : peninjauan/inspeksi

daerah, sigi lapangan.

6. Wisata Kesehatan ; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu

penyakit.

7. Wisata Konvensi atau Seminar ; dilakukan dengan sengaja memilih salah

satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya


10

pengembangan DTW yang bersangkutan.

8. Wisata Niaga ; berkaitan dengan kegiatan perniagaan (usaha perdagangan).

Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya

mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.

9. Wisata Olahraga ; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga,

misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional,

Asean Games, Olimpiade, atau sekedar pertandingan persahabatan.

10. Wisata Pelancongan/Pesiar/Pelesir/Rekreasi ; dilakukan untuk berlibur,

mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang

baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari

kesibukan kerja rutin).

11. Wisata Petualangan ; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya

menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan.

12. Wisata Ziarah ; sebagai kegiatan wisata ketempat yang memiliki makna

khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah yang memiliki

kelebihan. misalnya : waisak di kompleks candi borobudur – magelang,

menyepi di pantai parangkusumo – yogyakarta, mengunjungi tempat yang

dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyaarakat atau

pahlawan bangsa.

13. Darmawisata ; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau

berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau ekskursi; atau

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-


11

hari.

14. Widiawisata (pendidikan); perjalanan ke luar (daerah, kampung) dalam

rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat,

mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya atau untuk

kepentingan ilmu selama waktu tertentu, misalnya tugas belajar.

2.2 Konsep Pengembangan

2.2.1 Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka

peningkatan kemampuan teknis, teoritis, koseptual dan moral sesuai dengan

kebutuhan melalui pendidikan dan penelitian.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2022,

pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenaranya

untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan

teknologi yang yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

Seels dan Richey (Sumarno, 2019) menyatakan bahwa penegmbangan

adalah proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam


(B2041142017, 2019)
bentuk fitur fisik. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey

pengembangan memustuskan perhatian tidak hanya pada analisi kebutuhan, tetapi

juga isu-isu luas tetang analisi awal-akhir, seperti analisis kontekstual.

Pengembangan bertjuan untuk menghasilakan produk berdasarkan temuan-temuan

uji lapangan.
12

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli di atas

mengenai pengembangan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam keadaan sadar,

terencana dan sistemmatis untuk membuat atau memperbaiki suatu produk yang

lebih bermanfaat dengan cara meningkatkan kualitas untuk mendapatkan mutu

yang lebih baik.

2.2.2 Komponen-Komponen dalam Pengembangan Pariwisata

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut
(Santoso et al., 2021)
diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see, adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang

bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain

obyek wisata tersesbut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk

menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do, adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,

bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat

makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat

wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy, adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa

dijadikan sebagai oleh-oleh.

Komponen pariwisata dapat dikatakan sebagai produk wisata karena


(R. D. I. Saputra, 2015)
meliputi segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan
13

. Produk wisata tersebut meliputi:

1. Atraksi merupakan komponen yang berfungsi sebagai penggerak pariwisata.

Penggerak tersebut dapat berupa kepentingan kegiatan penelitian, kegiatan

pembelajaran, wisata minat khusus dan kegiatan lain yang mendukung kegiatan

tersebut.

2. Aksesibilitas merupakan infrastruktur yang mendukung kegiatan pariwisata

berupa transportasi publik, khususnya yang beroprasi di sepanjang jalur yang

menghubungkan tempat transit wisatawan dengan tujuan wisata.

3. Amenitas merupakan fasilitas pendukung yang mencakup sarana dan prasarana

wisata yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan demi

kelancaran kegiatan pariwisata.

Pengembangan pariwisata terdapat lima komponen pendukung


(Huyen, 2020)
pengembangan meliputi :

1. Wisatawan merupakan konsumen atau pengguna produk layanan dan memiliki

beragam motif, minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan

lain-lain. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda menciptakan

permintaan produk wisata menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk

dan jasa wisata.

2. Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible

maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi

dapat dibagi menjadi tiga yakni:

a) Wisata alam, kegiatan wisata alam meliputi peemandangan alam, lintas

alam, mendaki gunung, penelusuran gua, wisata berperahu karet menyusuri


14

sungai, wisata selam (diving), wisata berlayar (sailing), wisata dayung,

wisata kemah (Camping ground), wisata piknik, wisata penelusuran jejak

(trails).

b) Wisata budaya, meliputi peninggalan bersejarah seperti candi dan adat-

istiadat.

c) Wisata buatan, meliputi kebun raya, Taman Safari, dan lain sebagainya.

3. Transportasi atau aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi

yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata,

mulai dari darat, laut sampai udara. Aspek ini tidak hanya menyangkut aspek

kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan

keselamatan. Moda transportasi yang layak ditawarkan adalah angkutan

penumpang tersebut berangkat ke dan tiba dengan standar tingkat kenyamanan

dan keselamatan. Menurut UU No. 13 tahun 1980 tentang jalan, jalan

merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang

meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.

a) Promosi dan informasi dalam pariwisata merupakan faktor Keindahan, yaitu

berkaitan dengan kondisi iklim, dengan indikator cuaca cerah (clean air),

banyak cahaya matahari (sunny day), sejuk (mild), kering (dry), panas (hot),

hujan (wet), dan sebagainya. Selain kondisi iklim, yang berpengaruh adalah

bentuk tanah dan pemandangan (Land configuration and landscape),

dengan indikator pemandangan yang menarik (panoramic views)

b) Kelestarian, yaitu berkaitan dengan keberadaan hutan belukar (The Sylvan


15

Element), misal hutan yang luas (large forest), banyak berpohon-pohon

(trees). Dan berupa Fauna dan Flora, seperti tanaman-tanaman, burung,

ikan, cagar alam, daerah perburuan (hunting and photograpic safari).

4. Pendukung dalam berkembangnya produk wisata. Produk tersebut dapat

berupa unit-unit dibidang promosi seperti event organizer, rental car, hotel-

hotel yang giat menawarkan paket- paket wisata dengan banyak ragam produk,

biro perjalanan yang menawarkan paket wisata murah dan eksklusif. Menurut

ahli lain, promosi merupakan kegiatan komunikasi dimana organisasi

penyelenggara pariwisata berusaha memengaruhi khalayak dari mana


(Bintang et al., 2019)
penjualan produknya bergantung .

5. Pelayanan atau kelembagaan pariwisata merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pasar dan menjadi motor penggerak yang kuat dalam

perkembangan sistem kepariwisataan. Yang termasuk dalam pelayanan atau

kelembagaan adalah masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.

Produk industri pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh,

dirasakan atau dinikmati wisatawan. Terdiri dari Aspek lingkungan alamiah,


(Marta Diana & Jannah, 2020)
aspek lingkungan buatan, sarana prasarana

1. Aspek lingkungan alamiah, Kebersihan yaitu suatu kondisi lingkungan yang

bersih bebas dari pencemaran.

2. Aspek lingkungan buatan

a) Atraksi Wisata, yang memiliki definisi segala sesuatu sajian wisata yang

dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Atraksi wisata

dapat berupa tari- tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat
16

dan lain-lain.

b) Benda-benda Tradisional, yaitu berupa faktor benda-benda bersejarah,

kebudayaan dan keagamaan dengan beberapa indikatornya yaitu; adanya

monumen bersejarah, adanya museum bersejarah, perpustakaan, dan

kerajinan tradisional (handicraft).

c) Hospitality (penerimaan), yaitu berkaitan dengan tata cara hidup tradisional

dari masyarakat yang merupakan salah satu sumber yang amat penting

untuk ditawarkan kepada wisatawan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen wisata terdiri

dari:

1. Atraksi adalah komponen yang berfungsi sebagai penarik dan memberikan

kenikmatan pada wisatawan berupa atraksi alam, atraksi budaya serta atraksi

buatan yang memiliki ciri khas tersendiri.

2. Fasilitas pendukung adalah sarana prasarana pariwisata yang ditujukan untuk

wisatawan agar merasa senang dan nyaman ditempat wisata berupa arena

bermain, tempat makan, dll.

3. Aksesibilitas adalah keseluruhan infrastruktur transportasi yang

menghubungkan ke tujuan wisata dengan standar kenyamanan dan

keselamatan.

4. Wisatawan adalah pengguna produk layanan dengan memiliki beragam motif

dan latar belakang yang berbeda-beda.

5. Informasi adalah faktor pendukung dalam berkembangnya produk pariwisata

berupa promosi tempat wisata dan kegiatannya, serta info terkait pariwisata.
17

6. Kelembagaan adalah motor penggerak yang kuat dalam perkembangan

sistem pariwisata.

2.2.3 Kendala Pengembangan Pariwisata

Menurut I Gusti Bagus (2017) Pembangunan pariwisata mampu

mengembangkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial, budaya, dan

ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan

dengan baik, seharusnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah

destinasi.

Menurut data terbaru dari kementerian pariwisata Indonesia, kendala-

kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata, antara lain adalah:

1. Pengemasan daya tarik wisata

2. Terbatasnya diversifikasi produk

3. Masih lemahnya pengelolaan kepariwisataan

4. Kulaitas pelayanan wisata yang belum baik

5. Disparitas pembangunan kawasan wisata

6. Interprestasi, promosi dan komunikasi yang belum efektidf

7. Terbatasnya SDM dan komunikasi yang kompeten.

8. Sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan kondisi politik

yang masih memanas.


18

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata yaitu (1)

mendatangkan devisa bagi suatu Negara melalui penukaran mata uang asing di

daerah tujuan wisata; (2) pasar potensial bagi produk barang dan jasa masayrakat

setempat; (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait

langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata; (4) memperluas penciptaan

kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait langsung seperti

perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun sektor-sektor yang tidak terkait

langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-produk pertanian, atraksi

budaya, bisnis eceran, jasa- jasa lain dan sebagainya, (5) sumber pendapatan asli

daerah (PAD); dan (6) merangsang kreativitas seniman, baik seniman pengrajin

industri kecil maupun seniman tabuh dan tayang diperuntukkan konsumsi

wisatawan (Antara, 2011).

Selain dampak positif juga tentunya ada dampak negatif dari

perkembangan pariwisata itu sendiri seperti : (1) kebocoran impor dan ekspor,

(2) enclave tourism, (3) biaya infrastruktur yang tinggi sebagai penunjang

pariwisata, (4) inflasi, (5) ketergantungan ekonomi, (6) kesenjangan musiman.

2.2.4 Dampak Pengembangan Pariwisata

Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk

dikembangkan. Peluang tersebut didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti:

letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan

tanah yang subur dan panoramis (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora
19

dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautannya. Menurut Bill Faulkner

(1996): 5 aspek potensi pariwisata Indonesia:

1. Warisan budaya yang kaya

2. Bentang alam yang indah

3. Letak dekat pasar pertumbuhan Asia

4. Penduduk potensial (jumlah & mampu)

5. Tenaga kerja (jumlah dan murah)

Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat

dihindari sebagai akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu yang

mempunyai kondisi berbeda dari tempat asal wisatawan tersebut.

Menurut John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani

(1998:79) yang menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan

obyek wisata dapat memberikan setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun

dampak positif tersebut yaitu:

1. Penyumbang devisa Negara

2. Menyebarkan pembangunan

3. Menciptakan lapangan kerja

4. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan (multiplier

effect)

5. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas

6. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan ketrampilan penduduk

Menurut Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:80) menjelaskan pula


20

dampak-dampak negatif yang timbul dari pariwisata secara ekonomi, yaitu :

1. Semakin ketatnya persaingan harga antar sector

2. Harga lahan yang semakin tinggi

3. Mendorong timbulnya inflasi

4. Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari negara terhadap pariwisata

5. Meningkatnya kecenderungan impor

6. Menciptakan biaya-biaya yang banyak

7. Perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan

dalam masyarakat, misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan

santun dan lain-lain.

8. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang

9. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme

(corat- coret), rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah,

dan lain-lain.

Menurut Chohen (1984), dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial

ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok yaitu:

1. Dampak terhadap penerimaan devisa.

2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat.

3. Dampak terhadap kesempatan kerja.

4. Dampak terhadap harga-harga.

5. Dampak terhadap distribusi.

6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol.

7. Dampak terhadap pada pembangunan pada umumnya.


21

8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat

menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah

dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan

pariwisata meliputi; (1) memperluas lapangan kerja; (2) bertambahnya

kesempatan berusaha; (3) meningkatkan pendapatan; (4) terpeliharanya

kebudayaan setempat; (5) dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan; (1)

terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah; (2)

timbulnya komersialisasi; (3) berkembangnya pola hidup konsumtif; (4)

terganggunya lingkungan; (5) semakin terbatasnya lahan pertanian; (6)

pencernaan budaya; dan (7) terdesaknya masyarakat setempat.

Menurut (Spillane, 1989:47) terdapat danpat positif dan dampak negatif

pengembangan pariwisata yaitu :

1. Dampak Positif

a. Terbukanya lapangan kerja disektor pariwisata

b. Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta

memberikan pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya.

c. Pemerintah mendapat penghasilan berupa pajak penghasilan dan pajak

perusahaan atau uang asing yang dibelanjakan oleh wisatawan

mancanegara.

d. Mendorong pembangunan di daerah berupa perbaikan sarana dan prasarana

dilingkungan daerah karena pemerintah mendapat income yang dapat


22

digunakan untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai.

e. Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar

bisa disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek wisata itu

menjadi lebih menarik karena atraksi budaya yang disuguhkan lebih variatif.

f. Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar bisa berkomunikasi

dengan wisatawan asing guna menambah pengetahuan dan pengalaman.

Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat mengambil keuntungan agar

wisatawan lebih akran dalam suasana kekeluargaan.

g. Berbagai sumber daya yang ada digunakan secara optimal sehingga dapat

menumbuhkan rasa untuk mencintai potensi sumber daya kita sendiri.

2. Dampak Negatif
a. Dampak negatif terhadap lingkungan alam yang mencakup gejala alam yang

ada di sekitarnya.

b. Dampak negatif terhadap lingkungan binaan yang mencakup perkotaan, sarana

dan prasarana, ruang terbuka, dan unsur bentang kota.

c. Dampak negatif terhadap lingkungan budaya yang mencakup nilai-nilai,

kepercayaan, perilaku, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat.

2.3. Fasilitas Wisata (Sarana dan Prasarana)

Fasilitas wisata adalah sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan, seperti, penginapan, rumah makan, restaurant, tempat parkir dan lain-
(Santoso et al., 2021) (Gunn, 1993)
lain . Adapun sarana menurut Clare A. Gunn

(dikutip dari Fajriah S.D. 2014) adalah sebagai berikut:


23

1. Akomodasi

Wisatawan memerlukan tempat tinggal untuk sementara waktu selama

dalam perjalanan untuk dapat beristirahat. Dengan adanya sarana ini, maka akan

mendorong wisatawan untuk berkunjung dan menikmati objek dan daya tarik

wisata dengan waktu yang relatif lebih lama. Informasi mengenai akomodasi ini

mempengaruhi penilaian wisatawan pilihan jenis akomodasi yang dipilih, seperti

jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, jumlah kamar yang

tersedia dan sebagainya.

2. Tempat makan dan minum

Wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata tentunya ingin

menikmati perjalanan wisatanya, sehingga pelayanan makanan dan minuman

harus mendukung hal tersebut bagi wisatawan yang tidak membawa bekal.

Bahkan apabila suatu daerah tujuan wisata mempunyai makanan yang khas,

wisatawan yang datang disamping menikmati atraksi wisata juga menikmati

makanan khas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas

makanan dan minuman antara lain adalah jenis dan variasi makanan yang

ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman, pelayanan yang diberikan,

tingkat harga, dan hal-hal lain yang dapat menambah selera makan seseorang serta

lokasi tempat makannya.

3. Tempat belanja

Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata dan sebagian

pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Penilaian dalam

penyediaan fasilitas belanja ini dilakukan terhadap ketersediaan barang-barang


24

yang dijual dan pelayanan yang memadai, lokasi yang nyaman dan akses yang

baik serta tingkat harga yang relatif terjangkau.

