Tarumanegara
Kelompok 4
Raja Jayasingawarman adalah seorang maharesi atau pendeta yang berasal dari India, tepatnya dari daerah Salankayana.
Raja Jayasingawarman mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Kerajaan Magadha.
Saat tiba di Jawa Barat, Raja Jayasingawarman meminta izin kepada Raja Dewawarman VIII, raja Kerajaan Salakanagara
yang berkuasa masa itu, untuk membuka pemukiman baru. Setelah mendapatkan persetujuan, Raja Jayasingawarman pun
membangun Kerajaan Tarumanegara.
Nama tersebut berasal dari dua kata, yaitu “Taruma” dan “Nagara”. “Nagara” memiliki arti kerajaan atau negara, sementara
“Taruma” atau “Nila” diambil dari nama sungai Citarum yang membelah Jawa Barat. Disesuaikan dengan letak kerajaan
Tarumanegara berada di tepi sungai Citarum.
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan kerajaan Tarumanegara adalah Monarki Absolute atau
kekuasaan tertinggi terdapat pada pemimpin kerajaan. Secara etimologi Monarki
berasal dari bahasa yunani yakni monos yang artinya satu, dan archein yang
artinya pemerintah. Jadi Monarki adalah sistem pemerintahan yang dipimpin
oleh satu penguasa yang dalam sistem kekuasaan Tarumanegara disebut dengan
Raja.
Menurut sejarahnya sistem ini sudah ada sejak abad ke 19 dan merupakan sistem
pemerintahan tertua di dunia.Pemerintahan dengan system Monarki Absolute
pada kerajaan Tarumanegara yakni ketika raja yang berkuasa mengundurkan diri
atau meninggal, maka yang menjadi pewaris tahta adalah putra makhota yang
telah diberikan kewenangan. Pada masa kerajaan Tarumanegara terdapat 12 raja
yang pernah berkuasa atau dinobatkan sebagai pemimpin kerajaan.
Daerah Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan Masyarakat di Kerajaan Tarumanegara
Salah satu sumber sejarah yang mengungkap kehidupan politik di kerajaan Tarumanegara adalah Naskah Wangsakerta. Dalam
naskah ini memuat nama raja-raja Tarumanegara yang jumlahnya dari berdiri hingga runtuh mencapai 12 raja. Pada naskah
Wangsakerta disebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara bernama Jayasingawarman, namun banyak para pakar meragukan isi
naskah tersebut.
Menurut naskah Wangsakerta, kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 258 masehi oleh Jayasingawarman. Raja pertama ini
kemudian digantikan oleh puteranya bernama Dharmayawarman. Ia memerintah dari tahun 382 hingga 395 masehi. Makam
Jayasingawarman dipusarkan di tepi kali Gomati, sementara Dharmayawarman di tepi kali Candrabaga.
Raja ke 3 sekaligus raja terkenal kerajaan Tarumanegara bernama Purnawarman. Berdasarkan isi prasasti Tugu, pada masa
pemerintahan raja Purnawarman sering terjadi bencana alam berupa banjir. Maka dari itu belau memerintahkan untuk menggali
Sungai Candrabaga dan Gomati sepanjang 12 km (6112 tombak).
Penggalian kedua sungai ini dilakukan setelah 22 tahun masa pemerintahan Purnawarman. Selain menghindari banjir, tujuan
penggalian 2 sungai yaitu untuk mengatasi kekeringan saat musim kemarau.
Kehidupan Sosial
Salah satu sumber yang mengungkapkan kehidupan sosial kerajaan tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran
Wisnu. Masuknya pengaruh India di dalam kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara tentu merubah kehidupan
sosial yang kemudian mengenal kebudayaan Hindu. Beberapa contoh pengaruhnya seperti mengenal bahasa, sastra,
sistem dewa dewi, upacara keagamaan dan mitologi.Bukti kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara telah terpengaruh
oleh kebudayaan India yaitu dapat dilihat pada Prasasti Kebon Kopi yang memuat dua kaki Gajah Airwata (dalam
mitologi Hindu, gajah ini merupakan tunggangan Batara Indra).
Kehidupan Budaya
Salah satu sumber yang mengungkapkan budaya kerajaan tarumanegara adalah masuknya pengaruh dari India kemudian
menyebabkan perkembangan kebudayaan masyarakat Tarumanegara. Sebagai contoh, di bidang sastra masyarakat mulai
mengenal syair. Hal ini dibuktikan dari beberapa prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara berbentuk syair, dengan
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Selain dibidang sastra, kebudayaan pahat juga berkembang,
dibuktikan dengan kesamaan penemuan arca di Cibuaya dan di Semenanjung Melayu dan Siam. Arca yang ditemukan di
mungkin dimaksudkan sebagai tanda keaslian, mirip tanda tangan pada zaman sekarang .
2.)Prasasti Kebon Kopi
Kemudian, tidak jauh dari Prasasti Ciaruteun, ada juga Prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di perkebunan kopi di
Kampung Muara Hilir, Bogor. Isi Prasasti Kebon Kopi ini adalah tulisan huruf palawa dengan menggunakan
bahasa Sansekerta. Kalimat yang tercetak pada Prasasti Kebon Kopi adalah: “Jayavisalasyya Tarumendrasya
hastinah Airwaytabhasya vibatidam-padadyayam”. Arti dari kalimat tersebut adalah: “Di tempat ini, di sini
kelihatannya terdapat gambar sepasang telapak kaki yang mirip dengan Airawata, gajah yang sangat kuat, penguasa
di Taruma atau lebih dikenal Tarumanegara dan kejayaan kerajaan”. Airawata sendiri adalah gajah kendaraan dewa
Indra, dewa cuaca dan raja kahyangan.
3.) Prasasti Jambu
Prasasti ketiga adalah Prasasi Jambu, yang ditemukan di perkebunan Jambu di bukit Pasir Koleyangkak, Bogor. Isi
prasasti ini adalah “Tapak kaki ini adalah tapak kaki Sri Purnawarman, Raja tarumanagara. Baginda termasyhur
gagah berani, jujur dan setia menjalankan tugasnya”.
4.)Prasasti Cidanghiyang
Prasasti keempat adalah Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan di tepi sungai
Cidanghiang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 1947. Prasasti ini berisi
2 baris kalimat yang berbentuk puisi yang ditulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti ini
7.)Prasasti Tugu
Terakhir, ada Prasasti Tugu. Prasasti ini menjadi prasasti terpenting & terpanjang dari Raja Purnawarman yang
waktu itu sudah bertahta selama 22 tahun. Dalam prasasti ini, disebutkan mengenai pembangunan saluran air yang
panjangnya 6.112 tombak. 6.112 tombak itu setara 11 km. Aliran air itu diberi nama Gomati yang dibandun dalam
waktu 21 hari.
Gambar dari Peninggalan Kerajaan
Tarumanegara