Anda di halaman 1dari 17

KERAJAAN TARUMANEGARA DAN KERAJAAN PAJAJARAN

(Sejarah Indonesia)

Disusun oleh: Bunga Citra Nazwa Atin


Alin Oktaviani
Ahmad Bumi Mudzakir
Daiva Zalya Zyahwani
Talita Marella Azmi

MAN 1 KOLAKA
KOLAKA 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu di nusantara yang berdiri pada
abad ke-4 hingga abad ke-7 masehi di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri Kerajaan
Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman. Pada 669 masehi, Raja Linggawarman
yang baru berkuasa selama tiga tahun wafat. Takhta kerajaan jatuh ke tangan menantunya,
Tarusbawa. Pergantian kekuasaan ini menandai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena
Tarusbawa lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda, yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarumanegara. Atas pengalihan kekuasaan ke
Kerajaan Sunda ini, Kerajaan Galuh tidak sepakat dan memutuskan untuk memisahkan diri.
Dengan begitu, wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara kemudian dibagi menjadi dua, yaitu
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya.
Sedangkan Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang bercorak Hindu juga di Jawa Barat.
Kerajaan ini berpusat di Pakuan. Kerajaan Pajajaran berdiri dari tahun 923 M sampai 1597
M. Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati.
Puncak kejayaan kerajaan ini ada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu
Siliwangi (1482-1521 M). Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Raja Sri Jayabhupati
mendirikan sebuah kerajaan pada 923 M di Pakuan Pajajaran. Setelah Sri Jayabhupati, takhta
kemudian jatuh ke tangan Rahyang Niskala Wastu Kancana dengan pusat kerajaan berada di
Kawali. Pada 1428, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dinobatkan dua kali untuk
menerima takhta Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Pada masa Sri Baduga Maharaja
(1482-1521) menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, sehingga nantinya
kerajaan itu dinamakan Kerajaan Pajajaran. Shingga dapat disimpulkan bahwa sejarah
Kerajaan Pajajaran ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya, seperti
Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Galuh, serta Kawali. Hal ini disebabkan
pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Itu tadi sedikit latar belakang berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran termasuk kerajaan tertua diindonesia. Lalu
bagaimana selengkapnya berdirinya sejarah Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran ?
Bagaimana kehidupan di Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Papajaran ? Siapa sajakah
yang pernah menjadi raja di Tarumanegara dan Pajajaran? itu semua akan dijelaskan
dimakalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran ?

1.2.2 Di mana lokasi dan wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran?

1.2.3 Bagaimana kehidupan di Kerajaan Tarumanegara ?


1.2.4 Siapa sajakah yang pernah menjadi Raja di Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran?

1.2.5 Bagaimana peninggalan prasasti di Kerajaan Tarumnegara ?

1.2.6 Bagaimana runtuhnya Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran
1.3.2 Untuk mengetahui di mana lokasi kerajaan tarumanegara dan kerajaan Pajajaran
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana kehidupan di kerajaan tarumanegara
1.3.4 Untuk mengetahui siapa sajakah yang pernah menjadi raja di kerajaan tarumanegara
dan kerajaan Pajajaran
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja peninggalan di kerajaan tarumanegara
1.3.6 untuk mengetahui bagaimana runtuhnya kerajaan tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika
memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang
terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara. Di pengasingan, tahun 358 M,
Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten
Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama
tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna
benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini.
Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain,
tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa pemasukan terbesar
bagi Kerajaan Tarumanegara.

Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja


mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan.
Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi
Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.

Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak


satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri
terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia.
Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa
lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan
kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo
mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat
di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.

2.2 Letak dan Wilayah Kekuasaan


Sebelum mengetahui letak kraton kerajaan Tarumanegara, dari temuan tempat
prasasti itu dapat diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara. Prasasti Ciaruon atau
prasasti Ciareteun, ditemukan di daerah Cimpea, Bogor. Kemudian prasasti kebun
kopi yang ditemukan di daerah kampong hilir kecamatan cibung-bulang. Kemudian
prasasti kebun jambu, ditemukan di daerah bukit koleangkak 30 km sebelah barat
bogor. Kemudian prasasti tugu ditemukan di daerah Tugu, clincing, Jakarta Utara.