4. Fasilitas umum di lokasi objek wisata

Fasilitas umum yang akan dikaji adalah fasilitas yang biasanya tersedia di

tempat rekreasi seperti:

1. Tempat parkir

2. WC umum

3. Mushola/ masjid

4. Sarana informasi dan papan petunjuk

5. Sarana rekreasi dan taman bermain

6. Telepon umum

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang

harus disediakan dan secara kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan

yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh

pelayanan.

Sehingga fasilitas wisata yaitu komponen wisata untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan berupa:

1. Akomodasi merupakan tempat tinggal sementara waktu selama dalam

perjalanan untuk dapat beristirahat wisatawan

2. Tempat makan dan minum merupakan fasilitas pelayanan makanan dan

minuman bagi wisatawan yang tidak membawa bekal

3. Tempat belanja merupakan fasilitas aktivitas kegiatan wisatawan untuk

berbelanja
25

4. Fasilitas umum di lokasi wisata merupakan fasilitas yang tersedia di tempat

rekreasi

2.4. Pelaku Kegiatan Pariwisata

Stakeholder atau pelaku kegiatan dalam sektor pariwisata secara umum

merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan/perhatian dan berpengaruh

serta terkena dampak secara langsung dari adanya kegiatan wisata


(H. Saputra, 2018)
.

Semua stakeholder memiliki peran dalam melestarikan sumber daya lokal,

pengendalian dampak yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata, serta

memastikan kegiatan pariwisata memberikan kontribusi yang sesuai dengan yang

diinginkan atau direncanakan. Stakeholder yang telah diberikan wewenang dalam

pengembangan pariwisata di suatu wilayah harus dapat menjalankan kebijakan

yang menguntungkan suatu wilayah tersebut.

Jenis-jenis Pelaku pariwisata yang terlibat di dalam pariwisata antara

lain:

1. Wisatawan

Wisatawan merupakan konsumen atau pengguna produk dan layanan

pariwisata. Wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspektasi,

karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang berdampak langsung terhadap

kebutuhan wisata atau permintaan wisata.

Defenisi wisatawan menurut yoeti (1995) adalah setiap orang yang datang dari

satu negara yang alasanya bukan untuk menetap atau bekerja di daerah tersebut

secara teratur dan yang di negara di mana dia tinggal untuk sementara itu
26

membelanjakan uang yang didapatkanya dilain tempat. Sedangkan menurut

soekadijo (2000) wisatawan adalah pengunjung dinegara yang dikunjunginya

setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motifasi :

a) Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur untuk

alasan kesehatan, studi, keluarga dan sebagainya.

b) Melakukan perjalan untuk memperluas bisnis

c) Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau

sebagai utusan (ilmiah, adminitratif, diplomatik, keagamaan, olahraga dan

sebagainya ).

d) Dalam rangka pelayaran pesiar, jika ia tinggal kurang dari 24 jam menurut

undang-undang republik indonesia nomor 9 tentang kepariwisaan, Bab I

ketentuan umum pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan :

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati

objek dan daya tarik wisata.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Ahli lain, Theobald 2005:11-12 (I.G. Pitana dan I.K. Surya Diarta, 2009)

mengemukakan beberapa elemen yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan

apakah seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan atau tidak menurut standar

internasional, yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan perjalanan (purpose of trip). Wisatawan adalah orang yang melakukan

perjalanan selain untuk tujuan bisnis (leisure traveling). Walau ada kalanya

sebuah perjalanan bisnis juga dapat diikuti oleh kegiatan wisata (non-bisnis).
27

b) Jarak perjalanan dari tempat asal (distance traveled). Untuk tujuan statistik,

ketika memperhitungkan jarak perjalanan wisata, beberapa negara memakaia

jarak total ulang-alik (round trip) antara tempat tinggal dan tujuan wisata.

Umumnya jarak yang dipakai bervariasi antara 0-160 KM (0-100 mil)

tergantung ketentuan masing- masing negara.

c) Lamanya perjalanan (duration of trip). Umumnya definisi mengenai wisatawan

mencakup perjalanan paling tidak satu malam (over night) di tempat yang

menjadi tujuan perjalanan. Namun adakalanya persyaratan ini dikesampingkan

pada kasus perjalanan wisata yang memang didesain kurang dari 24 jam tetapi

nyatanya berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata, seperti restoran, atraksi

wisata, hotel, dan sebagainya, di daerah tujuan wisata.

2. Industri pariwisata

Semua usaha dan jasa yang berada di dalam bidang pariwisata. Industri

pariwisata dikelompokkan ke dalam pelaku langsung dan pelaku tidak

langsung. Pelaku langsung ialah usaha-usaha yang menawarkan jasa langsung

kepada wisatawan, seperti hotel, restoran, pusat informasi dan biro perjalanan.

Sedangkan pelaku tidak langsung ialah usaha yang mengkhususkan diri pada

produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, seperti

usaha kerajinan tangan, penerbit buku, penjual roti. Industri pariwisata dapat

dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Hal itu karena industri pariwisata memiliki empat unsur untuk mewujudkan

kekuatan pasar yang dinamis di masa depan.

3. Pendukung jasa pariwisata


28

Usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi

seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk yang

dimiliki, seperti jasa fotografi, jasa kecantikan, olah raga, penjualan BBM.

4. Pemerintah

Pelaku pariwisata yang memiliki otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan

peruntukan berbagai infrastuktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata

serta bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan

pariwisata.

5. Masyarakat lokal

Penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata. Masyarakat lokal merupakan

pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi

wisatawan baik berupa air, tanah, hutan, lanskap maupun kesenian.

6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga non pemerintah lokal, regional dan internasional yang melakukan

kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang di kawasan

tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan berhubungan dengan konservasi

dan regulasi kepemilikan serta pengusahaan sumberdaya alam setempat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaku kegiatan pariwisata adalah

pihak-pihak yang memiliki peran dan kepentingan terhadap kegiatan pariwisata.

Jenis-jenis pelaku pariwisata yaitu:

1. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan pariwisata

yang sesuai dengan ketentuan atau standar

2. Industri Pariwisata adalah Semua usaha dan jasa yang berada di dalam bidang
29

pariwisata

3. Pendukung Jasa Pariwisata adalah Usaha yang tidak secara khusus

menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada

wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk yang dimiliki

4. Pemerintah adalah Pelaku pariwisata yang memiliki otoritas dalam pengaturan,

penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastuktur yang terkait dengan

kebutuhan pariwisata serta bertanggung jawab dalam menentukan arah yang

dituju perjalanan pariwisata

5. Masyarakat Lokal adalah Penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata

6. LSM merupakan Lembaga non pemerintah lokal, regional dan internasional

yang melakukan kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang

di kawasan tersebut.

2.5 Potensi Pariwisata

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa potensi adalah

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,

kesanggupan daya. Kepariwisataan itu mengandung potensi kepariwisataan di

suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Potensi menjadi hal yang harus diperhatikan dan dilihat lebih jauh lagi, hal itu

dimaksudkan agar semua kelebihan dan potensi yang bisa dikembangkan dapat

dimaksimalkan secara sempurna. Tentu semuanya itu tidak lepas dari peran semua

pihak yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Potensi suatu

daerah dan kepariwisataan merupakan dua hal yang memiliki kaitan erat,

keduanya dapat bergerak maju untuk melakukan pengembangan dan pertumbuhan


30

perekonomian daerah

Pengertian potensi pariwisata adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah

tujuan wisata yang berguna untuk pengembangan industri pariwisata tersebut.

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,

terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggungjawab dengan tetap memberikan

perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat,

kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Dari definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata merupakan suatu objek yang

mempunyai kekuatan untuk dikembangkan dan dapat memberikan timbal balik

yang positif terhadap wisata.

Menurut Teori Mariotti dalam Yoeti (1983:162) Mengatakan bahwa segala

sesuatu yang berada di daerah wisata yang dituju dan merupakan sebuah daya

tarik agar para wisatawan mau untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut.

Sedangkan potensi wisata menurut Sukardi (1998:67) merupakan segala sesuatu

yang dimiliki oleh suatu daerah dengan daya tarik wisata yang berguna untuk

mengembangkan industri pariwisata yang ada di daerah tersebut.

Potensi pariwsata menurut Nawangsari (2018:32) adalah berbagai sumber

daya yang dimiliki oleh suatu daerah atau tempat yang dapat dikembangkan

menjadi suatu atraksi wisata yang dapat dimanfaatkkan baik untuk kepentingan

ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek yang lainnya. Potensi pariwisata ini

adalah sesuatu yang dimiliki oleh suatu wisata dan menjadi daya tarik bagi

wisatawan dan dimiliki oleh tempat wisata itu sendiri.


31

Potensi wisata ini juga merupakan segala sesuatu yang dimiliki dan ada

didaerah tujuan wisata dan menjadi daya tarik untuk para pengunjung berkujung

ke tempat tersebut. Potensi yang dapat dimanfaatkan itu berupa kesenian,

kebudayaan baik nasional maupun daerah, keindahan alam, flora dan fauna

maupun hal lainnya yang perlu dijaga kelestariannya.

Menurut Sastrayuda (2010:6-7) dalam perencanaan pengembangan

meliputi:

1. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat dalam

perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan baik

secara teoritis maupun praktis.

2. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang dapat

mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata

3. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya agar tercapai

kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok.

4. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan kegiatan

penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang harus dimiliki

dan diseimbangkan secara berencana.

5. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada di

suatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang disentuh

atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan pengembangan

Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan

pariwisata perlu dilakukan secara berkelanjutan guna kepentingan masa yang akan
32

datang untuk melindungi sumber daya dari efek-efek pengembangan yang

mungkin menyebabkan gangguan kultural dan sosial karena tujuan dari

pengembangan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan

pemberdayaan sumber daya yang telah ada.

Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat

dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini

potensi dibagi menjadi tiga macam, antara lain:

1. Potensi Wisata Alam

Potensi wisata alam adalah keadaan, jenis flora dan fauna suatu daerah,

seperti pantai, hutan, pegunungan, dan lain-lain. Kelebihan dan keunikan yang

dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan keadaan

lingkungan sekitarnya, maka hal ini akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke

obyek tersebut.

2. Potensi Wisata Kebudayaan

Potensi wisata kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia

baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah

nenek moyang berupa bangunan, monument, dan lain-lain.

3. Potensi Wisata Buatan Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik

wisata, lewat pementasan tarian atau pertunjukan dan pementasan seni budaya

suatu daerah (I Gusti Bagus, 2017).

2.6 Penelitian Relevan

Bersumber dari penelitian sebelumnya yang dilakukan, penulis menemukan


33

beberapa yang membahas tentang masalah Potensi dan Kendala dalam

pengembangan wisata, antara lain :

1. Wardana (2017) “Potensi dan Strategi Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten

Pesisir Barat”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Pariwisata

Kabupaten Pesisir Barat mempunyai strategi untuk mengembangkan potensi

pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Strategi pengembangan yang dilakukan

adalah sebagai berikut; Man, untuk memaksimalkan SDM di Dinas Pariwisata

Kabupaten Pesisir Barat mengingat dari segi kuantitas masih belum

maksikmal, Dinas Pariwisata bekerja sama dengan stakeholder seperti

komunitas, agent, blogger dan membentuk badan promosi pariwisata guna

menunjang pemasaran pariwisata. Penelitian menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Berbedaan dari penelitian ini adalah dimana penelitian saya

menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

2. Penelitian yang dilakukan Andhika Sutrisno Wibowo (2016) yang berjudul

“Analisis Potensi Pengembangan Objek Wisata Alam Kabupaten Kolaka

Provinsi Sulawesi Tenggara”. Hasil analisis SWOT, arah prioritas

pengembangan objek wisata alam ialah mempertahankan keragaman dan daya

tarik wisata dengan cara meningkatkan intensitas perhatian langsung dari pihak

berwenang, meningkatkan sarana dan prasarana penunjang berwisata, membuat

website khusus untuk mempromosikan objek wisata, dan terakhir

merencanakan pengembangan yang terkontrol dan professional dengan

memanfaatkan semakin kooperatifnya pihak pemerintah dengan instansi lain.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berbedaan


34

dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan deskriptif kuantitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Riska Dian Arifiana (2016) yang berjudul

"Analisis Potensi Dan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Di Kota

Semarang”. Hasil dari penelitian ini menunjukan Daya tarik wisata pantai

yang menempati prioritas utama dalam pengembangan adalah Pantai Marina

didasarkan pada skor potensi gabungan tertinggi, disusul dengan urutan kedua

Pantai Maron dan ketiga Pantai Tirang. Pantai Marina merupakan pantai

utama di Kota Semarang dan paling banyak dikunjungi karena aksesibilitas

jalan yang mudah, lokasi tidak jauh dari pusat kota, terdapat banyak wahana

serta fasilitas pendukung, sedangkan Pantai Maron dan Pantai tirang kurang

diminati karena aksesibilitas jalan yang belum memadai dan lokasinya yang

cukup jauh.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Santoso, Adi Hidayat (2018), yang

mengangkat judul “Pengembangan Wisata Berbasis Syariah (Halal

Tourism)”. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif melalui tiga tahapan,

yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan (verifikasi)

dengan pendekatan menggunakan analisis FGD, RRA, PRA dan analisis

SWOT pemetaan pengembangan wisata berbasis syariah (halal tourism) di

Kota Bima. Hasil penilaian wisatawan terhadap potensi objek wisata syariah

di Kota Bima sebagaian besar menyatakan bahwa Kota Bima memiliki

potensi dan kesiapan untuk menjadi destinasi wisata syariah dengan berbagai

potensi yang dimiliki, seperti objek wisata alam, wisata budaya, sarana dan

prasarana pariwisata, serta dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat


35

lokal Kota Bima. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pendekatan yang

digunakan adalah kuantitatif, namun menggunakan analisis data yang sama

yaitu menggunakan analisis SWOT.

2.7 Landasan Teori

Untuk menganalisis Potensi dan pengembangan Pariwisata Kabupaten Muna

Barat, peneliti mengkaji dengan Teori Yoeti (2008) adalah segala sesuatu yang

terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau

datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi (1998:67), juga mengungkapkan

pengertian yang sama mengenai potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh

suatu daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di

daerah tersebut.

Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat

dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini

potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi

kebudayaan dan potensi manusia.

1. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan

fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dll

(keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika

dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya

akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut.

2. Potensi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan
36

karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan

bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument, dll.

3. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik

wisata, lewat pementasan tarian/ pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu

daerah.

2.8 Kerangka Pikir

Kab. Muna Barat

Potensi Dampak
Wisata alam Pariwisata Muna Barat 1. Dampak Positif
Wisata kebudayaan 2. Dampak Negatif
Wisata Buatan

Teori Potensi Wisata


Yoeti

Potensi Pariwisata
Pantai di Muna Barat

Bagan 1: Kerangka Pikir Penelitian


37

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

Potensi Pariwisata Pantai di Kabupaten Muna Barat. Dalam Bab ini disajikan

terkait Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Variabel Penelitian, Penentuan

Populasi Dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis, dan Tahapan

Penelitian.

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian “Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Muna

Barat” dilakukan untuk merumuskan, Potensi dan Pengembangan Pariwisata di

Kabupaten Muna Barat.

Dari tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa kajian literatur

yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata. Dari teori-teori tersebut

menghasilkan suatu variabel penelitian yang selanjutnya digunakan dalam proses

analisis penelitian. Adapun kajian literatur yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah materi pendekatan mengenai komponen pariwisata, fasilitas pariwisata,

pelaku pariwisata, dan materi mengenai pengembangan pariwisata pesisir, yang


38

akan digunakan dalam penelitian dan menjadikan masukan untuk pemerintah

terkait kebijakan pemerintah dalam startegi pengembangan pariwisata. Kajian

literatur tersebut kemudian menghasilkan beberapa variabel yang dibutuhkan

dalam analisis penelitian ini.

