PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
Dinasti isyana merupakan kelanjutan dari dinasti Sanjaya, kerajaan Mataram kuno. Nama
Isyana berasal dari Sri IsyanaWikramadharmottunggadewa, yaitu gelar MpuSindok setelah
menjadi raja Medang. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Pada tahun 929 M, pendiri
dinasti ini, Mpu Sendok, memindahkan kerajaan Mataram Kuno dari Jawa tengah ke Jawa timur
dan menamainya dengan kerajaan Medang Kamulan. “Kamulan” berarti “permulaan”, sehingga
“Medang Kamulan” dapat diartikan sebagai “pra-Medang”. Mpu Sendok memerintah dari tahun
929-947 M. Kerajaan ini terletak di muara sungai Brantas dengan ibukota Watan Mas, Watu
Galuh (sekarang kira-kira wilayah Kabupaten Jombang).
b.Rumusan Masalah
1. Apa penyebab perpindahan kerajaan Medang Kamulan?
2. Apa bukti keberadaan Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur?
3. Apa peninggalan peninggalan Kerajaan Medang Kamulan?
4. Bagaimana perkembangan Kerajaan Medang Kamulan?
c.Tujuan
1. Agar pembaca tahu sebab-sebab perpindahan kerajaan Medang Kamulan.
2. Agar pembaca mengetahui peninggalan Kerajaan Medang Kamulan yang menyebar di
pulau Jawa.
3. Agar pembaca mengetahui struktur pemerintahan kerajaan Medang Kamulan.
4. Agar pembaca tahu sistem birokrasi, Kosmogonis dan hokum kerajaan Medang Kamulan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
a.Sejarah Kerajaan Medang Kamulan
Pada umumnya sebutan Mataram Kuno lazim dipakai untuk menyebut nama Kerajaan ini
pada periode Jawa Tengah. Nama Mataram merujuk pada nama ibu kota kerajaan ini. Kadang
untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, biasa
pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Hindu. Istilah Kerajaan Medang Kamulan dipakai
untuk menyebut nama kerajaan pada periode Jawa Timur. Namun berdasarkan prasasti-prasasti
yang telah ditemukan sebetulnya nama Medang Kamulan sudah dikenal sejak periode
sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah.
Pada kerajaan di Jawa Tengah ,raja Wawa(924-929)serta merta tampil sebagai penguasa di
jawa tengah, dibantu oleh pati sekaligus menantunya, Mpu Sindok, Wawa digantikan Mpu
Sindok (929-947) yang dikenal sebagai raja berjiwa prajurid, dan sangat toleran terhadap
pemeluk agama Budha Mahayana ,serta Sang Hyang Kamahaniyanikan berhasil digubah
kedalam Bahasa Jawa Kuno dari Bahasa Sanksekerta. Kitap ini memuat cerita tentang dewa-
dewa yang mirip dengan relief yang ada di candi Borobudur. Sebuah kitav agama Hindu Syiwa
Brahmanapurana yang berisikan Kosmologi,Kosmogoni, sejarah para resi, dan cerita pertikaian
antar kasta juga diterbitkan dalam waktu hamper bersamaan.
Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang Kamulan
periode TengahKerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini.
Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16,
Kerajaan Medang Kamulan periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan Medang Kamulan mengalami beberapa
masa perpindahan yang cukup siknifikan yaitu :
a. Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)
b. Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)
c. Medang i Poh Pitu (zama n Dyah Balitung)
d. Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)
e. Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)
f. Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)
g. Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)
Pada abad ke-8 kerajaan Pra Mataram Islam (Mataram Kuno) memerintah di Jawa
Tengah,dengan Sanjaya (Syiwaistik) berkuasa di Kawasan Utara (kedu), sedangkan Syailendra
(Budha Mahayana) berkuasa dikawasan selatan (Bagelan dan Mataram ). Candi –candi Hindu
(Dieng, Prambanan, dll) dan Budha (Borobudur, Mendut Kalasan, dll) membuktikan pada masa
bersamaan di Jawa terdapat dua agama besar yang bertoleransi.