Dari temuan letak prasasti tersebut dapat diketahui daerah yang masuk dalam
wilayah kerajaan Tarumanegara. Wilayah kerajaan Tarumanegara meliputi pesisir
Jakarta hingga pedalaman di kaki gunung Gede (lihat gambar 1.). Selain itu dari
prasasti dapat diketahui fungsi dari suatu daerah. Pada prasasti Tugu yang dikatakan
bahwa pembuatan prasasti itu untuk para brahmana yang telah membuat terusan pada
kali candrabhaga yaitu kali Gomati. Sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah
dtemukannya prasasti Tugu merupakan daerah para Brahmana. Para Brahmana
kerajaan Tarumanegara tinggal di daerah pesisir pantai. Dapat dikatakan mereka
datang ke Nusantara dengan para pedagang India.

Dapat di duga pula pada prasasti kebun jambu yang ditemukan di dekat sungai
Cisadane, di bukit Koleangkak, Banten selatan. Dalam prasasti itu dapat ditafsirka
sebagai prasasti penaklukan suatu wilayah. Dalam prasasti itu dikatakan bahwa raja
Purnawarman merupakan raja yang disegani oleh musuh-musuhnya. Senantiasa
menggempur kota-kota musuhnya.

2.3 Kehidupan di Kerajaan Tarumanegara


a. Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui
bahwa raja yang pernah memerintah di tarumanegara hanyalah raja
purnawarman dan raja yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya.
Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan raja purnawarman telah
memerintah untuk menggali sebuah kali. Oleh karena itu rakyat hidup makmur
dalam suasana aman dan tenteram.

b. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini
terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.

c. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah banjir serta sarana lalu-
lintas pelayaran perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara dengan
dunia luar. Juga dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat sudah berjalan teratur.

d. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat
diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi.
Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

2.4 Raja-Raja di Kerajaan Tarumanegara


Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja.
Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan
menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang
sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan
Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya
dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa,


karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri,
yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan
untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanegara:
1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman 382-395 M
3. Purnawarman 395-434 M
4. Wisnuwarman 434-455 M
5. Indrawarman 455-515 M
6. Candrawarman 515-535 M
7. Kertawarman 561-628 M
8. Sudhawarman 628-639 M
9. Hariwangsawarman 639-640 M
10. Nagajayawarman 640-666 M
11. Linggawarman 666-669 MC

2.5 Prasasti-Prasasti Kerajaan Tarumengara


1. Prasasti Ciaruteun
Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West
Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun,
dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka
dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba
serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

 Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut


(tempat ditemukannya prasasti tersebut).
 Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti
menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka
dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat

2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini
juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.

3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu.

4. Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.

5. Prasasti Pasir awi


Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara
ikal yang belum dapat dibaca.

6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di
tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.

7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional. Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu,
kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat
panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti
Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari
prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
 Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab
yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua
buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya
menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang
mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali
Bekasi.
 Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna
dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
 Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh
Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

8. Sumber-Sumber Sejarah
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal
dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu
yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-
prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman
pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara
ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara
lain:
 Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu
dan sebagian masih animisme.
 Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
 Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah
datang utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.

Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka


dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara. Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan
prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi
hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.

9. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini
didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah
terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat
bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya
tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah

2.6 Letak Geografis Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan hindu yang diperkirakan beribukotanya di


Pakuan (bogor) di jawa barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula
di sebut juga negeri sunda,pasundan,atau berdasarkan nama ibu kotanya yaitu pakuan
pajajaran.Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini di dirikan tahun 923 oleh sri
jayahupati seperti yang di sebutkan dalam prasasti sanghyang tapak.

2.7 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pajajaran

Berdasarkan alur sejarah galuh,kerajaan pajajaran berdiri setelah wastu kencana wafat
tahun 1475 karena sepeninggal rahyang wastu kencana kerajaan galuh dipecah dua di antara
susuktunggal dan dewa niskala dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau pakuan pajajaran
beribukota di pakuan (Bogor) dibawah kekuasaan Prabu susuktunggal (sang haliwungan) dan
kerajaan galuh yang meliputi parahyangan tetap berpusat dikawali dibawah kekuasaan Dewa
Niskala (Ningrat kancana). Oleh sebab itu pula prabu susuktunggal dan Dewa Niskala tidak
mendapat gelar ”Prabu Siliwangi”, karena kekuasaan keduanya tidak meliputi seluruh tanah
pasundan sebagaimana kekuasaan Prabu wangi dan rahyang wastu kencana (Prabu Siliwangi
1). Cikal bakal kerajaan pajajaran sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan–
kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu kerajaan Tarumanegara, kerajaan Sunda
dan kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan kerajaan Pajajaran merupakan
kelanjutan dari kerajaan–kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejaran yang ada, dapatlah
ditelusuri jejak kerajaan ini, antara lain mengenai ibukota pajajaran yaitu pakuan.

