1821, Pulau Belitung masuk dalam wilayah kekuasaan Inggris. Residen Inggris di
Bangka, mengangkat seorang raja siak untuk memerintah Belitung karena di pulau kecil
ini sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat. Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris tanggal 17 April 1817,
Inggris menyerahkan Belitung kepada Kerajaan Belanda. Selanjutnya atas nama Baginda
Ratu Belanda, ditunjuk seorang Asisten Residen untuk menjalankan pemerintahan di
Pulau Belitung.
Pada tahun 1823, seorang Kapten berkebangsaan Belgia bernama JP. De La Motte, yang
menjabat sebagai Asisten Residen dan juga pimpinan tentara Kerajaan Belanda, berhasil
menemukan timah di pulau tersebut.
1. KERAJAAN BADAU
Kerajaan Badau tetap Badau, begitu pula Kerajaan Balok, sampai hari ini Badau dan
Balok tidak dapat disatukan.Beberapa waktu yang lalu peninggalan kerajaan Balok dan
Badau pernah disatukan di Museum Tanjungpandan.
Peninggalan Kerajaan Badau ada di Museum Badau dan peninggalan Kerajaan Balok
dan Belantu berada di Museum Tanjungpandan. Pemisahan ini dilakukan setelah
Pengurus Museum Tanjungpandan pada waktu itu mendapat bisikan gaib dari para
leluhur, bahwa mereka tidak mau disatukan.
Datuk Moyang Gersik sebagai Raja Badau Pertama memasuki Sungai Berang menuju ke
daerah Pelulusan sekarang ini. Disinilah pertama kali bermukim.
Datuk Moyang Gersik ini menurukan Raja-raja Badau tersendiri. Ini dapat kita baca dari
tulisan Mohamad Alie (anak dari Abdurachman) tanggal 7 Juni 1927.
Sedangkan Kerajaan Balok dibangun oleh Kiai Ronggo alias Kiai Ronggo Udo.
Anaknya yang bernama Nyi Ayu Siti Kusuma kemudian menikah dengan Kiai Agus
Mas'ud atau Ki Gedeh Ja'kob yang berasal dari Mataram.
Kiai Agus Mas'ud inilah kemudian menjadi Raja Balok Pertama dengan gelar Depati
Cakraningrat I (1618-1698).
Jadi jelas kalau Badau berbeda dengan Balok. Memang menurut data sejarah, ketika
Raja Balok ke III Kiai Agus Gending, daerah Belitung dibagi menjadi Empat Ngabehi
yaitu :
1. Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi tanah juda atau Ngabehi Singa Juda.
2. Ngabehi Sijuk dengan gelar Ngabehi Mangsa Juda atau Karma Juda.
3. Ngabehi Belantu dengan gelar Ngabehi Sura Juda.
4. Ngabehi Buding dengan gelar Ngabehi Istana Juda.
Dari kelima Ngabehi diatas, hanya Badau, Belantu dan Buding saja yang jelas adanya.
Sedangkan Ngabehi Sijuk dan Gunong Sepang sampai saat ini belum didapatkan
data-data sejarahnya.
Kemudian dari catatan diatas jelas masing-masing Ngabehi mempunyai pemerintahan
sendiri dan rajanyapun sendiri-sendiri pula. Begitupula dengan Balok menurunkan
raja-raja tersendiri.
Dari silsilah yang ditulis tangan tahun 1870, tidak ada ayat-ayat seperti yang
disebut Ian Sancin, yang ada hanya pendahuluan pada bagian atas silsilah, sebagai
berikutr :"Soerat sila-sila asal Radja Djawa Mataram katoerenan Madjapahit jang
bertachta keradjaan di Blitong dengan pangkat Dipati katoeroenan ningrat serta
mendjoendjoeng Titah dan perintah itoe Mataram jang sekarang ada katoeroenan Sjaht
dari seblah lelaki serta mendjadi waris Dipati Blitong Tjakra Ningrat jang terseboet di
bawah ini"
RIWAYAT SINGKAT.
Pada tahun 1815 Tengku Akil memasuki sungai Cerucok menuju ke Kota Tanah
(Cerucuk) dan mengadakan penyerangan terhadap KIAI AGUS HATAM.
