Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Kerajaan Kutai

1. Pendiri Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai yang terkenal sebagai kerajaan hindu tertua di Indonesia merupakan
kerajaan yang memiliki sejarah panjang sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan
lainnya di Indonesia. Nama Kutai sendiri diketahui oleh para ahli mitologi saat setelah
ditemukannya sebuah prasasti, yaitu Yupa. Prasasti Yupa diidentifikasi sebagai
peninggalan asli dari pengaruh agama hindu dan budha yang menggunakan bahasa
sansekerta dengan huruf pallawa.
Dari prasasti inilah kemudian ditemukan nama Raja Kudungga sebagai pendiri
Kerajaan Kutai. Nama Maharaja Kudungga ini ditafsirkan oleh para ahli sejarah sebagai
nama asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan bahasa India. Sedangkan
keturunannya seperti Raja Mulawarman dan Aswawarman diduga memiliki pengaruh
besar budaya hindu dari India.
Hal tersebut dikarenakan kata “Warman” pada setiap akhiran namanya berasal dari
bahasa sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan. Inilah
yang mengakibatkan banyak orang menyebut bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan
yang bercorak hindu dengan pengaruh budaya India begitu kental. Tak heran jika pola
kehidupan pada masa itu juga menyerupai kehidupan kerajaan-kerajaan hindu di India.
Selanjutnya dari Prasasti Yupa diketahui juga nama-nama raja yang memerintah
Kerajaan Kutai setelah wafatnya pendiri tersebut, yaitu sebanyak 20 generasi sebagai
berikut:
1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Candrawarman
13. Maharaja Sri Langka Dewa
14. Maharaja Guna Parana Dewa
15. Maharaja Wijaya Warman
16. Maharaja Sri Aji Dewa
17. Maharaja Mulia Putera
18. Maharaja Nala Pandita
19. Maharaja Indra Paruta Dewa
20. Maharaja Dharma Setia
Dari 20 generasi tersebut, raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman. Namun,
setelah peninggalan Raja Kudungga, Kutai dipimpin oleh Aswawarman. Pemerintahan
Aswawarman tidak berlangsung lama yang kemudian digantikan oleh anaknya,
Mulawarman.

2. Peninggalan Kerajaan Kutai


Peninggalan Kerajaan Kutai yang penting dan tersohor adalah tujuh buah Prasasti
Yupa yang bertuliskan dengan huruf pallawa dalam bahasa sansekerta. Prasasti ini banyak
memberikan cerita tentang sejarah dari keluarga Kerajaan Kutai. Yupa sendiri merupakan
tugu bantu dengan tinggi sekitar 1 meter yang tertanam di atas tanah, mirip seperti tiang yang
berukuran besar.
Pada bagian bawah permukaan, terukir tulisan Prasasti Kutai sebagai kerajaan
tertua di Indonesia. Hal ini dipercaya bahwa maksud orang terdahulu menulis kalimat
tersebut adalah untuk memperkenalkan kerajaannya. Selain itu, Yupa sendiri memiliki
fungsi sebagai prasasti, tiang pengikat hewan, serta lambang kebesaran raja.
Adapun isi dari tujuh Yupa yang telah diterjemahkan oleh para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Berisi tentang silsilah raja yang pernah memerintah dan memiliki kekuasaan di Kutai.
2. Letak strategis Kerajaan Kutai yang berada pada hilir Sungai Mahakam, yaitu Muara
Kaman.
3. Tersebarnya agama hindu pada pemerintahan Raja Aswawarman.
4. Aswawarman dikatakan sebagai pendiri kerajaan dengan gelarnya “Wangsekerta”.
5. Wilayah kerajaan tertulis meliputi keseluruhan wilayah Kalimantan Timur.
6. Menceritakan kondisi kehidupan di Kutai yang aman dan sejahtera.
7. Menceritakan kebaikan serta kekuasaan Raja Mulawarman yang telah memberikan
sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.

