Firdaus)
ABSTRAK
Kabupaten Indramayu memiliki jumlah rumah tangga menengah kebawah paling banyak di
Provinsi Jawa Barat. Artinya, tingkat kesejahteraan yang dimiliki masih rendah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil (≤ 5 GT) di Kabupaten Indramayu. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan menggunakan
teknik wawancara, observasi dan pencatatan. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan
berkelanjutan menggunakan indikator sumber daya keuangan, sosial, manusia dan alam. Tingkat
kesejahteraan nelayan dapat dihitung dengan pendekatan penghidupan berkelanjutan yang berfungsi
untuk mengetahui kesejahteraan secara relatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks penghidupan
nelayan berada pada kategori sedang (54,93%); capaian indikator modal keuangan (83,51%) dengan
kategori sangat baik; indikator modal alam (60,00%) dengan kategori sedang; indikator modal sosial
(13,20%) dengan kategori buruk; dan indikator modal sumber daya manusia (56,65 %) dengan kategori
sedang. Oleh karena itu, strategi yang direkomendasikan dalam mewujudkan penghidupan berkelanjutan
di Kabupaten Indramayu adalah melalui peningkatan indikator modal sosial seperti peningkatan
akses masyarakat terhadap kelembagaan ekonomi, mengoptimalkan kelembagaan masyarakat yang
ada khususnya dalam setiap program pemerintah, mengintegrasikan kelembagaan informal dengan
kelembagaan formal, dan mengaktifkan kembali koperasi yang telah ada atau mendirikan koperasi
perikanan baru.
ABSTRACT
Indramayu District has a majority of fisher’s household with less prosperity in the West Java
province. This study aimed at analyzing the welfare of small-scale fisheries (≤ 5 GT) in Indramayu
District. Primary and secondary data were collected by using interviews, observation and recording.
Analysis of the data used to determine the level of welfare of fisher’s are using the sustainable livelihoods
approach using indicators of financial, social, human and natural resources. The welfare level of fishers
countable with sustainable livelihood approach which serves to determine relative welfare. The analyze
results showed that the fisher livelihood index in middle category (54.93) with performance indicators
of financial resources (83.51%) with very good categories; indicators of natural resources ( 60.00%)
in the medium category; indicators of social resources (13,20%) with bad categories; and indicators
of human resources (56.65%) with medium category. Therefore, recommendation strategy in order to
realize sustainable livelihoods in Indramayu through increasing people’s access to economic institutions;
optimize existing community institutions, especially in any government program; institutional integrate
informal with formal institutions; and activated existing cooperatives or built the new cooperative.
Korespodensi Penulis:
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 29
Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia
Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
30
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
kesejahteraan disebabkan oleh keterbatasan aset mengelola aset-aset penghidupan yang tersedia,
yang dimiliki oleh nelayan skala kecil. Berdasarkan mensikapi perubahan yang terjadi dan menentukan
hal di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk prioritas untuk mempertahankan atau memperbaiki
mengkaji tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil penghidupan. Aset yang umumnya diakui dalam
di Kabupaten Indramayu dengan armada < 5 GT teori penghidupan yang berkelanjutan, seperti yang
menggunakan pendekatan indeks penghidupan. dirangkum oleh McLeod (2001), yaitu: modal alam,
modal fisik, modal manusia, modal sosial, dan
METODOLOGI modal keuangan. Lima aset tersebut digunakan
untuk mengenali hubungan penghidupan dengan
Kerangka Pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan
Penentuan indeks penghidupan nelayan masyarakat terhadap sumber penghidupannya,
(fisher livelihood index) dilakukan dengan selain itu digunakan untuk kehidupan individu
pendekatan penghidupan yang berkelanjutan atau rumahtangga atau untuk mempertahankan
(sustainable livelihood approach/SLA) yang kesejahteraan materi pada tingkat kelangsungan
dikembangkan oleh DFID (1999). Pendekatan hidup yang berbeda-beda (Ellis, 2000).
penghidupan yang berkelanjutan adalah salah satu
Namun demikian pemilihan indikator
metode untuk meningkatkan pemahaman tentang
juga harus memperhatikan ketersediaan data
penghidupan rumah tangga miskin menggunakan
dan kemudahan pengumpulan data yang
pendekatan holistik untuk menangkap kemampuan
diperlukan sehingga dapat diterapkan secara
masyarakat untuk menjalankan kehidupannya
lebih masif. Pemilihan indikator diupayakan dapat
dengan menggunakan kapasitas/kemampuan
menghubungkan antara indikator mikro dan
serta kepemilikan sumber daya (aset) untuk
indikator makro, sehingga dapat ditarik kesimpulan
mencapai tingkat penghidupan, menyediakan
yang bersifat umum. Berdasarkan hal tersebut,
sarana pemahaman, penyebab dasar dan dimensi
hasil diskusi panel dengan para narasumber
kemiskinan yang terfokus pada beberapa faktor.
mengerucutkan menjadi 4 (empat) aset yaitu modal
Sketsa hubungan antar aspek yang berbeda dari
finansial, modal alam, modal sosial dan modal
kemiskinan dibuat untuk tindakan prioritas yang
sumberdaya manusia dengan indikator-indikator
lebih efektif pada tingkat operasional. Pendekatan
yang menyusun setiap aset yang menggambarkan
penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihood/
indeks komposit, seperti dibawah ini :
SL) bertujuan membantu orang miskin mencapai
untuk perbaikan kehidupan abadi/mata pencaharian 1. Modal manusia (human capital) mengacu
yang berkelanjutan diukur dengan menggunakan pada tenaga kerja yang tersedia untuk
indikator kemiskinan yang dapat didefinisikan oleh rumahtangga dengan pendidikan, ketrampilan,
mereka (sendiri) (DFID, 1999). dan kesehatan. Aset utama yang dimiliki oleh
masyarakat nelayan adalah tenaga kerja
Sebagian besar lembaga pengembangan
mereka sendiri. Tenaga kerja sebagai aset
mengadopsi Chambers dan Conway (1992) untuk
rumah tangga harus terbebas dari berbagai
mendefinisikan mata pencaharian (atau sedikit
macam penyakit atau masalah kesehatan yang
variasi pada ini) yang menyatakan bahwa: “sebuah
dapat mengurangi produktifitasnya (Ellis, 2000).
mata pencaharian terdiri dari kemampuan, aset
Senada yang dikemukakan oleh Baiquni (2007)
(simpanan, sumber daya, klaim dan akses) dan
bahwa manusia sebagai modal rumah tangga
kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana hidup”.
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan
Sustainable Livelihood (SL) dapat mengatasi dan
kemampuan untuk mengusahakan penghidupan
memulihkan dari tekanan dan guncangan (shocks),
yang lebih baik. Pengembangan kualitas manusia
memelihara atau meningkatkan kemampuan dan
sangat menentukan, karena manusia yang akan
aset, serta menyediakan peluang mata pencaharian
mengelola semua aset untuk didayagunakan
yang berkelanjutan bagi generasi berikutnya yang
dan dilestarikan keberlanjutannya. Jadi
memberikan kontribusi keuntungan bersih ke mata
pada dasarnya modal manusia bukan
pencaharian lain di tingkat lokal dan global dan
hanya berupa ukuran rumahtangga dan
dalam jangka panjang dan pendek.
ketersediaan tenaga kerja, namun meliputi
Strategi penghidupan menggambarkan aspek keterampilan, pendidikan, pengetahuan,
upaya yang dilakukan masyarakat dalam pengalaman, kreatifitas, serta kesehatan yang
mencapai penghidupan yang memadai. Strategi memungkinkan penduduk untuk menerapkan
ini berkaitan dengan bagaimana masyarakat berbagai macam strategi penghidupan guna
31
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
32
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
sumber daya perikanan, jaringan ekonomi informal, data-data yang terkait dengan penelitian dari
akses dan manfaat kelembagaan ekonomi dan instansi-instansi. Jumlah responden sebanyak 82
sosial. Data sekunder yang dikumpulkan berupa orang nelayan yang memiliki armada penangkapan
data produksi perikanan laut, jenis sumber daya ikan dengan kelas ukuran armada penangkapan
ikan ekonomis penting, potensi perikanan di lokasi < 5 GT. Responden dipilih dengan cara simple
penelitian, laporan tahunan dinas kelautan dan random sampling sesuai dengan tujuan penelitian.
perikanan dan hasil penelitian terdahulu yang
terkait. Sumber data sekunder diperoleh dari Metode Analisis Data
berbagai instansi seperti Badan Pusat Statistik
Analisis data yang digunakan adalah
Kabupaten Indramayu, Dinas Kelautan dan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
Perikanan Kabupaten Indramayu dan penelusuran
untuk menghasilkan gambaran dari data yang
literatur hasil penelitian.
telah terkumpul berdasarkan jawaban responden
melalui distribusi item dari masing-masing variabel.
Metode Pengumpulan Data
Penyajian data dilakukan dengan tabulasi silang
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menurut parameter beberapa aspek aset yang
wawancara langsung dengan memakai daftar mendukung penghidupan nelayan. Beberapa
pertanyaan yang telah dipersiapkan dan observasi parameter yang dianalisis untuk mengetahui status
yakni mengamati langsung obyek penelitian. Data penghidupan nelayan dan kategori nilai indeksnya
sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Parameter Status Penghidupan Rumah Tangga Nelayan di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 1. Parameters of Livelihood Status of Fishermen Household in Indramayu District, 2015.
Kategori Indeks
No. Parameter/Parameters Kurang Baik
Buruk/ Sedang/ Baik/
Baik/Not Sekali/
Poor Medium Good
good Very good
1 Modal keuangan/Financial Capital 0-8 >8-16 >16-24 >24-32 >32-40
a. Pendapatan Rumah Tangga 0-2 >2-4 >4-6 >6-8 >8-10
Perkapita/Household income per
capita
b. Perbandingan R/C/R/C Ratio 0-2 >2-4 >4-6 >6-8 >8-10
2 Modal Alam/Natural Capital 0-2 >2-4 >4-6 >6-8 >8-10
a. Produktivitas perikanan/Fishery 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
productivity
b. Proporsi ikan ekonomis penting/ 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
Important economical proportion
of fish
3 Modal Sosial/Social Capital 0-6 >6-12 >12-18 >18-24 >24-30
a. Akses dan manfaat kelembagaan 0-1,2 >1,2-2,4 >2,4-3,6 >3,6-4,8 >4,8-6
ekonomi/Access and benefit of
economic institutions
b. Akses dan manfaat kelembagaan 0-1,2 >1,2-2,4 >2,4-3,6 >3,6-4,8 >4,8-6
sosial /Access and benefit of
social institutions
c. Jaringan ekonomi informal/ 0-1,2 >1,2-2,4 >2,4-3,6 >3,6-4,8 >4,8-6
Network of informal economy
4 Modal Sumber daya Manusia/ 0-4 >4-8 >8-12 >12-16 >16-20
Human Capital
a. Tingkat Pendidikan/Level of 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
education
b. Tingkat Kesehatan/ Level of health 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
c. Jumlah Anggota Keluarga/The 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
number of family members
d. Umur/Age 0-1 >1-2 >2-3 >3-4 >4-5
Indeks Penghidupan/Livelihood Index 0-20 >20-40 >40-60 >60-80 >80-100
Sumber/Source: Modifikasi dari DFID, 2015
33
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
34
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
Total nilai investasi yang diperlukan untuk di Kabupaten Indramayu diantaranya adalah
satu unit armada penangkapan pada tahun 2015 perbaikan kapal, perbaikan mesin, perbaikan alat
mencapai Rp. 43.347.225,- (Tabel 2). Jumlah tangkap dan biaya perijinan, dan pajak. Perhitungan
investasi tersebut sudah termasuk juga peralatan biaya tetap pada dasarnya dikeluarkan dalam
tangkap yang terbagi menjadi dua jenis yaitu alat satu tahun, total biaya tetap yang dikeluarkan
tangkap pelagis kecil (gillnet) dan demersal (trammel oleh nelayan sebesar Rp 21.198.360/tahun
net dan jaring dasar). Nilai investasi terbesar (Tabel 4).
terletak pada investasi kapal yang mencapai
45,42 % dari total nilai investasi. Biaya perbaikan kapal merupakan
komponen biaya tetap terbesar diantara yang
Komponen biaya variabel yang dibutuhkan lain sebesar 12,52%. Penerimaan usaha
dalam melakukan satu kali penangkapan diantaranya penangkapan pada armada < 5 GT di Kabupaten
adalah bahan bakar, ransum/perbekalan, dan es Indramayu diketahui sangat fluktuatif setiap
balok/curah. Bahan bakar solar digunakan untuk bulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
mesin kapal. Ransum / perbekalan yang digunakan perbedaan nilai penerimaan disebabkan oleh jenis
adalah berupa makanan dan minuman. Operasi ikan yang tertangkap. Khususnya pada komposisi
penangkapan ikan di Kabupaten Indramayu hasil tangkapan dan harga ikan.
dilakukan satu orang nakhoda kapal dan dua
orang anak buah kapal. Jumlah per trip nelayan Nilai penerimaan usaha secara rinci
rata-rata selama 2 hari atau 15 trip per bulan. dapat dilihat pada tabel berikut. Penerimaan
Secara umum, jumlah biaya variabel mengikuti usaha tertinggi yaitu pada Bulan Juli dan
besarnya kapal yang digunakan, semakin besar Bulan Desember. Hal ini sesuai dengan jumlah
kapal maka semakin tinggi biaya operasional yang produksi yang tertinggi pada bulan tersebut.
dibutuhkan. Biaya tetap perikanan tangkap skala Bulan Juli penerimaan usaha mencapai
kecil di Kabupaten Indramayu secara rinci dapat Rp.138.096.000,-/bulan, Bulan Desember
dilihat pada Tabel 3. penerimaan usaha mencapai Rp. 176.480.000,-/
bulan, dan penerimaan terendah terjadi pada Bulan
Struktur biaya tetap yang dikeluarkan dalam Oktober yang mencapai Rp. 25.697.000,-/bulan
usaha penangkapan ikan pelagis dan demersal (Tabel 5).
Tabel 3. Biaya Tidak Tetap per Bulan Usaha Perikanan Tangkap Laut Berdasarkan Ukuran Kapal
< 5 GT di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 3. Monthly Variable Cost of Marine Capture Fisheries by Using < 5 GT Boat in Indramayu
District, 2015.
No Rincian/Details Satuan/Unit Volume Harga/Price Nilai/Value
1. Bahan Bakar/Fuel Liter/ Litre 495 8,000 3,960,000
2. Perbekalan/Supplies Paket/ Package 15 253,418 3,801,276
3. Es Balok/Ice cube Balok/ Cube 30 20,000 600,000
Jumlah/Total 8,361,276
Sumber: Data Primer diolah, 2015/Source: Primary data processed, 2015
Tabel 4. Biaya Tetap per Tahun Usaha Perikanan Tangkap Laut Berdasarkan Ukuran Kapal < 5 GT
di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 4. Annual Fixed Cost of Marine Capture Fisheries by Using < 5 GT Boat in Indramayu District,
2015.
No Rincian/Details Satuan/Unit Volume Nilai/Value
1. Perbaikan Kapal/ Boat repaired Per tahun/per year 1 2,655,000
2. Perbaikan Mesin/ Engine repaired Per tahun/per year 1 1,386,684
3. Perbaikan Alat Tangkap/ Gear repaired Per tahun/per year 1 1,506,513
4. Biaya Perijinan, Pajak, dll/ Licensing fees, tax, etc Per tahun/per year 1 1,200,000
5 BiayaPenyusutan/ Depre-ciation Cost Per tahun/per year 1 14,450,162
Jumlah/Total 21,198,360
Sumber: Data Primer diolah, 2015/Source: Primary data processed, 2015
35
36
Tabel 5. Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap Laut dengan Kelas Armada < 5 GT Berdasarkan Hasil Tangkapan Menurut Bulan di Kabupaten
Indramayu, 2015
Table 5. Revenue of Marine Capture Fisheries by Using < 5 GT Boat by Catch per Month in Indramayu District, 2015.
Bulan Ke-/Month to-
No Jenis Ikan/Type of fish Jumlah/Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Tongkol/Longtail tuna 2,016,000 3,120,000 2,496,000 7,920,000 - - 4,992,000 768,000 3,840,000 672,000 7,560,000 5,376,000 38,760,000
IkanKembung/Short- 448,000 - 832,000 2,400,000 768,000 2,560,000 2,944,000 512,000 2,560,000 336,000 1,560,000 6,784,000 21,704,000
3 bodied mackerel
Tenggiri/Narrow bared - 9,360,000 1,040,000 15,000,000 7,680,000 8,960,000 14,080,000 1,920,000 6,400,000 1,120,000 4,800,000 8,960,000 79,320,000
4 spanish mackarel
5 Cucut/Requiem sharks - 104,000 1,664,000 2,880,000 3,328,000 3,328,000 3,840,000 - 4,403,200 - 8,400,000 3,840,000 31,787,200
6 Udang/Shrimp 4,900,000 5,850,000 3,900,000 15,000,000 5,600,000 3,200,000 7,120,000 4,720,000 8,000,000 1,400,000 16,500,000 16,000,000 92,190,000
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
8 Rajungan/Swimming crab 1,750,000 2,925,000 2,600,000 11,250,000 6,400,000 4,800,000 5,600,000 1,600,000 8,000,000 1,470,000 11,250,000 - 57,645,000
9 IkanGerok/Saddle grunt - - 3,510,000 5,400,000 3,840,000 4,320,000 12,000,000 2,400,000 5,280,000 4,536,000 19,350,000 28,800,000 89,436,000
Cumi-Cumi/Common 1,960,000 2,730,000 1,820,000 11,025,000 3,360,000 3,920,000 6,720,000 2,800,000 4,816,000 2,940,000 8,925,000 30,240,000 81,256,000
10 squids
11 IkanTeri/Anchovies 1,400,000 1,300,000 1,950,000 3,000,000 1,920,000 1,760,000 5,600,000 960,000 3,360,000 700,000 4,200,000 10,400,000 36,550,000
12 IkanSelar/Trevallies 1,960,000 4,550,000 3,822,000 420,000 4,256,000 4,032,000 16,800,000 1,120,000 2,240,000 - - - 39,200,000
13 Sotong/Cuttle fish 5,628,000 4,290,000 5,850,000 9,900,000 8,160,000 10,080,000 31,200,000 2,400,000 15,360,000 5,208,000 18,900,000 25,440,000 142,416,000
14 Kerang/Blood cockles 3,850,000 6,500,000 4,225,000 13,125,000 6,000,000 7,600,000 12,800,000 3,200,000 8,000,000 2,275,000 13,125,000 20,000,000 100,700,000
Jenis Ikan Lainnya/ 2,520,000 6,045,000 5,850,000 9,000,000 6,480,000 8,160,000 14,400,000 3,840,000 13,200,000 5,040,000 19,800,000 20,640,000 114,975,000
15 Other fish
Jumlah/Total 30,912,000 46,774,000 39,559,000 106,320,000 60,192,000 64,016,000 138,096,000 26,240,000 85,459,200 25,697,000 134,370,000 176,480,000
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
37
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
Menurut BPS, kemiskinan merupakan dengan teknologi yang digunakan, dengan asumsi
ketidakmampuan individu dalam memenuhi keragaman tingkat teknologi dan keterampilan
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (baik relatif seragam antara satu lokasi dengan lokasi
makanan maupun non makanan). Hubungan lainnya. Sementara itu, proporsi jenis ikan yang
kemiskinan dengan indeks modal keuangan tertangkap menggambarkan jenis ikan ekonomis
menurut Todaro (2006), bahwa tingkat kemiskinan penting yang tersedia pada suatu perairan, dimana
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan rata-rata semakin tinggi proporsi jenis ikan ekonomis penting
dan tingkat konsumsi. Hasil analisis menunjukkan akan semakin besar pula potensi manfaat yang
bahwa indeks modal keuangan termasuk dalam dapat dirasakan oleh masyarakat. Nilai proporsi
kategori sangat baik, maka nelayan skala kecil ikan ekonomis menggambarkan tingkat selektifitas
di Kabupaten Indramayu memiliki kemampuan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap
finansial yang sangat baik untuk memenuhi ikan ekonomis. Jika hasil tangkapan dari suatu alat
kebutuhannya. tangkap diperoleh spesies non target (by catch)
lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang menjadi
Indeks Modal Alam target penangkapan maka alat tangkap termasuk
dalam kategori tidak selektif (Anonimous, 2012).
Modal alam menunjuk pada ketersediaan
stok sumbedaya yang ada di alam yang terjadi Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
aliran manfaat dan jasa dan mempengaruhi sumber produktivitas perikanan di Kabupaten Indramayu
penghidupan manusia (DFID, 1999). Aspek ini mencapai 13,47 ton per armada per tahun. Nilai
penting untuk dinilai karena berkaitan dengan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
kerentanan sumber penghidupan seperti semakin nasional sebesar 8,9 ton per armada per tahun.
berkurangnya sumberdaya ikan yang secara Berdasarkan data tersebut, skor yang diberikan
langsung mempengaruhi tingkat penghidupan untuk indikator ini baik, yaitu skor 0.8 dengan
manusia yang tergantung darinya. Pandangan bobot 0.05, sehingga nilai akhir yang diperoleh
yang lebih menggambarkan bahwa umat manusia adalah 4 dari skala 5. Nilai ini menunjukkan
tidak akan dapat bertahan hidup tanpa adanya bahwa ketersediaan sumberdaya perikanan masih
aliran manfaat barang dan jasa dari sumberdaya baik dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
alam. Indonesia. Meskipun terjadi overfishing, namun
produksi ikan laut di Kabupaten Indramayu tergolong
Ketersediaan sumberdaya idealnya dilakukan
tinggi setiap tahunnya dan selalu mengalami
dengan survey secara langsung terhadap stok
peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, untuk
sumberdaya tersebut. Survey tersebut memerlukan
keberlanjutan sumber daya ikan di Kabupaten
pengamatan secara periodik dan membutuhkan
Indramayu perlu dikaji lebih lanjut. Selain itu,
biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu
untuk jenis ikan ekonomis penting dari lima jenis
dicari suatu indikator yang dapat mencerminkan
komoditas yaitu tuna, tongkol, cakalang, kerapu
kualitas dari sumberdaya dialam secara cepat dan
dan udang, hanya tongkol dan udang yang sangat
murah. Berdasarkan hasil diskusi panel dengan
dominan. Berdasarkan data statistik pada tahun
narasumber dihasilkan dua pendekatan yang dinilai
2014, proporsi jenis-jenis ikan ekonomis penting
dapat memberikan gambaran terkait sumberdaya
mencapai 35.03 %. Oleh karena itu, skor yang
yang terkait langsung dengan usaha perikanan
diberikan kurang baik yaitu 0.40 dikalikan dengan
tangkap yaitu produksi per unit usaha dan proporsi
bobot 0.05, sehingga nilai akhir untuk indikator ini
jenis sumberdaya ikan ekonomis penting. Produksi
adalah 2 (Tabel 8). Secara total indeks komposit
per unit usaha mengindikasikan produktivitas usaha
modal alam di Kabupaten Indramayu sebesar 6
penangkapan dimana diduga kuat lebih dipengaruhi
yang termasuk dalam kategori cukup baik.
oleh ketersediaan sumberdaya dibandingkan
Tabel 8. Nilai Total Agregat Indeks Komposit Modal Alam di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 8. Value of Aggregate Composite Index Total of Natural Capital in Indramayu District, 2015.
Modal Alam/ Natural Capital Skor/Score Bobot/Weight Indeks/Index
Produktivitas perikanan/ Fisheries productivity 0.80 0.05 4.00
Proporsi ikan ekonomis penting/
0.40 0.05 2.00
Proportion of economically important fish
Jumlah/Total 0.60 0.1 6.00
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
38
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
39
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
pengetahuan (pendidikan), ukuran jumlah keluarga, karena dari indikator pendapatan rata-rata per
tingkat kesehatan dan juga usia anggota keluarga. kapita dan indikator konsumsi nelayan skala kecil di
Kabupaten Indramayu lebih tinggi bila dibandingkan
Nilai total agregasi indeks komposit untuk dengan standar garis kemiskinan BPS per tahun
modal sumber daya manusia di Kabupaten untuk wilayah Jawa Barat. Sedangkan untuk rasio
Indramayu sebesar 11.33 yang merupakan hasil dari penerimaan biaya untuk armada penangkapan ≤ 5
agregasi nilai skor 4 (empat) komposit indikator yang GT mencapai 2,31 yang menunjukkan bahwa usaha
menyusunnya. Nilai total agregasi indeks komposit perikanan tangkap untuk armada ≤ 5 GT masih
modal sumberdaya manusia tersebut menunjukkan menjadi sumber penghidupan rumah tangga yang
estimasi keragaan modal sumber manusia yang menguatkan modal finansial mereka. Berdasarkan
masuk dalam kategori cukup. Nilai total agregasi indeks modal keuangan nelayan skala kecil di
modal sosial sebesar 11.33 tersebut menunjukkan Kabupaten Indramayu termasuk dalam kategori
bahwa nelayan memiliki keterampilan, pengetahuan sangat sejahtera.