Tengku Akil yang diangkat oleh residen Inggris sebagai Kepala Daerah Belitung tidak
disambut dengan tangan terbuka oleh rakyat Belitung terutama Kiai Agus Hatam, maka
terjadilah pertempuran di Kota Tanah (Cerucuk). Kiai Agus Rahad, putra Kiai Agus
Hatam dengan Nyanyu Embi yang ketika itu baru berumur 15 tahun dapat melarikan diri
ke Badau untuk meminta bantuan, tetapi sebelum bantuan datang Kiai Agus Hatam
sudah wafat dalam pertempuran tersebut.Tengku Akil akhirnya tidak dapat
mempertahankan diri lebih lama dan terpaksa mengundurkan diri dari pertempuran
tersebut.
Untuk melanjutkan pemerintahan, diangkatlah putra beliau yang bernama Kiai Agus
Rahad. Kiai Agus Rahad memerintah pada tahun 1821-1854 yang berkedudukan di Kota
Tanah (Cerucuk). Beliau sendiri baru dilantik sebagai Depati Cakraningrat pada tanggal
1 Juli 1883.
Setelah memerintah untuk beberapa lamanya, beliau memindahkan pusat
pemerintahannya ke Tanjung Gunung (Mess Bukit/ Dian sekarang). Sedangkan sebagai
tempat kediaman beliau mendirikan rumah di depan Lembaga Pemasyarakatan (Yang
Lama di Tg.Pandan) selain itu beliau juga mendirikan Mesjid Agung Al Mabrur
(Kampong Ume).
Hal-hal yang perlu dicatat selama masa pemerintahan beliau diantaranya:
1. dibuka tambang timah dengan sistim "Sumur Palembang" untuk pertama kalinya.
2.Pada tahun 1851 J.F.Loudon mendarat di Pulau Belitung untuk mengadakan
penambangan timah.Dalam waktu yang singkat dibukalah tambang timah di Aik Seburik
dan Aik Lesong Batang.
Kiai Agus Rahad mempunyai seorang putri yang bernama Nyanyu Kubu dari
perkawinannya dengan Dayang Sawuk. Karena tidak mempunyai putra, setelah wafat
pada tahun 1854, beliau digantikan oleh adiknya yang bernama Kiai Agus Mohammad
Saleh.
Sebelum wafat Kiai Agus Rahad berpesan jika beliau meninggal agar dikuburkan
ditengah-tengah pulau Belitong yang menurut perkiraan berada di Aik Labuk
(Kembiri Kecamatan Membalong).
SILSILAH KETURUNAN K.A.RAHAD DARI K.A.MAS'UD
1. K.A.MAS'UD
2. K.A.MENDING
3. K.A.BUSTAM.
4. K.A.OSMAN.
5. K.A.HATAM (makam di Kota Tanah/ Cerucuk)
6. K.A.RAHAD (makam di Aik Labuk Kembiri)
7. K.A.MOH.SALEH (makam di Kota Tanah/Cerucuk)
Sejarah Belitong ditulis Husnial Husin Abdullah diterbitkan 1983, halaman 208 dan 209,
menegaskan
Pertama : Kira-kira abad ke 15 datang ke Belitong Ki Ronggo alias Ki Ronggo Udo yang
kenmudian dikenal dengan "Datuk Mayang Gersik".
Dua : Kiai Mas'ud berasal dari keturunan langsung Bupati Mataram yang pertama Kiai
Gede Pemanahan (1546-1582).
Tiga: Kiau Masud dalam usaha menguasai seluruh Belitung berhasil menaklukan Raja
Badau dan memperistri putrinya Nyai Dewi Kesuma.
Empat : Kiai Mas'ud menggantikan raja Ki IV dari keturunan Ronggo Udo dan Moyang
dari keturunan baru.
Badau dijadikan bagian dari kerajaan Balok yang dikepalai seorang Ngabehi, begitu pula
dengan daerah Belantu.
Dari manuskrif yang lebih tua, ditulis Kiai Agoes Hadji Abdul Hamid, 10 Pebruari 1934.
