Anda di halaman 1dari 18

Kerajaan

Tarumanegara
Kelompok 4

RICHARD FARREL (26)


ELVIRA GRACIA (9)
DELVIN GERMANY (7)
Latar Belakang
Dalam catatan sejarah, kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua ke-2 di Indonesia. Kerajaan ini didirikan
oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358–382 Masehi di tepi sungai Citarum, yang sekarang masuk ke
wilayah Kabupaten Lebak, Banten.

Raja Jayasingawarman adalah seorang maharesi atau pendeta yang berasal dari India, tepatnya dari daerah Salankayana.
Raja Jayasingawarman mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Kerajaan Magadha.
Saat tiba di Jawa Barat, Raja Jayasingawarman meminta izin kepada Raja Dewawarman VIII, raja Kerajaan Salakanagara
yang berkuasa masa itu, untuk membuka pemukiman baru. Setelah mendapatkan persetujuan, Raja Jayasingawarman pun
membangun Kerajaan Tarumanegara.

Nama tersebut berasal dari dua kata, yaitu “Taruma” dan “Nagara”. “Nagara” memiliki arti kerajaan atau negara, sementara
“Taruma” atau “Nila” diambil dari nama sungai Citarum yang membelah Jawa Barat. Disesuaikan dengan letak kerajaan
Tarumanegara berada di tepi sungai Citarum.
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan kerajaan Tarumanegara adalah Monarki Absolute atau
kekuasaan tertinggi terdapat pada pemimpin kerajaan. Secara etimologi Monarki
berasal dari bahasa yunani yakni monos yang artinya satu, dan archein yang
artinya pemerintah. Jadi Monarki adalah sistem pemerintahan yang dipimpin
oleh satu penguasa yang dalam sistem kekuasaan Tarumanegara disebut dengan
Raja.

Menurut sejarahnya sistem ini sudah ada sejak abad ke 19 dan merupakan sistem
pemerintahan tertua di dunia.Pemerintahan dengan system Monarki Absolute
pada kerajaan Tarumanegara yakni ketika raja yang berkuasa mengundurkan diri
atau meninggal, maka yang menjadi pewaris tahta adalah putra makhota yang
telah diberikan kewenangan. Pada masa kerajaan Tarumanegara terdapat 12 raja
yang pernah berkuasa atau dinobatkan sebagai pemimpin kerajaan.
Daerah Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan Masyarakat di Kerajaan Tarumanegara
Salah satu sumber sejarah yang mengungkap kehidupan politik di kerajaan Tarumanegara adalah Naskah Wangsakerta. Dalam
naskah ini memuat nama raja-raja Tarumanegara yang jumlahnya dari berdiri hingga runtuh mencapai 12 raja. Pada naskah
Wangsakerta disebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara bernama Jayasingawarman, namun banyak para pakar meragukan isi
naskah tersebut.

Menurut naskah Wangsakerta, kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 258 masehi oleh Jayasingawarman. Raja pertama ini
kemudian digantikan oleh puteranya bernama Dharmayawarman. Ia memerintah dari tahun 382 hingga 395 masehi. Makam
Jayasingawarman dipusarkan di tepi kali Gomati, sementara Dharmayawarman di tepi kali Candrabaga.
Raja ke 3 sekaligus raja terkenal kerajaan Tarumanegara bernama Purnawarman. Berdasarkan isi prasasti Tugu, pada masa
pemerintahan raja Purnawarman sering terjadi bencana alam berupa banjir. Maka dari itu belau memerintahkan untuk menggali
Sungai Candrabaga dan Gomati sepanjang 12 km (6112 tombak).

