Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Terumanegara dibangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin


pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus
menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi
Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama
Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang
dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali
terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk
pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa
pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja mencapai usia
lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa,
Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja
Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti , sayangnya tidak satupun
yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa
para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia-sia. Setelahnya ke Cina
untuk mempelajari hubungan Cina dengan Indonesia dimasa lampau mereka menemukan
naskah-naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo.
Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528
M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat disimpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar
abad ke V dan ke VI.

1
Masa kejayaan Tarumanegara diperkirakan berada pada tahun 395-434, saat
diperintah oleh Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397.
Ibukota ini letaknya lebih dekat ke pantai dan terkenal dengan nama Sundapura.
Di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 kerajaan daerah di bawah Tarumanegara.
Wilayahnya terletak mulai dari sekitar Pandeglang (Rajatapura ) hingga Purwalingga
(diduga inilah asal usul nama kota Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara umum wilayah
kekuasaan meliputi hampir seluruh Jawa Barat; dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon
Pada masa Suryawarman berkuasa lebih banyak lagi kerajaan daerah yang dibangun.
Pada tahun 526 misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan
Kendan, yang terletak di kawasan Nagreg, wilayah perbatasan Bandung-Garut sekarang.
Lalu pada masa Kertawarman (561-628) berdiri pula Kerajaan Galuh.
B. Letak dan Wilayah Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan sumber – sumber sejarah yang ada dapat disimpulkan bahwa


Tarumanegara terletak di Jawa B arat. Pusatnya belum dapat dipastikan, namun para ahli
menduga kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira – kira antara sungai Citarum dan
sungai Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah
Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta (Naskah Wangsakerta adalah
istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta
secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666

2
12 Linggawarman 666-669
C. Kehidupan Masyarakat Tarumanegara
1) Kehidupan Sosial
Masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong,
berdasarkan isi dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya Raja Purnawarman untuk terus meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana
yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan
di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Pengkastaan di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda dengan yang ada di
Kerajaan Kutai. Golongan brahmana bertugas mengatur tugas keagamaan. Kaum
kesatria merupakan golongan bangsawan (raja dan kerabat). Sedangkan golongan
biasa meliputi para petani, peternak, pemburu, pelaut dan nelayan.
2) Kehidupan Ekonomi

Masyarakat Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian sebagai sumber


mata pencaharian mereka. Mereka berladang secara berpindah-pindah. Selain itu,
bidang pelayaran dan perdagangan tidak kalah penting dalam perekonomian
Tarumanegara.
Dalam prasasti Tugu, dinyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Terusan ini
(Gomati dan Candrabhaga) dibangun oleh golongan budak dan kaum sudra. Pada
akhirnya terusan ini selain berfungsi sebagai sarana pencegah banjir, juga berfungsi
sebagai sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan
Tarumanegara dengan daerah lain di luar kerajaan. Berdasarkan catatan Fa-Hien,
seorang musafir Cina, masyarakat Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu
jati.
3) Kehidupan Politik
Sumber sejarah politik dan pemerintahan Kerajaan Tarumanegara kurang
jelas. Meskipun demikian, catatan dari Fa-Hien (sejarawan) mengatakan
Tarumanegara mampu menciptakan stabilitas politik di wilayahnya. Kondisi itu
dibuktikan dari laporannya tentang cukup majunya perekonomian kerajaan tersebut.
Kuatnya pemerintahan dibuktikan oleh informasi prasasti mengenai proyek
penggalian saluran Gomati dan sungai Candrabhaga. Proyek itu membutuhkan

3
tenaga manusia yang cukup besar, sehingga mungkin terselenggara oleh
pemerintahan yang berwibawa, yang kekuasaanya diakui rakyatnya. Karena
merupakan kerajaan, kekuasaan raja bersifat mutlak. Hal itu tergambar dari
pengakuan Raja Purnawarman sebagai jelmaan Dewa Wisnu.

4) Kehidupan Agama

Kepercayaan yang dianut warga di dalam Kerajaan Tarumanegara yaitu


Hindu, tepatnya Hindu Wisnu. Sebagai bukti, pada prasasti Ciareteun ada tapak kaki
raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sedangkan agama yang dianut warga
di luar kerajaan ada beberapa. Seperti yang dinyatakan oleh Fa-Hien, dalam bukunya
yang berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa saat mengunjungi Jawadwipa, dia
hanya menjumpai sedikit orang beragama Buddha. Kebanyakan masyarakat
menganut kepercayaan Hindu dan “beragama kotor” (maksudnya animisme).
D. Penyebab Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya,


Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama
Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda dan yang kedua bernama
Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri
sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa. Ia
memilih mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya merupakan kerajaan daerah
yang berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Kerajaan
Sunda ini, kerajaan lain bernama Kerajaan Galuh memutuskan untuk berpisah dari
Kerajaan Sunda. Akhirnya wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua,
sehingga kekuatan kerajaan Tarumanagara menjadi lemah.
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu
raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di dekat
Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi,
menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja

4
berangkat dari Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan
menaklukan beberapa daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan
terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting
untuk pusat ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan
Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka
kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah
memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara.

E. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara

1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)

Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai


Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan
tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam
bentuk puisi India dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-
masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini
mengingatkam adanya hubungan dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga
Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
 b. Prasasti Jambu/ Pasir Koleangkak

5
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor.
Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-
purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam-
bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang
tiada taranya- yang termashur Sri Purnnawarman- yang sekali waktu( memerintah) di
Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata
musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-
kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi
musuh-musuhnya’’
Dari Prasasti diatas kita dapat keterangan bahwa Purnawarman suka memakai Warman
(baju Zirah/Besi) yang tidak dapat ditembus senjata. Dari itu juga kita tahu dia sering
berperang dan menggempur kota – kota musuhnya.
c. Prasasti Kebon Kopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)

6
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata.
Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma
(yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’

d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)

Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya


dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar.
Yang khas dari prasasti ini adalah:Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang
terkenal di Panjab, yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
     Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan
namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra
yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
         Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor
sapi yang dihadiahkan
           Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
         Candrabhaga merupakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah sungai di
Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat diartikan

7
menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan),
yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke
laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun
keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena
kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji segala raja, maka sekarang beliau
menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah
sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-
da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang
bulan Phalguna dan disudahi pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja,
sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak (12 km). Selamatan baginya dilakukan oleh
para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
Pembuatan galian tersebut yang jelas untuk pengairan sawah dan pengantisipasi banjir.
Dari sini kita lihat Purnawarman raja yang memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Penggalian ini juga memeperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian ini juga
memperlihatkan bahwa pengetahuan bertani Tarumanegara sudah cukup maju. Menurut
para ahli sejarah, kemungkinan besar sungai yang digali adalah terusan untuk membantu
pengaliran sungai Bekasi, sebab disebutkan sungai Candrabagha. Menurut Prof.
Purbacaraka Chandrabagha dapat diartikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra =
Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan)
Selaian itu Prasasti tugu ini. Mempunyai unsur penanggalan tetapi tidak memakau angka
tahun. Dalam Prasasti tugu terdapat kata Phalaguna dan Carita. Yaitu bulan yang
bertepatan dengan pebruari – april dalam tarikh Masehi
e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)

8
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat
gambar tapak kaki.

f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)

Prasasti ini di temukan di muara Cianten Bogor , prasasti ini juga terdapat telapak kaki.
Sayang tulisannya belum dapat diartikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak
banyak yang diketahui tentang isinya.
 g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak

Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul,


kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti Cidanghiyang dilaporkan pertama kali oleh

9
Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti
pertama kali tahun 1954 dan berisi dua baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam
metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari
raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
Dari Prasasti ini kita bisa tahu rupanya Raja Purnawarman seorang raja yang perkasa
yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Dia banyak menaklukan raja – raja di
daerah sekitarnya.

2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-
sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman.
Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja,
Siam dan Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu Cibuaya II ( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
-          Jenis batu yang digunakan
-          Bentuk arca dan laksananya
-          Bentuk badan
-          Makuta

3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa)
tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya disebutkan rakyat Tolomo
sedikit sekali memeluk Budha yang banyak dijumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga
menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian
bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti
yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ Taluma menurut Fa hien adalah
Tarumanegara

10
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga diperkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa
tahun 528 dan 535 datang utusan dari Negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan Kerajaan Tarumanegara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Kerajaan Tarumanegara merupakan sebuah kerajaan hindu yang didirikan oleh
Jayasighawarman pada tahun 358 M yang diperkirakan sejak abad ke V dan VI.
Kerajaan Tarumanegara terletak di JawaBarat yang daerah kekuasaannya meliputi
Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, kerajaan ini pernah dipimpin oleh 12
raja.
Kerajaan Tarumanegara meninggalkan 7 prasasti yaitu prasasti ciaruteun,
jambu, kebon kopi, tugu, pasir awi, muara cianten, dan lebak. Sumber sejarah
Kerajaan Tarumanegara selain bisa didapat dari prasasti juga bisa didapat dari arca
dan berita dari Tiongkok seperti berita Fa Hien, Dinasti Soui, dan Tang Muda.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi kami, maupun
para pembaca. Kerajaan Tarumanegara merupakan peninggalan yang penting untuk
kita semua karena kerajaan ini juga telah ikut mewarnai sejarah kerajaan di Indonesia
yang tentunya telah begitu banyak budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita.
Maka dari itu, kita harus menjaga dan melestarikan budaya peninggalan dari nenek
moyang kita kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi.

12

Anda mungkin juga menyukai