Analisis yang digunakan juga ditentukan. Proses pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi lapangan, melakukan wawancara dan telaah

data-data sekunder sebagai data pendukung.

3.2. Jenis Penelitian 39

Ditinjau dari segi informasi yang dikelola dalam penelitian ini, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian “Potensi dan Pengembangan

Pariwisata di Kabupaten Muna Barat ” termasuk dalam penelitian deskriptif

kualitatif. Peneltitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan, menganalisis, mencatat dan mengintepretasi kondisi yang

terjadi atau yang ada di lokasi penelitian. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain, Sugiyono (2013).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, pengumpulan data akan

dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Teknik pengumpulan data primer (Survei Primer)


39

a. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikhologis. Pengamatan yang dilakukan

berupa pengamatan terhadap kondisi eksisting di wilayah studi. Selain itu

pengamatan ini bertujuan untuk mencari data berupa foto ataupun video di

wilayah studi yang terkait dengan penelitian.

b. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013), wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dengan

teknik wawancara tersebut maka dapat mengumpulkan informasi deskriptif

dari berbagai narasumber berupa informasi, pendapat, pengetahuan, serta

pengalaman.

2. Teknik pengumpulan data sekunder (Survei Sekunder)

Adapun teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan langkah-

langkah berikut:

a. Kajian Literatur

Kajian literatur merupakan dasar dalam melakukan analisis-analisis untuk

menghasilkan keluaran yang ingin dicapai. Kajian literatur ini sebagai acuan

dalam penyusunan laporan penelitian.

b. Survei Instansi

Survei instansi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data dari instansi terkait
40

kebijakan terhadapa kawasan Taman Wisata Pantai Ngliyep. Instansi tersebut

diantaranya adalah: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten muna barat

serta instansi-instansi yang terkait di dalamnya

3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang dianalisis menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Peneliti berusaha mendeskripsikan fenomena atau hubungan antar

fenomena yang diteliti dengan sistematis, dan apa adanya. Dalam penelitian ini,

metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi

eksisting terkait seluruh aspek wisata di wilayah studi yang meliputi daya

tarik/atraksi, aksesibilitas, fasilitas pendukung, wisatawan, informasi,

kelembagaan dan akomodasi.

Untuk sasaran pertama terkait dengan identifikasi karakteristik dari

seluruh aspek pariwisata berkelanjutan di kawasan Muna Barat peneliti

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sasaran kedua menganalisis faktor

internal dan eksternal dari seluruh aspek pariwisata di kawasan Wisata Kabupaten

Muna Barat peneliti menggunakan analisis SWOT. Dalam analisis ini juga

disertakan data pendukung seperti peta, tabel, gambar untuk memperjelas kondisi

eksisting wilayah studi.

Alat analisis yang dipakai adalah analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunities, Threatment) yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang,

dan ancaman. Kekuatan dan kelemahah lebih banyak terjadi di lingkungan dalam,

sedangkan kesempatan dan ancaman banyak terjadi di luar lingkungan (Rangkuti,

2015). SWOT merupakan alat analisis kualitatif sederhana tetapi telah sangat luas
41

digunakan dalam manajemen termasuk manajemen pengembangan pariwisata.

Data-data yang akan digunakan bersumber dari survei sekunder dan observasi

lapangan serta dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis

SWOT dalam bidang pariwisata dapat dimanfaatkan untuk merumuskan strategi

pengembangan pariwisata, analisis SWOT dapat merumuskan secara rasional dan

berurutan sesuai dengan tujuan keperluannya sebagai berikut:

a. Memberikan gambaran mengenai permasalahan yang perlu diindikasikan untuk

suatu keperluan tertentu.

b. Menganalisis hubungan antar isu

c. Memberikan skenario dan strategi keadaan sekarang dan masa datang yang

akan dituju

Sebelum menggunakan analisis SWOT melalui matriks SWOT tahapan

awalnya yaitu analisis faktor internal dan ekternal. Analisis faktor internal adalah

analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan

kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan analisis faktor

eksternal adalah analisis yang fokus pada kondisi yang ada dan kecenderungan

yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi.

Analisis SWOT dilakukan berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan

potensi dan kesempatan namun secara bersamaan dapat meminimalisasi kendala

dan ancaman sehingga akan memberikan output berupa target atau perlakuan

untuk mencapai tujuan. Contoh tabel metode analisis SWOT dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 3. 2. Metode Analisis SWOT


42

Faktor Internal
Faktor Penentu Kekuatan Kelemahan
(S) (W)
Faktor Eksternal Peluang (O) SO WO
Ancaman (T) ST WT
Sumber: Rangkuti, 2015

Dalam analisis matriks SWOT terjadi interaksi penggabungan dari strategi

yang meliputi kombinasi interaksi strategi internal-eksternal yang terdiri dari,

antara lain:

1. Strategi SO, yang digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang

tersedia dalam lingkungan eksternal.

2. Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.

3. Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang akan terjadi dari

lingkungan eksternal.

4. Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat dari dalam usaha untuk

memperkecil kelemahan internal dan mengurangi tantangan eksternal.

Analisis SWOT ini dilakukan setelah hasil observasi kondisi eksisting di

wilayah penelitian dan kajian literatur dari instansi serta hasil wawancara dari

narasumber terkait faktor internal dan faktor eksternal yang ada di wilayah Wisata

Alam.

3.5. Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaan

penelitian ini. Adapun tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perumusan Masalah
43

Tahap ini meliputi identifikasi faktor dan hubungan antar faktor, khususnya

hubungan sebab-akibat, sebagai akar dari permasalahan. Dari proses ini

kemudian dirumuskan inti masalah dan penjabarannya. Pada tahapan pertama

penelitian ini dilakukan identifikasi pokok permasalahan yang terjadi dalam

potensi pariwisata Pantai di Kabupeten Muna Barat. Kemudian akan ditentukan

batasan-batasan pembahasan atau ruang lingkup termasuk ruang lingkup

wilayah maupun materi.

2) Studi Literatur

Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

penulisan, yang berupa teori, studi kasus, contoh penerapan dan hal-hal lain

yang relevan. Sumbernya dapat berupa jurnal, makalah, buku, internet, koran

dan lain-lain.

3) Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.Pada tahap ini harus tetap

memperhatikan kekonsistenan sumber data tersebut. Data-data yang

dibutuhkan disesuaikan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian.

4) Analisis

Setelah data penelitian telah diperoleh secara keseluruhan, maka tahapan

selanjutnya dilakukan analisis data tersebut.Pada tahap analisis dilakukan

dengan teknik analisis yang sesuai dengan tujuan dari analisis tersebut. Pada

tahap ini juga dilakukan penyajian data dari keseluruhan proses pengumpulan

data yang telah dilakukan.


44

5) Penarikan Kesimpulan

Akhir dari proses analisis akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akan

menjawab tujuan penelitian. Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses

penelitian akan dirumuskan rekomendasi yang berupa astrategi “Potensi dan

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Muna Barat”

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis dan Administratif

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muna Barat terletak di Tenggara

Pulau Sulawesi. Secara astronomi, Kabupaten Muna Barat terletak dibagian

selatan garis khatulistiwa memanjang dari utara ke selatan. Kabupaten Muna

Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Muna, memiliki luas daratan ±

906,28 km2 atau ± 90.628 ha. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Muna

Barat memiliki batas-batas:

- Sebelah Utara : Kabupaten Konawe Selatan

- Sebelah Timur : Kabupaten Muna

- Sebelah Selatan : Kabupaten Muna

- Sebelah Barat : Kabupaten Bombana


45

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Muna Barat.


(Sumber: RIPPDA Kabupaten Muna Barat, 2022)
Berdasarkan gambar 4.1, menunjukkan peta administrasi Kabupaten Muna

Barat yang terdiri dari 11 Kecamatan yaitu Tiworo Kepulauan, Maginti, Tiworo

Tengah, Tiworo Selatan, Tiworo Utara, Lawa, Sawerigadi, Barangka, Wadaga,

Kusambi, dan Napano Kusambi. Kabupaten Muna Barat memiliki beragam

bentuk wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan yang datang berkunjung,

seperti adanya wisata alam, wisata sejarah/budaya dan wisata bahari. Strategi

pembangunan dan pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut

diwujudkan dalam empat kawasan strategis pariwisata, yakni Kawasan Strategis

Pariwisata I meliputi Selat Tiworo dan sekitarnya, Kawasan Strategis Pariwisata

II meliputi Tiworo Raya Daratan, dan Kawasan Strategis Pariwisata III meliputi

wilayah Lawa Raya. Strategi pembangunan dan pengembangan obyek dan daya

tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (3) diwujudkan dalam 4

(Empat) kawasan strategis pariwisata (Sumber: RIPPDA Kabupaten Muna Barat

2018-2023). Dalam penelitian ini mengangkat objek wisata bahari dan wisata

alam. Wisata Bahari meliputi Pulau Indo dan Pantai Pajala, sedangkan Wisata

Alam meliputi Permandian Alam Wakantee dan Tracking Manggrove Waukuni.

Kawasan Strategis Pariwisata I meliputi kawasan Selat Tiworo dan sekitarnya

dengan pengembangan daya tarik wisata unggulan terdiri dari : Wisata Bahari

yaitu Pulau Indo, Pulau Masaringan, Pulau Latoa, Pulau Sanggalea, Pulau Mbela-
46

Mbela, Pulau Gala Kecil, Pulau Rangku, Pantai Pajala, Pantai Mamontu, Pasir

Gisung Masaringan, Pasir Gisung Pasi Tabaeng, Pasir Gisung Pasi Kuta, Spot

Diving dan Snorkeling Pulau Indo, Spot Diving dan Snorkeling selat sanggalea.

Kawasan Strategis Pariwisaata III meliputi kawasan wialayah Lawa Raya dengan

pengembangan daya tarik wisata unggulan terdiri atas : Wisata Alam dan Buatan

Yaitu Mata Air/Permandia Marobea, Kolam Pemancingan Marobea, Kawasan

Agrowisata Lawada, Permandian Alam Matakidi, Permandian Alam Wakantee,

Permandian Alam Kaaghi, Permandian Alam dan Mata Air Ghulu, Kawasan

Wisata Kasiono Oe, Gua dan Mata Air Lamaeo, Gua Lalemba dan Kawasan

Hutan Manggrove Waokuni.

Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Muna Barat
No Kecamatan Jumlah Kelurahan dan Desa Luas (km³) Presentase
1 Tiwaro Kepulauan 9 77,90 8,60
2 Maginti 8 40,57 4,48
3 Tiworo Tengah 8 82,35 9,09
4 Tiworo Selatan 5 66,98 7,39
5 Tiworo Utara 7 62,05 6,85
6 Lawa 8 85,17 9,40
7 Sawerigadi 10 102,60 11,32
8 Barangka 8 33,09 3,65
9 Wadaga 7 175,05 19,32
10 Kusambi 10 103,33 11,40
11 Napano Kusambi 6 77,19 8,52
Total 86 906,28 100,00
Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Muna
Barat Tahun 2015. (Sumber: Kabupaten Muna Barat Dalam Angka 2022)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Sawerigadi

merupakan kecamatan dengan jumlah desa terbanyak yaitu sebanyak 10 desa.

Adapun kelurahan di Kabupaten Muna Barat hanya terdapat di Kecamatan Tiworo


47

Kepulauan (2 Kelurahan), Lawa (2 Kelurahan) dan Kusambi (1 Kelurahan)

(Sumber: Kabupaten Muna Barat Dalam Angka 2016). Pulau Indo berada di

Kecamatan Tiworo Kepulauan yang terdiri atas 2 kelurahan dan 7 desa, luas

km³
wilayah adalah 77,90 atau setara dengan 8,60% dari luas wilayah Kabupaten

Muna Barat. Pantai Pajala merupakan salah satu objek wisata yang terletak di

km³
Kecamatan Maginti yang terdiri atas 8 desa, dengan luas wilayah 40,57 atau

setara dengan 4,48% dari luas wilayah Kabupaten Muna Barat. Objek penelitian

selanjutnya adalah wisata Tracking Manggrove Waukuni yang terletak di

Kecamatan Sawerigadi yang terdiri atas 10 desa, dengan luas wilayah mencapai

km³
102,60 atau setara dengan 11,32% dari luas wilayah Kabupaten Muna Barat.

Terakhir adalah wisata Permandian Alam Wakantee yang terletak di Kecamatan

km³
Lawa yang terdiri atas 8 desa, dengan luas wilayah mencapai 85,17 atau

setara dengan 9,40% dari luas wilayah Kabupaten Muna Barat.

4.2. Iklim dan Curah Hujan

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Muna Barat

hanya mengenal dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Keadaan

musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya.

Wilayah Kabupaten Muna Barat merupakan daerah bersuhu tropis dengan suhu

udara maksimum 25-27OC, bertekanan udara rata-rata 1.011,158 milibar dengan

kelembaban udara rata-rata 85,08%. Kecepatan angin di Kabupaten Muna Barat

pada umumnya berjalan normal, mencapai 1,814167 m/detik.


48

Tabel 4.2
Curah Hujan dan Hari Hujan di Muna Barat Tahun 2021
NO BULAN CURAH HUJAN (Mm) HARI
HUJAN
1 Januari 194,90 16
2 Februari 35,00 20
3 Maret 180,60 21
4 April 336,00 22
5 Mei 149,80 11
6 Juni 47,10 13
7 Juli 4,90 13
8 Agustus 0,00 0
9 September 0,00 0
10 Oktober 0,00 0
11 November 26,60 5
12 Desember 178,80 18
Rata-rata 122,39 11
Tabel 4.2. Curah Hujan dan Hari Hujan di Muna Barat Tahun 2022
(Sumber: Kabupaten Muna Barat Dalam Angka 2022)
4.2 Demografi

Jumlah penduduk Muna Barat tahun 2022 sebanyak 77.084 jiwa, yang

terdiri atas 37.462 laki-laki dan 39.622 Jiwa perempuan, meningkat dari jumlah

tahun 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 1,34 persen. Kepadatan penduduk

Kabupaten Muna Barat tahun 2022 mencapai 85 jiwa/km2, mengalami kenaikan

dari tahun 2022 yaitu sebesar 84 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 11 kecamatan

cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan

Maginti dengan kepadatan penduduk sebesar 218 jiwa/km2 dan terendah di

Kecamatan Wadaga sebesar 35 jiwa/Km2.

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Muna Barat Tahun 2022

Nama Kecamatan 2021 2022 2021-2022


Tiworo Kepulauan 6 800 6 889 1,37
Maginti 8 734 8 836 1,17
Tiworo Tengah 86836
905 6 997 1,33
49

Tiworo Utara 5 161 5 220 1,14


Lawa 7 875 7 995 1,52
Sawerigadi 6 660 6 775 1,43
Barangka 6 363 6 460 1,52
Wadaga 6 058 6 146 1,45
Kusambi 11 390 11 543 1,29
Napano Kusambi 4 980 5 038 1,16
Kab. Muna Barat 76 061 77 084 1,34
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Muna Barat Tahun 2022
(Sumber: Kabupaten Muna Barat Dalam Angka 2022

Berdasarkan table 4.3 di atas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk

terbanyak berada di Kecamatan Kusambi yang mengalami peningkatan dari tahun

2020 sebanyak 11.390 jiwa, kemudian di tahun 2022 bertambah menjadi 11.543

jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Napano

Kusambi yakni pada tahun 2022 menjadi 5.038 jiwa.

Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Muna Barat
menurut Kecamatan Tahun 2022
Penduduk Rasio
Desa/ Kelurahan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jenis
Kelamin
[1] [2] [3] [4] [5]

1 Tiworo Kepulauan 6899 3375 3524 95,77


2 Maginti 8836 4406 4430 99,46
3 Tiworo Tengah 6997 3534 3463 102,42
4 Tiworo Selatan 5195 2666 2529 105,42
5 Tiworo Utara 5220 2588 2632 98,33
6 Lawa 7995 3693 4302 85,84
7 Sawerigadi 6755 3274 3481 94,05
8 Barangka 6460 2972 3488 85,22
9 Wadaga 6146 2872 3274 87,72
10 Kusambi 11543 5573 5970 9335
11 Napano Kusambi 5038 2509 2529 99,21
Muna Barat 77084 37.462 39.622 94,55
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022 (Sumber:
Kabupaten Muna Barat Dalam Angka 2022)
50

Berdasarkan table 4.4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk

berjenis kelamin laki-laki terbanyak berada di Kecamatan Kusambi yang

berjumlah 5.573 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki terendah berada di

Kecamatan Napano Kusambi yang berjumlah 2.509 jiwa. Jumlah penduduk

perempuan terbanyak berada di Kecamatan Kusambi yang berjumlah 5.970 jiwa,

sedangkan jumlah penduduk perempuan terendah berada di dua Kecamatan yakni

Kecamatan Tiworo Selatan dan Kecamatan Napano Kusambi dengan jumlah yang

sama yakni 2.529 jiwa.

4.3 Keadaan Alam

Secara garis besar, ketinggian daratan Kabupaten Muna Barat

bervariasi antara 0->1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun, sebagian

besar dari luas daratan Kabupaten Muna Barat berada pada ketinggian 25-100

m dpl. Sedangkan luas daratan yang mempunyai ketinggian >1000 m dpl

hanya sekitar 0,02% dari luas keseluruhan daratan Kabupaten Muna Barat.

4.4 Sarana Ekonomi

Jenis sarana perekonomian berupa pasar dan pertokoan yang ada

disetiap kecamatan di kawasan perkotaan Kabupaten Muna Barat hanya

beraktifitas pada hari-hari tertentu. Sarana pasar lokal hampir terdapat di tiap-

tiap pusat kecamatan/desa dengan aktifitas transaksi yang berbeda-beda

dimasing-masing kecamatan/desa. Disamping pasar yang beroperasi pada

waktu tertentu, pada setiap ibukota kecamatan juga terdapat warung/kios yang

merupakan tempat-tempat pelayanan kebutuhan pokok sehari-hari.

Kegiatan perekonomian yang berlangsung di Kawasan perkotaan


51

Kabupaten Muna Barat dilayani oleh jenis bank umum dan jenis koperasi

simpan pinjam serta koperasi unit desa. Hal ini sangat berperan dalam

pengembangan jaringan jalan perkotaan Kabupaten Muna Barat, terutama

membantu permodalan, keamanan, dan investasi bagi setiap pelaku kegiatan

ekonomi.

4.5 Potensi Wisata di Kabupaten Muna Barat

Kabupaten Muna Barat memiliki keragaman potensi daya tarik wisata,

baik potensi sumber daya alam berupa Pantai, sungai, maupun potensi

kesenian, sejarah dan budaya bahwan masi banyak lagi potensi wisata yang

ada di kabupaten muna barat sehingga Pemerintah tetap berusaha untuk

menjadikan pariwisata di Kabupaten Muna Barat sebagai ikon yang dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Muna Barat.

4.5.1 Potensi Sumber Daya Alam

Agribisnis tampaknya menjadi kegiatan ekonomi andalan utama bagi

Kabupaten Muna Barat dan kawasan Perkotaan khususnya. Hal ini agribisnis

mempunyai peranan ganda yakni mampu menyediakan pangan lokal dan juga

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani serta memacu

pertumbuhan ekonomi daerah.

Pembangunan pertanian yang tangguh tersebut harus dilaksanakan

secara berkelanjutan sehingga produktivitas, efisiensi dan kelestarian

lingkungan menjadi variabel yang secara bersamaan harus menjadi tujuan,


52

melalui pendekatan pemberdayaan petani dan sumberdaya lokal pedesaan.

Agar sektor pertanian dapat menjadi pilar perekonomian daerah,

pengembangan pertanian yang dikelola secara agribisnis berwawasan

lingkungan dan sudah harus menjadi agenda pembangunan wilayah dan

memacu pertumbuhan perekonomian daerah dengan tanpa mengurangi daya

dukung lingkungan.

Dalam kerangka pengembangan ekonomi kawasan, hendaknya

mengacu dari pengalaman kegagalan pembangunan yang selalu berorientasi ke

kota, dengan harapan terjadi pengaruh langsung manfaat ke desa-desa. Namun

keadaan yang terjadi sejatinya adalah pengurasan sumberdaya oleh kota

terhadap desa. Oleh karenanya, diperlukan reorientasi pembangunan ekonomi

kawasan di wilayah Kabupaten Muna Barat Khususnya Kawasan Perkotaan

dengan menempatkan desa-desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

kawasan.

4.5.2 Potensi Pariwisata Berdasarkan Kecamatan

Potensi Wisata di Kecamatan Maginti


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Pasir Merah Pajala Wisata bahari Desa Pajala
2. Pasir Putih Pajala Wisata bahari Desa Pajala
3. Pulau Bangko Wisata bahari Desa Bangko
4. Pulau Bangko Panjang Wisata bahari Desa Bangko
5. Pulau Gala Wisata bahari Desa Gala
6. Pulau Gala Kecil Wisata bahari Desa Gala
7. Pulau Maginti Wisata bahari Desa Maginti
8. Pulau Pasipadanga Wisata bahari Desa Pasipadanga
9. Pulau Pasitoboang Wisata bahari Desa Pasipadanga
10. Pulau Pasimatha Wisata bahari Desa Pasipadanga
Dapat dilihat bahwa Obyek daya tarik wisata yang ada di
Kecamatan Maginti didominasi oleh obyek wisata bahari berupa pulau-
53

pulau kecil.
Potensi Wisata di Kecamatan Napano Kusambi
No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Mangrove Lahaji Wisata Alam Desa Lahaji
2. Mangrove Kombikuno Wisata Alam Desa Kombikuno
3. Mangrove Latawe Wisata Alam Desa Latawe
4. Permandian Matano Bheka Wisata Alam Desa Tangkumaho
5. Pasir putih Latawe Wisata Bahari Desa Latawe

Potensi Wisata di Kecamatan Tiworo Kepulauan


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Loka
si
1. Pulau Indo Wisata bahari Desa Lasama
2. Pulau Katela Wisata bahari Desa Katela
3. Pulau Ransaweta Wisata bahari Desa Katela
4. Pasir Timbul Mbela-Mbela Wisata bahari Desa Lasama
5. Snorkling dan Diving Pulau Wisata bahari Desa Lasama
Indo
6. Tambak Alam Lasama Wisata alam Desa Lasama
7. Aliran Sungai Tiworo Wisata alam Kelurahan Tiworo
8. Benteng Tiworo Wisata sejarah Kelurahan Waumere
9. Gua sejarah Wabayango Wisata sejarah Kelurahan Waumere
10. Makam Raja-Raja Tiworo Wisata sejarah Kelurahan Tiworo
11. Batu Pelantikan Raja Wisata sejarah Kelurahan Tiworo
12 Masjid Tua Sangia Bharakati Wisata sejarah Kelurahan Tiworo

Potensi Wisata di Kecamatan Barangka


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Permandian Mokokau Wisata alam Desa Sawerigadi
2. Mata air Ambolo Kidi Wisata alam Desa Barangka
3. Mata air Ambolo Balano Wisata alam Desa Barangka
4. Mata air Hondola Wisata alam Desa Sawerigadi
5. Mata air Andola Wisata alam Desa Barangka
6. Mata Air Batakalambe Wisata alam Desa Walelei
7. Mata Air Lanobangka Wisata alam Desa Lapolea
8. Benteng Asiapamu ii Wisata sejarah Desa Sawerigadi
9. Gua Toko Wisata sejarah Desa Sawerigadi
10. Pasar Khusus Buah Lagadi Wisata kuliner Desa Sawerigadi

Potensi Wisata di Kecamatan Lawa


54

No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi


1. Mata Air Wakante Wisata alam Desa Latugho
2. Kolam Pemancingan
Wisata alam Desa Latugho
Alam Wakantee
3. Pendakian dan
Wisata alam Desa Madampi
Lereng Gunung
Madampi
4. Benteng Latumpui Wisata sejarah Desa Watumelaa
5. Benteng Asiapamu I Wisata sejarah Desa Lapadaku
6. Tarian Modero Wisata budaya Kelurahan Wamelai
7. Musik Gambus Wisata budaya Kelurahan Wamelai
8. Perkelahian Kuda Wisata budaya Desa Latugho
9. Mata Air Lameeo Wisata alam Desa Lagadi
10. Gua Latumpui Wisata sejarah Desa Watumelaa

Potensi Wisata di Kecamatan Sawerigadi


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1 Mata air Matandasa Wisata alam Desa Marobea
Bendungan Cek Dum
2 Marobea Wisata alam Desa Lawada
3 Kawasan Buah Langsat Wisata agro Desa Marobea
4 Mangrove Waekuni Wisata alam Desa Waekuni
5 Mangrove Lemoambo Wisata alam Desa Lemoambo

Potensi Wisata di Kecamatan Kusambi


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Mangrove Wakoila Wisata alam Desa Wakoila
2. Mangrove Lakawoghe Wisata alam Desa Lakawoghe
3. Mangrove Tanjung Pinang Wisata alam Desa Tanjung Pinang
4. Mangrove Masara Wisata alam Desa Masara
5. Pusat Jajanan dan Kuliner Wisata kuliner Kelurahan Konawe

Potensi Wisata di Kecamatan Tiworo Selatan


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
Kecamatan Tiworo
1. Mata Air Fotuno Sangia Wisata Alam Selatan
55

Potensi Wisata di Kecamatan Tiworo Tengah


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Alamat
1. Kawasan Mangrove dan Rawa Buaya Wisata alam Kec. Tiworo Tengah
2. Buah Rambutan Labokolo Wisata agro Kec. Tiworo Tengah
3. Buah Rambutan Wapae Jaya Wisata agro Kec. Tiworo Tengah
4. Buah Rambutan Mekar Jaya Wisata agro Kec. Tiworo Tengah
5. Buah Jeruk Labokolo Wisata agro Kec. Tiworo Tengah
6. Pasar Tradisional Mekar Jaya Wisata kuliner Kec. Tiworo Tengah
7. Pasar Tradisional Sukadamai Wisata kuliner Kec. Tiworo Tengah
8. Pasar Tradisional Wanseriwu Wisata kuliner Kec. Tiworo Tengah
9. Mata air dan Das Langku - Langku Wisata alam Kec.Tiworo Tengah

Potensi Wisata di Kecamatan Tiworo Utara


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Pulau Rangku Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
2. Pulau Kajuangin Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
3. Pulau Mbela-Mbela Besar Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
4. Pulau Mbela-Mbela Kecil Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
5. Pulau Bero Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
6. Pulau Latoa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
7. Pulau Maloang Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
8. Pulau Sanggalea Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
9. Pulau Simoa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
10. Pulau Tasipi Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
11. Pulau Santigi Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
12. Pulau Mandike Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
13. Pulau Balu Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
14. Pulau Tiga Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
15. Selat Tiworo Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
16. Kawasan Karang Selat Latoa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
17. Karang Selat Sanggalea Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
18. Karang dan Akar Bahar Raksasa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
19. Pasir Timbul Mbela-Mbela Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
20. Pasir Timbul Latoa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
21. Pasir Timbul Maloang Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
22. Pasir Timbul Sanggalea Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
23. Pasir Timbul Simoa Wisata bahari Kec. Tiworo Utara
56

No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi


24. Pasir Timbul Masaringa Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
25. Pulau Ransaweta Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
26. Snorkeling dan Diving Kajuangin Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
27. Snorkeling dan diving Pulau Bero Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
28. Snorkeling dan Diving Pulau Santigi Wisata bahari Kec.Tiworo Utara
29. Snorkeling dan Diving Tiga Wisata bahari Kec.Tiworo Utara

Potensi Wisata di Kecamatan Wadaga


No. Nama potensi wisata Jenis wisata Lokasi
1. Mata Air Ghulu Wisata alam Desa Katobu
2. Mata Air Kaaghi Wisata alam Desa Lakanaha
3. Gua Ghulu Wisata sejarah Desa Katobu
4. Kawasan Buah Langsat Wisata agro Desa Lakanaha

4.6 Sarana dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Muna Barat

Berdasarkan literatur yang membahas tentang Kesultanan

Buton menjelaskan bahwa dahulu kala di wilayah Kabupaten Muna Barat

terdapat sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Tiworo yang berpusat di Kambara

(benteng Tiworo saat ini). Posisi Kerjaan Tiworo dalam lingkup pemerintah

Kesultanan Buton merupakan sebuah kerajaan otonom yang disebut

sebagai Kerajaan Barata, sehingga Kerajaan Tiworo dikenal dengan nama

Barata Tiworo yang merupakan satu dari 4 (empat) wilayah barata yang

membantu Kesultanan Buton sebagai wilayah pertahanan terluar. Eksistensi

Kerajan Tiworo ini sejalan dengan eksistensi perjalanan Kesultanan Buton

karena Kerajaan Buton tidak terlepaskan dari wilayah baratanya. Eksistensi

Kerajaan Tiworo hari masa lalu meninggalkan berbagai macam situs sejarah

yang masih bisa dilihat sampai saat ini. Hal inilah yang menjadi potensi besar
57

pengembangan wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Muna Barat. Beberapa

contoh jenis peninggalan sejarah dan budaya di Kabupaten Muna Barat adalah

1. Layang-layang khas Muna Barat

Layang-layang khas Muna Barat merupakan layang-layang yang unik

karena terbuat dari daun gadung atau ubi hutan dan kesemua bagiannya

terbuat alami dari alam.

2. Tarian Kuda Khas Muna Barat (Pogiraha Adhara)

Wisata budaya yang tidak kalah seru lainnya adalah tarung kuda khas daerah

lawa Muna Barat yang dikenal dengan sebutan (Pogiraha Adhara). Tarung

kuda ini sudah terkenal di dunia wisata lokal maupun nasional serta

internasional.

3. Benteng-Benteng

Bersejarah Benteng-benteng bersejarah yang ada di Kabupaten Muna Barat

berdasarkan studi penelusuran jejak sejarah dan peninggalan budaya

Kabupaten Muna Barat adalah Benteng Tiworo, Benteng Lasiapamu I, Benteng

Lasiapamu II, Benteng Kaotaloha, Benteng Latompui dan Benteng Wa Obu.

Diantara benteng-benteng yang ada, yang paling terkenal adalah Benteng

Tiworo yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Tiworo di Kambara.

Prasarana Umum Pendukung Pariwisata, Prasarana utama pendudukung

aktivitas pariwisata di Kabupaten Muna Barat adalah Jalan, Listrik, Air Bersih dan

Telekomunikasi. Kondisi prasarana umum yang ada di Kabupaten Muna Barat

adalah:

1. Kondisi Jalan
58

Kondisi jalan yang ada di Kabupaten Muna Barat didominasi oleh kondisi jalan

yang rusak sedang sampai rusak parah. Pemerintah Kabupaten Muna Barat

sebagai kabupaten baru saat ini sedang genjar untuk pengalolaksian anggaran

perbaikan dan pembukaan jalur jalan untuk memperlancar arus barang maupun

orang.

2. Listrik,

Penyediaan energi listrik di Kabupaten Muna Barat saat ini terus ditingkatkan.

Saat in rasio elektrivikasi belum mencapai 100%. Khususnya di Pulau-Pulau

Kecil penyediaan listrik menggunakan metode kombinasi antara pembangkit

tenaga diesel dan tenaga surya.

3. Air bersih,

Sejalan dengan kondisi prasarana utama lainnya saat ini pemerintah kabupaten

Muna Barat tengah gencar membangun jaringan air bersih untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

4. Telekomunikasi,

Pada beberapa lokasi jaringan telekomunikasi belum dapat terjangkau, namun

sebagian lokasi lainnya sudah dijangkau oleh jaringan telpon seluler sehingga

memudahkan wisatawan untuk melakukan komunikasi.

