(Sejarah Indonesia)
MAN 1 KOLAKA
KOLAKA 2024
BAB I
PENDAHULUAN
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu di nusantara yang berdiri pada
abad ke-4 hingga abad ke-7 masehi di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri Kerajaan
Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman. Pada 669 masehi, Raja Linggawarman
yang baru berkuasa selama tiga tahun wafat. Takhta kerajaan jatuh ke tangan menantunya,
Tarusbawa. Pergantian kekuasaan ini menandai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena
Tarusbawa lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda, yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarumanegara. Atas pengalihan kekuasaan ke
Kerajaan Sunda ini, Kerajaan Galuh tidak sepakat dan memutuskan untuk memisahkan diri.
Dengan begitu, wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara kemudian dibagi menjadi dua, yaitu
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya.
Sedangkan Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang bercorak Hindu juga di Jawa Barat.
Kerajaan ini berpusat di Pakuan. Kerajaan Pajajaran berdiri dari tahun 923 M sampai 1597
M. Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati.
Puncak kejayaan kerajaan ini ada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu
Siliwangi (1482-1521 M). Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Raja Sri Jayabhupati
mendirikan sebuah kerajaan pada 923 M di Pakuan Pajajaran. Setelah Sri Jayabhupati, takhta
kemudian jatuh ke tangan Rahyang Niskala Wastu Kancana dengan pusat kerajaan berada di
Kawali. Pada 1428, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dinobatkan dua kali untuk
menerima takhta Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Pada masa Sri Baduga Maharaja
(1482-1521) menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, sehingga nantinya
kerajaan itu dinamakan Kerajaan Pajajaran. Shingga dapat disimpulkan bahwa sejarah
Kerajaan Pajajaran ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya, seperti
Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Galuh, serta Kawali. Hal ini disebabkan
pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Itu tadi sedikit latar belakang berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran termasuk kerajaan tertua diindonesia. Lalu
bagaimana selengkapnya berdirinya sejarah Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran ?
Bagaimana kehidupan di Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Papajaran ? Siapa sajakah
yang pernah menjadi raja di Tarumanegara dan Pajajaran? itu semua akan dijelaskan
dimakalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran ?
1.2.2 Di mana lokasi dan wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran
1.3.2 Untuk mengetahui di mana lokasi kerajaan tarumanegara dan kerajaan Pajajaran
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana kehidupan di kerajaan tarumanegara
1.3.4 Untuk mengetahui siapa sajakah yang pernah menjadi raja di kerajaan tarumanegara
dan kerajaan Pajajaran
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja peninggalan di kerajaan tarumanegara
1.3.6 untuk mengetahui bagaimana runtuhnya kerajaan tarumanegara dan kerajaan
Pajajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Dari temuan letak prasasti tersebut dapat diketahui daerah yang masuk dalam
wilayah kerajaan Tarumanegara. Wilayah kerajaan Tarumanegara meliputi pesisir
Jakarta hingga pedalaman di kaki gunung Gede (lihat gambar 1.). Selain itu dari
prasasti dapat diketahui fungsi dari suatu daerah. Pada prasasti Tugu yang dikatakan
bahwa pembuatan prasasti itu untuk para brahmana yang telah membuat terusan pada
kali candrabhaga yaitu kali Gomati. Sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah
dtemukannya prasasti Tugu merupakan daerah para Brahmana. Para Brahmana
kerajaan Tarumanegara tinggal di daerah pesisir pantai. Dapat dikatakan mereka
datang ke Nusantara dengan para pedagang India.
Dapat di duga pula pada prasasti kebun jambu yang ditemukan di dekat sungai
Cisadane, di bukit Koleangkak, Banten selatan. Dalam prasasti itu dapat ditafsirka
sebagai prasasti penaklukan suatu wilayah. Dalam prasasti itu dikatakan bahwa raja
Purnawarman merupakan raja yang disegani oleh musuh-musuhnya. Senantiasa
menggempur kota-kota musuhnya.
b. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini
terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.
c. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah banjir serta sarana lalu-
lintas pelayaran perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara dengan
dunia luar. Juga dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat sudah berjalan teratur.
d. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat
diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi.
Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.
2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini
juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu.
6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di
tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional. Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu,
kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat
panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti
Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari
prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab
yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua
buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya
menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang
mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali
Bekasi.
Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna
dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh
Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
8. Sumber-Sumber Sejarah
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal
dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu
yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-
prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman
pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara
ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara
lain:
Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu
dan sebagian masih animisme.
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah
datang utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini
didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah
terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat
bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya
tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah
Berdasarkan alur sejarah galuh,kerajaan pajajaran berdiri setelah wastu kencana wafat
tahun 1475 karena sepeninggal rahyang wastu kencana kerajaan galuh dipecah dua di antara
susuktunggal dan dewa niskala dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau pakuan pajajaran
beribukota di pakuan (Bogor) dibawah kekuasaan Prabu susuktunggal (sang haliwungan) dan
kerajaan galuh yang meliputi parahyangan tetap berpusat dikawali dibawah kekuasaan Dewa
Niskala (Ningrat kancana). Oleh sebab itu pula prabu susuktunggal dan Dewa Niskala tidak
mendapat gelar ”Prabu Siliwangi”, karena kekuasaan keduanya tidak meliputi seluruh tanah
pasundan sebagaimana kekuasaan Prabu wangi dan rahyang wastu kencana (Prabu Siliwangi
1). Cikal bakal kerajaan pajajaran sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan–
kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu kerajaan Tarumanegara, kerajaan Sunda
dan kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan kerajaan Pajajaran merupakan
kelanjutan dari kerajaan–kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejaran yang ada, dapatlah
ditelusuri jejak kerajaan ini, antara lain mengenai ibukota pajajaran yaitu pakuan.
