Anda di halaman 1dari 13

ASPEK KERAJAAN BULELENG

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEJARAH YANG DIBINA OLEH


JEFRY FENDI

DISUSUN OLEH :

1. Della Angelrula Putri Pradiva (07)

2.Mazidatul Faizah (17)

3. Regina Tatalia (28)

X IIS 5

SMA NEGERI 3 KOTA BLITAR

JL. BENGAWANSOLO KEL. PAKUNDEN 66122

sma3blitar@hotmail.com/(0342) 807225

KELOMPOK 9 | 1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini yang
berjudul “Kerajaan Buleleng.”
Makalah ini berisikan tentang informasi Kerajaan Buleleng. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi para pembaca
dalam memperluas pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Blitar, 23 Januari 2019

Kelompok 9

KELOMPOK 9 | 2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan ...........................................................................................5
1.3 RumusanMasalah................................................................................................................5
BAB I PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 letak geografis kerajaan buleleng........................................................................................7
2.2 perkembangan ekonomi kerajaan buleleng.........................................................................8
2.3 Raja-raja Kerajaan Bali ......................................................................................................
2.4 Kehidupan Kerajaan Bali ...................................................................................................
2.5 Penyebab Kejayaan Kerajaan Bali .....................................................................................
2.6 Penyebab Kemunduran Kerajaan Bali ...............................................................................
BAB III PENUTUP ................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................................10
DAFTARRUJUKAN .............................................................................................................11

KELOMPOK 9 | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan ini
berkembang pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan Buleleng diperintah oleh Dinasti
Warmadewa. Keterangan mengenai kehidupan masyarakat Kerajaan Buleleng pada masa
Dinasti Warmadewa dapat dipelajari dari beberapa prasarti Belanjong, Penempahan, dan
Melatgede.
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar
pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun
oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh
seluruh wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.
I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil diberi nama I Gusti Gde
Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama si Luh Pasek Goblek
berasal dari desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supranatural dari
lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau i Gusti Ngurah Panji kelak akan
menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 16
tahun di asingkn ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, desa Panji. I Gusti Ngurah Panji
menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikanya Kerajaan Buelleng yang kekuasaannya
pernah meluas sampai keujung timur pulau jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji
Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah kareana putra- putranya punya
pikiran yang saling berbeda.
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali
merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh kedalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja
Karangasem, I Gusti Gede Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja
berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821.
Kekuasaan Karangasem melemah, terjadi beberapa kali pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti
Made Karangasem memerintah dengan patihnya I Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukan
Belanda tahun 1989.
Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat
perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih atau panglima perang I
Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan
angkatan laut Belanda dibenteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 belanda dapat
menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu
Buleleng dikuasai oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Dinasti (Wangsa) Warmadewa adalah para raja-raja dan penguasa Bali Kuno
yang memerintah pada tahun 804-1265 saka sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan
Purana Bali Dwipa, yang kisah awal dan berakhirnya dinasti warmadewa ini dalam sejarah
singkatnya disebutkan sebagai berikut:

KELOMPOK 9 | 4
 Tersebutlah pada tahun 804 saka, Bali mengalami kehancuran di bawah Mayadanawa dan
setelah matinya, Mayadanawa bertahanlah seorang raja bernama Sri Kesari Warmadewa di
Bali.
 Ketika Sri Tapolung yang bergelar Bhatara Asta Asura Ratna Bumi Banten menjadi raja di
Bali dibantu oleh para Senapati, dengan patih utama seperti Ki Pasung Grigis, Ki Kebo
Iwa/Waruya,putra Ki Karang Buncing dll.
 Pada masa itu datanglah ekspedisi kerajaan Majapahit yang dipimpin langsung oleh Gajah
Mada dan Arya Damar dan para Arya yang lainnya.
 Terjadilah pertempuran anatara pasukan Bali dan Majapahit yang sangat dahsyat dimana saat
itu Dinasti Warmadewa mengalami kesalahan.

Warmadewa merupakan salah satu dinasti kerajaan yang terbesar di Kepulauan


Nusantara dan Semenanjung Asia. Warmadewa berasal dari bahasa Sansekerta secara umum
berarti Dewa Pelindung atau Dilindungi Dewa. Raja-raja dari Dinasti Warmadewa ini
awalnya berasal dari India (Kerajaan Pallawa), dimana ada raja berwangsa Warmadewa dan
ada pula berwangsa Sanjaya.

