Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH

Menganalisis Sumber Sejarah, Kondisi Ekonomi, Kondisi Politik & Sosbud dari
Beberapa Kerajaan di Nusantara
Nama : Naufal Aprilian Marsa Mahendra (34)
Kelas : X – 1 MIPA

1. Kerajaan Kutai (Abad IV – XIV Masehi)


Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini diperkirakan
telah berkembang sejak abad IV Masehi. Keberadaan Kerajaan Kutai dapat diketahui dari
tujuh buah prasasti Yupa yang ditemukan di Muarakaman, tepi Sungai Mahakam. Nama
Kutai diambil dari nama daerah ditemukannya ketujuh prasasti tersebut, yaitu di daerah
Kutai, Kalimantan Timur. Nama Kutai diberikan karena tidak ada prasasti yang menyebutkan
nama Sali dari kerajaan yang berpusat di Kalimantan Timur itu.

 Sumber Sejarah
 Prasasti Yupa

Isi prasasti Yupa adalah sumber utama yang mengungkapkan sejarah Kerajaan Kutai.
Keberadaan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia itu diketahui karena adanya peninggalan
prasasti Yupa yang semuanya berjumlah 7. Yupa sendiri adalah sebuah tiang batu yang
digunakan untuk mengikat korban berupa hewan atau manusia yang akan dipersembahkan
kepada dewa-dewa. Dalam tiang batu tersebut terdapat rangkaian tulisan yang dipahatkan di
permukaannya. Tulisan yang terdapat dalam prasasti yupa tersebut semuanya menggunakan
bahasa Sansekerta dan aksara / huruf Pallawa.

 Kondisi Ekonomi
Perekonomian Kerajaan Kutai menggantungkan pada keberadaan Sungai Mahakam.
Berdasarkan beberapa bukti yang ditemukan, dapat diketahui bahwa perekonomian Kerajaan
Kutai terletak pada sektor perdagangan, pertanian, dan peternakan. Komoditas Kerajaan
Kutai berasal dari hasil hutan seperti getah kayu meranti, damar, gaharu, rotan, batu permata,
dan bulu-bulu burung yang indah. Komoditas tersebut diperdagangkan ke luar Kerajaan Kutai
melalui pelayaran di sepanjang Sungai Mahakam. Sementara itu keberadaan 20.000 ekor
lembu yang dipersembahkan oleh Raja Mulawarman kepada para Brahmana telah
menunjukan adanya usaha peternakan yang dilakukan oleh rakyat Kutai.
 Kondisi Politik
Raja pertama yang memimpin Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Kudungga diduga
belum menganut agama Hindu karena nama Kudungga merupakan nama asli Indonesia.
Nama ini memiliki kemiripan dengan nama Raja Bugis, yaitu Kadungga. Oleh karena itu,
para ahli memperkirakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga, pengaruh agama
Hindu di Kerajaan Kutai belum kuat.
Pada awalnya Kudungga adalah seorang kepala suku. Akan tetapi, setelah pengaruh
Hindu masuk di Indonesia dan system pemerintahan kesukuan berubah menjadi kerajaan,
Kudungga mendeklarasikan dirinya sebagai seorang raja. Selain itu, Kudungga memutuskan
bahwa pergantian kekuasaan di Kutai harus dilakukan secara turun-temurun sebagaimana
system kerajaann pada umumnya. Setelah Kudungga wafat, ia digantikan oleh putranya yang
bernama Aswawarman.
Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Dalam prasasti Yupa Aswawarman
disebut sebagai Dewa Ansuman atau dewa matahari. Aswawarman dipandang sebagai
wangsekerta atau pendiri keluarga raja. Aswawarman memiliki peranan besar atas perluasan
wilayahkekuasaam Kerajaan Kutai. Perluasan wilayah dilakukan dengan cara mengadakan
upacara Aswamedha, yaitu upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah
kerajaan. Kuda-kuda yang dilepaskan akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan
menentukan batas wilayah kerajaan berdasarkan sejauh mana jejak telapak kaki kuda
ditemukan. Pada masa pemerintahan Aswawarman, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Kedudukan Aswawarman digantikan oleh Mulawarman. Mulawarman merupakan
raja terbesar Kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai
mencapai puncak kejayaan. Mulawarman merupakan penganut agama Hindu yang taat. Ia
pernah mengadakan kurban 20.000 ekor lembu untuk brahmana di tanah suci Waprakeswara.
Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa. Kebaikan Raja Mulawarman
tersebut diperingati oleh para Brahmana dengan mendirikan sebuah Yupa.

