Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 3

Anggota:
1. Akhadini Tri Winastiti
2. Raihan Dhiya Putra P
3. Siwi Widya Pratiwi
4. Vannesha Putri Sugianto

Kerajaan Tarumanegara

Tarumanegara berasal dari dua kata, yaitu "Tarum" dan Nagara. Tarum merupakan nama
sebuah sungai di Jawa Barat, yakni Citarum. Sementara "Negara" berarti sebuah kerajaan.
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke 4 M atau ke 5 M.
Letak Kerajaan Tarumanegara adalah di tepi sungai Citarum, Jawa Barat. Diperkirakan letak dari
Kerajaan Tarumanegara adalah di wilayah Bekasi. Kerajaan ini didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman yang bukan orang asli nusantara karena asalnya dari India. Jayasingawarman
berasal dari Salankayana, India yang kemudian pergi ke nusantara tepatnya di Kerajaan
Salakanagara. Kehadirannya pun disambut Raja Dewawarman VIII, hingga kemudian
dinikahkan dengan salah satu putri raja tersebut. Setelah itu Jayasingawarman membuka wilayah
yang diperkirakan kerajaan Tarumanegara terletak di Bekasi. Selama 24 tahun Jayasingawarman
berkuasa meski belum bisa dikatakan bahwa kerajaan yang dipimpinnya memasuki era kejayaan.

Perkembangan Bidang Politik


Kerajaan ini mengalami masa keemasan pada masa Raja Purnawarman, pada masa raja
Purnawarman rakyat hidup dengan makmur karena perdagangan berlangsung ramai, dan raja
bersama rakyatnya membangun sistem pengairan untuk pertanian dan pengendali banjir, karena
pada masa pemerintahan Purnawarman sering terjadi banjir. Maka dari itu belau memerintahkan
untuk menggali Sungai Candrabaga dan Gomati sepanjang 12 km (6112 tombak). Penggalian
kedua sungai ini dilakukan setelah 22 tahun masa pemerintahan Purnawarman. Selain
menghindari banjir, tujuan penggalian 2 sungai yaitu untuk mengatasi kekeringan saat musim
kemarau.
Raja terakhir dari kerajaan ini adalah Raja Linggawarman, ia memiliki 2 orang putri dan
saat itu ia tidak memiliki keturunan lelaki untuk meneruskan takhtanya. Dengan demikian kodisi
politik dan pemerintahan Kerajaan Tarumanegara ialah memasuki masa keemasan pada masa
Raja Purnawarman, pada saat itu Tarumanegara memiliki wilayah kekuasaan yang luas, sudah
menjalin hubungan dengan bangsa luar dan rakyatnya hidup dengan makmur.

Perkembangan Bidang Ekonomi


Kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara didasarkan pada bidang pertanian. Hal ini
dibuktikan dengan penggalian 2 sungai Gomatiyang dan Candrabaga, selain untuk mengatasi
banjir penggalian ini juga untuk keperluan irigasi pertanian. Ternyata tidak hanya itu, tujuan
pembuatan terusan ini juga digunakan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan antar
daerah di dalam Kerajaan Tarumanegara dengan negara lain. Hal inilah yang membuat
kehidupan ekonomi kerajaan Tarumanegara menjadi lebih teratur dan stabil. Menurut catatan Fa
Hied V M, aspek kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara itu meliputi pertanian, pertenakan,
perburuan binatang, dan perdagangan. Komoditas yang diperdagangkan antara lain berupa cula
badak, perak dan kulit penyu. Dari prasasti tugu, kita bisa mengetahui bahwa Raja Purnawarman
sangat memperhatikan bidang pertanian.

Perkembangan Bidang Budaya


Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Masuknya pengaruh India di
dalam kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara tentu merubah kehidupan sosial yang
kemudian mengenal kebudayaan Hindu. Beberapa contoh pengaruhnya seperti mengenal bahasa,
sastra, sistem dewa dewi, upacara keagamaan dan mitologi. Bukti kehidupan sosial kerajaan
Tarumanegara telah terpengaruh oleh kebudayaan India yaitu dapat dilihat pada Prasasti Kebon
Kopi yang memuat dua kaki Gajah Airwata (dalam mitologi Hindu, gajah ini merupakan
tunggangan Batara Indra). Di bidang sastra masyarakat mulai mengenal syair. Hal itu dibuktikan
beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berupa syair. Selain dibidang sastra,
kebudayaan pahat juga berkembang, dibuktikan dengan kesamaan penemuan arca di Cibuaya
dan di Semenanjung Melayu dan Siam. Arca yang ditemukan di Cibuaya yaitu sebuah arca
Wisnu.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terletak di
terletak di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Prasasti ini ditandai dengan bentuk tapak kaki Raja Purnawarman dan huruf Palawa berbahasa
Sansekerta. Melansir dari laman resmi Kabupaten Bogor, tulisan dalam prasasti Ciaruteun
berbentuk puisi India dengan irama anustubh yang terdiri dari 4 baris. Prasasti tersebut
berbunyi:

vikkranta syavani pateh


srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam

yang memiliki arti:


"ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnavarman,
raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia"

2.Prasasti Pasir Koleangkak


Prasasti ini terletak di Kampung Pasir Gintung RT 02/RW 04, Desa Parakanmuncang,
Kecamatan Nanggung. Prasasti Pasir Koleangkak pertama kali ditemukan dan dilaporkan oleh J.
Rigg tahun 1854. Dalam prasasti ini terdapat tulisan dengan arti "Gagah, mengagumkan, dan
jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termashur Sri
Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal
(warman). Tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang
senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada pangeran, tetapi merupakan
duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."