Bentuk dan sistem pemerintahan raja raja Pajajaran hanya dapat diketahui dari
beberapa orang raja saja. Raja raja yang diketahui pernah memerintah dikerajaan Pajajaran
diantaranya sebagai berikut:
1. Perdagangan laut
2. Pedagang Darat
Kerajaan Pajajaran juga memiliki lalu lintas perdagangan darat yang cukup penting.
Jalan darat itu berpusat di PakuanPajajaran,ibu kota kerajaan.Jalan yang satu menuju ke arah
timur dan yang lain menuju ke arah barat.
Sedangkan jalan lain yang menuju ke arah barat,mulai dari Pakuan Pajajaran melalui
Jasinga dan Rangkasbitung,menuju Serang dan berakhir di Banten.Jalan darat lain dari
Pakuan Pajajaran menuju Ciampea mulai daroi Muara Cianten.Melalui jalan darat dan sungai
tersebut hasil bumi kerajaan Pajajaran diperdagangkan.Melalui jalan itu pula bahan yang
diperlukan oleh penduduk yang berada di daerah pedalaman di salurkan.Dengan
demikian,sistem perekonomian di Kerajaan Pajajaran sudah berkembang dan sudah maju saat
itu.
a. Kehidupan sosial
• Golongan petani.
• Golongan pedagang .
b. Kehidupan Budaya
Agama resmi yang dianut di Kerajaan Pajajaran adalah agama Hindu, tetapi
sebenarnya saat itu agama leluhur sudah mulai kembali mendesak keberadaan agama Hindu.
Keadaan tersebut membuat pemuka Hindu saat itu harus “kompromi” dengan ajaran leluhur.
Salah satu bentuk kompromi tersebut adalah dengan diposisikannya Batara Seda Niskala di
atas dewa-dewa Hindu. Batara Seda Niskala adalah sebutan lain untuk Hiyang, yaitu dewa
tertinggi pada ajaran leluhur yang menciptakan, menguasai, dan menentukan kehidupan
manusia dan kehidupan alam pada umumnya. Dia berada di luar alam kehidupan manusia,
yaitu bersemayam di Kahiyangan. Sifat-sifat Hiyang tercermin dalam julukan-Nya, antara
lain Batara Seda Niskala (Yang Gaib), Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Sanghiyang Keresa
(Yang Kuasa), Batara Jagat (Yang Menguasai Alam Semesta). Mereka pun membuat ajaran
keyakinan, tata cara peribadatan kepada Hiyang, dan etika hidup keagamaan mereka sendiri.
Ajaran keyakinan, tata cara peribadatan, dan etika hidup keagamaan mereka dinamai agama
Jatisunda. Para penduduk yang tidak puas terhadap ajaran agama Hindu dan Budha, maka
muncullah agama Jatisunda sebagai jalan keluarnya.
Kerajaan pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajajan sunda
lainnya,yaitu kesultanan Banten.Berakhirnya zaman pajajaran di tandai dengan di boyongnya
Palangka Sriman Sriwacana(Singgahsana raja),dari Pakuan Pajajaran Ke Keraton Surosowan
di Banten oleh pasukan Maulana yusuf.Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyonngkan ke
Banten karena tradisi politik agar di Pakuan pajajaran tidak di mungkinkan lagi penobatan
raja baru,dan memungkinkan dan menandakan Maulana yusuf adalah penerus kerajaan sunda
yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri baduga maha raja,raja kerajaan sunda
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa di temukan di depan bekas keraton
Surosoan di Banten.Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang,berarti mengkilap atau
berseri,sama artinya dengan kata sriman.Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah Punggawa
istana yang meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak.Mereka menerapkan tata cara
kehidupan mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan gabungan dari kerajaan Sunda dan kerajaan
Galuh yang merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanegara di bawah Maharaja terus bawah
kala itu sebagai raja Tarumanegara (yang menggantikan mertuanya) dan raja kerajaan Sunda
Sambawa memecah tanah Tarumanegara menjadi 2 kedua kerajaan dibatasi dengan aliran
sungai Citarum pada masa Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521) menyatukan kembali kerajaan
dinamakan Kerajaan Pajajaran
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah kami sampaikan tadi, dapat di simpulkan pengaruh kebudayaan
India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu – Budha, tetapi
juga pada aspek lain misal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya. Dalam
proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan –
peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India. Meskipun
corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya Indonesia
mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri
3.2 Saran
Dari keberadaannya kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Pajajaran di wilayah kita
pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di
wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita
ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan
jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
http://www.4shared.com/get/EcoveM8m/Makalah_Sejarah_Kerajaan_Tarum.html
http://www.omrudi.info/2011/06/makalah-sejarah-tentang-sejarah.html
http://www.anakciremai.com/2008/06/makalah-sejarah-tentang-tarumanegara.html
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-tarumanegara.html
http://dianaaulia11ips3-7.blogspot.com/2013/11/makalah-kerajaan-tarumanegara.html