Sejarah Kerajaan Tarumanegara


Menjadi kerajaan bercorak Hindu yang ada di nusantara dan berdiri pada abad ke-
4, kerajaan Tarumanegara bertahan hingga abad ke-7 masehi. Kerajaan ini berada di tepi
sungai Citarum, yang terletak di Jawa Barat. Menariknya dari kerajaan ini adalah pendirinya,
Maharesi Jayasingawarman yang bukan orang asli nusantara karena asalnya dari India.
Bukan tanpa alasan mengapa pendiri kerajaan ini berasal dari India, Maharesi Jayasingawarman
datang ke nusantara setelah kekacauan dan penjajahan yang dilakukan pasukan Maharaja
Samudragupta. Tokoh yang sebenarnya berasal dari Kerajaan Magadha, di bawah
kepemimpinannya Tarumanegara berhasil menguasai setidaknya 48 kerajaan

1. Awal Mula Berdirinya Kerajaan Tarumanegara

Tarumanegara menjadi kerajaan kedua di nusantara yang memiliki corak Hindu setelah
kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara berada di dekat Sungai Citarum yang berlokasi di
Jawa Barat, berdiri abad ke-4 m atau sekitar tahun 358 m.  Meski berdiri di tanah
Indonesia, yang saat itu belum dikenal dengan nama negara, pendiri kerajaan ini bukan
orang asli nusantara.

Maharesi Jayasingawarman atau juga dikenal dengan nama Rajadirajaguru


Jayasingawarman merupakan seorang pendatang dari India. Sosoknya menjadi raja dari
kerajaan ini setelah sebelumnya menjadi seorang pertapa, dan setelah kembali ke profesi
sebelumnya takhta raja pun diberikan kepada anaknya, Raja Dharmayawarman.

Jayasingawarman berasal dari Salankayana, India yang kemudian pergi ke nusantara


tepatnya di Kerajaan Salakanagara. Kehadirannya pun disambut Raja Dewawarman VIII,
hingga kemudian dinikahkan dengan salah satu putri raja tersebut. Setelah itu
Jayasingawarman membuka wilayah yang diperkirakan kerajaan Tarumanegara
terletak di Bekasi.

Setelah itu Jayasingawarman mendirikan kerajaan yang dinamai Taruma sekitar 358
masehi dan seiring berjalannya waktu dikenal dengan Tarumanegara atau juga disebut
Tarumanagara. Selama 24 tahun Jayasingawarman berkuasa meski belum bisa dikatakan
bahwa kerajaan yang dipimpinnya memasuki era kejayaan.

2. Pendiri dari Kerajaan Tarumanegara

Karena kesulitan dalam mengetahui secara jelas bagaimana struktur genealogis raja-raja
Tarumanegara, namun dari penemuan prasasti Ciaruteun yang menyebutkan nama
Purnawarman yang disebut sebagai raja pertama sekaligus pendiri ibukota kerajaan yang
saat itu bernama Sundapura sesuai dengan sumber sejarah kerajaan Tarumanegara.
Sementara itu dalam naskah Wangsakerta menyebutkan jika Purnawarman adalah raja
ketiga dari kerajaan Tarumanegara ini. Sementara pendirinya adalah Rajadirajaguru
Jayasingawarman di sekitar 358 masehi, namun penemuan naskah ini justru diragukan
kebenarannya oleh para ahli. Seluruh prasasti yang ditemukan diduga merujuk dari
peninggalan dari kerajaan ini. Dari prasasti yang ditemukan itu semuanya menunjukkan
Purnawarman sebagai raja yang berkuasa, meskipun kerajaan ini kemungkinan
berlangsung dari tahun 400 hingga 600 masehi. Karena itu Tarumanegara memiliki lebih
dari satu raja, Purnawarman disebut sebagai penguasa terbesar dan raja yang terkenal
pada kerajaan Tarumanegara adalah dirinya. Menurut prasasti Tugu disebutkan kekuasaan
Purnawarman meliputi banyak wilayah di bagian utara Jawa bagian barat, mulai dari
Banten hingga Cirebon. Purnawarman juga memerintahkan penggalian Sungai
Candrabaga atau juga disebut dengan kali Bekasi yang memiliki panjang sekitar 12 km
dan sungai Gomati yang menjurus ke laut. Menariknya setelah dilakukan proses
penggalian dirayakan dengan adanya persembahan 1.000 ekor sapi kepada Brahmana.
Pusat kekuasaan kerajaan ini ada di sekitar wilayah tersebut, antara Bekasi dan
Karawang. Purnawarman mendirikan ibukota kerajaan yang dinamai Sundapura dan hal
ini dibuktikan munculnya kompleks Candi Batujaya dan komplek Cibuaya.

3. Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

 Ciaruteun yang berisi tapak kaki Purnawarman dengan pernyataan yang


menyebutkan bahwa wilayah yang mencakup Sungai Cisadane dan Ciaruteun. 
 Prasasti Tugu yang berisi mengenai proses penggalian sungai Candrabaga dan
Gomati guna mengatasi banjir.
 Prasasti Jambu, isinya pujian terhadap Purnawarman yang bahkan sampai
disamakan dengan Dewa Indra.
 Prasasti Telapak Gajah berisi kaki gajah yang digunakan Purnawarman ketika
berperang, gajah tersebut dinamai Airawata seperti gajah perang dewa Indra.
 Prasasti Cidanghiyang yang juga berisi mengenai pujian-pujian terhadap
Purnawarman sebagai raja dari Tarumanegara.
 Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Pasir Muara, Prasasti Pasir Awi dan prasasti Muara
Cianten juga termasuk dalam peninggalan kerajaan Tarumanegara.
a. Candi
Situs Batujaya, merupakan komplek percandian yang ditemukan di Karawang dan
bertempat di tepi sungai Citarum. Komplek percandian ini bisa dikatakan besar
dengan berisi tiga belas artefak, di antarata Segaran I-1V dan Talagajaya I-VII.
Situs Cibuaya, berisi dua artefak yang diyakini merupakan peninggalan Tarumanegara
berupa candi Lemah Duwur Wadon dan Lemah Duwur Lanang. Ditemukan di
Karawang, tepatnya arah ke timur dari situs Batujaya dan lebih dekat dengan sisi utara
pantai Jawa.
b. Arca
Banyak sekali arca yang ditemukan di bekas wilayah kekuasaan Tarumanegara dan
diyakini sebagai peninggalan kerajaan tersebut. Khususnya di lokasi yang berdekatan
dengan candi yang disebutkan di atas, terdapat tiga buah arca yakni Wisnu, Siwa yang
berada di Tanjung Barat dan Durga yang berada di Tanjung Priok.
Demikian penjelasan mengenai kerajaan Tarumanegara, mulai dari awal berdiri, siapa
pendirinya, letaknya di mana dan apa penyebab runtuhnya kerajaan ini. Sampai
peninggalan-peninggalan yang ada, berupa situs, candi dan arca. 

SEJARAH KERAJAAN KEDIRI

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri Veni Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia X
(2020) menyebut bahwa berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari peran Raja Airlangga.
Ia membagi daerah kekuasaannya menjadi dua bagian pada tahun 963 M demi menghindari
pertikaian. Dilakukan oleh seorang Brahmana bernama Mpu Bharada, Raja Airlangga
membagi wilayah Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang
dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Panjalu (Kediri) kemudian diberikan kepada
Sri Samarawijaya yang membangun pusat pemerintahannya di kota baru, yaitu Daha. Masa
Kejayaan Kerajaan Kediri.

1. Pendiri Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-11 (1045 M) dengan Sri Samarawijaya
sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini berkuasa selama dua abad lamanya dan sempat
mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1159 M).
Selain daerah kekuasaannya meluas hingga ke beberapa pulau di nusantara, bahkan
disebut mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Kediri berkembang
menjadi kerajaan agraris yang sukses dengan hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas
yang melimpah. Selain bercocok tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas,
perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang dan berperan dalam perdagangan di
Asia. Pada masa itu, berkembang pula kebudayaannya terutama di bidang sastra
dengan adanya beberapa peninggalan karya sastra dari Kerajaan Kediri yang terkenal
hingga kini. Salah satunya adalah Kitab Bharatayudha yang berisi sebuah ramalan
Jayabaya

2. Peninggalan Kerajaan Kediri


Berikut adalah daftar peninggalan Kerajaan Kediri baik berupa kitab, prasasti
maupun candi
 Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh
 Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung
 Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna
 Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung
 Prasasti Penumbangan Prasasti Hantang
 Prasasti Talan
 Prasasti Jepun
 Prasasti Weleri
 Prasasti Angin
 Prasasti Padlegan
 Prasasti Jaring
 Prasasti Semanding
 Prasasti Ceker
 Candi Penataran
 Candi Tondowongso
 CandiGurah

SEJARAH KERAJAAN MATARAM KUNO

Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, nama Mataram diambil dari istilah Bhumi
Mataram. Artinya daerah yang dikelilingi oleh gunung- gunung. Berdasarkan letak
pemerintahannya sejarah Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode. Periode pertama
ditandai dengan lokasi pusat pemerintah yang terletak di Jawa Tengah pada abad ke-8.
Sementara itu periode kedua ditandai dengan lokasi pusat pemerintah di Jawa Timur pada
abad ke 9-10. Periode Jawa Tengah diwarnai dengan adanya dua wangsa (dinasti) yang
berkuasa dalam satu masa, yaitu Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Wangsa Syailendra (Buddha).
Salah satu peninggalan keagamaan Dinasti Sanjaya adalah Candi Prambanan, sedangkan
peninggalan Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur

 Pendiri Kerajaan Mataram Kuno


Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah di Prasasti Canggal
diketahui raja pertama yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanna.
Kemudian Raja Sanna digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja
Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan
tentram. Setelah, Kerajaan Mataram Kuno diperintahkan oleh Panangkaran dari
Dinasti Syailendra. Setelah wafatnya Panangkaran Mataram Kuno terpecah menjadi
dua, yakni Mataram Kuno yang bercorak Hindu dan Buddha. Kerajaan mataram kuno
yang bercorak Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara di bawah pemerintahan
Dinasti Sanjaya. Raja-rajanya: Panunggalan, Warak, Garung, dan Pikatan. Sementara
itu, Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha meliputi Jawa Tengah bagian selatan
di bawah kekuasaan Dinasti Syailendra. Indra adalah salah satu rajanya. Kerajaan
yang terpisah itu kembali disatukan melalui perkawinan politik Rakai Pikatan dari
Dinasti Sanjaya dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Kerajaan
Mataram Kuno mendapatkan serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh
Balaputradewa. Di sisi lain, Gunung Merapi terjadi erupsi yang menyebabkan Mpu
Sindok memutuskan untuk melakukan perpindahan. Raja-raja Kerajaan Mataram
Kuno di Jawa Timur menjelaskan bahwa raja-raja yang memerintah Kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Timur, yaitu:
 Mpu Sendok (Memerintah 928-947)
Mpu Sindok merupakan pendiri dinasti baru (Dinasti Isyana) dengan bergelar Mpu
Sindok Sri Isyana-tunggadewa Wijaya. Berita-berita pemerintahan Mpu Sindok
tampaknya kurang berkembang melalui Prasasti Kalkuta sampai kemudian muncul
nama Dharmawangsa.
 Dharmawangsa (memerintah 991-1016)
 Dharmawangsa melakukan penyerangan ke Sriwijaya untuk merebut jalur
perdagangan Laut Jawa dan berhasil menguasai Sriwijaya pada tahun 992. Tidak lama
kemudian, Sriwijaya mengirimkan serangan balasan yang mengakibatkan Kerajaan
Medang hancur dan para pembesar istana termasuk Dharmawangsa ikut tewas. Tetapi,
menantu Dharmawangsa berhasil menyelamatkan diri dan kerajaan hancur terpecah
menjadi beberapa wilayah yang berdiri sendiri, peristiwa itu terjadi pada tahun 1016.
 Airlangga (memerintah 1019-1042)
Airlangga dinobatkan sebagai raja setelah pergi bertapa di hutan selama tiga tahun,
namun raja-raja dari kerajaan kecil di sekitarnya tidak mau mengakuinya sebagai raja.
Airlangga melakukan penaklukan kerajaan tersebut dan berhasil menyatukan kembali
kerajaan yang terpecah pada tahun 1037. Kemudian, ibu kota kerajaan dipindahkan ke
Kahuripan. Setelah kerajaan kembali utuh, kebijakan diarahkan pada peningkatan
perekonomian. Sebagai kerajaan agraris, irigasi (sistem pengairan sawah) diperbaiki
dan dibangun bendungan Waringin Sapta di Sungai Brantas. Pengembangan
perdagangan dimajukan melalui perbaikan pelabuhan Hujung Galuh. Untuk
menggantikan dirinya sebagai raja, Airlangga sudah menyiapkan putrinya bernama
Sanggar Wijaya. Akan tetapi, putrinya tidak tertarik menjadi raja dan memilih untuk
menjadi pertapa. Agar tidak terjadi perebutan kekuasaan antara dua orang putra
Airlangga dan selir-selirnya, kerajaan dibagi dua, yaitu Jenggala dan Kediri (Panjalu).
Panji Grasakan menjadi Raja Jenggala dan Samarawijaya menjadi Raja Kediri.

 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno berupa prasasti dan candi, di antaranya:
 Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta berangka
tahun 723 M, menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa
Kunjarakunja.
 Prasasti Kalasan, ditemukan di desa kalasan yogyakarta berangka 778 M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
 Prasasti Mantyasih di temukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah berangka
tahun 907 M menggunakan bahasa Jawa Kuno.
 Prasasti Klurak, ditemukan di Desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis
huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.

 Candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain, Candi Kalasan,


Candi Plaosan, Candi, Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi
Kedulan, Candi Sojiwan, Candi Barong dan tentunya yang paling kolosal
adalah Candi borobudur

SEJARAH KERAJAAN SINGOSARI

Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel, merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu-


Buddha yang didirikan oleh Ken Arok atau disebut juga sebagai Ken Angrok pada tahun
1222. Sejarah kerajaan ini terkait erat dengan sosok Ken Angrok (1222–1247) yang adalah
pendiri Wangsa Rajasa sekaligus kerajaan Tumapel. Lokasi dari kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa
Timur.

1. Pendiri Kerajaan Sangosari


Pararaton menyebut Tumapel awalnya hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Adapun yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh
pengawalnya sendiri, yaitu Ken Angrok, yang kemudian mengangkat dirinya menjadi
raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Angrok lantas menikahi janda Tunggul Ametung yang saat itu sedang
mengandung, yaitu Ken Dedes. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya
diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu
istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama
Tohjaya. Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja Kerajaan Panjalu, dengan
kaum brahmana. Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok.
Perang melawan Kadiri lantas meletus di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan
oleh pihak Tumapel. Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk
pendirian Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam
naskah itu, pendiri Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang
berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri. Pada 1253, Wisnuwardhana kemudian
mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja (putra mahkota)
dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang
merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel.
Inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.
Penemuan Prasasti Mula Malurung di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda
dengan versi Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti
yang dikeluarkan Kertanagara tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu
menyebutkan jika Tumapel didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Batara Siwa", setelah
menaklukkan Kerajaan Kadiri. Nama ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari
Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri Tumapel itu dipuja
sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Angrok lebih dulu
menggunakan julukan Batara Siwa sebelum maju dalam perang melawan Kadiri.
Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua
sepeninggal Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri
yang dipimpin oleh Mahesa Wong Ateleng alias Batara Parameswara. Parameswara
digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati
digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti itu juga
menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat.
Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu
Kertanagara. Lebih lanjut, prasasti ini menyatakan Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan
raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang
tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Tumapel. Selain itu, pemberitaan dalam
Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat
diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri
terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari.

2. Peninggalan Kerajaan Sangosari


a. Arca
 Arca Amoghapasa
 Arca Anusapati
 Arca Dwarapala
 Arca Joko Dolog
 Arca Ken Dedes

 Arca Wisnu Wardhana


b. Candi

 Candi Jago
 Candi Jawi
 Candi Kangenan
 Candi Katang Lumbang
 Candi Kidal
 Candi Singasari
 Candi Sumberawan
c. Prasasti

 Prasasti Maribong
 Prasasti Mula Malurung
 Prasasti Padang Roco
 Prasasti Wurare

SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA


Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim dengan corak Buddha yang sangat
besar pada masanya. Kerajaan Sriwijaya tumbuh di tengah ramainya jalur perdagangan
melintasi Selat Malaka dengan banyaknya pedagang yang singgah di kota-kota pelabuhan
untuk membeli rempah-rempah.

1. Pendiri Kerajaan Sriwijaya


Dalam booklet Sriwijaya, Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara yang
dikeluarkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala (2011) disebutkan bahwa waktu itu agama Buddha masuk ke
nusantara dibawa oleh para pendeta yang ikut dalam kapal dagang sebelum
melanjutkan perjalanan ke India. Sementara, pada abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya
didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa di daerah Palembang, Sumatera Selatan.
Dalam prasasti Kedukan Bukit tercatat bahwa tahun 682 masehi menjadi tahun di
mana kerajaan ini resmi didirikan. Nama Sriwijaya diambil dari Bahasa Sansekerta
dari kata ‘sri’ yang berarti cahaya dan ‘wijaya’ yang artinya kemenangan.

2. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan
Sriwijaya yang berupa prasasti dan candi.
 Prasasti Kedukan Bukit Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit,
Palembang dengan angka tahun 683 Masehi dengan huruf Pallawa dan Bahasa
Sansekerta. Isinya mengungkap mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu
'mengambil siddhayatra' dan cerita tentang kemenangan Sriwijaya .
 Prasasti Kota Kapur Prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat yang berisi
tentang kutukan bagi orang yang berani melanggar perintah dari Raja Sriwijaya.
 Prasasti Telaga Batu Prasasti ini ditemukan di kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir
Timur II, Kota Palembang. Isinya berupa kutukan bagi orang-orang jahat di Kerajaan
Sriwijaya.
 Prasasti Karang Berahi Prasasti ini ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin,
Jambi,yang berisi kutukan bagi orang-orang jahat dan tidak setia dengan raja
Sriwijaya.
 Prasasti Palas Pasemah Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah,
Lampung Selatan dan berhuruf Pallawa dengan Bahasa Melayu Kuno yang berisi
kutukan bagi orang-orang yangn tidak setia dengan raja Sriwijaya..
 Prasasti Talang Tuo Prasasti ini berisi doa Buddha Mahayana dan cerita tentang
pembangunan taman oleh Sri Jayanasa.
 Prasasti Hujung Langit Prasasti ini ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung dan
berangka tahun 997 Masehi.
 Prasasti Ligor Prasasti ini ditemukan di Thailand bagian Selatan oleh Nakhon Si
Thammarat dan berkisah tentang Raja Sriwijaya yang mendirikan Trisamaya Caitya
untuk Karaja.
 Prasasti Leiden Prasasti Leiden ini ditulis pada lempengan tembaga dalam Bahasa
Sanskerta serta Tamil yang menceritakan hubungan Dinasti Chola dengan Dinasti
Syailendra dari Sriwijaya.
 Candi Muara Takus Candi yang terletak di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau ini bercorak Buddha yang khas dengan susunan stupa-stupa. Dalam
kompleks candi ini juga terdapat Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, dan
Palangka.

SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT


"Majapahit" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Majapahit (disambiguasi)

Majapahit adalah sebuah kemaharajaan yang yang pernah berdiri di Indonesia, sekitar


tahun 1293–1527 M. Kemaharajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya menantu Kertanagara,
maharaja Tumapel terakhir.

Puncak kejayaan kemaharajaan raya ini terjadi pada masa kekuasaan raja Hayam Wuruk,
yang berkuasa dari tahun 1350–1389.

1. Pendiri Kerajaan Majapahit


Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia
mengirim utusan yang bernama Meng Chi[13] ke Singhasari yang
menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak
untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak
wajahnya dan memotong telinganya.[13][14] Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh
Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan
kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri.
Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.
 Jawaban
[15]
dari surat di atas disambut dengan senang hati.[15] Raden
Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa
baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa
"pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan
pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil
menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya
sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut
karena mereka berada di negeri asing.[16][17] Saat itu juga merupakan kesempatan
terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka
terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti yang
digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden
Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan
dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya
Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini
didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan,
Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. [18] Slamet
Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi
dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti),
Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[17] Wijaya meninggal
dunia pada tahun 1309. Putra dan penerus Wijaya
adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat
lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang
pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada
tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak
perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada
tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat
pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan
rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah
kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang
menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya, Hayam Wuruk.

2. Peninggalan Kerajaan Majapahit


Adapun peninggalan benda bersejarah kerajaan Majapahit itu berupa situs, candi,
prasasti, Kitab dan sebagainya yang sampai sekarang bisa ditemui keberadaannya.
Baca juga : Strategi Gajah Mada Redam Pemberontakan di Kerajaan Majapahit
Dikutip dari berbagai sumber, Senin (5/12/2022), berikut deretan peninggalan
Kerajaan Majapahit yang masih bisa ditemukan keberadaannya.

 Candi Tikus Candi Tikus memiliki bangunan yang berbentuk seperti petirtaan,
yang pada dulunya digunakan untuk tempat pemandian para keluarga
kerajaan. Candi ini terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto.

 Candi Cetho Candi Cetho terletak di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi


Kabupaten Karanganyar. Candi ini dibangun pada 1451 sampai dengan 1470
ketika Majapahit masih berpengaruh di wilayah jawa.

 Candi Sukuh Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,


Kabupaten Karanganyar. Candi ini diperkirakan dibangun pada akhir sebelum
mengalami keruntuhan tepatnya pada masa pemerintahan Ratu Suhita.

 Situs Trowulan Situs Trowulan terletak di Kecamatan Trowulan Kabupaten


Mojokerto. Situs ini menjadi bagian dari peninggalan Majapahit yang
dijadikan tempat tinggal, karena ada banyak temuan pasar, sawah, dan lain
sebagainya. Baca juga : Nestapa Lembu Sora Mati sebagai Pemberontak
Kerajaan Majapahit

 Candi Penataran Candi penataran terletak di Kecamatan Nglegok Kabupaten


Blitar. Candi ini berdiri pada abad ke 12 dan sering dikunjungi oleh Raja
Hayam Wuruk.
 Candi Jabung Candi Jabung terletak di Dusun Jabung, Kecamatan Paiton,
Kabupaten Probolinggo. Candi ini berdiri pada 1354 M dan saat ini dijadikan
objek pariwisata yang tak sepi pengunjung.

 Candi Wringin Lawang Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini berbentuk seperti gapura yang
berfungsi sebagai pintu masuk para bangsawan kerajaan.

 Candi Brahu Candi Brahu terletak di wilayah dukuh Jambu Mente, Desa
Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini didirikan
pada abad ke 15 yang dijadikan sebagai tempat pembakaran jasad dari para
Raja Brawijaya.

 Candi Bajang Ratu Candi Bajang Ratu berada di wilayah Kecamatan


Trowulan, Mojokerto yang didirikan pada abad ke 14 Masehi. Candi Bajang
Ratu memiliki bentuk seperti gapura yang digunakan sebagai pintu masuk ke
sebuah bangunan suci.

 Candi Pari Candi Pari terletak di Wilayah Porong Sidoarjo. Candi Pari
memiliki bentuk seperti pura yang ada di wilayah Bali, yang digunakan
sebagai tempat untuk pemujaan

Anda mungkin juga menyukai