3.Prasasti Kebon Kopi

Prasasti kebon kopi disebut juga Tapak Gajah sebab sebesar telapak gajah. Prasasti ini
ditemukan di Kampung Muara, termasuk wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor.
Dan menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Di prasasti ada tulisan yang artinya
Artinya: “Di sini tampak sepasang tapak kaki … yang seperti (tapak kaki) Airawata, gajah
penguasa Taruma (yang) agung dalam … dan kejayaan”
4.Prasasti Tugu

Prasasti ini terletak di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Prasasti Tugu dipahatkan pada
batu berbentuk bulat telur berukuran ± 1m.Prasasti Tugu ditulis dalam aksara Pallawa awal
berbahasa Sanskerta dalam bentuk sloka dengan metrum anustubh. Cerita yang tertulis di
Prasasti Tugu berbunyi dengan Bahasa sanskerta yang artinya “Dahulu atas perintah
rajadhiraja Paduka Yang Mulia Purnawaarman, yang menonjol dalam kebahagiaan dan
jasanya di atas para raja, pada tahun kedua puluh dua pemerintahannya yang gemilang,
dilakukan penggalian di Sungai Chandrabhaga setelah sungai itu melampaui ibukota yang
masyur dan sebelum masuk ke laut. Penggalian itu dimulai dari hari kedelapan bulan gelap
phalguna dan selesai pada hari ketiga belas bulan terang bulan caitra, selama dua puluh satu
hari. Saluran baru dengan air jernih bernama Sungai Gomati, mengaalir sepanjang 6.122 busur
(tumbak) melampaui asrama pendeta raja yang dipepundi sebagai leluhur bersama para
bharmana. Para pendeta itu diberi hadiah seribu ekor sapi (versi lain menyebutkan
melakukakan penyembelihan 1.000 ekor sapi).”
5.Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di sebelah selatan bukit Pasir Awi (± 559 mdpl) di kawasan
hutan di perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Penemu prasasti ini adalah seorang arkeolog
Belanda yang bernama N.W. Hoepermans. S dan dilaporkan pada tahun 1864. Tak ada
keterangan yang dapat dibaca pada prasasti ini selain pahatan piktograf berbentuk sebatang
dahan dengan ranting dedaunan dan buah.

6.Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten terletak di Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan
Cibungbulang. Dilaporkan pertama kali oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864, prasasti ini
tepatnya berada di tepi Sungai Cisadane dan ± 50 m ke muara Cianten. Prasasti ini bertuliskan
huruf ikal atau huruf sangkha, seperti yang digunakan pada Prasasti Ciaruteun-B dan Prasasti
Pasir Awi. Tulisan pada prasasti ini masih dapat belum dibaca.
7.Prasasti Cidanghiang

Prasasti yang memiliki nama lain Prasasti Munjul ini berlokasi di aliran Sungai
Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Prasati Cidanghiang
ditulis di media batu andesit yang berukuran sekitar 3, 2 m x 2,25 m dengan menggunakan teknik
pahat. Aksara yang digunakan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta.
Daftar Pustaka
Ruang Guru, “Kondisi Politik dan Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara”. Ruang Guru, dilihat
14 Februari 2023 https://roboguru.ruangguru.com/question/jelaskan-kondisi-politik-dan-
pemerintahan-kerajaan-tarumanegara_QU-UPVHGQRB#answer

Course Hero, 2019 “Kehidupan Ekonomi Tarumanegara”. Course Hero, 31 Agustus 2019 ,
dilihat 15 Februari 2023 https://www.coursehero.com/file/p564ojve/Kehidupan-ekonomi-
kehidupan-ekonomi-kerajaan-tarumanegara-didasarkan-pada-bidang/

CEO Management, “Sejarah Tarumanegara, Pendiri, Para Raja dan Peninggalannya”. Sampoerna
Academy, 23 Juni 2022, dilihat 15 Februari 2023
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/kerajaan-tarumanegara/

Sumber Sejarah, “Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama Kerajaan
Tarumanegara”. Sumber Sejarah, dilihat 15 Februari 2023
https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/11/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-dan-agama-
kerajaan-tarumanegara.html

Redaksi, “Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara”. President Post, 21 November 2022,


dilihat 15 Februari 2023 https://www.presidentpost.id/kehidupan-ekonomi-kerajaan-
tarumanegara/

Mardatila Ani, “7 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Lengkap Beserta Lokasi dan


Gambarnya”. Merdeka.com, 13 Maret 2021, dilihat 15 Februari 2023
https://www.merdeka.com/sumut/7-peninggalan-kerajaan-tarumanegara-lengkap-beserta-lokasi-
dan-gambarnya-kln.html

Anda mungkin juga menyukai