Tetapi seiring adanya pindahnya kerajaan Mataram kuno ke Jawa Timur disebabkan letusan
Gunung Merapi , Mpu sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur.Menurut catatan sejarah, tempat baru tersebut adalah watugaluh, yang
terletak disungai Brantas, sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Kerajaan baru ini tudak lagi disebut Mataram, namun Medang Kamulan. Meskipun demikian,
beberapa literature masih menyebutkan sebagai Mataram II.
2
Selain itu sebab pemerintahan Kerajaan Mataram kuno juga sempat berpindah ke Jawa
Timur disebabkan selama abad ke-7 sampai ke-9 terjadi serangan-serangan dari Sriwijaya ke
Kerajaan Mataram Kuno. Besarnya pengaruh Kerajaan Mataram Kuno semakin terdesak ke
wilayah timur.seperti yang telah diketahui sekarang tidak diketahui nama kerajaan di
JawaTengah ini sebelum masa pemerintahan Sanjaya. Nama Mataram mungkin baru dipakai
sejak Sanjaya, ia bergelar rakai Mataram, demikian pula nama Medang sebagai pusat kerajaan.
Cerita Parahyangan menyebutkan nama kerajaan Sanna dan Sanjaya itu Galuh. Memang dari
prasasti Sojomerto dan beberapaprasasti lain yang hingga kini belum dapat dibaca, tetapi jelas
menggunakan hurug Pallawa, yang ditemukan di daerah Pekalongan, mungkin sekali pusat
kerajaan wangsa Sailendra itu mula-mula di daerah Pekalongan sekarang.
Setelah Sri Isyanatunggawijaya meninggal maka kerajaan medang Kamulan di pimpin oleh
Raja Sri Dharmawangsa teguh Anantawikramatunggadewa yaitu anaknya Sri
Isyanatunggawijaya dari perkawinannya dengan Raja Lokapala. Dharmawangsa menikah dengan
cucu Isyanatunggawiyaya yang lain dan mewarisi tahta mertuanya (991-1016). Selama
pemerintahannya telah diterbitkan berbagai karya, diantaranya Kakawin Mahabrata, yang
diterjemahkan kedalam Bahasa Jawa Kuna dari kitap Mahabrata India. Dharmawangsa
menyerang Sriwijaya untuk merebut bagian selatan wilayahnya agar dapat menguasai selat sunda
yang sangat penting bagi perdagangan(992).
Sriwijaya dibantu Raja Wurawuri dari semenanjung Melayu membalas serangan
Dharmawangsa Teguh(1016). Serangan terjadi sewaktu pesta perkawinan agung antara putri
Dharmawangsa,Dharmawangsa, Sri dan Airlangga(16 tahun), keponakannya, Raja dan Para
pembesar Negara gugur, tumpas-tapis, namun Airlanggadan pengiring setianya Narottama, dapat
menyingkir ke pegunungan Wonogiri. Mereka hidup bersama- sama para pendeta Hindu dan
biksu Budha selama dua tahun.
Airlangga untuk menduduki tahta kerajaan, memanfaatkan situasi vacuum of power di Jawa
Timur ketika tentara pendudukan Wurawari disana terpaksa ditarik kembali ke, semenanjung
melayu yang tengah diserang colomandala dari india selatan. Airlangga mengawini seorang putri
Sriwijaya, tentunya berpotensi memproduksi ancaman dari lawan.
Setelah beberapa tahun kemudian berada di hutan,akhirnya pada tahun 1019, airlangga
berhasil mempersatukan wilayah kerajaan Medang Kamulan yang telah terpecah, membangun
kembali kerajaan, dan berdamai dengan Sriwijay. Kerajaan baru ini dikenal dengan kerajaan
Kahuripan , yang wilayahnya membentang dari pasuruan di timur hingga Madiun dibarat.
Airlangga memperluaswilayahnya kerajaan hingga ke Jawa Tengah dan Bali. Pada tahun 1025,
Airlangga memperlebar pengaruh Kahuripan seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Pantai Utara
Jawa terutama Surabaya dan Tuban, menjadi pusat perdagangan yang penting untuk pertama
kalinya.