Menyatakan data yang sama bahwa Kiai Ronggo Udo menikah dengan anak Raja
Palembang hasil pernikahan tersebut hanya memiliki putri bukan putra, yaitu Nyi Ayu
Siti Kusuma. Kiai Mas'ud menikah putri Ronggo Udo serta menduduki tahta tidak
dengan perlawanan. Ki Ronggo Udo lengser karena faktor usia maka diserahkan secara
sukarela. Lantas beliau kembali lagi ke Badau.
Dari data diatas Ngabehi Badau mulai berlaku sejak turunan keempat jika ditarik dari
Datuk Moyang Gersik, yang pada masa itu di bawah Depati Cakraningrat III Ki
Ganding Kerajaan Balok (1696-1700).
Kerajaan Balok memiliki silsilah lengkap ditulis tahu 1870 oleh Peneliti Belanda
memakai kertas Berhologram Kerajaan Belanda. Susunan Silsilah Trah Raja Balok :
1. Cakraningrat 1 Ki Gede Yakob alias Kiai Masud (1618-1696).
2. Cakraningrat II Ki Mending alias KA Abdullah (1696-1770).
3. Cakraningrat III KA Ganding.
4.Cakraningrat IV KA Bustam alias Ki Galong.(1700-1740).
5.Cakraningrat KA Usman (1755-1784)
6.Cakraningrat KA Hatam (1785-1815)
7.Cakraningrat KA Moh.Rahad (1812-1854).
8.Depati Cakraningrat KA Moh.Saleh (1856-1873).
9 Terakhir yang memerintah Kerajaan Balok yaitu KA Endek (1879-1890).
2. KERAJAAN BALOK
Raja pertaman kerajaan Balok berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan
Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Jakub, yang bergelar
Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan
dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang
memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal
dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending
yang bergelar Depati Cakraningrat III.
Pada tahun 1873 gelar tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok
selanjutnya yaitu Kiai Agus Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala
Distrik Belitung dan berkedudukan di Tanjungpandan.
3. KERAJAAN BELANTU
Kerajaan Belantu, Kerajaan yang ketiga, (dua lainnya adalah kerajaan Badau dan Balok)
yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah
Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang
terakhir bernama KA. Umar.
4. KERAJAAN BUDING
Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding,
yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring
Wali Raib.
Makam Hajah Siti Maimunah, permaisuri Raja Buding, yang bentuknya sama dengan
Makam Raja Buding hanya saja tidak diberi penutup pada tiga sisinya, yang secara
visual justru tampak lebih baik.
Nisan kayu pada Makam Raja Buding, dan pusaranya yang dibatasi dengan pasangan
kayu membentuk segi empat, menahan tanah yang ada di dalamnya.
Jarak makam ini dengan Makam Raja Buding sebenarnya tidaklah jauh, namun karena
tidak ada tengara dan letaknya pun berada lebih masuk lagi ke dalam kebun maka akan
sulit untuk orang menemukannya.
Cungkup Makam Raja Buding itu. Tidak ada tengara pada makam itu. Nisan kayu yang
dipasang di sana juga terlihat sederhana.
Hikayat Raja Berekor
Cerita ini merupakan kegiatan dari asal usul Pulau Belitung.Dimana terdapat sebuah pulau
hanyut yang di akibatkan kemurkaan seorang raja di Bali akibat anaknya mengandung anak
akibat hubungan nya dengan anjing kesayangan nya.
Hatta setelah tiba waktunya,sang putri yang mengandung akibat hubungan dengan anjing
kesayangan nya,melahirkan seorang bayi laki-laki.Berbeda dengan bayi normal,sekujur tubuh
bayi tersebut penuh di tumbuhi bulu-bulu subur serta memiliki sebuah ekor kecil,layaknya
anjing.
Ringkas cerita,karena persediaan makanan kiriman dari istana sebelum di kutuk ayahnya telah
menipis,sang putrid pun mulai menggantungkan hidup dari alam.Untuk membesarkan
anaknya,di temani anjing kesayangan nya ia berburu biantang apa saja yang ada di
hutan,menangkap ikann di sungai,serta memakan tumbuhan hutan apa saja yang bisa di
makan.Oleh ibunya,setelah beranjak besar,si anak berekor di ajarkan cara berburu dan
menangkap ikan di sungai.