dan kemampuan bekerja serta kesehatan yang baik
untuk menunjang kehidupannya. Namun demikian Nilai modal alam dan modal manusia
secara indikator, besarnya rata-rata jumlah anggota tergolong dalam kategori cukup, sedangkan nilai
rumah tangga yang berkisar 4 orang per rumah modal sosial di Kabupaten Indramayu masih
tangga merupakan salah satu modal utama dalam memberikan kontribusi yang sangat rendah dalam
membentuk indeks modal sumberdaya manusia pembentukan indeks penghidupan nelayan. Nilai
yang tinggi yang menunjukkan kinerja sebesar modal sosial hanya mendapatkan nilai 1.76 dari nilai
3,82. Nilai tersebut berarti bahwa semakin banyak total sebesar 30. Artinya masih lemahnya jaringan
anggota yang terlibat dalam usaha penangkapan sosial nelayan dan masih rendahnya akses nelayan
akan menaikkan produktivitas usaha penangkapan terhadap kelembagaan ekonomi dan kelembagaan
ikan oleh nelayan di Kabupaten Indramayu masyarakat sehingga perlu menjadi perhatian dari
(Tabel 10). nelayan itu sendiri maupun Pemerintah Daerah
Kabupaten Indramayu terhadap modal sosial ini
Indeks Penghidupan Nelayan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
nelayan (Tabel 11). Kemiskinan dalam perspektif
Indeks penghidupan nelayan di Kabupaten
kesejahteraan sosial mengarah pada keterbatasan
Indramayu diperoleh dari penjumlahan masing-
individu atau kelompok dalam mengakses
masing aset pada indeks tersebut. Berdasarkan
jaringan dan struktur sosial yang mendukung
hasil pemetaan kategori penyusun indeks
dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan
penghidupan, maka dapat diketahui bahwa nilai
peningkatan produktivitas (Rahmatullah, 2010).
indeks penghidupan nelayan armada < 5 GT di
Tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil di
Kabupaten Indramayu secara total berada pada
Kabupaten Indramayu ditinjau dari modal sosial
kategori cukup dengan nilai indeks 52,49. Kategori
yang buruk tergolong dalam kategori kesejahteraan
cukup karena nilai indeks yang berada pada kisaran
rendah yang disebabkan oleh kemiskinan struktural.
51-65. Aset yang memberikan kontribusi terbesar
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
dalam pembentukan indeks penghidupan nelayan
muncul bukan karena ketidakmampuan orang
pada armada kurang dari 5 GT adalah aset modal
miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena
keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa modal
ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam
keuangan yang dimiliki oleh nelayan skala kecil
menyediakan kesempatan-kesempatan yang
di Kabupaten Indramayu tergolong sangat baik,
memungkinkan orang miskin dapat bekerja.
nelayan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
Tabel 10. Nilai Total Agregat Indeks Komposit pada Modal Manusia di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 10. Total of Aggregate Composite Index of Human Capital in Indramayu District, 2015.
Modal Sumber daya Manusia/
Skor/Score Bobot/Weight Indeks/Index
Human Capital
Tingkat Pendidikan/ Level of education 0.35 0.05 1.74
Tingkat Kesehatan/ Level of health 0.53 0.05 2.67
Jumlah Anggota Keluarga/Number of family 0.76 0.05 3.82
Umur/ Age 0.62 0.05 3.09
Jumlah/ Total 0.57 0.20 11.33
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
40
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
Tabel 11. Indeks Penghidupan Nelayan Skala Kecil di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 11. Small Scale Fishers Livelihood Index in Indramayu District, 2015.
Indeks Penghidupan Nelayan/
Deskripsi/
Aset/Assets Fisher Livelihood Index
Description
Skor/Score Bobot/Weight Nilai/Value
Modal Keuangan/ Financial Capital 0.90 0.40 36.00 Sangat Baik/Very good
Modal Alam/ Natural capital 0.60 0.10 6.00 Sedang/Medium
Modal Sosial/ Social Capital 5.87 0.30 1.76 Buruk/Poor
Modal Sumberdaya Manusia/ 0.57 0.20 11.33 Sedang/Medium
Human Capita
Jumlah/ Total 55.09 Sedang/Medium
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
Struktur sosial tersebut tidak mampu termasuk dalam kategori kurang baik dengan
menghubungkan akses masyarakat dengan model bendera berwarna merah, jika diperoleh
sumber-sumber yang tersedia (kelembagaan skor komposit 41-60 termasuk dalam kategori
sosial maupun ekonomi). Ketergantungan nelayan sedang dengan model bendera berwarna kuning,
dengan tengkulak merupakan mata rantai yang jika diperoleh skor komposit 61-80 termasuk dalam
sulit diputus. Nelayan diberikan bantuan modal kategori baik dengan model bendera berwarna hijau
untuk membeli kapal dan alat tangkap juga biaya muda, dan jika diperoleh skor komposit 81-100
operasional melaut namun nelayan diwajibkan termasuk dalam kategori sangat baik dengan
untuk menjual hasil tangkapannya dengan harga model bendera berwarna hijau.
yang rendah, selain itu pula tengkulak juga tidak
mau menerima pelunasan hutang nelayan itu Berdasarkan Tabel 13, capaian aset modal
sendiri. Hal ini yang menyebabkan indeks modal keuangan termasuk kategori sangat baik karena
social di Kabupaten Indramayu termasuk dalam berada pada selang 81-100, sedangkan aset modal
kategori buruk disebabkan nelayan memiliki sumber daya manusia dan modal sumber daya
ketergantungan yang kuat dengan tengkulak dan alam berada pada kategori sedang karena berada
lemahnya akses nelayan terhadap kelembagaan pada selang 41-60. Sementara itu aset modal sosial
ekonomi (perbankkan) maupun kelembagaan berada pada kategori buruk karena berada pada
sosial diantara nelayan itu sendiri. selang 0-20. Secara umum rumah tangga nelayan
dengan armada < 5 GT di Kabupaten Indramayu
Berdasarkan capaian indeks masing-masing adalah masyarakat dengan kategori cukup sejahtera
dimensi pembentuk indeks penghidupan nelayan yang ditunjukkan dengan modal alam dan modal
dapat diketahui performa masing-masing dimensi sumberdaya manusia yang baik. Tingginya capaian
pembentuk indeks penghidupan nelayan pada modal keuangan nelayan di Kabupaten Indramayu
kelompok nelayan armada < 5 GT yang ada di menunjukkan tingginya jumlah pendapatan dan rasio
Kabupaten Indramayu. Tabel 12 menunjukkan R/C. Untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan
panduan dan visualisasi capaian indeks nelayan skala kecil di Kabupaten Indramayu maka
penghidupan nelayan di Kabupaten Indramayu, perlu peningkatan terhadap modal sosial nelayan,
jika diperoleh skor komposit 0-20 termasuk dalam terutama dalam hal peningkatan akses nelayan
kategori buruk dengan model bendera berwarna terhadap kelembagaan ekonomi.
merah tua, jika diperoleh skor komposit 21-40
Tabel 12. Panduan dan Visualisasi Capaian Indeks Penghidupan Nelayan di Kabupaten Indramayu,
2015.
Table 12. Guide and Visualization Performance Fisher Livelihood Index in Indramayu District, 2015.
Nilai Skor Komposit/ Model Bendera/ Deskripsi/
Composite Value Score Flag model Description
0 – 20 Buruk/ Poor
21 – 40 Kurang Baik/ Not good
41 – 60 Sedang/ Medium
61 – 80 Baik/ Good
81 – 100 Sangat Baik/ Very good
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
41
J. Sosek KP Vol. 11 No. 1 Juni 2016: 29-43
Tabel 13. Capaian Dimensi Pembentuk Indeks Penghidupan Nelayan di Kabupaten Indramayu, 2015.
Table 13. Dimensional Performance of Fishers Livelihood Index in Indramayu District, 2015.
Dimensi Aset/ Asset Dimension Capaian (%)/ Performance (%) Deskripsi/ Description
Modal Keuangan/Financial Capital 86.07 Sangat Baik/ Very Good
Modal Alam/Natural Capital 60.00 Sedang/ Medium
Modal Sosial/Social Capital 5.28 Buruk/ Poor
Modal Sumberdaya Manusia/Human Capital 56.65 Sedang/ Medium
Sumber: Data primer diolah, 2015/ Source: Primary data processed, 2015
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN sumber dana penelitian, Prof (Ris) Dr. Sonny
Koeshendrajana sebagai Penanggung Jawab
Tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil Kegiatan dan seluruh tim peneliti penelitian
di Kabupaten Indramayu tergolong pada tingkat PANELKANAS: Pengembangan Jejaring dan
sedang dengan nilai indeks penghidupan nelayan Indikator Mikro Kelautan dan Perikanan, enumerator
sebesar 55,09. Aspek modal keuangan menjadi lapang dari mahasiswa Departemen IKK, FEMA
modal paling utama dalam penghidupan nelayan di IPB yang telah membantu dalam pengumpulan
Kabupaten Indramayu dengan indikator pendapatan data primer, penyuluh bantu maupun penyuluh
per kapita yang tinggi, indikator konsumsi pangan swadaya perikanan yang sabar menemani,
dan non pangan yang tinggi dan rasio R/C yang menunjukkan sentra perikanan dan responden
tinggi. Modal alam dan manusia tergolong dalam yang kami wawancara.