4.7 Pemerintahan

Berdasarkan sejarahnya, di wilayah Kabupaten Muna Barat ini terdapat

kerajaan Tiworo yang memiliki hak otonomi sendiri dan pemerintah sendiri,

dengan demikian sesungguhnya wilayah ini sudah berpengalaman menjadi sebuah

daerah otonom Pembentukan Kabupaten Muna Barat yang merupakan pemekaran


59

dari Kabupaten Muna terdiri atas 11 (sebelas) kecamatan, yaitu Kecamatan

Sawerigadi, Kecamatan Barangka, Kecamatan Lawa, Kecamatan Wadaga,

Kecamatan Tiworo Selatan, Kecamatan Maginti, Kecamatan Tiworo Tengah,

Kecamatan Tiworo Utara, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kecamatan Kusambi,

dan Kecamatan Napano Kusambi. Kabupaten Muna Barat memiliki luas wilayah

keseluruhan ±1.022,89 Km2 dengan jumlah penduduk ±83.362 jiwa pada Tahun

2012 dan terdiri atas 86 (delapan puluh enam) desa/kelurahan. Dengan

terbentuknya Kabupaten Muna Barat sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya

kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan perangkat daerah yang

efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan, serta membantu dan memfasilitasi pemindahan personel,

pengalihan aset dan dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan

daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Muna Barat. Dalam

melaksanakan otonomi daerah, Kabupaten Muna Barat perlu melakukan berbagai

upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana

pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta

pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sejak Kabupaten Muna Barat terbentuk pada tahun 2014 dipimpin oleh

seorang Bupati dan Wakil Bupati. yang ditunjuk langsung oleh Gubernur

Sulawesi Tenggara. Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Muna Barat oleh Laode

Radjiun Tumada, M.Si. Pada Tahun 2017 dijabat oleh Laode Radjiun Tumada,
60

M.Si dan Wakil Bupati Drs. Achmad Lamani, M.Pd saat ini sistem Pemerintahan

di Jabat Oleh Dr. Bahri S.STP.,MSi selaku pelaksana Tugas dari Tahun 2022

Sampai 2023.
61

BAB V
POTENSI DAN PENGEMBANAGAN PARIWISATA DI KABUPATEN
MUNA BARAT
5.1. Potensi Pariwisata di Kabupaten Muna Barat

5.1.1 Objek Wisata Kabupaten Muna Barat

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan

karena mempunyai sumber daya tarik, baik alamiah maupun buatan manusia,

seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dam fauna, kebun binatang,

bangunan kuno bersejarah, monument-monument, candi-candi, tari-tarian, atraksi

dan kebudayaan khas lainnya (Adisasmita, 2010). Dalam kedudukannya yang

sangat menentukan itu maka objek wisata harus di rancang dan di bangun atau di

kelola menentukan secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk

datang. Membangun suatu objek wisata harus di rancang sedemikian rupa

berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah tersebut. Suatu objek wisata

menurut Yoeti (1992) harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu:

1. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”

(sesuatu untuk dilihat). Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan

atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain

(pemandangan alam, upacara adat. kesenian) yang dapat dilihat oleh

wisatawan.

2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something

to do” (sesuatu untuk dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas

rekreasi yang membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama ditempat itu

(penginapan/hotel yang memadai, kolam renang, sepeda air) sehingga mereka


62

dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di

tempat wisata lainnya.

3. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something

to buy” (sesuatu untuk dibeli). Artinya, ditempat tersebut harus tersedia

fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama souvenir dan kerajinan rakyat

sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang

ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Dalam UU No. 9 Tahun 1990 Tentang

Kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya Tarik wisata terdiri dari:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud

keadaan alam, serta flora dan fauna,

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan,

taman rekreasi dan tempat hiburan.

Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

kekayaan wisata yang terbagi dalam wisata alam, wisata bahari, dan wisata

sejarah/budaya. Dalam penelitian ini membahas beberapa jenis wisata yang

terdapat di Kabupaten Muna barat yang tergolong dalam bentuk wisata alam dan

wisata bahari. di antaranya adalah Pulau Apung, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil,

Danau Gembol, Palau Indo, Pemencingan Parura Jaya, Permandian Wakante,

Permandian Matakidi, Telaga Kasiono Oe, Benteng Tiworo, Pantai Pajala.

5.1.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Muna Barat
63

Potensi wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Muna

Barat sangat besar. Posisi strategis Kabupaten Muna Barat yang terletak di Selat

Tiworo membuat kabupaten ini kaya akan sumber daya pesisir yang dapat

dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Potensi Wilayah Pesisir dan pulau-pulau

kecil terdiri atas Kawasan Karang Selat Latoa, Karang Selat Sanggalea, Gugusan

Pasir Timbul, Pasir Timbul Mbela-Mbela, Pasir Timbul Latoa, Pasir Timbul

Moloang, Pasir Timbul Sanggalea, Pasir Timbul Simoa, Pasir Timbul

Masaringan, Pulau Ransaweta, Selat Tiworo, Pulau Indo, Pulau Kajuangin, Pulau

Bero, Pulau Santigi, Pulau Tiga, Pulau Maginti, Pulau Tasipi, Pulau Santigi, Pulau

Mandike, Pulau Balu, Pulau Katela, Pulau Bangko, Pulau Gala Kecil, Pulau

Maegangan, Pulau Rangku, Pasi Padanga, Pasi Toboang, Pasi Mataha, Pulau Gala

Besar, Pulau Masaringan, Pulau Bangko Panjang, Pulau Mbela-Mbela Besar,

Pulau Mbela- Mbela Kecil, Pulau Latoa, Pulau Maloang, Pulau Sanggalea, Pulau

Simoa, Pantai Pasir Merah Pajala, Pantai Pasir Putih Pajala, Pantai Katangana,

Kawasan Pantai Pasir Putih Latawe.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang informan mengatakan

bahwa :

“Potensi pariwisata Kabupaten Muna Barat pada Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau menyimpan berbagai macam potensi dan kekayaan alam berupa potensi
sumber daya alam, potensi wilayah, potensi industri dan potensi pariwisata. Potensi
sumber dayam pesisir kabupaten muna barat antara lain berupa sumber daya
hayati, mineral dan energi serta potensi budidaya laut. Muna barat menyimpan
berbagai keanegaragaman hayati yang terdiri atas berbgai jenis ikan, udang, cumi-
cumi, lobster, rumput laut, kerang, terumbu karang serta jenis-jenis hewan laut. Hal
tersebut menyebabkan wilayah pesisir muna barat memiliki potensi budidaya laut
yang besar”. ( Ali Kadirun S.Pd., Wawancara 6 juni 2023).

Senada dengan pendapat diatas Muliati Konu SH. Mengatakan bahwa :


64

“Wilayah pesisir kabupaten muna barat berada dikawasan yang dapat dibilang
stategis, sehingga hal tersebut dapat menjadi potensi wilayah bagi pesisir muna
barat berbagai kekayaan alam memungkinkan wilayah pesisir dapat
menumbuhkan perekonomian melalui perindustrian. Linfkungan diwilayah pesisir
terdiri berbagai macam ekositem”. (Wawancara 6 juni 2023).

Ketgam: Dokumentasi Hasil Wawancara Salah Satu Kepala Bidang Pariwisata (Kahar
Musakkar 1 Juli 2023)

Berdasarkan data dan wawancara di atas, bahwa potensi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau kecil di kabupaten muna barat sangat berpotensi untuk djadikan wisata

dikabupaten muna barat sehingga dapat menambah penghasilan bagi warga muna barat.
65

1. Potensi Pulau Gala Kecil

Keterangan gambar : Pulau gala Kecil

Pulau Gala kecil terletak di desa gala di Kecamatan Maginti, Kabupaten

Muna Barat pulau gala kecil merupakan destinasi wisata yang indah dengan

hamparan pasir putih, destinasi wisata yang belum terjamah oleh tangan manusia

merupakan sekumpulan gugusan pulau kecil dengan wilayah yang tak luas,

namun potensi wisata yang dimilikinya sangat mengagumkan. Pulau ini sangat

cocok bagi para wisatawan yang gemar berpetualang, sebab di pulau ini, kita

dapat melakukan snorkeling dengan disajikan oleh pemandangan pantai yang

sangat bersih dan air laut berwarna biru tosca menawarkan pesona bawah laut

cantik dan memikat serta terumbu karang yang masih terjaga sampai saat ini.

“Berdsarkan wawancara Salah satu warga mengatakan “Bahwa Pulau Gala


Kecil memiliki keunikan, dimana ketika air surut, pasirnya akan berbentuk
seperti ekor ikan hiu, putih memanjang dan di pinggir pantai dihiasi dengan
bebatuan yang bersusun, seperti model tangga. Di atas bukit juga terdapat
66

pohon, kita bisa menikmati keindahan sekeliling dengan tiupan angin sepoi-
sepoi," (wawancara 8/Juni/2023).

Untuk mencapai Pulau gala kecil, pengunjung harus menyebrang

menggunakan perahu nelayan dari pelabuhan pajala dibutuhkan waktu sekitar 5

hingga 10 menit melakukan penyebrangan ini. Harga untuk sekali menyebrang ini

juga terbilang terjangkau yakni mulai dari Rp. 30 ribu rupiah. Selain

menggunakan perahu nelayan, pengunjung juga bisa melakukan perjalanan

melalui pulau bangko. Perjalanan akan ditempuh kurang lebih selama 15 menit.

Harga sewanya beragam, biasanya berkisar Rp. 200.000 Rupiah berdasarkan

kesepakan antara pengunjung dan pemilik perahu.

Walau dengan ukuran kecil, pulau ini tak kalah eksotisnya dibandingkan

dengan tempat wisata lainnya, di sini terdapat beberapa jenis tumbuhan dan

pepohonan yang hidup subur, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan

pantai yang masih bersih, serta air laut yang sangat jernih, sangat cocok bagi

pengunjung yang akan melakukan snorkeling ataupun diving. Keindahan dasar

laut dengan karangnya indah dan biota laut yang masih alami serta hidup beragam

spesies.

“Senada dengan salah satu pengunjung mengatakan bahwa "Suasananya


sepi, serasa di pulau pribadi, sebab di sana memang tak berpenghuni,
dikhususkan untuk para wisatawan yang akan berkunjung pemandanganya indah
terdapat seperti Pasirnya putih, bebatuan airnya berih berwarna biru”,(wawancara
9 Juni 2023)

Maka dapat disimpulkan bahwa pulau gala kecil dapat dijadikan salah

wisata bahari yang dimana didalamnya terdapat potensi wisata yaitu pantainya

bersih , air lautnya indah berwarn biru, bebatuan serta dapat diakses dengan

mudah melalui perahu ketinting kurang lebih 5 sampai 10 menit selanjutnya,


67

ketika pengunjung mengelilingi pulau, pengunjung akan menjumpai beberapa

rumah singgah (bagang) yang dibangun dengan konstruksi sederhana, bagang ini

digunakan oleh nelayan sekitar untuk istirahat demi melepas penat, serta dapat

digunakan untuk memperbaiki alat penangkap ikan.

2. Pulau Indo

Keterangan gambar: Pulau Indo

Gambar di atas merupakan objek wisata bahari yang ada di Kabupaten

Muna Barat yang dikenal dengan wisata Pulau Indo. Objek wisata ini terletak di

Desa Lasama, tepatnya di Kecamatan Tiworo Kepulauan. Sebelumnya pulau kecil

ini merupakan wilayah pesisir yang tidak ada penghuninya. Hingga kemudian

pemerintah setempat melakukan pembenahan. Karena melihat potensi dari

keberadaan wilayah ini sangat menjanjikan jika dikembangkan dengan baik.

Terbukti kini Pulau Indo berhasil menggaet turis lokal maupun asing.
68

Dengan keindahannya pantainya sehingga dijadikan sebagai ikon wisata

dari Kabupaten Muna Barat. Objek wisata ini tergolong ramai pengunjung, hal ini

terlihat dari data yang ditampilkan melalui Kantor Dinas Pariwisata Muna Barat

yang menunjukkan jumlah wisatawan destinasi wisata Pulau Indo yang terletak di

Kecamatan Tiworo Kepulauan berjumlah ± 40.000 pengunjung wisatawan

nusantara dan ± 8 pengunjung wisatawan mancanegara. Ramainya wisatawan

yang berkunjung juga terlihat ketika memasuki hari libur nasional ataupun di

akhir pekan yang merupakan waktu yang tepat untuk liburan bersama keluarga.

Di sepanjang pantai terdapat gazebo maupun hammock untuk wisatawan bisa

bersantai menikmati pemandangan baharinya. Pemandangan bawah laut di Pulau

Indo terbilang indah. Terumbu karang hingga aneka ragam biota lautnya yang

masih terjaga, memungkinkan wisatawan jelajahi dengan melakukan diving

hingga snorkeling. Selain snorkeling, pihak pengelola juga menyediakan

permainan air seperti banana boat.

Untuk mencapai Pulau Indo, pengunjung harus menyebrang menggunakan

perahu nelayan dari Desa Guali dan melewati sebuah muara yang mirip dengan

sungai kemudian tiba di Pulau Indo. Dibutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit

melakukan penyebrangan ini. Harga untuk sekali menyebrang ini juga terbilang

terjangkau yakni mulai dari Rp. 20 ribu rupiah. Selain menggunakan perahu

nelayan, pengunjung juga bisa melakukan perjalanan dari Pelabuhan Tondasi.

Perjalanan akan ditempuh kurang lebih selama 30 menit. Harga sewanya

berwariasi, biasanya berkisar dari Rp. 150.000,- sudah bisa digunakan untuk biaya

pulang pergi.
69

3. Pantai pajala

Keterangan gambar : pantai Pajala

Objek wisata Pantai Pajala yang berlokasi di Kecamatan Maginti,

Kabupaten Muna Barat. Objek wisata ini tergolong ramai pengunjung, hal ini

terlihat dari data yang ditampilkan melalui Kantor Dinas Pariwisata Muna Barat

yang menunjukkan jumlah wisatawan destinasi wisata dengan jumlah pengunjung

± 50.000 pengunjung wisatawan nusantara dan ± 10 pengunjung wisatawan

mancanegara. Daya tarik paling utama yang dimiliki oleh pantai yang juga dikenal

dengan nama “Bone Kadea” ini adalah pasirnya yang berwarna merah. Pasir

pantai tersebut tergolong langkah karena hanya beberapa pantai di Indonesia yang

memilikinya, dimana salah satunya ada di Provinsi Sulawesi Tenggara ini. Selain

memiliki pantai pasir berwarna merah yang menjadi daya tarik, pantai ini juga

memiliki hamparan hutan mangrove yang sangat hijau dan menambah keindahan
70

pantai ini. Selain itu, pantai ini juga ditumbuhi oleh beberapa pohon bakau yang

tumbur tersebar di beberapa bagian antai sehingga akan menciptakan

pemandangan yang sangat unik. Terakhir adanya gazebo diatas kolam air tawar

membuat pantai menawan ini menjadi populer. Gazebo tersebut memang dibuat

berbeda dengan gazebo pada umumnya, tujuannya adalah untuk menarik minat

wisatawan.

Untuk rute perjalanannya wisatawan bisa berpatokan kepada Kantor

Bupati Muna Barat yang berlokasi di Kampobalano, Sulawesi Tenggara. Rute ini

memiliki panjang sekitar 33 km dengan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam

2 menit. Untuk sementara akses masuk ke Pantai Pajala masih belum dikenai

biaya alias gratis. Meskipun begitu wisatawan perlu menyiapkan uang lebih

karena di waktu tertentu terkadang harga tiket ditentukan oleh pihak pengelola

pantai.

