Anda di halaman 1dari 18

Kerajaan

Mataram Kuno di
Jawa Timur
SEJARAH MATARAM KUNO

Pada abad ke-10, pusat pemerintahan kerajaan mataram


kuno di Jawa Tengah dipindahkan ke Jawa Timur yang
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada 2
pendapat yang menyatakan hal tersebut yakni pendapat
lama dan baru. Pendapat lama menyatakan karena
bencana alam (meletusnya gunung berapi) dan
terbelgkalainya sawah akibat pembangunan candi.
Pendapat baru menyatakan ada 2 faktor yakni, keadaan
alam bumi mataram tertutup secara alamiah dari dunia
luar sedangkan faktor kedua yaitu masalah politik
(menghindari kerajaan sriwijaya).
LETAK IBU KOTA

- Berdasrkan prasasti Paradah dan Anjukladang


disebutkan bahwa ibu kota kerajaan Mataram Kuno
dijawa timur adalah Watugaluh. Kemungkinan ibu
kota itu berada di Desa Watugaluh sekarang, dekat
Jombang ditepi Sungai Brantas.
- Sedangkan menurut prasasti Taryyan yang berangka
tahun 851 saka (929 M) disebutkan bahwa ibu kota
Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Tomwlang.
Diperkirakan nama Tomwlang identik dengan nama
desa di Jombang.
KEHIDUPAN POLITIK

Setelah Mpu Sindok wafat, Mpu Sindok digantikan oleh Sri Isana
Tunggawijaya yang memerintah sebagai Ratu. Ia menikah dengan
Raja Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri
Makutawang Swardhana. Pada akhir abad ke-10 M, Mataram
diperintah oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama yang
memerintah sampai tahun 1016 M. Ia adalah salah seorang keturunan
Mpu Sindok. Kemudian Pada tahun 1019, Airlangga yang merupakan
menantu Dharmawangsa yang berasal dari Bali dinobatkan oleh para
pendeta Buddha menjadi raja menggantikan Dhamawangsa.
Kemudian pada tahun 1037, Airlangga memindahkan ibu kota
kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.
LANJUTAN

Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan,


lalu hidup sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra).
Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua
kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang
saudara di antarakedua putranya yang lahir dari selirnya. Kerajaan itu
adalah Kerajaan Janggala dan dan Kerajaan Panjalu (Kediri). Raja-
raja yang memerintah di Kediri antara lain: Jayawarsa, Jayabaya,
Sarwewara, Gandara, Kameswara, dan Kertajaya. Pada masa
Jayabaya Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya.
KEHIDUPAN EKONOMI

Pada masa pemerintahannya, Mpu Sindok banyak membangun


bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk
pemeliharaan bangunan suci untuk meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia
berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai
Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir.
Juga dibidang sastra, pada masa pemintahanya berhasil menyusun
kitab Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa. Pada masa kerajaan Kediri
banyakmenghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri
dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading,
kayu cendana, dan pinang.
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Dalam bidang toleransi, Mpu Sindok mengininkan


penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan
(Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok
sendiri beragama Hindu. Kemudian pada masa
raja Airlangga tersusun kitab Arjuna Wiwaha karya
Mpu Kanwa. Selain itu, wayang juga
berkembang, ceritanya diambil dari Ramayana
dan Mahabharata yang ditulis ulang dan
dipadukan dengan kebudayaan Jawa.
HAL PENTING TENTANG KEDIRI

 Masyarakat Kediri pada umumnya telah


memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni
dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah
mampu untuk berpakaian dengan baik.
 Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu
denda dan hukuman mati bagi perampok.
 Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi
cukup dengan memuja para dewa.
PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN

Penyebab runtuhnya kerajaan Mataram Kuno


adalah konflik dengan kerajaan Sriwijaya. Pada
saat Dharmawangsa mengadakan pesta
perkawinan putrinya, diserbu oleh Aji Wurawari
dan Lwaram. Penyerangan tersebut
mengakibatkan Dharmawangsa tewas.
Penyerangan tersebut dilatarbelakangi oleh
memanasnya konflik antara Mataram Kuno dan
Sriwijaya.
KONFLIK DENGAN SRIWIJAYA

Pada tahun 990 M, Sri Dharmawangsa melakukan serangan ke


Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan
Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil
menghasut Raja Wurawari (sekitar Banyumas) untuk menyerang istana
Dharmawangsa pada tahun 1016. Akhirnya Sri Dharmawangsa yang
mempunyai ambisi untuk meluaskan kekuasaannya, pada tahun 1016
M mengalami kehancuran (Pralaya) di tangan seorang raja
bawahannya sendiri yaitu Raja Wurawari. Peristiwa ini terjadi pada
saat Sri Dharmawangsa sedang melangsungkan acara pernikahan
putrinya dengan Airlangga. Seluruh keluarga raja tewas termasuk
Dharmawangsa, Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri dan
bersembunyi di Wonogiri.
PENINGGALAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno banyak meninggalkan


peninggalan budaya, terutama prasasti, candi,
dan kitab. Peninggalan bangunan candi kerajaan
Mataram Kuno adalah candi Panataran, candi
lor, dan candi wawatan. Sedangkan peninggalan
berupa kitab seperti kitab Sang Hyang
Kamahayanikan, Wiwata Paruwa, Sembilan
parwa, dan kitab Arjuna Wiwaha.
PENINGGALAN BERUPA PRASASTI

Peninggalan prasasti kerajaan Mataram


Kuno antara lain ; prasasti Linggasutan (929
M), prasasti Jeru Jeru (930 M), prasasti Wulig
(935 M), prasasti Anjukladang (973 M),
prasasti Turun Hyang (1035 M), prasasti
Pucangan (1041 M), prasasti Pamwatan
(1042 M), prasasti Wahana, prasasti Sumbut,
dan prasasti Kamalogyu.
THNX YOU

MADE BY:
-ANAS MTH
-FAIZAL CHY
-ALVIN AUL
-LUTHFI FHM

Anda mungkin juga menyukai