Raja dinasti warmadewa pertama kali di Bali adalah Dalem Sri Kesari atau
yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal
abad ke-10, beliau berasal dari Sriwijaya (Sumatra) dimana sebelumnya pendahulu beliau
dari Sriwijaya telah menaklukan Tarumanegara (tahun 868) dan Kerajaan Kalingga.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


1.2.1 Maksud Penulisan
Adapun maksud dari makalah kami tentang Kerajaan Buleleng, yaitu :
1. Ingin mengetahui letak geografis Kerajaan Buleleng.
2. Ingin mengetahui bukti Kerajaan Buleleng..
3. Ingin mengetahui kehidupan Kerajaan Bali.
4. Ingin mengetahui penyebab kejayaan Kerajaan Bali.
5. Ingin mengetahui penyebab kemunduran Kerajaan Bali.

1.2.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah tentang kerajaan buleleng adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah.
2. Untuk menambah poin-poin dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Kerajaan Bali.

1.2.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini berupa pertanyaan sebagai berikut:
1. bagaimana letak geografis kerajaan buleleng?
2. bagaimana aspek kehidupan kerajaan buleleng?
3. Apa penyebab kejayaan Kerajaan Bali?
4. Apa penyebab kemunduran Kerajaan Bali?

KELOMPOK 9 | 5
BAB II

PEMBAHASAN

 LETAK GEOGRAFIS KERAJAAN BULELENG

Kerajaan buleleng merupakan kerajaan Hindu Budha tertua di Bali. Kerajaan


ini berkembang pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Warmadewa.
Kerajaan ini dapat dipelajari melalui Prasati Belanjong, Penampahan, dan Melatgede.
Kerajaan ini berpusat di Buleleng, Bali bagian utara.

Kerajaan Buleleng terletak di pesisir pantai, yang menyebabkan buleleng


sering disinggahi kapal-kapal. Kerajaan ini didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan
jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji
Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah-wilayah Bali Utara
yang sebelumnya dikenal dengan nama “Den Bukit”.

Letak geografis :

Kota Singaraja merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten


Buleleng. Batas-batas Kota Singaraja adalah :

– Sebelah Utara : Laut Bali

– Sebelah Selatan : Desa Gitit

– Sebelah Timur : Desa Kerobokan

– Sebelah Barat : Desa Pemaron

Secara geografis Kota Singaraja terletak di 8°3’40”-8°23’00”LS dan 114°25’55”-


115°27’28” BT.

KELOMPOK 9 | 6
 ASPEK KERAJAAN BULELENG

Sistem Ekonomi Kerajaan Buleleng

Sistem Sosial & Budaya Kerajaan Buleleng

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang dianutnya
yaitu agama hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga keadaan
sosialnya sebagai berikut:
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan
Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding
keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu pande
besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat
rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.

Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan sebagi berikut:
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
- Prasasti
- Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
- Arca misalnya arca durga
- Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara
Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
- Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja sendiri
disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
- Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan dengan
Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.

Kehidupan Politik Kerajaan Buleleng


Raja pertama yang berkuasa di Bali adalah Raja yang bernama Khesari Warmadewa,
istananya terletak di Sanghadwala. Raja selanjutnya yang berkuasa adalah Ugrasena pada
tahun 915M. Ugrasena digantikan oleh Tabanendra Warmadewa (955-967 M). Tabanendra

KELOMPOK 9 | 7
kemudian digantikan oleh Jayasingha Warmadewa, ia membangun dua buah pemandian di
Desa Manukraya. Jayasingha kemudian digantikan oleh Jayasadhu Warmadewa yang
memerintah dari tahun 975-983 M.

Jayasadhu digantikan oleh adiknya Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi, seorang Raja
perempuan. Ia kemudian digantikan oleh Dharmodayana yang terkenal dengan nama
Udayana yang naik takhta pada tahun 989 M. Dharmodayana memerintah bersama
Permaisurinya bernama Gunapriyadharmapadmi, anak dari Raja Makutawangsawardhana
dari Jawa Timur.

Gunapriyadharmapadmi meninggal pada tahun 1001 M dan dicandikan di Burwan.


Udayana memerintah sampai tahun 1011 M. Pada tahun itu, ia meninggal dan dicandikan di
Banu Weka. Pernikahannya dengan Gunapriya menghasilkan tiga orang putra yaitu,
Airlangga yang menikah dengan Putri Dharmawangsa (Raja Jawa Timur), Marakata, dan
Anak Wungsu.

Airlangga tidak memerintah di Bali, ia menjadi Raja di Jawa Timur. Anak Udayana
yang memerintah di Bali, yaitu Marakata yang memerintah dari tahun 1011-1022, ia bergelar
Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttuganggadewa. Masa pemerintahan
Marakata bersamaan dengan masa pemerintahan Airlangga di Jawa Timur. Marakata adalah
Raja yang sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya, sehingga ia dicintai dan dihormati
oleh rakyatnya. Marakata digantikan oleh adiknya Anak Wungsu, yang memerintah dari tahun
1049-1077. Pada masa pemerintahannya, keadaan negeri sangat aman dan tenteram.

Anak Wungsu tidak memiliki anak dari Permaisurinya. Ia meninggal pada tahun 1077
M dan didharmakan di Gunung Kawi dekat Tampak Siring. Beberapa Raja yang memerintah
Kerajaan Bali setelah Anak Wungsu, diantaranya Sri Maharaja Sri Walaprahu, Sri Maharaja
Sri Sakalendukirana, Sri Suradhipa, Sri Jayasakti, Ragajaya, dan yang lain sampai
pada Paduka Bhatara Sri Asta Asura Ratna sebagai Raja terakhir bali. Sebab pada tahun
1430 M, bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit. Sejak bali ditaklukkan
oleh Majapahit, Kerajaan di Bali diperintah oleh Raja-raja yang berasal dari Keturunan Jawa
(Jawa Timur).

Raja-raja Kerajaan Buleleng (Dinasti Warmadewa) :

1. Raja Sri Ugra Sena 6. Raja Anak Wungsu

2. Raja Sri Kesari Warmadewa 7. Seri Maharaja Seri Walaprabu

3. Raja Candrabhayasinga Warmadewa 8. Seri Maharaja Seri Sukalendukirana

4. Raja Dharma Udayana Warmadewa 9. Seri Suradhipa

5. Raja Marakata

KELOMPOK 9 | 8
Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Panji Sakti) :

1. Gusti Anglurah Panji Sakti (1660- 4. Gusti Ngurah Panji (1757/1765)


1697/1699)
5. Gusti Ngurah Jelantik ( 1757/1765-
2. Gusti Panji Gede Danudarastra (1697- 1780)
1732)
6. Gusti Made Singaraja (1793)
3. Gusti Alit Panji (1732-1757/1765)

Pada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu, telah disebut


beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada zaman Raja Anak Wungsu
dapat membedakan jenis seni ke dalam dua kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni
rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang
pada masa itu :

a) Patapukan (atapuk / topeng)

b) Pamukul (amukul / penabuh gamelan)

c) Abanwal (permainan badut)

d) Abonjing (bujing musik Angklung)

e) Bhangin (peniup suling)

f) Perbwayang (permainan wayang)

Sistem Kepercayaan Kerajaan Buleleng

Agama Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Akan tetapi


tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktikan
dengan penemuan beberapa bangunan pemujaan seperti Punden Berundak disekitar pura-pura
Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa(975-983), pengaruh Buddha mulai
berkembang dibeberapa tempat di Buleleng seperti Pejeng, Bedulu, dan Tampaksiring.
Perkembangan agama Buddha di Buleleng di tandai dengan penemuan unsur-unsur Buddha
seperti arca Buddha di gua gajah dan stupa di pura Pengulingan.

Agama Hindu dan Buddha mulai mendapatkan peranan penting pada masa raja
Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan Brahmana Buddha diangkat sebagai salah satu
penasihat raja . Sesuai dengan kepercayaan Hindu, raja dianggap penjelmaan (inkarnasi)
dewa. Dalam prasasti Pohon Asem dijelaskan Anak Wungsu merupakan penjelmaan Dewa
Hari(Wisnu). Bukti ini menunjukkan bahwa Raja Anak Wungsu dan rakyat Buleleng

KELOMPOK 9 | 9
merupakan penganut waisnawa, yaitu pemuja Dewa Wisnu. Selain agama Hindu dan Buddha,
di Buleleng berkembang sekte-sekte kecil yang menyembah dewa-dewa tertentu, misalnya
sekte Ganapatya(penyembah Dewa Gana) dan Sora(penyembah dewa Matahari).