Setelah dikukuhkan sebagai pewaris tahta mertuanya, Dharmawangsa Teguh, Airlangga
mengganti nama kerajaan Medang Kamulan menjadi Kahuripan dengan ibukota Wulan Mas
(1037). Setelah kerajaan Medang Kamulan berpindah menjadi Kahuripan, raja Airlangga
berhadapa dengan masalah pewarisan tahtanya sebagai raja,pewarisan itu yaitu
Sanggrammawijaya, memilih menjadi pertapa dari pada mengganti Airlangga. Pada tahun 1045,
Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk putranya yaitu Jenggala dan Kediri
(penjulu), Airlangga sendiri menjadi pertapa dan meninggal pada tahun 1049. Airlangga
dimakamkan di candi Belahan dengan perluhuran sebagai wisnu naik burung Garuda.
3
Dengan pemecahan Kerajaan Kahuripan itu maka Pecahan kerajaan Medang
berakhir,kerajaan Janggala tidak mampu berkembang menjadi Negara besar sehingga lenyapdari
percaturan politik sedangkan kerajaan Panjalu atau Kediri semakin berkembang, dangan
memiliki kekuasaan sampai perairan Indonesia bagian barat dan timur dengan raja Jayabaya.
1. Prasasti Tangeran (933 M), isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri
Wardhani pu Kbi;
2. Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat
peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang;
3. Prasasti Lor (939 M), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata
dan Jayamstambho di Desa Anyok Lodang;
4. Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga
memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
5
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
Rakai Watuhumalang memiliki putra bernama Mpu Daksa (prasasti Telahap) dan menantu
bernama Dyah Balitung (prasasti Mantyasih). Dyah Balitung inilah yang mungkin berhasil
menjadi pahlawan dalam menaklukkan Rakai Gurunwangi dan Rakai Limus sehingga takhta pun
jatuh kepadanya sepeninggal Rakai Watukura. Pada akhir pemerintahan Dyah Balitung terjadi
persekutuan antara Mpu Daksa dengan Rakai Gurunwangi (prasasti Taji Gunung). Kiranya
pemerintahan Dyah Balitung berakhir oleh kudeta yang dilakukan kedua tokoh tersebut.
memindahkan pusat pemerintahan kerajaan medang dari mamratipura ke poh-pitu(sekitar kedu)
10. Mpu Daksa
Mpu Daksa naik takhta menggantikan Dyah Balitung yang merupakan saudara iparnya.
Hubungan kekerabatan ini berdasarkan bukti bahwa Daksa sering disebut namanya bersamaan
dengan istri Balitung dalam beberapa prasasti. Selain itu juga diperkuat dengan analisis
sejarawan Boechari terhadap berita Cina dari Dinasti TangTat So Kan Hiung, yang artinya
“Daksa, saudara raja yang gagah berani”
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
Dyah Tulodhong dianggap naik takhta menggantikan Mpu Daksa. Dalam prasasti Ritihang
yang dikeluarkan oleh Mpu Daksa terdapat tokoh Rakryan Layang namun nama aslinya tidak
terbaca. Ditinjau dari ciri-cirinya, tokoh Rakryan Layang ini seorang wanita berkedudukan
tinggi, jadi tidak mungkin sama dengan Dyah Tulodhong. Mungkin Rakryan Layang adalah putri
Mpu Daksa. Dyah Tulodhong berhasil menikahinya sehingga ia pun ikut mendapatkan gelar
Rakai Layang, bahkan naik takhta menggantikan mertuanya, yaitu Mpu Daksa. Dalam prasasti
Lintakan Dyah Tulodhong disebut sebagai putra dari seseorang yang dimakamkan di Turu
Mangambil.
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
Dalam prasasti Wulakan tanggal 14 Februari 928, Dyah Wawa mengaku sebagai anak Kryan
Landheyan sang Lumah ri Alas (putra Kryan Landheyan yang dimakamkan di hutan). Nama
ayahnya ini mirip dengan Rakryan Landhayan, yaitu ipar Rakai Kayuwangi yang melakukan
penculikan dalam peristiwa Wuatan Tija.
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
Istana Kerajaan Medang pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram
(dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke
Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh
Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke
daerah Mataram.
Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
Dalam beberapa prasastinya, ia menyebut kalau kerajaannya merupakan kelanjutan dari Kerajaan
Medang di Jawa Tengah. Misalnya, ditemukan kalimat berbunyi Kita prasiddha mangraksa
kadatwan rahyangta i Bhumi Mataram i Watugaluh.
14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
Sri Isyana Tunggawijaya merupakan putri dari Mpu Sindok, yaitu raja yang telah
memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Tidak banyak
diketahui tentang masa pemerintahannya. Suaminya yang bernama Sri Lokapala merupakan
seorang bangsawan dari pulau Bali.
Peninggalan sejarah Sri Lokapala berupa prasasti Gedangan tahun 950 yang berisi tentang
anugerah desa Bungur Lor dan desa Asana kepada para pendeta Buddha di Bodhinimba. Namun,
6
prasasti Gedangan ini merupakan prasasti tiruan yang dikeluarkan pada zaman Kerajaan
Majapahit untuk mengganti prasasti asli yang sudah rusak.
Prasasti atau piagam dianggap sebagai benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun.
Apabila prasasti tersebut mengalami kerusakan, ahli waris biasanya memohon kepada raja yang
sedang berkuasa untuk memperbaharuinya. Prasasti pembaharuan ini disebut dengan istilah
prasasti tinulad.
Tidak diketahui dengan pasti kapan pemerintahan Sri Lokapala dan Sri Isyana Tunggawijaya
berakhir. Menurut prasasti Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putra mereka yang
bernama Sri Makuthawangsawardhana.
15. Makuthawangsawardhana
Jalannya pemerintahan Makutawangsawardhana tidak diketahui dengan pasti. Namanya
hanya ditemukan dalam prasasti Pucangan sebagai kakek Airlangga. Disebutkan bahwa,
Makutawangsawardhana adalah putra pasangan Sri Lokapala dan Sri Isana Tunggawijaya putri
Mpu Sindok.
Prasasti Pucangan juga menyebut Makutawangsawardhana memiliki putri bernama
Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga. Dalam prasasti itu juga disebut adanya nama seorang
raja bernama Dharmawangsa, namun hubungannya dengan Makutawangsawardhana tidak
dijelaskan.
16. Dharmawangsa Teguh,
Prasasti Pucangan tahun 1041 dikeluarkan oleh raja bernama Airlangga yang menyebut
dirinya sebagai anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Disebutkan pula bahwa Airlangga
adalah putra pasangan Mahendradatta dengan Udayana raja Bali.
Adapun Mahendradatta adalah putrid Makuthawangsawardhana dari Wangsa Isana. Airlangga
sendiri kemudian menjadi menantu Dharmawangsa.
18. Airlangga
Dalam prasasti Calcuta disebutkan bahwa Airlangga masih termasuk keturunan Mpu Sindok
dari pihak ibunya. Ibunya bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni) yang menikah
dengan raja Udayana dari Bali. Setelah usia 16 Airlangga dinikahkan dengan putri
Dharmawangsa. Pada saat upacara pernikahannya itulah terjadi serangan dari Wurawari yang
mengakibatkan hancurnya Medang kamulan.
Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Narottama ke dalam hutan dilereng gunung
(wanagiri). Ditengah hutan itu, Airlangga hidup sebagai seorang pertapa dengan menanggalkan
pakaian kebesarannya. Hal itu dilakukan agar penyamarannya tidak diketahui oleh musuh.