4. Permandian Wakantee

Keterangan gambar : Permandian Wakantee

Objek wisata Permandian Alam Wakantee . Permandian Wakante adalah

salah satu destinasi favorit di Muna Barat, hampir semua kalangan datang

berkunjung kesini. Apalagi saat akhir pekan di hari Sabtu dan Minggu permandian
71

ini sangat ramai dikunjungi. Hal ini terlihat dari data yang ditampilkan melalui

Kantor Dinas Pariwisata Muna Barat yang menunjukkan jumlah wisatawan

destinasi wisata dengan jumlah pengunjung ± 10.000 pengunjung wisatawan

nusantara dan ± 6 pengunjung wisatawan mancanegara. Pengunjung bisa

menikmati kesegaran airnya, berendam dan berenang didalam kolam permandian.

Saat matahari terik, pengunjung tidak perlu kuatir akan terkena langsung sinar

UV, karena permandian ini dikelilingi pohon pohon besar dan lebat. Banyak

pengunjung yang berdatangan ketika pada hari libur maupun hari biasa.

Bukan hanya permandian alam Wakantee tetapi ada juga pertunjukan

kuda. serta kuda tersebut bisa ditunggangi oleh para pengunjung dengan biaya Rp

10 ribu untuk mengelilingi area permandian. Selain dapat menunggangi kuda,

pengunjung juga dapat berenang dengan sesuka hati pada tempat yang disediakan

untuk area berenang, karena ada juga tempat yang dilarang untuk berenang, salah

satunya empang milik warga setempat. Banyak pengunjung yang datang untuk

berenang, karena sumber airnya dari mata air langsung yang masih terasa sejuk,

selain berenang, para pengunjung bisa menikmati terapi ikan koi serta pengunjung

dapat berfoto di empang bersama ikan-ikan koi atau pun jenis ikan lainnya.

Permandian Alam Wakantee berada di Desa Latugho Kecamatan Lawa. Hanya

berjarak 19 km atau sekitar 30 menit dari Bandara Sugi Manuru. Atau jika

wisatawan melewati jalur dari Raha, Ibu Kota Kabupaten Muna, wisatawan dapat

menempuh waktu sekitar 35 menit.

Berdasarkan Wawancara “Ali Kadirun S.Pd Mengatakan bahwa saat ini


pemerintah Kabupaten Muna Barat dalam hal ini instansi Pariwisata
melihat berbagai potensi wisata yang ada di Muna Barat sepeti wisata
Pulau Apung, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil, Danau Gembol, Palau
72

Indo, Pemencingan Parura Jaya, Permandian Wakante, Permandian


Matakidi, Telaga Kasiono Oe, Benteng Tiworo, Pantai Pajala. Menjadi
perhatian khusus tetapi kami pemerintah tentunya melihat sedetail
mungkin wisata apa saja yang mesti kami kembang secara terus
menerus, karena potensi wisata dimuna barat ini banyak, tetapi ada
prioritas dalam pengembangan wisata di muna barat yaitu wisata pantai
pajala, permandian wakantee serta pulau indo inilah yang menjadi
fokus kami dalam pengembangan potensi wisata yang ada di muna
barat hal tersebut dikarenakan bedasarkan anggaran yang ada di
instansi kami pariwisata. (Wawancara 11 Juni 2023)

“Senada dengan Emi Sara Guluhi S.Pd Mengatakan bahwa pemerintah


daerah muna barat dalam hal ini instansi Pariwisata fokus beberapa wisata
saja yaitu pantai pajala, pulau indo serta permandian wakantee melihat
anggaran terbatas dan hal tersebut berdasarkan RIPPDA” (Wawancara 11
Juni 2023)

Katgam : Wawancara Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Kabupaten Muna


Barat ( Kahar Musakkar 10 Juni 2023)

Maka dapat disimpulkan bahwa Pemrintah Muna Barat saat ini fokus pada

tiga wisata yaitu pantai pajala, permandian wakantee serta pulau indo hal tersebut

berdasarkan kemampuan anggaran Kabupaten Muna Barat.


73

5.2.2 Potensi Wisata Buatan

Potensi wisata buatan adalah memiliki potensi yang dapat digunakan

sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan

seni budaya suatu daerah.

a. Tarian Budaya Kabupaten Muna Barat

Ketgam : Wisata Budaya Kabupaten Muna Barat (Kahar Musakkar, 2023)

b. Kuliner Muna Barat

C D
74

Dapat disimpulkan bahwa potensi wisata buatan musia dapat menunjang

pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Muna Barat serta dapat

menambah penghsilan masyarakat pelaku wisata

Fasilitas Pendukung Pariwisata Fasilitas pendukung pariwisata

dikabupaten Muna Barat antara lain fasilitas untuk akomodasi seperti hotel atau

homestay, rumah makan, Bank dan ATM, Travel Agent. Adapun kondisi fasilitas

pendukung pariwisata di Kabupaten Muna Barat adalah sebagai berikut:

1. Hotel/Homestay

Ketersediaan Hotel maupun homestay sangat penting peranannya dalam

mendukung aktivitas pariwisata. Oleh karena ini, ketersediaan fasiitas pendukung

ini bersifat wajib untuk meningkatkan minat kunjungan dan kenyamanan saat

berwisata Hotel yang ada di Kabupaten Muna Barat saat ini hanya da satu yaitu

Hotel Mekarjaya yang ada di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah. Hotel

ini menyediakan 7 kamar dengan tarif 150-250 ribu permalam. Sedangkan untuk

homestay, saat ini pemerintah melalui dinas pariwisata tengah membina beberapa

masyarakat untuk penyediaan homestay ini khusunya di wilayah-wilayah yang

memiliki obyek wisata.

2. Restoran/Rumah Makan

Salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam kepariwisataan

adalah tersedianya restoran (rumah makan) yang memadai bagi wisatawan.

Macam rumah makan yang cocok, bentuk dan cara pelayanan, serta jenis makanan

yang akan disajikan hendaknya memperhatikan selera dan kebiasaan para calon
75

wisatawan. Adakalanya kebutuhan makanan termasuk pelayanannya bagi

wisatawan asing berbeda tergantung dari daerah mana asal mereka. Wisatawan

yang berasal dari Eropa maupun Amerika, tentunya berbeda dengan wisatawan

yang berasal dari Timur Tengah dan Asia. Hal tersebut harus jadi pertimbangan

bagi pengelola paket wisata termasuk para pramu wisata. Perlu diperhitungkan

seawal mungkin sebelum mereka datang ke Daerah Tujuan Wisata maupun

selama perjalanan di Indonesia.

3. Travel Agent (Agen Perjalanan) atau Usaha Biro Perjalanan

Agen perjalanana ataupun usaha biro perjalanan memiliki peranan yang

sangat penting untuk mendukung kepariwisataan disuatu daerah. Keberadaan agen

perjalanan akan memudahkan wisatawan yang membutuhkan pendampingan

dalam melakukan kegiatan wisata. Adapun beberapa agen perjalanan atau usaha

biro perjalanan wisata yang ada di Kabupaten Muna Barat dapat dilihat pada

Tabel

4. Aksesibilitas Pendukung Pariwisata

a) Bandar Udara

Bandar udara merupakan sarana pendukung yang memudahnya wisatawan

mengakses suatu wilayah dengan tujuan untuk berwisata. Adanya sebuah bandara

merupakan salah satu pertimbangan penting seorang wisatawan untuk

mengunjungi sebuah daerah. Khusus di Kabupaten Muna Barat telah memiliki

sebuah bandara yang melayani penerbangan dari dan menuju makasar dengan

menggunakan ATR. Maskapai yang melayani penerbangan di bandara ini adalah


76

maskapai wings air yang merupakan anggota dari Group Lion dan Garuda

Airlines. Jadwal penerbangan dibandara ini adalah sekali sehari.

b) Pelabuhan

Selain bandara pelabuhan juga merupakan salah satu pintu kedatangan

wisatawan baik lokal maupun regional. Saat ini sudah ada pelabuhan yang

menghubungkan Kabupaten Muna Barat dengan daerah di Kabupaten Bombana

dan Bulukumba Sulawesi Selatan melalui pelabuhan Fery Tondasi. Dengan

terhubunganya daerah-daerah ini melalui jalur laut maka akan memberikan

peluang meningkatnya jumlah wisatawan di Kabupaten Muna Barat.

“Berdasarkan wawancara Responden mengatakan bahwa wisatawan


mancanega atau lokal dapat melalui Bandara Sugimanuru bisa melalu
laut, Pelabuhan Raha, Pelabuhan Tondasi dan Pelabuhan Pajala akses
tersebut dapat mempermudah wisatawan yang ada di seluruh Indonesia
atapu Internasional”(Ali Kadirun S.Pd. Wawancara 10 Juni 2023)

“Senada dengan pendapat diatas Emi Sara Guluhi S.Pi Mengatakan


bahwa wisata ada yang ada dimuna barat bisa melalui udara, laut dan
darat yaitu Pelabuhan pajala, pelabuhan Tondasi, dan Pelabuhan Kota
Raha”, (Wawancara 10 juni 2023)

5.2 Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Muna Barat

5.2.1 Pengembangan Objek Pariwisata

Potensi kepariwisataan merupakan objek yang mempunyai kekuatan dan

nilai tambah untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. Potensi pariwisata

dapat digolongkan menjadi:

1. Potensi Alam Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu

daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain

(keadaan fisik suatu daerah).


77

2. Potensi Kebudayaan Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa

manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan

bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument.

3. Potensi Buatan Manusia juga adalah memiliki potensi yang dapat digunakan

sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan

seni budaya suatu daerah.

Potensi pariwisata tentunya akan memiliki daya tarik bagi para wisatawan,

karena itu terdapat kriteria-kriteria objek wisata menjadi sebuah potensi

pariwisata, pertama, something to see; something to do dan something to buy .

Selanjutnya selain kriteria diatas terdapat faktor yang dapat menjadikan objek

wisata menarik yakni kelengkapan sarana dan prasarana objek wisata. Prasarana

kepariwisataan merupakan semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana

kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan

pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka antara lain:

perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal;

instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih; istem telekomunikasi;

pelayanan kesehatan; pelayanan keamanan; pelayanan wisatawan lainnya. Adapun

objek dan daya tarik wisata yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

“Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan

fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan

tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka; karya manusia yang

berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan
78

tempat hiburan. Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung,

gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat

ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain.

Dari pemahaman mengenai potensi pariwisata diatas dapat di kemukakan

beberapa hal yang substantive terkait dengan yang dimaksud dengan potensi

pariwisata yakni : Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan; Daya

tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang berseni tinggi dan

layak untuk dijadikan suatu produk yang menjadi sasaran utama wisatawan.

Potensi pariwisata hendaknya dirancang dan dibangun secara profesional

dalam bentuk pengembangan potensi pariwisata sehingga dapat menarik

wisatawan dan mendatangkan jasa layanan yang sangat berguna bagi

perkembangan daerah, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan itu sendiri merupakan suatu strategi yang dipergunakan

untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu

objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu

memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata

maupun bagi pemerintah. Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan

untuk memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun masyarakat. Karena itu

Suwantoro, menyatakan bahwa upaya pengembangan pariwisata menyangkut

perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur:

1). Objek dan daya tarik wisata; 2) Prasarana wisata, 3) Sarana wisata; 4)

Infrastruktur;

5) Masyarakat/ lingkungan
79

Aktor utama yang berperan dalam pembangunan dan pengembangan

pariwisata menurut Pitana dan Gayatri tiga aktor tersebut adalah Masyarakat;

Swasta yang bergerak di sektor pariwisata dan ; Pemerintah.

Terkait dengan peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata Pendit

menyebutkan dua faktor penting terkait peran pemerintah (politik) suatu negara,

dalam hal ini adalah pemerintah daerah, yaitu yang secara langsung dan secara

tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan industri

pariwisata tersebut. Pertama yang secara langsung mempengaruhi adalah sikap

pemerintah terhadap kunjungan wisatawan, kedua secara tidak langsung yaitu

adanya situasi dan kondisi yang stabil dalam perkembangan politik ekonomi serta

keamanan dalam negara atau daerah itu sendiri, pemerintah berkewajiban untuk

mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada perlindungan dan peningkatan sektor

pariwisata, lalu rakyat mendukung berbagai kebijakan terkait pariwisata yang

telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Potensi pariwisata Kabupaten Muna Barat sebagaimana dideskripsikan di

atas lebih menitikberatkan kepada obyek pariwisata konvensional yang pada suatu

ketika dapat mengalami kejenuhan, sehingga pemerintah Kabupaten Muna Barat

mencari alternatif pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat.

Upaya pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Muna Barat

dilakukan melalui: (1) program pengembangan pariwisata, (2) pengembangan

pemasaran pariwisata, dan (3) pengembangan kemitraan pariwisata.

Pengembangan destinasi pariwisata merupakan upaya untuk menata

kawasan serta kondisi obyek wisata serta menyediakan dan melengkapi sarana dan
80

prasarana pariwisata. Pelaksanaan program ini dicapai melalui kegiatan

pengembangan obyek pariwisata unggulan, pengembangan jenis dan paket wisata

unggulan melalui penyedian fasilitas layanan, pengembangan daerah tujuan

wisata, peningkatan pembangunan sarana prasarana pariwisata, pengelolaan

retribusi obyek wisata berupa pembayaran upah pungut kepada kelompok

pemungut retribusi di obyek wisata, serta pembayaran premi asuransi pengunjung

obyek wisata dan penyusunan perangkat hukum dan perencanaan pariwisata.

Program pengembangan pemasaran pariwisata dimaksudkan guna

mengenalkan, menginformasikan dan mempromosikan pariwisata yang ada di

Muna Barat pada pasar wisata potensial baik regional maupun nasional bahkan

internasional. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan

pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata, kegiatan

pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata bersama kabupaten/kota di

Muna Barat ke luar daerah, diikuti pula kegiatan pelaksanaan promosi pariwisata

nusantara di dalam dan di luar negeri melalui Gebyar Wisata. Dalam rangka

mempromosikan serta menambah daya tarik kunjungan di obyek wisata,

dilaksanakan kegiatan penyelenggaraan atraksi di obyek wisata.

Program pengembangan kemitraan dilaksanakan guna meningkatkan

kapasitas dan peran serta pelaku pariwisata dan masyarakat dalam pengembangan

pariwisata. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan

Edukasi (KIE) bagi OPD, KIE bagi pengelola desa wisata, monitoring, evaluasi

dan pelaporan pengembangan kemitraan dengan sasaran desa wisata dan pelaku

usaha pariwisata yang ada di kabupaten Muna Barat.


81

Dengan demikian pengembangan potensi pariwisata pada dasarnya

merupakan suatu strategi dan upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta

dan masyarakat secara sinergi guna mendorong tumbuh dan kembangnya sektor

pariwisata yang akan melahirkan iklim ekonomi yang kondusif bagi negara,

daerah serta masyarakat dan pelaku usaha pariwisata

Peran pemerintah tidak dapat optimal dengan sendirinya dalam

pengembangan potensi pariwisata, membutuhkan beberapa faktor, Pertama adalah

anggaran. ketersediaan anggaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja pemerintah, tanpa dukungan anggaran yang cukup, program yang

dihasilkan juga tidak akan tercapai secara optimal. Kedua Sarana dan Prasarana,

selain memiliki anggaran dan sumberdaya yang baik, juga harus memiliki sarana

dan prasarana yang dapat mendukung keberlangsungan pengembangan potensi

pariwisata. Ketiga, Kemitraan dan Keempat adalah Partisipasi Masyarakat dimana

keikutsertaan masyarakat pada pengembangan potensi pariwisata sangat penting

dan menentukan keberhasilan pegembangan potensi pariwisata tersebut.

Kabupaten Muna Barat memiliki keragaman potensi daya tarik wisata,

baik potensi sumber daya alam berupa Pantai, sungai, maupun potensi

kesenian, sejarah dan budaya bahwan masi banyak lagi potensi wisata yang

ada di kabupaten muna barat sehingga Pemerintah tetap berusaha untuk

menjadikan pariwisata di Kabupaten Muna Barat sebagai ikon yang dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Muna Barat.