2.8 Berkembangnya Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran awalnya terletak di daerah Galuh,Jawa Barat.Raja pertama


Kerajaaan Pajajaran bernama sena.Namun tahta kerajaan Pajajaran kemudian direbu oleh
saudara raja Sena yang bernama purbasora. Raja Sena dan keluarganya terpaksa
meninggalkan keratin. Tidak lama kemudian,Raja Sena berhasil merebut kembali tahta
kerajaan pajajaran.

Raja Pajajaran selanjutnya adalah Jayahubpati,pada masa pemerintahannya, kerajaan


pajajaran mengembangkan ajaran Hindu waisnawa. Setelah Jayahubpati kerajaan di perintah
oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana. Pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan di
pindahkan ke Kawali. Raha Wastu kemudian, di gantikan oleh Hayam Wuruk. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1357 dan di sebut dalam kitab Pararaton sebagai oerang Bubat. Ketika
perang bubat terjadi Sri Baduga Maharaja bersama seluruh pengiringnya tewas. Kerajaan
Pajajaran di ambil alih oleh Hyang Bunisora (1357-1373), pengasuh putra mahkota Wastu
kencana yang masih kecil.Hyang Bonisora berkuasa selama 14 tahun. Pada prasasti batu
tulis,raja ini di sebut juga Prabu Guru Dwataprani.

Kerajaan Pajajaran selanjutnya di perintahkan secara beruntun oleh Wastu Kencana,


tohaan, salalu sang Ratu Jayadewata ,di perkirakan bahwa Kerajaan telah terdapat penduduk
beragama islam. Hal ini tergambar dari tulisan seorang ahli Portugis yang bernama Tome
Pires (1513) yang menyatakan bahwa di wilayah Timur kerajaan ini terdapat banyak
menganut Islam.Tampaknya pengaruh Islam belum masuk ke pusat kerajaan.
Namun,pengaruh Islam dari kerajaan Demak di Jawa Tengah mulai mengancam kerajaan
Pajajaran. Oleh karena itu Jayadewata bermaksud meminta bantuan Portugis di Malaka untuk
menghadapi kerajaan dan usaha itu terlambat karena pada tahun 1527,pasukan yang dipimpin
oleh Falatehan dari Demak berhasil menguasai Pelabuhan terbesar Kerajaan Pajajaran. Ketika
itu, yang berkuasa di Pajajaran adalah Ratu Samiam,putra Jayadewata.

Setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di rebut oleh oleh Kerajaan Demak,Kerajaan


pajajaran harus menghadapi serangan Kerajaan Banten dari arah Barat. Pengganti Samiam,
yaitu Prabu Ratu Dewata, berusaha mempertahankan ibu kota Pajajaran dari pasukan
Maulana Hasanudin dan putranya Maulana Yusuf pada tahun 1579.

2.8 Kehidupan Politik Kerajaan Pajajaran

Bentuk dan sistem pemerintahan raja raja Pajajaran hanya dapat diketahui dari
beberapa orang raja saja. Raja raja yang diketahui pernah memerintah dikerajaan Pajajaran
diantaranya sebagai berikut:

1) Maharaja Jayabhupati dalam prasasti ditulis maharaja Jayabhupati menyebut dirinya