Penggalian kedua sungai ini dilakukan setelah 22 tahun masa pemerintahan Purnawarman. Selain menghindari banjir, tujuan
penggalian 2 sungai yaitu untuk mengatasi kekeringan saat musim kemarau.
Kehidupan Sosial
Salah satu sumber yang mengungkapkan kehidupan sosial kerajaan tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran
Wisnu. Masuknya pengaruh India di dalam kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara tentu merubah kehidupan
sosial yang kemudian mengenal kebudayaan Hindu. Beberapa contoh pengaruhnya seperti mengenal bahasa, sastra,
sistem dewa dewi, upacara keagamaan dan mitologi.Bukti kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara telah terpengaruh
oleh kebudayaan India yaitu dapat dilihat pada Prasasti Kebon Kopi yang memuat dua kaki Gajah Airwata (dalam
mitologi Hindu, gajah ini merupakan tunggangan Batara Indra).
Kehidupan Budaya
Salah satu sumber yang mengungkapkan budaya kerajaan tarumanegara adalah masuknya pengaruh dari India kemudian
menyebabkan perkembangan kebudayaan masyarakat Tarumanegara. Sebagai contoh, di bidang sastra masyarakat mulai
mengenal syair. Hal ini dibuktikan dari beberapa prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara berbentuk syair, dengan
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Selain dibidang sastra, kebudayaan pahat juga berkembang,
dibuktikan dengan kesamaan penemuan arca di Cibuaya dan di Semenanjung Melayu dan Siam. Arca yang ditemukan di

Cibuaya yaitu sebuah arca Wisnu.


Kehidupan Ekonomi
Salah satu sumber yang mengungkapkan ekonomi kerajaan taruma negara adalah kehidupan ekonomi masyarakat
kerajaan Tarumanegara mengandalkan pertanian dan perdagangan. Hal ini dibuktikan dari isi Prasasti Tugu mengenai
penggalian sungai Candrabaga dan Gomati. Penggalian kedua sungai ini merupakan bukti bahwasanya selain untuk
menghindari banjir, tujuannya juga digunakan untuk kegiatan irigasi-irigasi pertanian. Maka dapat kita analisis bahwa
kehidupan ekonomi kerajaan Tarumanegara mengandalkan pertanian.Gambaran bagaimana kehidupan ekonomi di
kerajaan Tarumanegara dapat diketahui juga dari catatan Fa-Hien (pedagang Tiongkok). Dalam catatannya disebutkan
bahwa masyarakat di kerajaan Tarumanegara memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, pemburu binatang dan
pedagang. Beberapa komoditas perdagangan di kerajaan ini seperti perak, kulit penyu, dan cula badak.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
1.)Prasasti Ciaruteun
Pertama, ada Prasasti Ciaruteun. Pada prasasti ini terdapat gambar telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikal
melingkar. Prasasti Ciaruteun ini berisi:Vikkrantasyavanipat eh Srimatah
Purnnavarmmanah Tarumanagarendrasya Visnoriva Padadvayam Arti dari tulisan tersebut adalah: “Inilah (tanda)
sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara), ialah telapak yang mulia Sang Purnawarman,
raja di negeri Taruma, Raja yang gagah berani di dunia”.Bekas telapak pada Prasasti Ciaruteun melambangkan
kekuasaan raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti. Disebutkan bahwa kedudukan Raja Purnawarman
diibaratkan Dewa Wisnu, dewa dalam kepercayaan Hindu yang bertugas memelihara alam semesta. Artinya, Raja
Purnawarman dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. Penggunaan cetakan telapak kaki di masa itu

mungkin dimaksudkan sebagai tanda keaslian, mirip tanda tangan pada zaman sekarang .
2.)Prasasti Kebon Kopi

Kemudian, tidak jauh dari Prasasti Ciaruteun, ada juga Prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di perkebunan kopi di
Kampung Muara Hilir, Bogor. Isi Prasasti Kebon Kopi ini adalah tulisan huruf palawa dengan menggunakan
bahasa Sansekerta. Kalimat yang tercetak pada Prasasti Kebon Kopi adalah: “Jayavisalasyya Tarumendrasya
hastinah Airwaytabhasya vibatidam-padadyayam”. Arti dari kalimat tersebut adalah: “Di tempat ini, di sini
kelihatannya terdapat gambar sepasang telapak kaki yang mirip dengan Airawata, gajah yang sangat kuat, penguasa
di Taruma atau lebih dikenal Tarumanegara dan kejayaan kerajaan”. Airawata sendiri adalah gajah kendaraan dewa
Indra, dewa cuaca dan raja kahyangan.
3.) Prasasti Jambu
Prasasti ketiga adalah Prasasi Jambu, yang ditemukan di perkebunan Jambu di bukit Pasir Koleyangkak, Bogor. Isi
prasasti ini adalah “Tapak kaki ini adalah tapak kaki Sri Purnawarman, Raja tarumanagara. Baginda termasyhur
gagah berani, jujur dan setia menjalankan tugasnya”.