Satu hari,si anak berekor berburu sendiri ke hutan.Dalam hutan ia bertemu sepasang burung
( di sebutkan sebagai burung kutilang,red) yang sedang memberi makan anaknya.Sedianya ia
akan memanah burung-buruba tersebut.Namun mengingat burung tersebut sedang memberi
makan ankanya,anak berekor pun mengurungkan niatnya.Dalam hatinya malah tibul rasa
kasihan melihat keharmonisan keluarga burung tersebut.
Sepanjang hari itu,ia merasa sangat terkesan dengan keluarga burung tersebut.Sepanjang
perjalanan ia terus terbayang kemesraan burung tersebut.Hingga tak seokor burung pun
berhasil ia panah hari itu.
Setiba di rumah,ia pun segera menghampiri ibunya dan bertanya, Mak ,dimane aya aku ne ?
Tak puas dengan jawaban ibunya,si anak pun lantas berujar, Ndak mungkin anak manusie
ndak ade aya.Sedangkan binatang sajak macam burong kutilang nok aku liat de bang utan
tadik ade umak bapak e.
Walau di desak,sang putrid tetap tak menjawab.Hingga kemudian anak nya berkata keras
kepada ibunya. Sebutla benar-benar demane aya aku ? kaluk,ikam ndak,ikam aku buno.
sergahnya dengan bengis.
Mendengar ancaman tersebut,karuan si ibu ketakutan.Sebab anaknya kini telah menjadi
laki-laki dewasa bertubuh tinggi besar,berotot,pemberani,tangkas dan sangat
kuat.Akhirnya,setelah berkali-kali di ancam,sang ibu pun berkata, Aya kau to si Tumang,asuk
kesayangen kite.
Mendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah
berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh dari ibunya.Dalam hitungan detik terdengar
lengkingan pendek tapi nyaring si Tumang.Sekejap kemudian,Nampak anjing itu telah terkapar
di atas tanah.Kepalanya hancur,akibat bantingan keras si anak.Tumang,anjing kesayangan sang
putrid,yang adalah ayah biologis si anak berekor,mati mengenaskan akabat di banting anak ny
sendiri.Bangkai nya lalu di hanyutkan di sungai.
Begitulah,waktu pun terus berjalan.Si anak berekor telah tumbuh menjadi seorang pemuda
normal yang gagah perkasa,namun ekornya makin panjang.Satu hari,kepada ibunya,pemuda
berekor itu minta izin untuk menjelajahi daerah lain.Oleh ibunya ia di sarankan membuat
perahu.
Syarat Raja Palembang itu di terima pemuda berekor,hinga jadilah ia sebagai seorang Raja di
daerah asalnya yang kemudian terkenal dengan Raja Berekor.Namun,sebelum kembali ke
daerah asalnya,ia di bekali perlengkapan secukupnya dan rakyat berasal dari daerah taklukan
Raja Palembang Konon jumlahnya setara dengan delapan gantang butir padi.
Perdana Mentri panggil juru masak !Perdana Mentri pun langsung memanggil juru masak
dan kembali menghadap sang raja bersama juru masak tak lama kemudian .
Ampun Baginda hamba datang ngadap ,ujar Perdana mentri di ikuti juru masak .
Juru masak !Nyaman benar kau masak sari ne ,rasenye lebe nyaman dari masakan nok
lauda-uda .Bahan ape nok kau masokkan de dalamnye ?tanyak raja berekor .
Ditanya demikian ,juru masak gemetaran .mukanya pucat pasi .Keringat dingin mengucur
deras didahinya .
Ampun, tuan ku ,hamba masak macam biase sajak,ndak ade nok demasokan bang masakan
itu .semuenye bumbu masakan kan bahan nok ade dedapor kitelah.,jawab juru masak itu
gemetaran .,Akh ,ndak mungkin ! sergah sang raja .cuba terus terang ,pasti ade nik lebeh
dari biase e, sergah sang raja lagi.
