Namun para kare ini tidak diketahui asal-usul keberadaannya begitu pula
dengan kematiannya, sehingga masyarakat pada waktu itu menyebutnya
Tumanurunga. Akan tetapi, pada saat itu kuburan para kare tersebut
menghilang begitu saja di hadapan rakyatnya sehingga masyarakat
menyebutnya Tunasayanga Rikala’biranna.
Adapun yang dimaksud dengan To’do Appaka yaitu terdiri dari 4 dewan
adat di kerajaan Binamu, yaitu To’do Kare Layu, To’do Lentu, To’do
Batujala dan yang terakhir To’do Bangkala loe. Pada masanya, ke empat
To’do itu pernah terlibat pertikaian saat kemunculan jangang-jangang
bulaeng ( burung-burung emas). Keempat To’do tersebut sama-sama
mengklaim kepemilikan burung emas tersebut, dan akhirnya terjadilah
pertikaian yang cukup lama. Melihat konflik yang sudah banyak
mengorbankan rakyat, empat To’do tersebut pun berkumpul. Ke empat
To’do ini akhirnya sepakat untuk berdamai dengan menunjuk satu kepala
pemerintahan yaitu Raja Binamu dengan sebutan Kerajaan Binamu
Turatea. Raja pertama yang ditunjuk pada waktu itu bernama Maninggau
yang berkedudukan di desa Maero, dan sampai saat ini, desa Bangkala Loe
dipimpin oleh seorang perempuan bernama Syamsiah Saad.