Selama tiga tahun (1016-1019), Airlangga digembleng lahir maupun batin di hutan lereng
gunung (Wanagiri). Setelah itu ia turun dari lereng gunung dan bersatu dengan rakyatnya. Atas
tuntutan dari rakyatnya, pada tahun 1019, Airlangga bersedia dinobatkan menjadi raja
meneruskan tradisi Dinasti Isyana. Airlangga lalu bergelar Rakai Halu Sri Lokeswara
Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Antara tahun 1019, Airlangga berusaha mempersiapkan diri agar dapat menghadapi lawan-lawan
kerajaannya. Dengan persiapan yang cukup antara tahun 1028-1035, Airlangga berjuang untuk
mempertahankan kewibawaan kerajaannya. Airlangga menghadapi karajaan yang cukup kuat
seperti Wurawari, Kerajaan Wengker dan raja putri dari selatan yang bernama Rangda Indirah.
Ditulis dalam cerita yang berjudul Calon Arang.
Setelah Airlangga berhasil menghadapi musuh-musuh kerajaannya, ia mulai membangun
kerajaannya disegala bidang kehidupan. Hal itu dimaksudkan untuk memakmurkan rakyatnya,
seperti bidang pertanian dan irigasi, perdagangan, pengangkutan, kesenian dan agama.
7
Melalui pembangunan yang dilaksanakan Airlangga dalam waktu singkat Medang Kamulan
berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Setelah mencapai kestabilan dan kemakmuran
rakyat, pada tahun 1042, Airlangga memasuki masa kependetaan dengan gelar Jatinindra. Tahta
kerajaan diserahkan kepada Sanggrama Wijayatunggadewi, yakni putrinya yang terlahir dari
permaisuri. Namun demikian, putrinya itu telah memilih hdup sebagai petapa dengan gelar Ratu
Giri Putri. Oleh karena itu, tahta kerajaan diserahkan kepada kedua putranya yang terlahir dari
istri selirnya. Selanjutnya Medang Kamulan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Jenggala
dan Kerajaan Kediri.
8
7. Prasasti dinoyo
prasasti yang ditemukan terputus menjadi tiga bagian. Bagian yang tengah di temukan di
Desa Dinoyo, sedang dibagian atas dan bagian bawah ditemukan di Desa Merjosari, kira-kira 2
Km disebelah barat Dinoyo. Mengingat kasus di gunung Wukir dan prasasti Canggal, mungkin
sekali prasasti Dinoyo ini asalnya justru dari Merjosari, yang memangternyata menghasilkan
sisa-sisa bangunan. De casparis menduga bahwa batu prasasti itu berasal dari Desa Kejuron,
pendapat ini mungin kurang dapat diterima karena Kejuron mungkin justru merupakan pusat
kerajaan, sedang prasasti tentulah tidak didirikan dipusat kerajaan, tetapi di dekat candinya.
8. Prasasti Wantil
Mpu Manuku membangun ibu kota baru di desa Mamrati sehingga ia pun dijuluki sebagai
Rakai Mamrati. Istana baru itu bernama Mamratipura, sebagai pengganti ibu kota yang lama,
yaitu Mataram.Prasasti Wantil disebut juga prasasti Siwagreha yang dikeluarkan pada tanggal 12
November856. Prasasti ini selain menyebut pendirian istana Mamratipura, juga menyebut
tentang pendirian bangunan suci Siwagreha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa.
9. Prasasti Sanggurah
prasasti berangka tahun 982 Masehi yang ditemukan di daerah Malang dan menyebut nama
penguasa daerah itu, Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga
(Dyah Wawa). Prasasti berbentuk tablet ini disebut juga Prasasti Minto karena dihadiahkan oleh
Raffles kepada Lord Minto, keduanya pernah memimpin Hindia Belanda ketika Britania Raya
menguasai Belanda pada dasawarsa kedua abad ke-19
9
bencana kepada manusia, tergantung dari dapat atau tidaknya individu , kelompok-kelompok
sosial, terutama kerajaan,menyerasikan hidup dan semua kegiatannya dengan gerak alam
semesta.
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran
Siwa. Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran
Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan
Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi. Didalam stratifikasi sosialnya
masyarakat didalam kerajaan Medang masih menggunakan kasta-kasta didalam agama Hindu
baik kedudukannya didalam struktur birokrasi maupun kedudukannya berdasarkan kekayaan
materill.