4.)Prasasti Cidanghiyang
Prasasti keempat adalah Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan di tepi sungai
Cidanghiang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 1947. Prasasti ini berisi
2 baris kalimat yang berbentuk puisi yang ditulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti ini

mengagung-agungkan keberanian raja Purnawarman.


5.)Prasasti Pasir Awi
Prasasti kelima adalah Prasasti Pasir Awi, yang ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Namun, sayangnya prasasti ini
belum bisa dibaca oleh para ahli. Jadi kita belum bisa tahu apa isi dari Prasasti Awi ini.

6.)Prasasti Muara Cianten


Selain Prasasti Pasir Awi, ada juga Prasasti Muara Cianten yang belum bisa dibaca oleh para ahli. Prasasti keenam
ini ditemukan di tepi sungai Cisadane.

7.)Prasasti Tugu
Terakhir, ada Prasasti Tugu. Prasasti ini menjadi prasasti terpenting & terpanjang dari Raja Purnawarman yang
waktu itu sudah bertahta selama 22 tahun. Dalam prasasti ini, disebutkan mengenai pembangunan saluran air yang
panjangnya 6.112 tombak. 6.112 tombak itu setara 11 km. Aliran air itu diberi nama Gomati yang dibandun dalam
waktu 21 hari.
Gambar dari Peninggalan Kerajaan
Tarumanegara

1. Prasasti Ciaruteun 2. Prasasti Kebon Kopi 3. Prasasti Jambu 4. Prasasti Cidanghiyang

5. Prasasti Pasir Awi 6. Prasasti Muara Cianten 7. Prasasti Tugu


Masa Kejayaan
Berdasarkan literasi dokumen dan peninggalan Kerajaan Tarumanegara, diketahui masa kejayaannya dialami ketika
pemerintahan Raja Purnawarman. Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi sekitar 395 - 434 Masehi Pada
tahun 397 Masehi, dibangunlah ibu kota Kerajaan Tarumanegara yang letaknya di dekat pantai, di daerah
Sundapura. Tak hanya membangun ibu kota, sungai dengan nama Gomati juga digali untuk mencegah bencana
alam.Kejadian itu diceritakan dalam Prasasti Tugu. Salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara itu

menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh.


Rajadirajaguru. Disebutkan di sana bahwa penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh
Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Selain itu, Raja Purnawarman juga memberikan sedekah
sejumlah 1000 ekor sapi pada seorang Brahmana sebagai wujud baktinya. Terdapat 48 wilayah kerajaan yang
dikuasai dan bergerak di bawah pemerintahannya, mulai dari area Jawa Barat hingga ke Cirebon.Tidak hanya
melakukan menjalin kerja sama dengan daerah sekitar. Kerajaan Tarumanegara juga memiliki hubungan bilateral
lintas samudra. Kerajaan Tarumanegara bekerja sama dengan Cina dalam sektor perdagangan.Sehingga tak heran
pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, Tarumanegara memiliki ekonomi yang cenderung kuat
Masa Kemunduran
Terdapat dua kemunduran Kerajaan Tarumanegara yaituFaktor EksternalMunculnya kekuatan baru seperti
Sriwijaya di Sumantra dan Kalingga di Jawa TengahFaktor Internalsetelah wafatnya Raja Linggawarman tidak ada
penerus kerajaan karena tidak memiliki Putra, Kerajaan Tarumanegara berubah menjadi Kerajaan Sunda dibawah
raja Tarusbawa. setelah itu banyak wilayah dibawah Tarumanegara melepaskan diri.Dengan demikian kemunduran
Kerajaan Tarumanegara disebabkan oleh faktor serangan dari kerajaan lain, pengalihan kekuasaan dan kekosongan
kepemimpinan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai