- Jeny Silaban
- Joyce Silalahi
- Joyce Pasaribu
- Larissa Saragih
KERAJAAN KERAJAAN
BERCORAK
HINDU BUDDHA
DI INDONESIA
Pengaruh Hindu di kerajaan Kutai
Tulisan Pallawa pada prasasti-prasasti Kutai menunjukkan bahwa telah terjadi hubungan antara kerajaan Kutai dengan
kerajaan Pallawa di India selatan. Nama raja-raja dengan akhiran warman pun mengingatkan kita kepada raja-raja
Pallawa seperti Mahendrawarman dan Narasimhawarman.
Pada prasasti disebutkan bahwa raja Aswawarman seperti Sang Ansuman (Dewa Matahari). Hal ini menunjukkan
bahwa agama yang dianut di kerajaan Kutai ialaha agama Hindu.
Tetapi agama dan kebudayaan Hindu di Kutai hanya terbatas di kalangan keluarga raja saja. Sebagian besar rakyat
kerajaan menganut kepercayaan penduduk setempat, yakni pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Raja Mulawarman telah mengadakan kurban sapi yang banyak jumlahnya (20.000 ekor) yang dilakukan oleh para
brahmana di sebidang tanah suci, yang disebut Waprakesyawara.
Tempat tersebut bukan merupakan kuil atau candi, melainkan suatu daerah suci yang dikelilingi pagar, merupakan
tempat suci orang Indonesia purbakala. Jelas dalam hal itu terdapat suatu perpaduan kebudayaan Indonesia-Hindu,
yakni bangunan Indonesia yang memakai nama Hindu.
Waprakesyawara yang di pulau Jawa kemudian disebut Baprakesyuwara, merupakan tempat suci yang berhubungan
dengan pemujaan Dewa-dewa Brahmana-Wishnu- Shiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman
menganut agama Hindu aliran Shiwa.
Waprakesyawara yang di pulau Jawa kemudian disebut Baprakesyuwara, merupakan tempat suci yang berhubungan
dengan pemujaan Dewa-dewa Brahmana-Wishnu- Shiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman
menganut agama Hindu aliran Shiwa.
Ditulisnya prasasti-prasasti Mulawarman dengan mempergunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, menunjukkan
bahwa di kerajaan Kutai hidup sekelompok masyarakat yang menguasai bahasa Sansekerta, yakni para Brahmana.
Para Brahmana itu datang dari India selatan. Dari isi prasasti dapat diperkirakan bahwa Mulawarman adalah seorang
raja yang memiliki hubungan baik dengan para Brahmana.
Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada setiap prasastinya selalu dikatakan bahwa yupa-yupa yang
mengagungkan namanya itu, semua didirikan oleh kaum Brahmana, sebagai suatu pernyataan terima kasih atau
penghormatan kepada sang raja atas kebaikan-kebaikannya terhadap mereka.
Peninggalan kerajaan Kutai
1.Jayasingawarman (358-382 M)
2.Dharmayawarman (382-395 M)
3.Purnawarman (395-434 M)
4.Wisnuwarman (434-455 M)
5.Indrawarman (455-515 M)
6.Candrawarman (515-535 M)
7.Suryawarman (535-561 M)
8.Kertawarman (561-628 M)
9.Sudhawarman (628-639 M)
10.Hariwangsawarman (639-640 M)
11.Nagajayawarman (640-666 M)
12.Linggawarman (666-669 M)
Dari 12 raja, hanya dua di antaranya yang diketahui merupakan keturunan langsung dari raja sebelumnya.
Mereka adalah Raja Dharmayawarman, putra dari Raja Jayasingawarman, dan Raja Candrawarman, putra
dari Raja Indrawarman. Raja Purnawarman menjadi raja yang paling terkenal dari Kerjaan Tarumanegara.
C. Masa Kejayaan
Kerajaan Tarmuanegara mencapai puncak kejayaannya saat
dipimpin oleh raja ketiga, yaitu Raja Purnawarman.
Dia terkenal sebagai sosok raja yang berwibawa dan cerdas.
Pada masa kepemimpinannya, kondisi ekonomi Kerajaan
Tarumanegara terbilang maju dengan pesat.
Letaknya yang strategis dan kepiawaian Raja Purnawarman
dalam memimpin, membuat kerajaan tersebut semakin
unggul dalam sektor perdagangan.
D. Peninggalan Kerajaan
Eksistensi Kerajaan
Tarumanegara dapat diketahui
berkat peninggalannya yang
berupa prasasti.
Terdapat tujuh prasasti yang
ditemukan di daerah berbeda.
1. Prasasti Ciaruteun
Peninggalan Kerajaan
Tarumanegara yang satu ini
memiliki lokasi yang berbeda
dibanding enam prasasti lainnya
yang berada di daerah aliran sungai,
sedangkan Prasasti Pasir Awi
berada di daerah perbukitan.
Penemu prasasti ini adalah seorang
arkeolog Belanda yang bernama
N.W. Hoepermans. S dan
dilaporkan pada tahun 1864.
6. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten terletak di Kampung
Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan
Cibungbulang. Dilaporkan pertama kali oleh
N.W. Hoepermans pada tahun 1864, prasasti
ini tepatnya berada di tepi Sungai Cisadane
dan ± 50 m ke muara Cianten.
7. Prasasti Cidanghiang
Hal ini juga menandai bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan
Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga
Maharaja.
Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana
yang meninggalkan keraton lalu menetap di daerah Lebak.
1. Jelaskan Latar Belakang Masuknya Pengaruh
Hindu-Buddha Dikerajaan Tersebut
Kalingga atau Holing merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Jawa Tengah.
Keberadaan Kerajaan Kalingga dibuktikan dengan adanya pengiriman utusan dari Cina ke kerajaan tersebut pada
647 M dan 666.
sumber sejarah Kerajaan Kalingga berasal dari berita Cina. Sumber sejarah ini menyatakan bahwa pada tahun
674, Kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Sima. Ia dikenal sebagai seorang ratu yang tegas, jujur, dan
bijaksana.
Selain itu, penemuan prasasti batu bertulis di lembah Gunung Merbabu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta menjadi sumber sejarah lain dari Kerajaan Kalingga.
Isinya menjelaskan tentang sebuah mata air yang jernih di daerah itu. Mata air tersebut menjadi sungai yang
airnya suci seperti di Sungai Gangga.
Tepat di atas batu itu ada pula ukiran gambar-gambar trisula, kendi, kapak, dan bunga teratai yang menandakan
bahwa Kerajaan Holing bercorak Hindu.
Berita dari I-Tsing, seorang pendeta Buddha dari Cina juga menjadi sumber sejarah Kerajaan Kalingga
2. Silsilah Raja Yang Memerintah
2. Prasasti Sojomerto
4. Candi Bubrah
Seluruh dermaga yang menjadi jalur perdagangan Kerajaan Kalingga diambil alih
oleh Kerajaan Sriwijaya. Kejadian tersebut semakin membuat Kekuasaan Sriwijaya
menguat. Ditambah pula serangan-serangan yang dilakukan kerajaan Sriwijaya,
sehingga membuat Kerajaan Kalingga menjadi takluk. Selain itu, penyebab lain dari
keruntuhan Kerajaan Kalingga adalah karena kematian Ratu Sima. Setelah ditinggal
oleh Ratu Sima, kerajaan ini mengalami penurunan.