Menurut ajaran agama Hindu , alam ini terdiri atas suatu benua pusat berbentuk
lingkaran, yang bernama jambudwipa. Benua ini dilingkari oleh tujuh lautan dan tujuh daratan,
dan semua itu di batasi oleh suatu pegunungan yang tinggi. Ditengah –tengah Jambudwipa
berdiri gunung Meru sebagai pusat alam semesta. Matahari , bulan , dan bintang-bintang
bergerak mengililingi Gunung Meru itu. Di Puncaknya terdapat kota dewa-dewa, yang di
kelilingai oleh tempat tinggal ke delapan dewa penjaga mata angin (Lokapala).
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa seorang raja harus berpegang teguh kepada
dharma, bersikap adil, menghukum yang bersalah dan memberikan anugrah kepada mereka yang
berjasa( wnang wgraha anugraha), bijaksana, tidak boleh sewenang-wenangnya. Waspada
terhadapgejolak dikalangan rakyatnya, berusaha agar rakyat senantiasa memperoleh rasa tentram
dan bahagia, dan dapat memperlihatkan wibawanya dengan kekuatan angkatan perang dan harta
kekayaannya.
Di bidang ekonomi penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode
Wwatan pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memangterkenal sebagai
negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.
Dibeberapa prasasti telah memberi keterangan akan adanya masyarakat yang mengenel
ekonomi di wilayah kerajaan,di pedesaan pertama-tama sudah mengenal hasil bumi seperti beras,
buah-buahan, sirih pinah, dan buah mengkudu. Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat
perkakas dari besi dan tembaga, pakaian, paying keeranjang dan barang-barang anyaman ,
kejang kepis, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing , itik
dan ayam serta telurnya juga diperjualbelikan.
Prasasti tidak menyebutkan komoditas ekspor, dan hanya ada satu barang yang mungkin
diimpor yaitu kain buatan India (wdihan buat kling). Akan tetapi, data tentang masalah ekspor-
impor itu diperoleh darr berita-berita Cina. Ekspor dari pelabuhan –pelabuhan di Jawa terdiri atas
hasil bumi dan hutan Pulau Jawa sendiri dan dari Pulau-pulau yang lain, terutama dari
Kaliimantan dan Indonesian bagian timur. Komoditas ekspor itu anatara lain garam yang di
hasilkan dipantai utara Pulau Jawa, terutama didaerah Kembang dan Tuban , kain Katun dan
Kapuk, Sutra tipis dan Sutra kuning, damas, kain brokat berwarna-warni, kulit penyu, pinang,
pisang raja, gula tebu, kemukus, cula badak, mutiara, belerang, gaharu, kayu sepang, kayu
cendana.,cengkeh, pala, marica, dammar, kapur barus dan lain-lainnya.
10
BAB III
KESIMPULAN
a.Kesimpulan
Pada kerajaan di Jawa Tengah ,raja Wawa(924-929)serta merta tampil sebagai penguasa di
jawa tengah, dibantu oleh pati sekaligus menantunya, Mpu Sindok, sangat toleran terhadap
pemeluk agama Budha Mahayana ,serta Sang Hyang Kamahaniyanikan berhasil digubah
kedalam Bahasa Jawa Kuno dari Bahasa Sanksekerta.
Runtuhnya kerajaan Medang di akibatkan kerajaan Sriwijaya dibantu Raja Wurawuri dari
semenanjung Melayu membalas serangan Dharmawangsa Teguh(1016).
Bukti-bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
Kerajaan Mataram/Medang juga membangun banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu
maupun Buddha.
Didalam prasasti Sangguran disebut sima kajurugusalyan di Mananjung, karena ada jabatan
juru gusali, yaitu ketua para pandai besi, didalam prasasti Balingawan disebut sima kamulan.
Didalam kerajaan Mataram secara khusus menganut suatu landasan kosmogonis yaitu
kepercayaan akan arus adanya suatu keserasian antara dunia manusia ini ( mikrokosmos) dengan
alam semesta (makrokosmos).
11
DAFTAR PUSTAKA
12