82

Kabupaten Muna Barat saat ini telah memiliki Rencana Induk

Pembangunan Pariwisata Daerah tahun 2018-2023 yang menetapkan pada pasal

23b mengenai Kawasan Strategis Pariwisata yang ada di wilayah Kabupaten

Muna Barat dengan pengembangan daya tarik wisata unggulan. Salah satu wisata

yang disebutkan ialah wisata bahari dan wisata alam. Komponen wisata tersebut

yang berupa pantai, danau, dan magrove mengembangkan pariwisata di Muna

Barat dapat lebih terarah sesuai dengan visi misi pemerintah daerah.

Pengembangan tentang adanya potensi wisata alam dan wisata bahari yang ada di

Kabupaten Muna Barat dinilai turut mendukung visi pembangunan

Kepariwisataan Daerah yang tertuang dalam RIPPDA Kabupaten Muna Barat.

Visi nya yakni “Terwujudnya Kabupaten Muna Barat sebagai daerah tujuan

wisata nasional dan wisata bahari dunia tahun 2023”. Hal ini juga di ungkapkan

oleh Kepala Dinas Pariwisata yakni Bapak Ali Kadirun, S.Pd, yang

mengungkapkan bahwa :

“Pengembangan wisata di Muna Barat itu yang pertama wisata yang


menyenangkan, membahagiakan, klaboratif, akselarasi, akuntabilitas dan
bagaimana mewujudkan kesejahteraan masyarakat memajukan destinasinya
dan membentuk ekosistem pariwisatanya itu strategi kita kalau misinya
menciptakan kenyamanan, kebahagian pengunjung kedamaian, klaborasi dan
sebagainya dalam mewujudkan masyarakat sejahtra.” (Wawancara, 14 Juni
2023)

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa pihak pemerintah

daerah juga membenarkan terkait pengembangan pariwisata Kabupaten Muna

Barat dengan memajukan destinasi wisata yang dapat mewujudkan kesejahteraan

bagi masyarakat setempat. Kesejahteraan yang dimaksudkan selain dalam hal

kenyamanan dan lingkungan wisata yang menyenangkan, juga dengan


83

menciptakan peningkatan taraf perekonomian masyarakat dengan keberadaan

destinasi wisata di Kabupaten Muna Barat. Sedangkan terkait misi yang menjadi

acuan dari pemerintah daerah diungkapkan bahwa menciptakan kenyamanan,

kebahagian pengunjung kedamaian, klaborasi dan sebagainya dalam mewujudkan

masyarakat sejahtera. Sehingga dapat dilihat bahwa visi dan misi pemerintah

daerah Kabupaten Muna Barat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten

Muna Barat mengarah kepada keberlanjutan dari destinasi wisata yang dapat

dikembangkan demi mencapai kesejahteraan masyarakat di masing-masing

daerah.

Lebih lanjut kembali dijelaskan oleh Kepala Dinas Pariwisata yakni Bapak

Ali Kadirun S.Pd, yang mengungkapkan bahwa :

“Pertama kami mengajak seluruh komponen masyarakat untuk berklaborasi


dalam pengembangan pariwisata jadi kita punya fokus di muna barat ada tiga
hal yang pertama wisata bahari, wisata alam dan geopard benteng dan gua-gua
ini semua masih menyusun langkah-langka strategi supaya kedepan ketiga
lopus bisa di kembangkan menjadi sebuah program pariwisata yang
berkelanjutan dan bisa mensejahterakan masayarakat dari segi ekonomi
kemudian yang kedua yang kita lakukan menciptakan ekosistem pariwisata
khususnya di tempat-tempat destinasi wisata kita sudah membentuk kelompok
yang namanya masyarakat sadar wisata untuk di Pulau Indo itu kemarin kami
sudah bentuk di Desa Lasama kemudian di Desa .(Wawancara, 15 Juni 2023)

Berdasarkan informasi di atas menjelaskan bahwa pihak pemerintah

daerah Kabupaten Muna Barat melalui Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Muna

Barat yakni menjelaskan bahwa akan pentingnya pengolahan objek wisata yang

ada di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Muna Barat. Potensi

daya tarik yang menjadi perhatian khusus adalah keberadaan wisata bahari, wisata

alam dan juga wisata sejarah/budaya. Berdasarkan pembangunan kepariwisataan


84

di Kabupaten Muna Barat yakni “Terwujudnya Kabupaten Muna Barat sebagai

daerah tujuan wisata nasional dan wisata bahari dunia tahun 2023”, juga di

ungkapkan oleh Bapak Ali Kadirun bahwa keberadaan potensi wisata yang ada

dinilai mampu di kembangkan menjadi sebuah program pariwisata yang

berkelanjutan dan bisa mensejahterakan masyarakat dari segi ekonomi.

Keberagaman potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Muna Barat menjadikan

pemerintah daerah lebih focus dalam pengembangan wisata yang ada,

sebagaimana yang di utarakan Bapak Ali Kadirun di atas bahwa telah di bentuk

kelompok sadar wisata.

Keterlibatan mayarakat merupakan faktor utama dalam pengembangan

pariwisata. Masyarakat dapat membangkitkan kesadaran akan pentingnya

pariwisata dan menumbuhkembangkan kreatifitas yang menghasilkan ide-ide

segar untuk mengembangkan pariwisata yang ada khususnya di Kabupaten Muna

Barat agar dapat menimbulkan daya tarik terhadap para wisatawan local maupun

mancanegara. Selain memberikan sumbanagan berbentuk pikiran, masyarakat

dapat berpartisipasi dalam hal pengembangan promosi. Promosi sendiri dapat

dikembangkan melalui social media terkait destinasi wisata yang ada di daerah

masing-masing khususnya di Kabupaten Muna Barat. Peran masyarakat berupa

dalam hal pengelolaan pariwisata misalnya menyediakan travel agent yang

melibatkan masyarakat itu sendiri di masing-masing wilayah dan berkontribusi

secara langsung dalam mempromosilkan destinasi wisata yang akan di

kembangkan ke depannya.
85

Pemerintah Kabupaten Muna Barat menghadapi berbagai hambatan dalam

mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat. Hambatan tersebut antara lain:

(1) sumber dana yang tidak mencukupi, (2) kurangnya jumlah sumber daya

manusia di bidang pengembangan pariwisata, (3) kesiapan masyarakat dalam

menyikapi pentingnya pengembangan pariwisata, mayoritas masyarakat yang

hidup sebagai petani cenderung apatis dan kurang sadar akan hal tersebut,

akibatnya inovasi dan kreasi dari pihak masyarakat terkait dengan pengembangan

pariwisata tidak dapat optimal, (4) dukungan dari pihak swasta atau pengusaha

wisata juga masih minim, kurangnya investor yang mau untuk turut

mengembangkan potensi pariwisata berbasis masyarakat. Model pengembangan

ini sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal di Kabupaten Muna

Barat dirumuskan dengan berdasarkan pertimbangan potensi dan permasalahan

yang ada.

5.2.2 Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata di kabupaten Muna Barat sesuai

dengan strategi yang berkaitan dengan aspek-aspek pengembangan

kepariwisataan. Strategi ini dalam upaya rencana pengembangan pariwisata

dikabupaten Muna Barat.

Strategi pengembangan pariwisata meliputi strategi pengembangan

produk, pengembangan pasar dan promosi, pengelolaan lingkingan,

pengembangan sumber daya manusia, pemberdayaan masyarakat, dan

investasi.

1. Strategi Pengembangan Produk Wisata


86

Strategi pengembangan produk wisata meliputi strategi pengambangan

objek dan daya tarik wisata, pengembangan aksesibilitas dan pengembangan

utilitas/fasilitas pariwisata.

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Menjadikan daya tarik

wisata alam dan budaya sebagai daya tarik unggulan di Kabupaten Muna

Barat Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi terssebut

adalah ;

a. Menentukan lokasi-lokasi prioritas pengembangan Kawasan Wisata

Unggulan.

b. Melakukan rencana detail desain untuk kawasan yang akan dikembangkan.

c. Merencanakan pengembangan sarana prasarana pendukung kawasan wisata

dan peningkatan kualitas antraksi wisata.

d. Menetapakan sasaran pengembangan dan skala waktu pengembangan.

2. Strategi pengembangan aksesibilitas

Strategi pengembangan aksesibilitas di Muna Barat dapat dilakukan

dengan hal berikut:

a. Mengadakan sarana dan prasarana yang memadai ke setiap objek dan daya

tarik wisata di Kabupaten Muna Barat . Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

mendukung strategi tersebut adalah;

b. Menyusun rencana pengembangan aksesibiltas.

c. Menentukan prioritas pengembangan aksesibilitas menuju ke objek dan

daya tarik wisata.

d. Mengadakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas aksesibilitas yang


87

dibutuhkan ke objek dan daya tarik wisata.

e. Menjaga dan memelihara aksesibilitas yang sudah ada.

3. Strategi pengembangan utulitas/fasilitas

Pariwisata Melengakapi utulitas/fasilitas pariwisata yang berkualitas

internasional dengan tetap bercirikan budaya lokal. Hal-hal yang perlu

dilakukan untuk mendukung strategi tersebut adalah;

a. Merencanakan fasilitas pendukung yang perlu dikembangkan pada setiap

daya tarik wisata.

b. Merencankan prioritas pembangunan fasilitas pariwisata.

c. Membangun dan mendorong investor baik lokal maupun internasional

untuk membangun fasilitas pariwisata baik hotel, restoran, biro perjalanan,

telekomunikasi dan lain-lain.

d. Menetapkan standarisasi pelayanan dan klasifikasi usaha pariwisata di

Kabupaten Muna Barat

4. Strategi Pengembangan Pasar dan Promosi

Strategi Promosi sebagai akases pemasaran dan sistem informasi

kepariwisataan untuk mempromosikan daya tarik wisata Kabupaten Muna Barat

berbasis Teknologi Informasi serta bekerja sama dengan Tour Operator dan

Biro Perjalanan Wisata yang menjual daya tarik wisata untuk melakukan Fam

trip.

5. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembagan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan sangat

penti dilakukan agar Kabupaten Muna Barat dapat menyediakan sendiri


88

kebutuhan akan tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih sehingga dapat

memberikan pelayanan sesuai standar internasioanal. Antara lain adalah :

a. Menyiapkan tenaga-tenaga terampil dibidang usaha pariwisata.

b. Menigkatkan kemampuan berbahasa asing dikalangan stake holder yang

bergerak dibidang pariwisata.

c. Memantapkan kesiapan masyarakat sebagai tuan rumah.

d. Meningkatkan kemampuan teknis dibidang manajemen kepariwisataan.

e. Meningkatkan kemampuan dibidang perencanaan dan pemasaran

pariwisata.

6. Strategi Pengembangan Investasi

Strategi pengembangan investasi berisikan langkah-langkah strategi

yang diperlukan dalam rangka meningkatkan investasi dibidang

kepariwisataan yang dilakukan baik penanaman modal asing maupun

penanaman daerah.

7. Strategi Pengelolaan Lingkungan

Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang

mendasari semua pengembangan kepariwisataan yang akan dilakukan yaitu :

a. Pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan dan hemat energi.

b. Peningkatan kesadaran lingkungan masyarakat disekitar daya tarik wisata.

c. Penigkatan dan pemantapan konservasi kawasan-kawasan yang rentan

terhadap perubahan.

d. Menjadikan Ecotourism sebagai bentuk wisata masa depan.

8. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


89

Strategi pemberdayaan masyarakat merupakan strategi yang mendasari

pengembangan kepariwisataan yang akan dilakukan dengan melibatan

masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan optimilisasi manfaat

pengembangan daerah bagi kesejahteraan masyarakat.

a. Pengembangan peran serta masyarakat dalam kegiatan pariwisata.

b. Penigkatan akses ekonomi dan sosial masyarakat dalam usaha pariwisata.

c. Peningkatan pemanfaatan kegiatan dan kehidupan masyarakat sebagai

atraksi dan daya tarik wisata.

Hal ini juga di ungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata yakni Bapak Ali

Kadirun, S.Pd, yang mengungkapkan bahwa :

“Kami mengoptimalkan pengembangan pariwisata yang ada


dikabupaten Muna Barat yaitu strategi pengembangan produk,
pengembangan pasar dan promosi, pengelolaan lingkungan,
pengembangan sumber daya manusia, pemberdayaan masyarakat.
Akan tetapi pemerintah mendapat kendala terutama dalam keterbatasan
aksesibilitas dan infrastruktur kepariwisataan karena pemerintah
melakukan pengembangan berdassarkan kemapuan anggaran daerah”
(Wawancara 12 Juni 2023)

5.3 Wisata Unggulan Kabupaten Muna Barat

Berdasarkan fenomena yang ada untuk ke depan, prospek pengembangan

pariwisata diperkirakan sangat cerah. Hal inilah yang mendorong pemerintah

untuk menggalakkan pembangunan di sektor pariwisata. Pengembangan dampak

pariwisata ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan

ekonomi upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta akan

berdampak terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat terutama masyarakat

lokal. Pengembangan kawasan wisata mampu membarikan kontribusi terhadap


90

pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta

sekaligus berfungsi menjaga kelestarian kekayaan alam dan hayati.

Pengembangan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum

menjadi relevan jika pengembangan pariwisata itu sesuai dengan potensi daerah.

Dengan demikian maka pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria

keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis

dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi adil secara etika dan sosial

terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).

Dalam pengembangan suatu objek wisata, selain adanya dukungan dari

pemerintah daerah berupa infrastruktur dan komponen pendukung lainnya,

masyarakat setempat khususnya memegang kendali penuh dalam

mengembangkan potensi yang ada di daerah masing-masing. Hal ini sebagaimana

yang di ungkapkan oleh Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Muna Barat

bahwa:

“Pemerintah saat ini dalam pengembangan pariwisata yaitu melakukan


pendekatan dengan masyarakatan jadi kami berharap kepada masyarakat
memiliki rasa terhadap tempat-tempat wisata jadi konsep kita berbasis
masyarakat jadi apapun kita lakukan disitu harus melibatkan masyarakat
kecuali mungkin pembangunan infrastruktur melalui anggaran pemerintah
saya kira ini adalah wilayah kerja pemerintahan yang tentunya masyarakat
terlibat di saat semua kegiatan-kegiatan itu di handle oleh masyarakat
misalnya pengelolaannya itu akan melibatkan masyarakat kemudian
menciptkan ekosistemnya misalnya travel agent itu tentunya melibatkan
masyarakat karena masyarakat mempunyai wilayah dan mereka bisa
berkontribusi di situ untuk destinasi wisata yang akan dikembangkan
kedepan.” (Wawancara, 15 Juni 2023)

Berdasarkan informasi di atas menujukkan bahwa pemerintah daerah

Kabupaten Muna Barat melalui Kepala Dinas Pariwisata, dalam hal pembangunan

pariwisata di Kabupaten Muna Barat kedepannya menggunakan pendekatan


91

masyarakat. Hal ini di maksudkan agar masyarakat memiliki tanggung jawab

penuh dalam mengembangkan potensi yang ada di daerah masing-masing

khususnya di Kabupaten Muna Barat. Peran masyarakat berupa dalam hal

pengelolaan pariwisata misalnya menyediakan travel agent yang melibatkan

masyarakat itu sendiri di masing-masing wilayah dan berkontribusi secara

langsung dalam mempromosilkan destinasi wisata yang akan di kembangkan

kedepannya.

5.4 Dampak Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Muna Barat

Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha

pengembangan pariwisata yaitu ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup.

Salah satu dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi adalah,

kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara. Tahun 2011

perolehan devisa dari pariwisata diperkirakan mencapai USD 8.5 miliar, naik

11.8% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan ini melebihi pertumbuhan ekonomi

Indonesia yang diproyeksikan berada di level 6.5% dan pertumbuhan pariwisata

dunia yang hanya berkisar 4.5%. Selain itu, untuk kontribusi terhadap devisa,

sektor pariwisata berada diperingkat 5 setelah minyak dan gas bumi, minyak

kelapa sawit, batubara dan karet olahan (Hartanty, 2012).