Haji Ri sunda.Sebutan ini bertujuan meyakinkan kedudukannya sebagai raja kerajaan
Pajajaran. Raja Jayabhupati memeluk agama Hindu beraliran waisnawa. Pusat
pemerintahannya diperkirakan berada di daerah Pakuan Pajajaran dan kemudian
pindah ke Kawali.
2) Rahyang Niskala Wastu Kencana Raja ini naik tahta menggantikan raja Maharaja
Jayabhupati pusat pemerintahannya terletak di Kawali dan istananya bernama
Surawisesa.
3) Rahyang Dewa Niskala raja Dewa Niskala atau Rahyang Ningrat Kencana,i raja
menggantikan Rahyang Niskala Wastu Kencana.Namun tidak diketahui bagaimana
Kencana siste Pemerintahannya.
4) Sri Baduga Maharaja Sri Baduga Maharaja bertahta di pakuan pajajaran. Pada
pemerintahannya,terjadi pertempuran yang sangat besar dalam kitab Pararaton disebut
Perang Bubat. Peristiwa ini terjadi tahun 1357 M. Dalam pertempuran itu,semua
pasukan pajajaran gugur termasuk raja Sri Baduga sendiri beserta putrinya.
5) Hyang Wuni Sora Raja ini berkuasa menggantikan Raja Sri Baduga Maharaja. Setelah
ia berturut-turut digantikan oleh Prabu Niskala Wastu Kencana (1371-1474 M),
Tohaan (1475-1482 M) yang berkedudukan di Galuh, Ratu Jay Dewata (1482-1521
M).
6) Ratu Samian atau Prabu Surawisesa pada masa Pemerintahannya, pada tahun1512 M
dan 1521 M, ia berkunjung ke Malaka untuk meminta bantuan portugis dalam rangka
menghadapi kerajaan demak. Namun bantuan yang diharapkan itu ternyata sia-sia,
karena pelabuhan terbesar kerajaan pajajaran, yaitu Sunda Kelapa sudah dikuasai oleh
pasukan kerajaan demak dibawah pimpinan Fatahilah. Akibatnya, hubungan Pajajaran
dengan dunia luar terputus.
7) Prabu Ratu Dewata (1535-1543) raja ini memerintah menggantikan prabu Susawisesa.
Pada masa pemerintahannya, terjadi berbagai serangan dari kerajaan Banten yang
dipimpin oleh Maulana Hasanudin, dibantu oleh anaknya Maulana Yusuf. Berkali-kali
pasukan Banten (Islam) berusaha merebut ibukota Pajajaran tahun 1579 M. Peristiwa
ini mengakibatkan runtuhnya kerajaan hindu Pajajaran di Jawa Barat.

2.9 Kehidupan Ekonomi

1. Perdagangan laut

Kerajaan pajajaran memiliki enam pelabuhan penting,yakni pelabuhan


Banten,Pontang,Cigade,Tamagra,Kelapa(Sunda kelapa atau jakarta sekarang),dan Cimanuk
(mungkin Pamanukan sekarang).Setiap pelabuhan dikepalai oleh seorang syahbandar yang
bertanggung jawab kepada raja dan bertindak sebagai wakil raja di bandar-bandar yang
dikuasai.

Melalui keenam pelabuhan itu,KerajaanPajajaran melakukan perdagangan dengan


daerah atau negara lain.Wilayah perdagangan mencapai pulau sumatra bahkan kepulau
Maladewa.Barang-barang dagangan sebagai sumber penghasilandan kerajaan pajajaran
umumnya berupa bahan makanan dan lada.Tetapi barang dagangan yang lebih penting adalah
beras.Barang-barang lain yang dapat diperoleh dipelabuhan kerajaan pajajaran seperti sayur-
sayuran,sapi,kambing,biri-biri,babi,tuak,dan buah-buahan.Disampang itu,ada jenis bahan
pakaian yang didatangkan dari cambay(india).Mata uang yang digunakan sebagai alat tukar
adalah mata uang cina .

2. Pedagang Darat

Kerajaan Pajajaran juga memiliki lalu lintas perdagangan darat yang cukup penting.
Jalan darat itu berpusat di PakuanPajajaran,ibu kota kerajaan.Jalan yang satu menuju ke arah
timur dan yang lain menuju ke arah barat.

Jalan menuju ke arah timur menghubungkan Pakuan Pajajaran dengan karang


sambung yang terletak di tepi Sungai Cimanuk,melalui Cileungsi dan Cibarusa lalu
membelok ke Karawang.Dari Tanjung Puraini di teruskan ke Cikao dan Purwakarta,dan
berakhir di Karang Sambung.

Sedangkan jalan lain yang menuju ke arah barat,mulai dari Pakuan Pajajaran melalui
Jasinga dan Rangkasbitung,menuju Serang dan berakhir di Banten.Jalan darat lain dari
Pakuan Pajajaran menuju Ciampea mulai daroi Muara Cianten.Melalui jalan darat dan sungai
tersebut hasil bumi kerajaan Pajajaran diperdagangkan.Melalui jalan itu pula bahan yang
diperlukan oleh penduduk yang berada di daerah pedalaman di salurkan.Dengan
demikian,sistem perekonomian di Kerajaan Pajajaran sudah berkembang dan sudah maju saat
itu.

2.10 Kehidupan Sosial dan Budaya

a. Kehidupan sosial

Dalam perkembangan kehidupan sosial dari masyarakat pajajaran dapat digolongkan


menjadi:

• Golongan seniman seperti pemain gamelan,pemain wayang,penari.

• Golongan petani.

• Golongan pedagang .