Runtuhnnya kerajaan buleleng

Belanda turut ikut campur dalam urusan Negara dikerajaan.Belanda mengintimidasi


raja Buleleng. Ketika perang jagaraga terjadi, Belanda memaksa raja Buleleng untuk
menandatangani sebuah perjanjian. Raja Buleleng memang terlihat setuju, tapi dia malah
memperkuat wilayah benteng pertahanannya. Belanda murka mengetahui Raja Buleleng dan
Patih Ktut Jelantik melakukan hal itu.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya perang jagaraga adalah sebagai berikut:

a. Adanya peraturan hak tawan bagi raja-raja Bali, yaitu hak raja untuk merampas kapal dan
muatannya yang terdampar di Pulau Bali. Raja Buleleng merampas kapal-kapal Belanda di
Sangsit dan Prancah.

b. Belanda menuntut supaya hak tawan karang dihapus, dan raja-raja Bali mau mengakui
kekuasaan Belanda di Bali serta mau melindungi perdagangan di Bali. Belanda yang
memerlukan beberapa ekspedisi untuk menaklukkan kerajaan Buleleng yang dibantu oleh
sekutunya.

a. Ekspedisi I yaitu 18 Juni 1846)

b. Ekspedisi II “Perang Jagaraga I” yaitu 7 Maret 1848

c. Ekspedisi III “Perang Jagaraga II” yaitu 15-16 April 1849

Pada tahun 1849 Belanda mengirimkan pasukan yang jauh lebih banyak, yakni 15000
pasukan lebih yang terdiri dari pasukan Infanteri, Kavaleri, Artileri, dan Zeni. Serangan
tersebut dibalas oleh rakyat Bali dengan “Perang jagaraga ” yaitu bertempur sampai titik
darah penghabisan. Akhirnya, benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Setelah benteng
Jagaraga jatuh, serangan diarahkan ke Klungkung, Karangasem, dan Gianyar. Baru pada
tahun 1906, Belanda dapat menegakkan kekuasaannya di Bali.

Di tanggal 7 dan 8 Juni 1848, Belanda mendapatkan bantuan di Pantai Sangsit. Di


tanggal 8 Juni 1848, perlawanan di Jagaraga mulai dilakukan. J Van Swieten memimpin
perlawanan pasukan Belanda, sedangkan pihak Buleleng dipimpin oleh Ktut Jelantik dan
istrinya, Jero Jempiring. Dengan strategi supit urang, lima orang opsir dan 74 orang tentara
Belanda tewas, sedangkan 7 opsir dan 98 tentara Belanda luka-luka. Karena banyak tentara
Belanda yang dihancurkan, pasukan Belanda menghentikan serangan dan kembali.

Karena Belanda kalah maka Belanda menyiapkan pasukan yang lebih kuat untuk
melakukan pembalasan. Di awal April 1849, datang tentara Belanda dari Batavia ke Jagaraga.
Di tanggal 15 April 1849, semua kekuatan Belanda diarahkan ke Jagaraga untuk melakukan
penyerangan. Raja Buleleng, I Gusti Ktut Jelantik dan Jero Jempiring melarikan diri ke
wilayah Karangasem. Tetapi kemudian mereka tertangkap dan dibunuh tentara Belanda.

KELOMPOK 9 | 10
KELOMPOK 9 | 11
BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN
Buleleng mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan Dinasti Warmadewa
yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan pada prasasti yang disimpan di
Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.

Buleleng terletak di tepi pantai, sehingga Buleleng berkembang menjadi pusat


perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.
Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras, asam,
kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Sistem
perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar
(uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan
piling.

 SARAN
Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan makalah
yang penulis susun ini juga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan penulis terima dengan senang hati demi melengkapi makalah ini.

KELOMPOK 9 | 12
DAFTAR RUJUKAN

https://www.gurupendidikan.co.id/2014/kerajaan-buleleng-sejarah-kehidupan-politik-sosial-
budaya-ekonomi-agama/

http://lailameika13.blogspot.com/2015/03/kehidupan -politik-sosial-budaya-
ekonomi.html?m=1

http://pujel.blogspot.com/2014/03/kehidupan-kerajaan-buleleng.html

http://smkn1sikurblog.blogspot.com/2015/12/tugas-sejarah-indonesia-kerajaan.html

https://brainly.co.id/tugas/4197678/2015

KELOMPOK 9 | 13

Anda mungkin juga menyukai