Takut dengan raja,juru masak itu pun dengan pasrah dan terbata-bata berujar,seingat
hamba,waktu mengiris sayor,ujung tangan hamba teriris pisuk lalu bannyak keluar dara.Dara
itu tecampor kan bumbu tadik jawab juru masak sambil gemetaran.
Perdana Mentri,ngape kite ndak nyubak makan daging manusie sajak ? Tanya raja lagi.
Akhirnya dengan sangat terpaksa Perdana Mentri menuruti kehendak raja itu.Membunuh
manusia untuk di jadikan santapan raja.Korban pertamanya adalah juru masak.Rupanya dugaan
raja bengis itu benar.Ketika menyantap daging sang juru masak ia Nampak merasakan
kenikmatan tiada tara.
Sejak saat itu,setiap hari,pasti ada rakyatnya yang di korbankan untuk di jadikan santapan raja
pemakan manusia itu.Semua jenis dan tingkatan umur di coba.Anak-anak,orang dewasa,orang
tua,laki-laki,maupun perempuan.Malahan terkadang dalam sehari lebih dari satu orang yang
menjadi korban.
Satu saat,tanpa di ketahui para hulu baling istana rakyat melarikan diri ke daerah
Belantu,Sijuk,Buding dan daerah lainya.Sedang yang belum melarikan diri dan jumlahnya
sangat sedikit,kemudian mendapat giliran menjadi santtapan raja.Hingga akhirnya yang
tertinggal hanya Sembilan orang pembantu raja saja.Mengetahui rakyat nya sudah tak ada lagi
di kerajaan,Raja Berekor pun menjadi gelisah dan menanyakannya kepada Sembilan pembantu
nya.Oleh mereka di jawab bahwa,rakyat telahh habis dijadikan santapan raja.
Karena haus dengan daran dan daging manusia,raja pun bermaksud memakan ke Sembilan
pembantunya yang masih tersisa di istana.Namun bagaimana caranya ? Segera la raja bengis
ini memanggil ke Sembilan pembantunya dan mengadakan seyembara yang terdiri dari dua
buah teka teki berbunyi : DELIPAT KEMBANG DELIKOR,DELIMA KEMBANG
DELIKAM
Barang siape ndak dapat ngenjawabnye,kan aku buno.Untuk itu mikak kuberik waktu duak
ari untuk ngenjawabnye, ungkap raja.
Setelah berhasil memecahkan teka-teki tersebut tiba-tiba pak Sikum berteriak, Kite harus
ngadilek raje lalim itu
Untuk melaksanakan niatnya,Sembilan pembantu raja itu pun mencuri dua buah alu sakti
tersebut.Lalu,mereka menyususn rencana pembunuhan terhadap raja bengis itu.Disepakati
waktunya saat mereka menghadap raja ketika batas waktu yang di berikan habis.
Batas waktu yang di terapkan raja pun tiba.Ke Sembilan pembantu raja datang
menghadap.Namun,dari singgasananya,raja merasa kejanggalan pada para pembantunya.Dua
di antara mereka tidak membawa tombak seperti biasa,api membawa alu.Hingga Raja Berekor
menjadi agak sedikit curiga.
Masih curiga,raja pun menanyakan apakah mereka sudah berhasil menjawab teka-teki yang di
ajukan nya dua hari lalu.
Mendengar jawaban tersebut,sadarlah Raja Berekir bahwa pantun itu adalah siasat Sembilan
para pembantunya untuk membunuhnya.Seketika murkalah Raja Berekor.Ia bangkit dari
singgasananya,hingga tanpa di sadari ekornya turut keluar dari lobang tempayan.
Begitu melihat ekor sang raja keluar,serentak para pembantu raja itu menyerang.Lima orang
memegangi ekor,empat lainya masing-masing dua orang memukul kepala raja bengis dan
kejam itu dengan alu sakti dan menusuknya dengan keris.Akibatnya seketika tubuh raja yang
besar dan kekar itu pun tumbang bersimbah darah.Mayatnya,oleh Sembilan pembantunya,di
hanyutkan ke sungai.Dengan begitu tamatlah riwayat Raja Berekor,pemangsa manusia yang
begitu bengis dan kejam itu.