 Kondisi Sosial – Budaya


Perkembangan agama Hindu telah membawa pengaruh besar bagi kehidupan sosial
masyarakat Kutai. Sebagai agama resmi keagamaan, agama Hindu menjadi pegangan hidup
bagi para penganutnya. Penganut Hindu di Kerajaan Kutai mulai menerapkan system kasta
dalam kehidupan sosial. Tetapi tidak seketat di India. Jika India mempunyai 4 kasta,
masyarakat Kutai hanya mempunyai 2 kasta yaitu Brahmana dan Ksatria. Masyarakat Kutai
juga masih menganut budaya lokal, bukan budaya India.
Kebudayaan Hindu di Kerajaan Kutai telah mengalami proses akulturasi budaya
dengan kebudayaan lokal. Akulturasi dapat dilihat dari keberadaan Yupa pada setiap upacara
Kurban. Yupa merupakan wujud akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan
kebudayaan megalitikum berbentuk menhir. Menhir biasanya digunakan sebagai sarana
pemujaan roh nenek moyang. Sementara itu, pengaruh Hindu terlihat pada penggunaan Yupa
sebagai salah satu penunjang kegiatan agama.

2. Kerajaan Tarumanegara (Abad IV – VII Masehi)


Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan
Tarumanegara berkembang di wilayah Jawa Barat pada abad IV – VII Masehi.
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui dari sumber sumber sezaman.

 Sumber Sejarah
 Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan


Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu
 Prasasti Cidanghiang (Lebak)

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di


tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti
ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian
raja Purnawarman
 Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti
ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat
gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.

 Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di
kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi
berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan
aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.

 Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara
Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran
Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara. Prasasti
Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x
1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada
goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang
keluar dari umbi.

 Prasasti Tugu

Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di


Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km
oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang
sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.

 Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun,
dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan
metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman.

 Kondisi Ekonomi
Kerajaan Trumanegara terletak di pedalaman Jawa Barat.Oleh karena itu,
sebagian besar perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian dan peternakan.
Pada masa pemerintahan Purnawarman pernah memerintahkan rakyatnya untuk
membuat saluran Gormati sepanjang 6.112 (12 km). Pekerjaan ini dapat diselesaikan
dalam waktu 21 hari. Pembangunan ini mempunyai arti ekonomis bagi rakyat
Tarumanegara. Selain berguna untuk sarana pengairan dan pencegahan banjir, saluran
Gormati berfungsi sebagai sarana lalu lintas pelayaran antar daerah.
Setelah saluran Gormati dibangun, Raja Purnawarman mengadakan selamatan
dengan memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Banyaknya sapi
yang disumbangkan oleh Raja menandakan bahwa sektor pertenakan di
Tarumanegara berkembang dengan baik.
 Kondisi Politik
Para ahli memperkirakan Kerajaan Tarumanegara merupakan kelanjutan dari
Krajaan Salankanagara.Menurut naskah wangsakerta dai CirebonTarumanegara
didirikan oleh Raja Dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358. Jayasingawarman
memerintah Tarumanegara hingga tahun 382. Setelah Jayasingawarman wafat,
kedudukannya digantikan oleh Dharmayawarman (382-395 M)
Masa pemerintahan Dharmayawarman tidak dapat dijelaskan karena keterbatasan
sumber sejarah. Selanjutnya, pada tahun 395 Tarumanegara dipimpin oleh Purnawarman.
Pada tahun 397 Purnawarman memindahkan pusat kerajaan Tarumanegara di dekat
pantai. Selanjutnya, ibu kota Tarumanegara diberi nama Sundapura.
Pada masa pemerintahan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak
kejayaan. Sebagai pemimpin, Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan
rakyatnya. Sikap ini termaktub dalam Prasasti Tugu yang menyatakan bahwa
Purnawarman telah memerintahkan pembuatan saluran irigasi untuk pertanian.
Kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran setelah Purnawarman wafat pada
tahun 434. Pada tahun 669 Linggawarman, Raja Tarumanegara terakhir, mengangkat
menantunya yang bernama Tarusbawa menjadi Raja Tarumanegara. Di bawah
kepemimpinannya, pamor kerajaan ini semakin meredup dan akhirnya pusat kerajaan
dipindahkan ke Pakuan, Bogor dan berganti nama sebagai Kepulauan Sunda