Menurut (Spillane, 1989:47) terdapat danpat positif dalam pengembangan

pariwisata yaitu :

1. Terbukanya lapangan kerja disektor pariwisata

2. Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta

memberikan pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya.


92

3. Pemerintah mendapat penghasilan berupa pajak penghasilan dan pajak

perusahaan atau uang asing yang dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara.

4. Mendorong pembangunan di daerah berupa perbaikan sarana dan prasarana

dilingkungan daerah karena pemerintah mendapat income yang dapat

digunakan untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai.

5. Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar

bisa disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek wisata itu menjadi

lebih menarik karena atraksi budaya yang disuguhkan lebih variatif.

6. Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar bisa berkomunikasi

dengan wisatawan asing guna menambah pengetahuan dan pengalaman. Tidak

hanya itu, masyarakat juga dapat mengambil keuntungan agar wisatawan lebih

akran dalam suasana kekeluargaan.

7. Berbagai sumber daya yang ada digunakan secara optimal sehingga dapat

menumbuhkan rasa untuk mencintai potensi sumber daya kita sendiri.

Pengembangan pariwisata selain dapat digunakan sebagai salah satu

sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan menyejahterakan masyarakat juga dapat

dijadikan sebagai sarana melestarikan budaya dan membagun kearifan lokal.

Dengan melihat berbagai potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Muna Barat,

pemerintah sebagai salah satu stakeholder pariwisata semestinya mengoptimalkan

potensi tersebut demi kesejahteraan masyarakat. Pitana dan Gayatri (2005: 95)

menyebutkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi pariwisata

di daerahnya sebagai: (1) motivator, (2) fasilitator, dan (3) dinamisator.

Peran pemerintah sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata


93

terus berjalan. Investor, masyarakat, dan pengusaha merupakan sasaran utama

yang harus terus didorong agar pariwisata dapat berkembang. Kabupaten Muna

Barat melalui Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai upaya untuk

memotivasi investor, masyarakat, dan pengusaha agar tertarik untuk

mengembangkan potensi pariwisata di Muna Barat. Program yang dilakukan

meliputi sosialisasi sadar wisata, pelatihan pengelolaan usaha wisata, bahkan ada

dukungan dana stimulan bagi wisata berbasis masyarakat.

Sebagai fasilitator, Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai upaya

untuk memfasilitasi pengembangan potensi pariwisata di Muna Barat dengan

menyediakan sarana prasarana di obyek wisata, seperti pembangunan fasilitas

umum, pembangunan fasilitas pokok pariwisata, sampai dengan pembangunan

fasilitas pendukung usaha pariwisata. Dinas juga memfasilitasi masyarakat yang

membutuhkan dana pengembangan usaha melalui pengajuan bantuan.

Perannya sebagai dinamisator, pemerintah daerah sebagai salah satu

stakeholder harus bersinergi dengan stakeholder yang lain agar permasalahan

keterbatasan sumber daya dapat diatasi dan tercipta suatu simbiosis mutualisme.

Dalam perkembangan pariwisata upaya dinamisasi antar stakeholder telah

dilakukan dengan membangun kerjasama antar sektor, baik sektor swasta, sektor

pemerintah lainnya, maupun dengan masyarakat. Upaya dinamisasi ini

diwujudkan dalam berbagai dialog mengenai pengembangan pariwisata dengan

berbagai pihak tersebut. Contohnya: dialog dengan sektor swasta dilaksanakan

saat event-event promosi wisata, dialog dengan masyarakat dilakukan pada saat

sosialisasi dan pelatihan pengelolaan obyek wisata, sedangkan dialog dengan


94

sektor pemerintah lain misalnya dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam

peningkatan sarana dan prasarana obyek wisata.

Dalam pengembangan pariwisata, tentunya ada dampak-dampak yang

diharapkan dalam pemanfaatan pariwisata sebagai upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang secara umum dapat dilihat pada peningkatan

pendapatan ekonomi daerah, dampaknya terhadap lingkungan maupun

dampaknya terhadap sosial budaya yang berkembang di masyarakat, khususnya

masyarakat Kabupaten Muna Barat secara umum. Adapun dampak tersebut dapat

dilihat dalam uraian berikut. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

masyarakat yang tinggal sekitar permandian alam Wakantee Kabupaten Muna

Barat bahwa:

“Dengan adanya objek wisata wakante dapat membuka lapangan pekerjaan


buat masyarakat sekitar misalnya masyarakat dapat membuka warung
sebagai tempat penjualan makanan dan lain sebagainya sehingga dapat
meningkatkan penghasilan perekonomian untuk menunjang kesejahteraan
hidup walaupun pendapatan kami tidak terlalu banyak perharinya tetapi
bisa memantu juga ekonomi kami maka dari itu dengan adanya
permandian wakante ini kami masyrakat desa latugho sangat bersyukur
sekali ” (Wawancara,17 Juni 2023)

Berdasarkan informasi di atas menjelaskan bahwa keberadaan objek

wisata di Kabupaten Muna Barat, dapat membuka lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar dengan memanfaatkan kedatangan para wisatawan di masing-

masing lokasi objek wisata. Salah satu lapangan usaha yang dapat dibuat adalah

pembuatan warung makan ataupun kios-kios kecil untuk berjualan makanan dan

minuman dalam kemasan. Hal ini tentu sangat dibutuhkan oleh para wisatawan

yang datang di lokasi objek wisata, sekaligus memberi dampak mutualisme antara

pengembangan objek wisata dan keberadaan lapangan usaha yang dibuat oleh
95

masyrakat setempat. Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka

pengembangan pariwisata perlu di-lakukan dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.

5.4.1 Dampak Terhadap Pendapatan Ekonomi

Pengembangan pariwisata tentunya dapat meningkatkan potensi ekonomi

baik itu pendapatan daerah maupun meningkatkan potensi ekonomi masyarakat

Muna Barat yang berada di lingkungan pariwisata yang tersebar di beberap

tempat. Sesuai dengan observasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa pengembangan pariwisata di Kabupaten Muna Barat sudah

memperlihatkan peningkatan ekonomi yang signifikan bagi pemerintah daerah

maupun masyarakat pelaku wisata. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala

Dinas Pariwisata (Ali Kadirun S.Pd.) :

“Dengan adanya pariwisata yang ada di Muna Barat Tentunya masyarakat


mendapatkan penghasilan karena banyak yang datang apalagi kalau focus
diwisatawan local dan wisatawan nusantara seperti wisata permandian
wakantee adanya wisata ini masyarakat mendapat penghasilan dalam
sehari itu bisa 500 ribu rupiah itu Perorang ya dan itu sangat luar biasa
karena pengunjung datang di tempat wisata itu mereka tidak hanya
menikmati keindahan tetapi mereka juga butuh makan, minum, istrahat
jadi itu ekosistem itu harus disiapkan sehingga kedepan masyarakat
merasakan betul dampaknya.” (Wawancara, 20 Juni 2023)

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa keberadaan objek


wisata di Kabupaten Muna Barat selain dapat menjadi identitas bagi kabupaten,
juga dapat dijadikan sebagai sarana bagi masyarakat setempat untuk memperoleh
keuntungan dari hasil alam di daerah mereka masing-masing. Peningkatan taraf
perekonomian masyarakat dapat diciptakan secara mandiri ataupun kelompok
melalui pembuatan warung usaha ataupun pemanfaatan sumber daya manusia
yang ada di masing-masing daerah untuk dijadikan sebagai tour guide bagi
96

wisatawan mancanegara. Hal ini pun di dukung oleh pendapat yang dikemukakan
oleh Warga Desa Wakantee bahwa:

“Selain adanya permandian alam Wakantee, ada juga pertunjukan kuda.


serta kuda tersebut bisa ditunggangi oleh para pengunjung dengan biaya
Rp 10 ribu untuk mengelilingi area permandian. Selain dapat menunggangi
kuda, pengunjung juga dapat berenang dengan sesuka hati pada tempat
yang disediakan untuk area berenang, karena ada juga tempat yang
dilarang untuk berenang, salah satunya empang milik warga setempat.
Banyak pengunjung yang datang untuk berenang, karena sumber airnya
dari mata air langsung yang masih terasa sejuk, selain berenang, para
pengunjung bisa menikmati terapi ikan koi serta pengunjung dapat berfoto
di empang bersama ikan-ikan koi atau pun jenis ikan lainnya.sehingga
dengan adanya permandian ini tentunya masyarakat merasakan
dampaknya dapat menambah pengsilan melalui wisata ini” (Wawancara,18
Juni 2023)

Berdasarkan informasi di atas menjelaskan terkait pengembangan wisata

kuliner yang mendukung pengembangan objek wisata sehingga mampu

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar yang menjalankan usaha kuliner

di kawasan pariwisata. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa sumberdaya

pariwisata di Kabupaten Muna Barat telah menunjukkan hasil yang signifikan

bagi peningkatan dampak peningkatan ekonomi masyarakat.

Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat merupakan upaya untuk

memberdayakan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata agar manfaat

adanya sektor pariwisata dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Selain

memberdayakan masyarakat lokal, pariwisata berbasis masyarakat juga dapat

meningkatkan partisipasi aktif dari pihak swasta di bidang jasa pariwisata, seperti

pengusaha penginapan, warung makan, maupun agen perjalanan. Dengan

demikian pengembangan pariwisata dapat menimbulkan efek bola salju

(Multiplier effects) terhadap sektor yang lain, seperti sektor ekonomi, sosial,
97

lingkungan, pendidikan dan budaya.

Pariwisata yang merupakan investasi ekonomi masa depan akan secara

otomatis mempermudah perputaran barang dan jasa pelayanan di tempat wisata.

Lebih jauh lagi pariwisata akan meningkatkan stabilitas ekonomi nasional

khususnya pada ekonomi daerah Muna Barat, namun tentu saja keberhasilan

dalam pengembangan pariwisata seperti di atas akan mampu dirasakan apabila

faktor-faktor pendukungnya telah dipersiapkan dengan baik.

5.4.2. Dampak Terhadap Lingkungan Sosial Budaya

Pengembangan pariwisata pada umumnya akan menimbulkan dampak

terhadap sosial budaya masyarakat setempat maupun bagi kawasan pariwisata itu

sendiri karena kawasan yang semula biasanya digunakan oleh penduduk stempat

sekarang harus dibagi dengan para wisatawan. Dampak yang ditimbulkan dari

pembangunan kawasan pariwisata bisa bersifat positif maupun negatif, terhadap

kawasan pariwisata serta terhadap ekonomi dan sosial budaya masyarakat

setempat. Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi

sosial, dalam artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah

laku tiap individu. Kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh

kegiatan pariwisata dalam masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata orang-

orang bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lain dari lingkungan yang satu ke

lingkungan lain yang berbeda bangsa dan agama. Orang-orang yang sedang

melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan langsung dengan

orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat tujuannya, Oleh

sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama.


98

Salah satu akibat pernahaman tentang budaya pariwisata yang paling positif

adalah kesadaran lintas budaya, meningkatkan saling pengertian antara bangsa-

bangsa dari negara dan latar belakang budaya yang berbeda. Kesempatan untuk

bertukar pengetahuan, cita-cita dan tradisi lebih terbuka lebar dewasa ini

dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Disamping hanya sekedar memuaskan

rasa ingin tahu, pariwisata juga mempromosikan keinginan baik secara

intemasional dan pertukaran nilai-nilai budaya (Foster, Denis L, 2000). Sesuai

dengan observasi yang telah dilakukan, maka dapat dismpulkan bahwa

pengembangan pariwisata di Kabupaten Muna Barat sudah memperlihatkan

lingkungan sosial budaya masyarakat yang signifikan bagi lingkungan social

budaya di Kabupaten Muna Barat maupun masyarakat pelaku wisata.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Ali Kadirun

bahwa:

“Kita bisa dapat merubah mindset masyarakat supaya masyarakat itu


welcome bisa menerima orang datang kemudian tidak mempengaruhi
budaya-budaya local karena yang kita mau pertahankan kedepan adalah
budaya-budaya masyarakat local itu harus tetap terpelihara dan menajadi
salah satu pemicu agar orang bisa datang” (Wawancara,)

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa terkait dampak

terhadap lingkungan sosial dan budaya yang ada di Kabupaten Muna Barat,

melalui pemerintah daerah menekankan bahwa keberadaan objek wisata dapat

dijadikan sebagai sarana masyarakat setempat untuk mengenal ragam budaya

yang di bawa oleh para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Namun dalam hal ini pemerintah daerah juga menekankan terkait pentingnya

mempertahankan budaya lokal yang ada di masyarakat setempat. Hal ini


99

dimaksudkan agar masyarakat lokal yang ada di Kabupaten Muna Barat tidak

terpengaruh dengan budaya asing yang dibawa oleh para wisatawan, sehingga

budaya lokal yang ada juga dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan

yang berkunjung ke objek wisata.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpul

bahwa Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Muna Barat adalah

sebagai berikut:

1. Potensi dan Pengembangan mesti benar-benar diperhatikan oleh Dinas

Pariwisata di Kabupaten Muna Barat agar Potensi Wisata yang ada di

Kabupaten Muna Barat dapat dikembangkan secara maksimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemberdayaan usaha


100

pariwisata serta pengelolaan data dan promosi pariwisata. stategi

dinas pariwisata adalah penyusunan, pendataan, perencanaan dan

pengkoordinasian kegiatan dan program kerja bidang pariwisata. Dinas

Pariwisata Kabupaten Muna Barat memberikan rekomendasi dan

pertimbangan pemberian ijin dibidang obyek wisata dan usaha

pariwisata. Dalam suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dibidang pariwisata harus terlebih dahulu harus

memperhatikan kepentiangan utama masyarakat yang meliputi seperti

listrik, sumber air bersih, jalan, dan fasilitas penginapan yang harus

diperbaiki.

2. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Muna Barat yaitu dapat

menambah lapangan pekerjaan serta mengurangi kemiskinan. Dalam

pengembangan pariwisata pemerintah dalm hal ini dinas pariwisata di

pengaruhi kurangnya sumber daya manusia, kurangnya anggaran dana

yang dari APBD maupun DD dalam program pengembangan destinasi

wisata di Kabupaten Muna barat dan kurangnya dukungan masyarakat

dan kurangnya kesadaran masyarakat. Dalam Pengembangan pariwisata,

kurangnya pemahaman masyarakat serta belum mampu menangkap

berbagai peluang usaha yang ada pada sektor pariwisata untuk

meningkatkan perekonomiannya Maka dari itu masyarakat Kabupaten

Muna Barat masih kurang kreatif dalam pemanfaatan pariwisata.

6.2 Saran
101

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diambil diatas, maka

saran yang peneliti berikan dalam penelitian ini adalah:

1. Diharapkan Dinas Pariwisata Kabupaten Muna Barat melakukan

koordinasi yang lebih baik dengan Kepala-Kepala Desa serta dinas-

dinas lainnya, seperti dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam hal

perbaikan jalan serta infrastruktur penunjang lainnya. Hal ini

diharapkan semua kinerja antar dinas dapat tercapai dengan baik.

2. Diharapkan agar segera memperbaiki dan menambah semua fasilitas

yang mendukung agar memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

wisatawan. Intensitas sosialisasi dan pelatihan mengenai

kepariwisataan perlu ditingkatkan agar semakin banyak masyarakat

yang sadar akan pentingnya pariwisata dan memiliki kemampuan

untuk melihat serta mengelola potensi wisata ekonomi di daerahnya.

Seharusnya juga dinas pariwisata mampu melihat potensi-potensi wisata

yang ada agar tidak salah dalam mengelola anggaran yang diberikan

oleh pemerintah daerah Kabupaten Muna Barat.

Anda mungkin juga menyukai