***
Kayu simpor laki ini meurut kepercayaan orang Belitung sebagai penagkal binaang buas dan
berbisa,seperti harimau dan ular.Menurut cerita kesaktian simpor laki ini di dukung oleh
pepatah lama di Belitung yang berbunyi :
AGAMA ISLAM
Agama Islam masuk ke pulau Belitung pada masa masa pemerintahan Cakraningrat
I bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub dan memerintah dari tahun
1618-1661 yang berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram
Islam.Ia merupakan raja pertama dari kerajaan kedua yang ada di Belitung bernama
kerajaan Balok.
Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, Agama Islam mulai tersebar
di Pulau Belitung. Salah satu penyebar Agama Islam waktu itu adalah Datuk ahmad atau
Tuk Mempawah, diawali ketika beliau dari Malaka hendak pulang ke Kalimantan,
karena angin ribut, perahu beliau berlindung di Teluk Gembira Belitung dan menjumpai
penduduk daratan (pada masa itu penduduk pinggiran laut sudah ada; yang disebut urang
Laut, penduduk daratannya di sebut Urang Darat).
Datuk Ahmad terkesan dengan bahasa penduduk daratan itu yang mirip bahasa
penduduk semenanjung Malaya, namun kebanyakan penduduknya masih menganut
agama tradisi yaitu animisme yang dipimpin oleh dukon kampong (adat tradisi ini adalah
wewenang yang diberikan oleh Cakraninggrat ke II, Ki Mending atau KA Abdullah).
Kemudian setelah ki gending wafat dan digantikan oleh Kiai Agus Bustam (Depati
Cakraningrat IV). Ki agus Bustam pada pada tahun 1705 pada masa pemerintahan Datuk
Ahmad diberi pangkat ngabehi dengan sebutan Ngabehi Suro Yudho.
Pada saat itu Datuk Ahmad termasuk seorang mubaliq yang disenangi oleh beliau
karena ajaran Datuk Ahmad masih toleran dengan ajaran tradisi setempat, acara ritual
perdukunan tak begitu diharamkan oleh Datuk Ahmad.
Pada Masa tersebut, Islam yang dibawa para mubaliq Pasai cenderung hendak
memurnikan ajaran Islam yang sesungguhnya (Islam dari Jawa yang dibawa oleh Datuk
Mayang Geresik atau Ki Ronggo Yudho sudah tak murni lagi ketika di turunkan kepada
KA Abdullah atau Ki Mending (Cakraninggrat II), kemudian memberikan keleluasaan
kepada para dukun untuk menjalankan hukum adat dan tradisi istiadatnya.
Langkah-langkah untuk mengIslamkan para dukun di ambil langsung oleh putra
Mahkota KA Siasip yang semestinya beliau menjadi raja tapi beliau menolak dan tetap
bertekad menjadi Penghulu Agama Islam).
KA Bustam, meskipun sudah Islam, juga adalah penerus ajaran tradisi ramondanya
(Ramonda KA Bustam), Ki Mending atau KA Abdullah belajar Islam dari Kakeknya Ki
Ronggo Yudho atau Datuk Mayang Geresik yang berasal dari Jawa Timur. Ki Mending
atau Depati Cakraninggrat ke III, adalah raja yang mengendalikan sistem pemerintahan
secara kebatinan atau mistis. Karena itulah beliau memberikan kewenangan kepada
seluruh dukun untuk melaksanakan sistem hukum adat dan tradisi di tiap wilayahnya
secara mistis.
Selanjutnya pula membunuh Syehk Abubakar Abdullah atau Datuk Gunong Tajam,
dalam cerita lisan rakyat, Syehk Abubakar Abdullah yang bergelar Datuk Gunong Tajam
atau Tuk Pasai adalah seorang sakti yang banyak memiliki murid yang terkenal sakti
pula, salah satu muridnya adalah Tuk Kundo.
Diceritakan juga bahwa, Sultan Johor dan sekutunya, Raja Alam Harimau Garang
pernah menyerang Bangka Belitung untuk membasmi bajak laut. Pada saat yang
bersamaan, Johor juga menggunakan kesempatan untuk menyebarkan agama Islam.
Bajak laut berhasil dibasmi dan agama Islam juga berhasil dikembangkan.