 Kondisi Sosial – Budaya


Kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara sudah teratur dan rapi, hal ini terlihat dari
upaya Raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan Kaum Brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara sebagai tanda penghormatan kepada
para dewa.
Secara sosial, masyarakat Tarumanegara terbagi atas 2 golongan, yaitu golongan
masyarakat yag berlatar belakang agama Hindu dan golongan masyarakat yang berbudaya
asli. Masyarakat yang berlatar belakang Hinndu umumnya merupakan keluarga/kerabat
kerajaan.
Masyarakat Tarumanegara dikenal memiliki hasil kebudayaan tinggi. Mereka telah
meguasai teknik penulisan huruf Pallapa dan bahasa Sansekerta pada prasasti.
3. Kerajaan Sriwijaya (Abad VII – XIII Masehi)
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di wilayah Sumatra. Kerajaan
Sriwijaya berkembag di Sumatra pada abad VII-XII Masehi.

 Sumber Sejarah

 Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan


Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian
Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang
Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Isinya tentang kutukan
bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat
jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota
Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

 Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi sungai Tatang, dekat Palembang.


Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara lain menerangkan bahwa
seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan
menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara
20.000 personel.
 Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah


Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684). Isinya menyebutkan tentang
pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapunta
Hyang Sri Jayanaga.
 Prasasti Nalanda

Prasasti Nalanda ditemukan di Nalanda, India berasal dari abad ke 9


masehi. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan vihara di India oleh Raja
Balaputradewa (Raja Sriwijaya) untuk kepentingan para peziarah dari Sriwijaya.
 Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya
terutama tentang kutukan-kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
 Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka (656 M)
Isinya terutama permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedautan Sriwijaya dan
menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.

 Kondisi Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam.
Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah
menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan
menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari
Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang
meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan.
Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh
dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan
milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah,
buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
 Kondisi Politik
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah, wilayah
kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
1) Dapunta Hyang SriJayanasa
Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil
memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki daerah
Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat
Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2) Balaputera Dewa Awalnya
Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang saudara antara
Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti
Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya,
dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah berkuasa. Karena
dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja. Masa
pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya mengalami
perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat. Pada
masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan Chola dan
Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi pusat
penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola. Sang
raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.

 Kondisi Sosial – Budaya


I-Tsing menyebutkan bahwa di negeri Sriwijaya dikelilingi oleh benteng. Di negeri ini
ada seribu orang pendeta yang belajar agama Buddha. Seperi halnya di India, para pendeta
Cina yang mau belajar agama ke India dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu di Sriwijaya
selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang belajar agama
Buddha di Sriwijaya dibimbing oleh seorang guru yang sangat terkenal bernama Sakyakirti.
Dari berbagai prasasti, raja sangat memperhatikan dunia pendidikan dalam
memajukan dan mengembangkan kerajaannya. Pendidikan yang berbasis pengajaran agama
Buddha disatu sisi telah membawa corak kehidupan yang khas pada masyarakat Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya yang letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan
internasional juga menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai
pengaruh asing. Namun masyarakatnya bersifat sangat majemuk. Masyarakat Sriwijaya juga
telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia perdagangannya.
Penduduk Sriwijaya bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang
datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India. Sriwijaya pernah menjadi pusat
pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Selain itu, masyarakat Sriwijaya telah
mengenal stratifikasi sosial.

Anda mungkin juga menyukai