kategori cukup baik, alam masih dapat memberikan
hasil produksi yang cukup tinggi terutama dalam
DAFTAR PUSTAKA
proporsi ikan ekonomis (tongkol dan udang) yang
lebih tinggi dibandingkan produksi ikan secara Anonimous. 2012. Penilaian Performa Pengelolaan
nasional dari komoditas tersebut. Disisi lain, modal Perikanan menggunakan Indikator EAFM Kajian
sosial masih belum mempunyai peran yang besar Pilot Test Pada Beberapa Jenis Perikanan
di Indonesia. Direktorat Sumber Daya Ikan,
sebagai modal penghidupan rumah tangga nelayan
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
skala kecil dengan katergori yang buruk. Rendahnya KKP bekerjasama dengan PKSPL-IPB dan
modal sosial disebabkan ketergantungan nelayan WWF-Indonesia. Jakarta.
dengan tengkulak yang menyebabkan lemahnya
Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. 2015.
akses nelayan terhadap kelembagaan ekonomi
Kabupaten Indramayu Dalam Angka Tahun 2015.
maupun kelembagaan sosial diantara nelayan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu.
Indramayu.
Untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan
skala kecil di Kabupaten Indramayu dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2015. Jawa
Barat dalam Angka Tahun 2015. Badan Pusat
pendekatan penghidupan berkelanjutan maka
Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.
diperlukan : (1) Penguatan peran kelembagaan
dalam hubungan sosial ekonomi masyarakat Baiquni, M. 2007. Strategi Penghidupan di Masa Krisis.
yang optimal agar rumah tangga nelayan dapat Idial Media, Yogyakarta.
melakukan aktivitas usaha secara efisien; (2) Benda-Beckmann, K. Von. 2001. Legal Pluralism, Tai
Pemerintah perlu meningkatkan akses masyarakat Culture. VI (2): 18-40.
terhadap kelembagaan ekonomi; (3) Perlu Chambers, R. and G. Conway. 1992 Sustainable Rural
mengoptimalkan kelembagaan masyarakat yang Livelihoods: Practical Concepts for the 21st
ada khususnya dalam setiap program pemerintah; Century. IDS Discussion Paper 296. Brighton:
(4) Mengintegrasikan kelembagaan informal IDS.
dengan kelembagaan formal, dan (5) Mengaktifkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat.
kembali koperasi yang telah ada atau mendirikan 2011. Statistik Perikanan Tahun 2010. Dinas
koperasi perikanan baru. Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat.
Bandung.
42
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Skala Kecil Dengan Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan .......... (R. Triyanti dan M. Firdaus)
Putnam,R.D. 2000. Bowling Alone: The Collapse And Suryawati, C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara
Revival Of American Community. Simon and Multidimensional. Jurnal Manajemen Pelayanan
Schuster, New York dalam Field, J. 2010. Modal Kesehatan Vol. 08 No.3 September 2005. Hal.
Sosial, Bantul Yogyakarta, Kreasi Wacana. 121-129.
Genisa, A. S. 1999. Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut The Department for International Development. 1999.
Ekonomis Penting di Indonesia. Oseana: Vol. Sustainable Livelihoods and Poverty Elimination.
XXIV No. 1, Hal. 17-38. Sustainable Livelihoods Support Office. http://
www.livelihoods.org/info/docs/dec99bbfg.htm.
Islam, M. M., S. Sallu, K. Hubacek and J. Paavola. 2014. Tanggal akses: 19 Januari 2015.
Vulnerability of fishery-based livelihoods to the
impacts of climate variability and change: insights Todaro, M. P., 2006. Pembangunan Ekonomi Di Dunia
from coastal Bangladesh. Reg. Environment Ketiga. Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Change. This article is published with open
access at Springerlink.com. P. 281-294. Syahroni, A. 2010. RPJMN 2010-2014. Biro Perencanaan
Kementerian Perindustrian. Jakarta dalam Viyana,
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan. LKIS. Yogyakarta. A. T. 2016. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Nelayan Kecil di Kecamatan Indramayu
Mcleod. R. 2001. The impact of regulations and Kabupaten Indramayu. Thesis, Universitas
procedures on the livelihoods and asset base Sebelas Maret. Surakarta.
of the urban poor: a financial perspective.
Paper presented at the International Workshop Parsons, T. 1951. The Social System. Routlede Sociology
on Regulatory Guidelines for Urban Upgrading, Classics. Taylor and Francis Group. British dalam
Bourton-on-Dunsmore, May 17-18, 2001. Wallace, R. A. and A. Wolf. 1999. Contemporary
Sociological Theory: Expanding The Classical
Nikijuluw, V. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Tradition. Prentice Hall. Ann Arbor.
Perikanan. P3R dan PT. Pustaka Cidesindo.
Jak-sel. 254 hal. Wiyono, E. S. dan R. I. Wahju. 2006. Perhitungan
Kapasitas Penangkapan (Fishing Capacity) pada
Rahmatullah, R. 2010. Kemiskinan Kultural Buah dari Perikanan Skala Kecil Pantai. Suatu Penelitian
Kemiskinan Struktural. http://www.rahmatullah. Pendahuluan. Prosiding Seminar Nasional
net/2010/04/kemiskinan-kultural-buah-dari.html. Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan
Diakses pada tanggal 27 September 2016. Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Sadik, J. 2012. Analisis Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumenep Tahun 2012. IPB Press. Bogor. Hlm.381- 389.
43