• Golongan yang dianggap jahat,yaitu tukang coprt,tukang


rampas,begal,malingdan sebagainya.

b. Kehidupan Budaya

Sejak zaman Kerajaan Tarumanegara,kehidupan kebudayaan rakyat Jawa Barat


(rakyat sunda) dipengaruhi oleh budaya Hindu.Pengaruh agama Hindu terhadap Kerajaan
Tarumanegara dapat diketahui dari:

• Arca-arca Wisnu di daerah Cibuaya dan arca-arca rajarsi.

• Kitab parahyangan dan kirtab sanghayan siksakanda.

• Cerita-cerita dalam sastra sunda kuno bercorak hindu.

2.11 Kehidupan Agama

Agama resmi yang dianut di Kerajaan Pajajaran adalah agama Hindu, tetapi
sebenarnya saat itu agama leluhur sudah mulai kembali mendesak keberadaan agama Hindu.
Keadaan tersebut membuat pemuka Hindu saat itu harus “kompromi” dengan ajaran leluhur.
Salah satu bentuk kompromi tersebut adalah dengan diposisikannya Batara Seda Niskala di
atas dewa-dewa Hindu. Batara Seda Niskala adalah sebutan lain untuk Hiyang, yaitu dewa
tertinggi pada ajaran leluhur yang menciptakan, menguasai, dan menentukan kehidupan
manusia dan kehidupan alam pada umumnya. Dia berada di luar alam kehidupan manusia,
yaitu bersemayam di Kahiyangan. Sifat-sifat Hiyang tercermin dalam julukan-Nya, antara
lain Batara Seda Niskala (Yang Gaib), Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Sanghiyang Keresa
(Yang Kuasa), Batara Jagat (Yang Menguasai Alam Semesta). Mereka pun membuat ajaran
keyakinan, tata cara peribadatan kepada Hiyang, dan etika hidup keagamaan mereka sendiri.
Ajaran keyakinan, tata cara peribadatan, dan etika hidup keagamaan mereka dinamai agama
Jatisunda. Para penduduk yang tidak puas terhadap ajaran agama Hindu dan Budha, maka
muncullah agama Jatisunda sebagai jalan keluarnya.

2.12 Runtuhnya Kerajaan Pajajaran

Kerajaan pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajajan sunda
lainnya,yaitu kesultanan Banten.Berakhirnya zaman pajajaran di tandai dengan di boyongnya
Palangka Sriman Sriwacana(Singgahsana raja),dari Pakuan Pajajaran Ke Keraton Surosowan
di Banten oleh pasukan Maulana yusuf.Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyonngkan ke
Banten karena tradisi politik agar di Pakuan pajajaran tidak di mungkinkan lagi penobatan
raja baru,dan memungkinkan dan menandakan Maulana yusuf adalah penerus kerajaan sunda
yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri baduga maha raja,raja kerajaan sunda
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa di temukan di depan bekas keraton
Surosoan di Banten.Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang,berarti mengkilap atau
berseri,sama artinya dengan kata sriman.Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah Punggawa
istana yang meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak.Mereka menerapkan tata cara
kehidupan mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.

2.13 Hubungan Antara Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan gabungan dari kerajaan Sunda dan kerajaan
Galuh yang merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanegara di bawah Maharaja terus bawah
kala itu sebagai raja Tarumanegara (yang menggantikan mertuanya) dan raja kerajaan Sunda
Sambawa memecah tanah Tarumanegara menjadi 2 kedua kerajaan dibatasi dengan aliran
sungai Citarum pada masa Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521) menyatukan kembali kerajaan
dinamakan Kerajaan Pajajaran
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dari apa yang telah kami sampaikan tadi, dapat di simpulkan pengaruh kebudayaan
India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu – Budha, tetapi
juga pada aspek lain misal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya. Dalam
proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan –
peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India. Meskipun
corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya Indonesia
mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri

3.2 Saran
Dari keberadaannya kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran di wilayah kita
pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di
wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita
ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan
jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA

http://www.4shared.com/get/EcoveM8m/Makalah_Sejarah_Kerajaan_Tarum.html

http://www.omrudi.info/2011/06/makalah-sejarah-tentang-sejarah.html

http://www.anakciremai.com/2008/06/makalah-sejarah-tentang-tarumanegara.html

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-tarumanegara.html

http://dianaaulia11ips3-7.blogspot.com/2013/11/makalah-kerajaan-tarumanegara.html

Q.Siti Waridah.2004.Sejarah Nasional. Jakarta: Bumi Aksara


Badrika,I Wayan.2006.Sejarah untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga
http://vao07.blogspot.co.id/2016/07/makalah-sejarah-kerajaan-pajajaran.html
https://id.scribd.com/document/483547736/Lembar-Kegiatan-Peserta-Didik-Sejarah-
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai