Anda di halaman 1dari 36

TUGAS SEJARAH WAJIB

GAMBAR - GAMBAR PENINGGALAN KERAJAAN -


KERAJAAN YANG ADA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR EFALINDA
KELAS : X IPS
GURU : IBU SURI S. Pd
1. KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai Martapura adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia


yang didirikan sekitar abad ke-4. Letak kerajaan ini berada di daerah
Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan
Kutai diketahui berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan, yaitu
berupa tujuh Prasasti Yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa dengan
Bahasa Sanskerta.

Dalam Prasasti Yupa, disebut nama Raja Kudungga yang pertama


menduduki takhta Kerajaan Kutai. Disebut pula bahwa Kudungga
memiliki seorang putra bernama Asmawarman yang menjadi raja kedua
Kutai. Asmawarman memiliki tiga orang putra, salah satunya bernama
Mulawarman, yang akhirnya menjadi raja dan berhasil membawa
Kerajaan Kutai menuju masa kejayaan.

 Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Dari Prasasti Yupa, dapat diketahui bahwa Kerajaan Kutai mencapai


puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.
Mulawarman disebut-sebut sebagai raja yang memiliki budi pekerti
baik, kuat, dan pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor
lembu untuk kaum Brahmana yang bertempat di Waprakecvara.
Waprakecvara adalah tempat suci (keramat) yang merupakan
sinkretisme antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Indonesia.
Sebagai keturunan Aswawarman, Mulawarman juga melakukan
upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada
kasta Ksatria.

2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara, menjadi kerajaan bercorak Hindu yang ada di


nusantara dan berdiri pada abad ke-4, kerajaan Tarumanegara
bertahan hingga abad ke-7 masehi. Kerajaan ini berada di tepi sungai
Citarum, yang terletak di Jawa Barat. Menariknya dari kerajaan ini
adalah pendirinya, Maharesi Jayasingawarman yang bukan orang asli
nusantara karena asalnya dari India.

 Awal Mula Berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Tarumanegara menjadi kerajaan kedua di nusantara yang memiliki
corak Hindu setelah kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara berada di
dekat Sungai Citarum yang berlokasi di Jawa Barat, berdiri abad ke-4 m
atau sekitar tahun 358 m. Meski berdiri di tanah Indonesia, yang saat
itu belum dikenal dengan nama negara, pendiri kerajaan ini bukan
orang asli nusantara. Maharesi Jayasingawarman atau juga dikenal
dengan nama Rajadirajaguru Jayasingawarman merupakan seorang
pendatang dari India. Sosoknya menjadi raja dari kerajaan ini setelah
sebelumnya menjadi seorang pertapa, dan setelah kembali ke profesi
sebelumnya takhta raja pun diberikan kepada anaknya, Raja
Dharmayawarman. Jayasingawarman berasal dari Salankayana, India
yang kemudian pergi ke nusantara tepatnya di Kerajaan Salakanagara.
Kehadirannya pun disambut Raja Dewawarman VIII, hingga kemudian
dinikahkan dengan salah satu putri raja tersebut. Setelah itu
Jayasingawarman membuka wilayah yang diperkirakan kerajaan
Tarumanegara terletak di Bekasi.

 Pendiri dari Kerajaan Tarumanegara

Karena kesulitan dalam mengetahui secara jelas bagaimana struktur


genealogis raja-raja Tarumanegara, namun dari penemuan prasasti
Ciaruteun yang menyebutkan nama Purnawarman yang disebut sebagai
raja pertama sekaligus pendiri ibukota kerajaan yang saat itu bernama
Sundapura sesuai dengan sumber sejarah kerajaan Tarumanegara.
Sementara itu dalam naskah Wangsakerta menyebutkan jika
Purnawarman adalah raja ketiga dari kerajaan Tarumanegara ini.
Sementara pendirinya adalah Rajadirajaguru Jayasingawarman di
sekitar 358 masehi, namun penemuan naskah ini justru diragukan
kebenarannya oleh para ahli. Seluruh prasasti yang ditemukan diduga
merujuk dari peninggalan dari kerajaan ini.
Dari prasasti yang ditemukan itu semuanya menunjukkan
Purnawarman sebagai raja yang berkuasa, meskipun kerajaan ini
kemungkinan berlangsung dari tahun 400 hingga 600 masehi. Karena
itu Tarumanegara memiliki lebih dari satu raja, Purnawarman disebut
sebagai penguasa terbesar dan raja yang terkenal pada kerajaan
Tarumanegara adalah dirinya. Menurut prasasti Tugu disebutkan
kekuasaan Purnawarman meliputi banyak wilayah di bagian utara Jawa
bagian barat, mulai dari Banten hingga Cirebon. Purnawarman juga
memerintahkan penggalian Sungai Candrabaga atau juga disebut
dengan kali Bekasi yang memiliki panjang sekitar 12 km dan sungai
Gomati yang menjurus ke laut.

Menariknya setelah dilakukan proses penggalian dirayakan dengan


adanya persembahan 1.000 ekor sapi kepada Brahmana. Pusat
kekuasaan kerajaan ini ada di sekitar wilayah tersebut, antara Bekasi
dan Karawang. Purnawarman mendirikan ibukota kerajaan yang
dinamai Sundapura dan hal ini dibuktikan munculnya kompleks Candi
Batujaya dan komplek Cibuaya.

 Raja-raja di Kerajaan Tarumanegara

Tarumanegara mengalami masa pemerintahan yang dipimpin sebanyak


12 raja, kerajaan ini mendapat pengaruh kebudayaan Hindu India. Hal
ini tampak dari kebudayaan dan bahasa yang digunakan, yakni bahasa
Sanskerta yang disertai dengan huruf Pallawa dalam prasasti. Letak
kerajaan Tarumanegara berada di bagian barat pulau Jawa, sesuai
dengan isi dari prasasti Tugu yang menyebut kekuasaan kerajaan ini
saat dipegang Purnawarman membentang dari Banten hingga Cirebon.
Beberapa pusat lokasi kekuasaan Tarumanegara meliputi Candrabaga,
Citarum, Ciliwung dan Cisadane. Karena lokasinya memang menjadi
titik utama dari pertumbuhan serta perkembangan peradaban kerajaan
ini. Meski begitu tak jelas bagaimana genealogis dari raja-raja
Tarumanegara meski bisa dilihat dari prasasti dan peninggalan-
peninggalan lainnya. Bahkan karena tak jelasnya itu, pendiri kerajaan ini
terdapat dua versi berbeda.

 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Ciaruteun yang berisi tapak kaki Purnawarman dengan pernyataan


yang menyebutkan bahwa wilayah yang mencakup Sungai Cisadane
dan Ciaruteun.

Prasasti Tugu yang berisi mengenai proses penggalian sungai


Candrabaga dan Gomati guna mengatasi banjir.

Prasasti Jambu, isinya pujian terhadap Purnawarman yang bahkan


sampai disamakan dengan Dewa Indra.

Prasasti Telapak Gajah berisi kaki gajah yang digunakan


Purnawarman ketika berperang, gajah tersebut dinamai Airawata
seperti gajah perang dewa Indra.

Prasasti Cidanghiyang yang juga berisi mengenai pujian-pujian


terhadap Purnawarman sebagai raja dari Tarumanegara.

Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Pasir Muara, Prasasti Pasir Awi dan
prasasti Muara Cianten juga termasuk dalam peninggalan kerajaan
Tarumanegara.

 Candi

Situs Batujaya, merupakan komplek percandian yang ditemukan di


Karawang dan bertempat di tepi sungai Citarum. Komplek
percandian ini bisa dikatakan besar dengan berisi tiga belas artefak,
di antarata Segaran I-1V dan Talagajaya I-VII. Situs Cibuaya, berisi
dua artefak yang diyakini merupakan peninggalan Tarumanegara
berupa candi Lemah Duwur Wadon dan Lemah Duwur Lanang.
Ditemukan di Karawang, tepatnya arah ke timur dari situs Batujaya
dan lebih dekat dengan sisi utara pantai Jawa.

 Arca

Banyak sekali arca yang ditemukan di bekas wilayah kekuasaan


Tarumanegara dan diyakini sebagai peninggalan kerajaan tersebut.
Khususnya di lokasi yang berdekatan dengan candi yang disebutkan
di atas, terdapat tiga buah arca yakni Wisnu, Siwa yang berada di
Tanjung Barat dan Durga yang berada di Tanjung Priok.

3. KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Tengah.
Sejarah Kerajaan Kalingga diketahui dari jejak peninggalan yang ada
salah satunya Candi Bubrah. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan
bercorak Hindu Buddha yang berada di Jawa Tengah sekitar abad ke-6
Masehi. Sejarah Kerajaan Kalingga dapat diketahui dari jejak
peninggalan yang ada saat ini. Pendiri Kerajaan Kalingga adalah
Dapunta Syailendra yang berasal dari Dinasti Syailendra. Kerajaan
Kalingga dikenal juga dengan nama lain Kerajaan Holing, Kerajaan
Heling, dan Kerajaan Keling. Nama ini sekaligus menjadi penanda
Kerajaan Kalingga dekat dengan China dan India. Kerajaan Kalingga
dianggap sebagai pionir dari kerajaan-kerajaan besar yang berkuasa di
tanah Jawa pada tahun-tahun berikutnya.

 Raja Kerajaan Kalingga

1. Prabu Wasumurti (594-605 M)

Pasca didirikan oleh Dapunta Syailendra pada abad ke-6 Masehi, Prabu
Wasumurti ditunjuk sebagai raja pertamanya dan berkuasa sekitar 11
tahun.

2. Prabu Wasugeni (605-632 M)


Usai Prabu Wasumurti meninggal, takhta Kerajaan Kalingga diambil alih
putranya yaitu Prabu Wasugeni dengan masa jabatan 27 tahun.

3. Prabu Wasudewa (632-652 M)

Meninggalnya Prabu Wasugeni membuat sang putra bernama Prabu


Wasudewa naik takhta dan mengisi kedudukan raja yang kosong.

4. Prabu Kirathasingha (632-648 M)

Regenerasi raja penguasa Kalingga masih terus berlangsung sampai


pada Prabu Kirathasingha yang dipercaya menjadi pemimpin.

5. Prabu Wasukawi (652 M)

Tidak banyak sejarah yang mengisahkan sosok Prabu Wasukawi.


Namun, dia diketahui pernah menjabat sebagai penguasa Kalingga.

6. Prabu Kartikeyasingha (648-674 M)

Prabu Kartikeyasingha menikah dengan putri Prabu Wasugeni yaitu


Dewi Wasuwari (Ratu Shima). Kartikeyasingha pun mendapat jatah
berkuasa di Kalingga selama 26 tahun.

7. Ratu Shima (674-695 M)

Saat suami Ratu Shima, Prabu Kartikeyasingha wafat, kekuasaannya


digantikan sang ratu yang mengembalikan keadaan membuat Kerajaan
Kalingga berada di masa kejayaan.

 Kejayaan Kerajaan Kalingga

Candi angin adalah salah satu peninggalan Kerajaan Kalingga yang ada
hingga saat ini. Salah satu penguasa Kalingga yang terkenal mampu
membawa kemajuan kerajaan yaitu Ratu Shima atau Dewi Wasuwari.
Pada masa kepemimpinannya, Ratu Shima dikenal sebagai sosok yang
tegas, berwibawa, dan adil, sehingga rakyatnya dapat hidup dengan
aman, nyaman, serta berkecukupan. Kejayaan Kalingga ini dibuktikan
dengan kemajuan di berbagai sektor seperti ekonomi, pertanian,
militer, perdagangan, dan agama.

Selain itu, Kalingga juga diketahui memiliki relasi perdagangan kuat


dengan China. Sektor perdagangan ini ditopang dengan keberadaan
pelabuhan terbesar yang berada di Pekalongan.

 Runtuhnya Kerajaan Kalingga

Setelah Ratu Shima wafat, Kalingga mulai melemah dan diketahui


runtuh sekitar 752 Masehi karena serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Kalingga pun terbagi dua menjadi Kerajaan Keling yang diperkirakan
ada di Magelang dan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno berada di
sekitar Yogyakarta. Terpecahnya Kalingga diyakini menjadi cikal-bakal
kerajaan besar di Jawa.

 Jejak Peninggalan Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga memiliki sejumlah peninggalan. Berikut peninggalan


Kerajaan Kalingga:

1. Prasasti Tuk Mas

Prasasti Tuk Mas ditemukan di lereng barat Gunung Merapi yang berisi
pesan mengenai hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

2. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Jawa Tengah dan
bertuliskan silsilah keluarga Dapunta Syailendra sebagai tokoh pencetus
Kerajaan Kalingga.

3. Candi Angin

Candi Angin terletak di Kecamatan Keling yang menurut sejarah pernah


menjadi tempat penyembahan karena di bagian bangunan candi
terdapat sebuah pusaran angin.

4. Candi Bubrah

Candi Bubrah berlokasi di Desa Tempur, Jepara yang diduga menjadi


pintu utama atau gapura sebelum menuju Candi Angin karena jaraknya
hanya sekitar 500 meter.

5. Situs Puncak Songolikur, Gunung Muria

Puncak Songolikur adalah puncak tertinggi Gunung Muria di Jawa


Tengah, peninggalan Kerajaan Kalingga. Di sana ditemukan banyak arca
dan tempat pemujaan.

4. KERAJAAN MATARAM KUNO


Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di
Jawa Tengah bagian selatan pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa
Timur pada abad ke-10. Di Jawa Tengah, letak Kerajaan Mataram Kuno
diperkirakan terletak di Bhumi Mataram. Pusat kerajaan ini kemudian
mengalami beberapa kali perpindahan hingga sampai ke Jawa Timur.
Kerajaan Mataram Kuno juga sering disebut sebagai Kerajaan Mataram
Hindu atau Kerajaan Medang. Pendiri Kerajaan Mataram Kuno adalah
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa antara 732-760
masehi.

Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada tahun 732 masehi dan runtuh
pada 1007 masehi. Selama hampir tiga abad berkuasa, terdapat tiga
dinasti yang memerintah, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra
(di Jawa Tengah), serta Dinasti Isyana (di Jawa Timur). Sejarah Kerajaan
Mataram Kuno dapat diketahui dari prasasti Canggal, Prasasti Kalasan,
Prasasti Balitung, Prasasti Klurak, Candi Gedong Songo, Candi
Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan masih
banyak lainnya.
 Perpecahan Kerajaan Mataram Kuno

Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dipegang oleh Raja


Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, dibuktikan
dengan Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan. Raja Sanjaya dikenal
sebagai raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam beragama.

5. KERAJAAN SRIWIJAYA

Kerajaan Sriwijaya, pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di


Nusantara, kerajaan Sriwijaya ternyata banyak menyimpan cerita
menarik dan berbagai peninggalan bersejarah. Termasuk kerajaan
dengan corak agama Budha berkekuatan maritim yang dimanfaatkan
untuk mengontrol wilayah di jalur Selat Malaka dan memiliki hubungan
erat dengan raja-raja di Pulau Jawa. Pada zamannya kerajaan Budha ini
adalah simbol dari kebesaran pulau Sumatera, menariknya kebesaran
tersebut dinilai mampu mengimbangi kerajaan Majapahit.

 Awal Mula Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Lewat sebuah penelitian seorang asal Prancis bernama George Coedes
di tahun 1920, melalui surat kabar yang ditulis dalam bahasa Indonesia
dan Belanda. Kerajaan Sriwijaya disebut pertama kali muncul pada abad
ke-7 masehi. Berdasar catatan seorang biksu bernama I Tsing dan
prasasti abad ke-7 yang ditemukan dalam jumlah cukup banyak. Saat
itu kerajaan ini dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Janayasa dan biasa
disebut dengan nama Sri Janayasa. Ditemukan dalam prasasti di Kota
Kapur, Bangka meskipun banyak peneliti yang kesulitan memecahkan
lewat sumber-sumber yang dijumpai. Hal itu karena tidak
ditemukannya struktur genealogis yang terdiri dari susunan dengan
rapi.

Saat ditemukannya prasasti Kedukan Bukit, didapat sebuah cerita dari


seorang pria bernama Dapunta Hyang. Pernah melakukan perjalanan
dengan membawa pasukan sebanyak 20 ribu orang, dari Minanga
Tamvan menuju ke Palembang, Bengkulu dan Jambi. Saat melakukan
perjalanan, ia menguasai banyak wilayah yang dianggap strategi suntuk
melakukan perdagangan. Ada pula prasasti Kota yang ditemukan di
Pulau Bangka di tahun 686 masehi, kerajaan Sriwijaya disebut sudah
menaklukan banyak wilayah Sumatera bagian selatan hingga ke wilayah
Lampung. Dalam prasasti ini juga disebutkan Sri Janayasa ketika
melancarkan ekspedisi militer di wilayah Jawa karena dianggap tak mau
berbakti terhadap Sriwijaya.

 Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Hingga mendekati waktu runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa


Barat dan kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Nama Dapunta Hyang Sri
didapat dari sebuah catatan I Tsing dan ditambah dengan
ditemukannya dua prasasti yakni prasasti Talang Tuo dan prasasti
Kedukan Bukit. Dari sinilah ditemukan siapa pendiri kerajaan Sriwijaya
sebenarnya.

Dalam catatan I Tsing dan prasasti menyebutkan jika Sri Janayasa


merupakan seorang yang diangkat sebagai raja kerajaan Sriwijaya
setelah melakukan ekspedisi. Yakni perjalanan suci yang saat itu dikenal
dengan istilah Siddhayatra dengan menggunakan sebuah perahu.
Dengan menggunakan armada ia memimpin ribuan pasukan untuk
menguasai wilayah Palembang.

 Raja-raja di Kerajaan Sriwijaya

Dari penjelasan sebelumnya disebutkan jika struktur genealogis di


Sriwijaya banyak yang mengalami putus. Hal ini didukung beberapa
bukti yang dianggap kurang kuat, sehingga berdampak pada nama-
nama raja di kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya sudah disepakati oleh
sejumlah ahli. Berikut ini raja-raja yang mengisi Sriwijaya sesuai
kesepakatan ahli.

Sri Indrawarman

Raja Dharanindra

Raja Samaratungga

Rakai Pikatan

Balaputradewa

Sri Udayadityawarman

Sri Cudamaniwarman atau Cudamaniwarman

Sri Marawijayatunggawarman
Sri Sanggaramawijayatunggawarman

Letak dari Kerajaan Sriwijaya

Hingga saat ini letak kerajaan Sriwijaya masih menjadi perdebatan,


namun pendapat yang dikemukakan George Coedes di tahun 1918
menyebutkan jika Sriwijaya berada di wilayah Palembang. Menariknya
Palembang dianggap sebagai pusat pemerintahan kerajaan ini, selain
itu mengapa kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim
karena sering berpindah.

Sejumlah ahli menyebutkan jika Sriwijaya berpusat di wilayah Kedah,


kemudian Muara Takus hingga ke Jambi. Di tahun 2013, ditemukan
sejumlah situs candi dengan corak Budha yang terdapat di wilayah
Muaro Jambi. Menariknya runtuhnya candi ini diperkirakan menjadi
tempat tinggal para cendekiawan Buddha.

 Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan


Balaputradewa, saat itu kerajaan ini mampu menguasai jalur
perdagangan yang sangat strategis. Perdagangan di kerajaan Sriwijaya
mengalami kemajuan yang pesat terutama karena telah mencapai ke
wilayah Thailand dan Kamboja. Hal ini terlihat dari Pagoda Borom That
dengan gaya arsitektur Sriwijaya di Thailand.

Karena letak kerajaan ini membuat Sriwijaya mudah dalam menjual


hasil alam, termasuk di antaranya seperti kapur barus, cengkeh, kayu
gaharu, cendana, kapulaga hingga pala. Balaputradewa dianggap
sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kejayaan di abad ke-8
hingga 9. Meskipun kerajaan ini sudah mengalami masa jaya hingga
generasi Sri Samarawijaya.
Karena saat itu raja-raja sesudah Sri Marawijaya kerap menjalani
peperangan melawan kerajaan di pulau Jawa di tahun 922 masehi
hingga 1016 masehi. Dalam masa itulah kerajaan Sriwijaya berhasil
menguasai selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan China dan
India. Kekuasaan kerajaan ini berhasil diperluas hingga wilayah Jawa
Barat.

 Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Penyebab kemunduran kerajaan Sriwijaya adalah karena serangan


banyak kerajaan terutama dari pulau Jawa, saat itu dari kerajaan
Medang yang terkenal dengan nama Mataram Kuno menjadi yang
paling gencar terjadi. Kemudian serangan bertubi-tubi dari kerajaan
Cola hingga kekuasaan di selat Malaka melemah dan perlahan berhasil
dikuasai lawan pada sebagian besar wilayah Sriwijaya.

Kemunduran Sriwijaya mulai terjadi di abad ke-11 masehi, berawal dari


serangan dari Rajendra Coladewa bahkan ia berhasil menaklukan salah
satu raja dari kerajaan ini. Kerajaan Melayu menjadi salah satu kerajaan
yang ditaklukan pada abad ke-13. Hal ini dilakukan oleh kerajaan
Singasari dari Jawa dan di bawah kepemimpinan Kertanegara dalam
ekspedisi Pamalayu.

Sementara itu Sriwijaya semakin melemah dan tak mampu berbuat


apa-apa dalam mencegah terjadinya penaklukan. Kelemahan itu
bahkan dimanfaatkan kerajaan Sukhodaya asal Thailand dengan
pemimpinnya bernama raja Kamheng dan merebut semenanjung
Malaysia hingga pada abad ke-14 kerajaan ini benar-benar runtuh
akibat serangan dari Majapahit.

 Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya


Prasasti Kedukan Bukit

Ditemukan di tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang yang


didalamnya terdapat angka tahun 686 masehi ditulis memakai huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini berisi cerita Dapunta Hyang
ketika menaiki perahu dan mengisahkan bagaimana kerajaan Sriwijaya
bisa meraih kemenangan.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, tepatnya sebelah sisi


barat dan isinya mengenai kutukan terhadap orang yang melanggar
perintah raja Sriwijaya.

Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini ditemukan di dalam kolam bernama Telaga Batu, tepatnya


di kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang dan berisi mengenai kutukan
terhadap orang jahat di wilayah kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Karang Berahi

Sesuai dengan namanya, prasasti ini ditemukan di Desa Karang Berahi


yang terletak di Merangin, Jambi. Berisi kutukan terhadap orang yang
tidak setia kepada raja Sriwijaya

Prasasti Palas Pasemah

Menjadi peninggalan kelima dari kerajaan Sriwijaya, ditemukan di


pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Dituliskan dengan
dua bahasa, Pallawa dan Melayu yang isinya kutukan terhadap orang
yang jahat kepada Raja Sriwijaya.

Prasasti Talang Tuo


Isi prasasti ini adalah berupa doa Buddha Mahayana dan kisah terkait
pembangunan taman yang terdapat di Sri Jayanasa.

Prasasti Hujung Langit

Prasasti Hujung Langit ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung dan di


dalamnya terdapat sebuah angka tahun berupa 997 masehi.

Prasasti Ligor

Menariknya prasasti ini ditemukan di wilayah Thailand, di sebelah


selatan Nakhon Si Thammarat dan prasasti ini berisi kisah seorang Raja
Sriwijaya dengan pembangunan Tisamaya Caitya karaja.

Prasasti Leiden

Menariknya prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta pada sebuah


lempeng tembaga, mengisahkan mengenai hubungan dinasti Cola
terhadap dinasti Syailendra dari Sriwijaya.

Candi Muara Takus

Kerajaan ini juga memiliki peninggalan berupa candi yang bernama


Muara Takus. Ditemukan di desa Muara Takus, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau dengan corak Buddha yang khas dengan susunan stupa.

6. KERAJAAN KAHURIPAN
Medang Kahuripan atau Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai
untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga
pada tahun 1019 M. kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan kerajaan
Medang yang runtuh tahun 1016 M. Pada tahun 1042 kerajaan ini
dibagi dua oleh Airlangga untuk kedua putranya menjadi kerajaan
Janggala dan kerajaan Panjalu.

Belum ditemukan prasasti yang menyebut Kahuripan sebagai sebuah


nama kerajaan mandiri. Namun, Carita Parahyangan menyebut
Kahuripan adalah bagian dari Kerajaan Medang. Dalam Cerita Panji dan
dongeng rakyat, nama kerajaan ini lebih dikenal dengan sebutan
Medang Koripan; sedangkan di masa Majapahit, Mpu Prapanca juga
menyebutkan Kahuripan dengan nama Jiwana, yaitu terjemahannya
dalam bahasa Sanskerta.

7. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri dan peninggalan termasuk ke dalam salah satu
kerajaan bercorak Hindu yang ada di nusantara, Indonesia. Terletak di
area sungai Brantas, Jawa Timur dan cerita kerajaan ini sangat erat
kaitanya dengan kerajaan Hindu lainnya yang ada di Indonesia.
Termasuk terhadap Singapura dan Kahuripan, karena kerajaan ini
termasuk dalam pembagian wilayah kekuasaan.

Raja Airlangga menjadi pemimpin kerajaan Kediri pada saat itu,


dilakukannya pembagian kekuasaan karena dilakukan untuk
menghindari adanya perebutan kekuasaan dan pertikaian yang terjadi
antara kedua anaknya. Kedua anak raja Airlangga ini masing-masing
bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

 Sejarah Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri juga disebut dengan Panjalu yang pusat


pemerintahannya berada di Daha, kisah mengenai kerajaan ini tertuang
dalam kitab Negarakertagama. Diceritakan bahwa Airlangga memiliki
dua putera yang gila akan kekuasaan, hingga akhirnya berebut
mendapatkan kekuasaan bahkan sampai saling bertempur satu sama
lain.
Dalam menghindari bentrokan antar kedua anaknya, Airlangga di tahun
1041 membagi kerajaannya menjadi dua. Masing-masing namanya
adalah kerajaan Jenggala atau Kahuripan dan Panjalu atau Kediri itu
sendiri. Dalam memberi pembatas, kedua kerajaan ini dibatasi oleh
Gunung Kawi dan sungai Brantas.

Sri Samarawijaya mendapatkan kesempatan memimpin kerajaan yang


berada di wilayah barat, dalam hal ini kerajaan Panjalu. Sementara
Mapanji berada di wilayah timur memimpin kerajaan Jenggala yang
pusat kerajaannya berada di Kahuripan. Sumber sejarah kerajaan Kediri
dalam hal ini tertuang dalam kitab Mahaksubya, serat Calon Arang dan
kitab Negarakertagama.

Kerajaan Panjalu menguasai wilayah Kediri dan Madiun, sementara


kerajaan Jenggala meliputi wilayah Malang dan delta sungai Brantas
yang pelabuhannya berada di Surabaya, Rembang dan Pasuruan.
Namun pembagian kerajaan tak cukup bagi kedua anak Airlangga,
kondisi itu bahkan membuat adanya peperangan.

 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri

Peperangan antara Panjalu dan Jenggala tetap terus terjadi selama 60


tahun berlalu, penyebabnya kedua anak Airlangga sama-sama merasa
pantas mendapatkan takhta sang ayah. Hingga pada akhirnya Jenggala
mampu memenangi perang, namun Panjalu yang sukses merebut
seluruh tahta yang dimiliki Airlangga.

Kemenangan Panjalu membuat ibu kota kerajaan dipindah ke Kediri


dan pada akhirnya Panjalu lebih dikenal ketimbang Kediri. Setelah
berdiri nyaris dua abad, kerajaan Kediri mulai menemui titik lemah
setelah terjadinya perselisihan antara Raja Kertajaya dan kaum
Brahmana. Sri Maharaja Kertajaya berkuasa sejak 1194-1422.

Raja Kertajaya merupakan sosok raja yang sangat kejam dan mengaku
dirinya sebagai dewa, ia memaksa kaum Brahmana menyembahnya
dan bahkan mengklaim jika hanya Dewa Shiwa yang mampu
mengalahkannya. Kekejaman Kertajaya bahkan terlihat saat ia tanpa
ragu menyiksa kaum Brahmana yang menolak titahnya.

 Silsilah Kerajaan Kediri

Dalam perkembangan kerajaan Kediri, setidaknya ada 7 pemimpin atau


raja yang pernah memimpin kerajaan ini. Kerajaan Kediri memasuki
masa jaya saat dipimpin oleh Prabu Jayabaya, saking jayanya nama raja
dari kerajaan Kediri yang satu ini bahkan masih dikenang oleh banyak
orang hingga saat ini, berikut ini silsilah para raja kerajaan Kediri.

Shri Jayawarsa Digjaya Shastra Prabhu

Shri Kameshwara

Prabu Jayabaya

Prabu Sarwaswera

Prabu Kroncharyadipa

Srengga Kertajaya

Kertajaya

Kerajaan Kediri terletak di Jawa Timur, pusat pemerintahan kerajaan ini


ada di kota Daha dan sekarang lebih dikenal dengan nama kota Kediri.
Sebelum berada di Daha, pusat kerajaan Kediri berada di wilayah
Kahuripan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang tertuang di prasasti
keluaran tahun 1042 dan ceritanya terdapat pada berita Serat Calon
Arang.

8. KERAJAAN SINGASAR

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok, yang setelah menjadi raja
bergelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Letak Kerajaan
Singasari berada di daerah Singasari, Malang. Kerajaan ini berhasil
mencapai puncak kejayaan saat diperintah oleh rajanya yang terakhir,
yaitu Raja Kertanegara (1272-1292 M). Selain membawa Singasari
menuju kejayaan, di tangan Kertanegara pula kerajaan ini runtuh.

Salah satu faktor runtuhnya Kerajaan Singasari adalah lemahnya


pertahanan karena raja dan jajarannya sibuk melakukan ekspansi ke
luar Jawa. Sumber sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan
Singasari cukup banyak.

9. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang
dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Hal ini dikarenakan wilayah kekuasaannya yang sangat luas, bahkan
hampir mencakup seluruh nusantara. Kerajaan Majapahit berkuasa
sekitar dua abad, lebih tepatnya antara 1293-1500 M. Pendirinya
adalah Raden Wijaya, menantu dari penguasa terakhir Kerajaan
Singasari yang bernama Raja Kertanegara. Puncak kejayaan Kerajaan
Majapahit berlangsung pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-
1389 M) dengan Gajah Mada sebagai patihnya. Negarakertagama,
daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya,
Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura), dan sebagian Kepulauan Filipina. Selain itu,
kerajaan ini juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam,
Birma bagian selatan, Vietnam, dan Tiongkok. Kerajaan Majapahit
mempunyai banyak peninggalan yang menjadi sumber sejarah dan
bukti keberadaannya.

Berikut ini daftar peninggalan Kerajaan Majapahit baik yang berupa


candi, prasasti, dan kitab.
1. Candi Tikus Candi Tikus terletak di Desa Bejijong, Trowulan,
Mojokerto. Bangunannya berbentuk seperti petirtaan, sehingga banyak
yang menduga bahwa dulunya adalah tempat pemandian bagi keluarga
kerajaan.

2. Candi Bajang Ratu Candi Bajang Ratu atau Gapura Bajang Ratu adalah
gapura terbesar Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Temon,
Trowulan, Mojokerto. Dari Kitab Negarakertagama, diketahui bahwa
gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Candi yang
memiliki struktur vertikal ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, badan,
dan atap, serta terdapat relief Sri Tanjung yang dipercaya sebagai
penangkal bahaya.

3. Candi Wringin Lawang Candi Wringin Lawang atau Gapura Wringin


Lawang terletak di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Gapura
setinggi 15,5 meter ini diduga sebagai pintu gerbang ke kediaman
Mahapatih Gajah Mada. Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Majapahit

4. Candi Brahu Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Trowulan,


Mojokerto, yang pada masanya digunakan sebagai tempat pembakaran
jenazah raja-raja Majapahit. Nama Brahu diperkirakan berasal dari kata
Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci.

5. Candi Pari Candi Pari adalah bangunan yang dibangun di Desa Candi
Pari, Porong, Sidoarjo, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Bangunannya disusun dari batu bata segi empat yang menyerupai pura
di Bali.

6. Candi Penataran Candi Penataran adalah candi Hindu terluas dan


termegah di Jawa Timur yang letaknya berada di Desa Penataran,
Nglegok, Blitar. Diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja
Srengga dari Kerajaan Kediri, yaitu sekitar 1200 Masehi.
Pembangunannya kemudian baru selesai pada 1415, saat Kerajaan
Majapahit diperintah oleh Wikramawardhana. Baca juga: Hayam
Wuruk, Raja Terbesar Kerajaan Majapahit

7. Candi Jabung Candi bercorak Hindu ini terletak di Desa Jabung,


Paiton, Probolinggo. Struktur bangunan candi ini terlihat mirip dengan
Candi Bahal di Sumatera Utara yang merupakan peninggalan Kerajaan
Sriwijaya.

8. Candi Sukuh Candi peninggalan Kerajaan Majapahit tidak hanya


tersebar di Jawa Timur, tetapi juga di Jawa Tengah. Salah satunya
adalah Candi Sukuh, yang terletak di Desa Berjo, Kecamatan
Ngargoyoso, Karanganyar. Struktur bangunannya pun unik, berbeda
dari candi peninggalan Majapahit lainnya. Candi bercorak Hindu ini
diperkirakan dibangun pada 1437 Masehi.

 Prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Prasasti Kudadu Prasasti Kudadu yang berangka tahun 1294 M ini


menceritakan tentang Raden Wijaya yang dibantu oleh Rama Kudadu
dalam pelarian dari ancaman Jayakatwang, yang telah membunuh Raja
Kertanegara dari Kerajaan Singasari.

2. Prasasti Sukamerta Prasasti Sukamerta mengisahkan tentang Raden


Wijaya yang memperistri empat putri Kartanegara. Selain itu,
diceritakan pula penobatan Jayanegara, putra Raden Wijaya yang
menjadi raja di Kediri pada 1295 M.

3. Prasasti Prapancasapura Prasasti yang berangka tahun 1320 M ini


dibuat oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi, yang berkuasa di Majapahit
antara 1328-1350 M. Prasasti ini menceritakan tentang sang putra,
Hayam Wuruk, yang memiliki nama lain Kummaraja Jiwana. Baca juga:
Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika

4. Prasasti Waringin Pitu Prasasti Waringin Pitu dibuat pada 1477 M dan
menceritakan tentang aturan administrasi pemerintahan Kerajaan
Majapahit beserta kerajaan-kerajaan di bawahnya. Saat itu, Kerajaan
Majapahit mempunyai 14 kerajaan bawahan.

 Kitan Peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Kitab Negarakertagama Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit


yang terkenal adalah Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
Kitab yang dikarang pada 1365 Masehi ini berisi tentang sejarah,
perjalanan, dan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

2. Kitab Sutasoma Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada
abad ke-14 menceritakan tentang kerukunan hidup beragama di
Majapahit. Di dalam kitab ini, terdapat istilah "Bhinneka Tunggal Ika"
yang menjadi semboyan NKRI.

3. Kitab Arjunawijaya Kitab Arjunawijaya karya Mpu Tantular


menceritakan tentang pertempuran antara raksasa dan Arjuna
Sasrabahu. Baca juga: Gajah Mada: Cita-cita, Perjuangan, dan Akhir
Hidup

4. Kitab Tantu Pagelaran Kitab ini menceritakan tentang pemindahan


Gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan
Syiwa.

5. Kitab Panjiwijayakrama Kitab Panjiwijayakrama menceritakan riwayat


Raden Wijaya hingga akhirnya menjadi Raja Majapahit.
6. Kitab Usana Jawa Kitab ini mengisahkan penaklukkan Bali oleh Gajah
Mada dan Aryadamar.

7. Kitab Pararaton Kitab Pararaton berisi tentang riwayat raja-raja


Kerajaan Singasari dan Majapahit.

8. Kitab Ranggalawe Kitab ini menceritakan pemberontakan


Ranggalawe.

9. Kitab Sorandakan Kitab Sorandakan mengisahkan tentang


pemberontakan Sora.

10. Kitab Sundayana Kitab ini menceritakan tentang peristiwa Perang


Bubat.

10. KERAJAAN SUNDA

Sejarah Kerajaan Sunda dan Peninggalannya – Di tanah Sunda terdapat


banyak sekali Kerajaan-Kerajaan yang tumbuh dan berkembang. Salah
satu Kerajaan yang tumbuh dan berkembang di tanah Sunda adalah
Kerajaan Sunda.
Peninggalan Kerajaan Sunda

1. Prasasti Cikapundung

2. Prasasti Pasir Datar

3. Prasasti Huludayeuh

4. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis

5. Prasasti Ulubelu

6. Prasasti Kebon Kopi II

7. Situs Karangkamulyan

Berdasarkan fakta sejarah bahwa Kerajaan Sunda adalah pemecahan


dari Kerajaan Tarumanegara. Pada tahun 670 Masehi peristiwa
pemecahan itu terjadi. Hal ini diperkuat dengan sebuah sumber yang
berasal dari berita Cina yang memberitahukan bahwa di tahun 979
Masehi menjadi tahun terakhir utusan Kerajaan Tarumanegara
mengunjungi negeri Cina.

Di tahun 679 Masehi, Tarusbawa (raja pertama Kerajaan Sunda)


memberikan mandat kepada bawahannya untuk memberitahukan
informasi tentang pengangkatan dirinya sebagai raja di Kerajaan Sunda.

Tarusbawa sendiri diangkat menjadi seorang raja pada tanggal 9


bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka. Jika dalam tahun Masehi
kurang lebih pada tanggal 18 Mei 669 Masehi.

Nama Sunda yang terdapat pada sebuah Kerajaan tercatat dalam dua
batu prasasti. Kedua batu itu ditemukan di lokasi yang berbeda, yaitu di
daerah Bogor dan di daerah Sukabumi.
Batu Prasasti pertama ditemukan di kampung Pasir Muara, lebih
tepatnya di pinggiran sebuah persawahan yang tidak jauh dari lokasi
prasasti Telapak Gajah. Prasasti Telapak Gajah adalah prasasti yang
menjadi peninggalan Purnawarman.

 Sejarah Terbentuknya Kerajaan Sunda

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya jika Kerajaan Sunda adalah


pemecahan dari Kerajaan Tarumanegara. Namun, sebagian orang
belum mengetahui sejarah singkat pemecahan tersebut. Berikut sejarah
singkat terbentuknya Kerajaan Sunda.

Sebelum terjadi pemecahan, Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh


Linggawarman. Ia menikah dengan seorang putri Indraprahasta yang
bernama Déwi Ganggasari. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua
orang putri, pertama Déwi Manasih, putri kedua bernama
Sobakancana.

Putri pertama Linggawarman yang bernama Déwi Ganggasari menikah


dengan Tarusbawa dari Sunda. Sementar itu putri kedua Linggawarman
yang bernama Sobakancana menikah dengan Dapuntahyang Sri
Janayasa (pendiri Kerajaan Sriwijaya).

Dalam masa pemerintahan Kerajaan Tarumanegara hanya ada 12 orang


yang memimpin kerajaan tersebut. Di tahun 669 Masehi, raja terakhir
Kerajaan Tarumanegara, yaitu Linggawarman kedudukannya digantikan
oleh menantunya yang bernama Tarusbawa. Tarusbawa sendiri berasal
dari Kerajaan Sunda Sambawa. Ia melihat pamor Kerajaan
Tarumanegara sudah mulai menurun. Karena hal itulah, Tarusbawa
ingin sekali mengembalikan kejayaan dan keharuman seperti zaman
Purnawarman yang bekedudukan di Purasaba (ibu kota) Sundapura.
Di tahun 670 Masehi, Tarusbawa mengganti Kerajaan Tarumanegara
menjadi Kerajaan Sunda. Penggantian nama itu membuat
Wretikandayun pendiri Kerajaan Galuh memisahkan negaranya dari
kekuasaan atau kepemimpinan Tarusbawa. Wretikandayun adalah
seorang putra Galuh menikah dengan seorang Putri yang bernama
Parwati. Parwati adalah seorang putri Maharani Sima dari Kerajaan
Kalingga (sebuah kerajaan di Jawa Tengah). Dengan dukungan Kerajaan
Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas
kawasan Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua bagian.

Tarusbawa sedang dalam keadaan lemah dan tidak ingin terjadi perang
saudara maka ia menerima tuntutan yang diajukan Wretikandayun. Di
tahun 670 Masehi, bekas kawasan Kerajaan Tarumanegara dipecah
menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Sungai Citarum menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan


Galuh. Setelah terjadi pemecahan, Tarusbawa kemudian mendirikan
atau membangun Ibukota Kerajaan yang baru yang terletak di daerah
pedalaman dekat hulu sungai Cipakancilan.

Dalam Carita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa hanya disebut dengan


gelarnya saja, yatitu Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Tarusbawa bisa
dikatakan sebagai seseorang yang mencetuskan cikal bakal raja-raja
Sunda. Masa pemerintahan Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh
Tarusbawa hanya sampai pada tahun 723 Masehi.

Putra dari Tarusbawa sudah wafat terlebih dahulu sehingga putra putri
mahkota yang bernama Tejakencana diangkat menjadi seorang anak
dan ahli waris kerajaan. Suami dari putri inilah yang menjadi raja kedua
di Kerajaan Sunda. Suami putri itu bernama Rakeyan Jamri yang juga
cicit dari Wretikandayun.
Ketika menjadi seorang raja di Kerajaan Sunda, Rakeyan Jamri dikenal
dengan nama Prabu Harisdarma. Namun, setelah ia berhasil menguasai
Kerajaan Galuh, nama Sanjaya lebih dikenal oleh banyak orang.

Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga, Rakeyan Jamri menjadi pemimpin


Kerajaan Kalingga Utara atau lebih dikenal dengan nama Bumi Mataram
di tahun 732 Masehi. Sedangkan kekuasaannya di Jawa Barat diberikan
kepada putranya yang berasal dari Tejakencana yang bernama
Tamperan atau Rakeyan Panaraban. Rakeyan Panaraban adalah kakak
dari Rakai Panangkaran (Putra Sanjaya dari Sudiwara putri Dewasingga
raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara).

11. KERAJAAN BALI

Kerajaan Bali merupakan kerajaan bercorak Hindu Buddha yang


terletak di Pulau Bali. Kerajaan Bali memiliki sejumlah jejak
peninggalan. Kerajaan Bali merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu
Buddha yang terletak di Pulau Bali. Kerajaan Bali memiliki sejarah
panjang dan jejak peninggalan yang masih bisa dilihat hingga saat ini.

Kerajaan Bali berdiri sekitar abad ke-10 hingga awal abad ke-20. Saat
berdiri, Kerajaan Bali berada di bawah kepemimpinan Dinasti
Warmadewa. Saat itu, agama yang berkembang adalah Buddha. Selang
beberapa tahun kemudian, agama Hindu mulai masuk dan banyak
dianut warganya.

Pusat dari kerajaan Bali terletak di Bedulu, Gianyar. Letak dari kerajaan
Bali ini dekat dengan Pulau Jawa bagian Timur. Keduanya memiliki
kedekatan dalam hubungan kebudayaan, termasuk ikatan dengan
Dinasti Isyana di Jawa Timur.

Sejak abad ke-10, masyarakat Bali sudah mengenal sistem pertanian


yang kemudian dikembangkan sebagai sumber perekonomian.

Raja-raja di Bali memusatkan ekonomi dari sektor pertanian. Sebagian


besar warga bekerja mengelola sawah, ladang, dan perkebunan.

Selain pertanian, peternakan, dan perburuan turut dikembangkan.


Beberapa warga lainnya juga ada yang bekerja untuk menjalankan
pusat kerajinan dari emas dan perak.

Kehidupan sosial Kerajaan Bali tidak terlepas dari adat istiadat yang
sudah tertanam sejak dahulu. Bahkan sampai saat ini, budaya turun
temurun itu masih dilestarikan.

Berdasarkan temuan prasasti dari para raja, adat istiadat penduduk Bali
sama dengan masyarakat Ho-Ling (Kalingga) yang berkiblat Hindu-
Buddha.

Salah satu adat di Bali dan masih berlaku sampai sekarang yaitu
Ngaben. Pada prosesi ini, setiap warga Bali yang beragama Hindu ketika
meninggal, jenazahnya dibakar sampai menjadi abu.

 Raja-raja Kerajaan Bali yang Terkenal


.Sri Kesari Warmadewa (882-914 M)

Raja Udayana (989-1011 M)

Marakata Pangkaja (1011-1022 M)

Anak Wungsu (1049-1077 M)

Paduka Sri Maharaja Sri Jayasakti (1133-1150 M)

Sri Astatura Ratnabhumibanten (1337-1343 M)

 Jejak Peninggalan Kerajaan Bali

Ada banyak jejak peninggalan Kerajaan Bali yang sampai saat ini masih
bisa dilihat dan dikunjungi, di antaranya:

1. Prasasti Blanjong adalah peninggalan bersejarah yang memuat pesan


berbahasa Bali dan dibuat oleh Sri Kesari Warmadewa. Prasasti ini
ditemukan di Sanur Kauh, Denpasar Selatan.

2. Prasasti Panglapuan adalah peninggalan kerajaan Bali yang berisi


pesan tentang para penguasa kerajaan seperti Udayana, Jayapangus
dan Anak Wungsu.

3. Prasasti Anak Wungsu adalah peninggalan dari Raja Anak Wungsu


yang berjumlah 28 buah. Selain prasasti, ada Goa Gajah, Pura Gunung
Penulisan, dan Pura Gunung Kawi.

4. Pura Agung Besakih Sejumlah Umat Hindu menggelar upacara di Pura


Besakih yaitu Pura yang berada di kaki Gunung Agung, Karangasem,
Bali, Selasa (19/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
merekomendasikan zona larangan aktifitas hingga enam kilometer dari
puncak Gunung Agung menyusul meningkatnya aktifitas gunung
tertinggi di Bali itu hingga pada level siaga. Pura Agung Besakih
merupakan salah satu jejak peninggalan Kerajaan Bali yang masih bisa
dikunjungi hingga saat ini.

Pura Agung Besakih merupakan tempat pemujaan yang menjadi cikal


bakal agama Hindu di Bali. Lokasinya di Desa Besakih, Karangasem, Bali.

5. Candi Padas adalah situs purbakala pada masa pemerintahan Raja


Udayana hingga Raja Anak Wungsu yang letaknya di Sungai Pakerisan,
Gianyar, Bali.

6. Candi Mangening termasuk peninggalan masa Kerajaan Bali yang


ditemukan pada 1925 di Gianyar. Salah satu arca sakralnya yang masih
ada yaitu Lingga Yoni.

7. Candi Wasan Jejak peninggalan Kerajaan Bali berikutnya Candi


Wasan yang pernah menjadi tempat spiritual pada masanya dengan
bukti ditemukan sejumlah arca, salah satunya arca Ganesa.

Anda mungkin juga menyukai