PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat sedikitnya bahasan mengenai kerajaang ho-ling,wangsa
sailendra dan sanjaya.Kami mencoba untuk mengulas materi ini dengan
sumber-sumber yang kami peroleh dari beberapa yang jumlahnya sangat
terbatas baik kualitas maupun kuantitas.
Dengan hasil makalah yang kami tulis,kami berharap para pembaca
dapat memproleh banyak informasi tentang “Kerajaan Ho-ling, atau
Kalingga.“mengingat sedikitnya infomasi mengenai masalah tersebut sangat
terbatas.
1
BAB II
KERAJAAN TARUMANEGARA
2
B. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di
pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya
terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas
aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India
dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-
masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata).
Prasasti ini mengingatkan adanya hubungan dengan prasasti raja
Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
Vikrantasyavanipateh srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang
Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah
berani di dunia’’
2. Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km
sebelah barat Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah : -sriman-
data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-
purnnavarmma pracura-ripusarabhedya - vikhyatavarmmo – tasyedam -
padavimbadvayam arinagaroysadane nitya
daksambhaktanamyandripanam - bhavati sukhakaram salyabhutam
ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin
manusia yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang
sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang
terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah
sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-
kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam
daging bagi musuh-musuhnya’’
3
3. Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya
vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah
penguasa taruma (yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’
4. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman.
Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar.
Yang khas dari prasasti ini adalah:
Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab,
yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan
anasir penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti,
hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang bertepatan dengan bulan
Februari- April.
Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati
1000 ekor sapi yang dihadiahkan
Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
4
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim brahmanair ggo-sahasrena
prayati krtadaksina
5
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang
sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang
menjadi panji sekalian raja”
8. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang
menggambarkan sifat-sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa
arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
9. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti
Purnawarman. Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca
yang ditemukan di Kemboja, Siam dan Semenanjung Melayu.
10. Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan
- Makuta
C. Sumber lain
1. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam
catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha
yang banyak di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan
dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata
pencaharian bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai
kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/
taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
6
2. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita
Dinasti Soui, bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo
yang terletak disebelah selatan
3. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M
datang utusan dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk
Tarumanegara.
4. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang
terletak di Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali.
Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang
letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang
disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan
gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu
dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.
E. Raja-raja Tarumanagara
Menurut Naskah Wangsakerta(Naskah Wangsakerta adalah istilah
yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran
Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
7
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
F. Kehidupan Masyarakat
Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat ,
adalah matapencaharian masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti
dan sumber yang ada sampai saat ini, dapatlah di duga bagaimana kira-kira
marta pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara.
Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang berasal dari
daerah Ho – ling dapat diterima, maka kita memperoleh gambaran bahwa
pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan dan perniagaan termasuk
mata pencarian penduduk Tarumanegara di samping pertanian, peleyaran,
dan perternakan.
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah, adanya berita tentang
perdagangan cula badak dan gading gajah, sedangkan gajah dan badak adalah
hewan liar. Dari situ lah disimpulkan untuk mendapatkan itu, mereka harus
berburu .Sedang perikanan, pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu. Untuk
pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan mas dan perak. Jelaslah trelah
disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada
8
saat itu. Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang
dilakukan pada tahunke dua pulah dua tahun pemerintahan raja
purnawarman. Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu melanda
daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat
hubunganya dengan pertanian. Sedangkan pertenekan belum tau adanya
bukti. Mengenai pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena
letak tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara , membuat adanya
keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu
mereka telah mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat
dari mayang , nira dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu
adalah beras .selain beras mereka makan buah –buahan serta daging.
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan
perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya
data bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah
kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk
melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain , yang
tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat
diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu ,
pedagang pelaut ,nelayan , dan peternak .walaupun demikian ,tidak dapat
dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu dilakukan . ditinjau dari segi
budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya
hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa
dan bahasa sansekerta pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan
adanya suatu bahasa dengan nama kwun lun. yang digunakan baik dijawa
maupun di Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang tercampur
dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma
Negara terdapat tiga macam agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama
9
yang kotor. dan dari ketiga agama tersebut agama hindulah yang paling
banyak karena diperkuat dengan berbagai macam prasati yang ditemukan .
Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak .apa yang
kita ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali terbatas
kepada berita Fa shien yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit
sekali orang beragama budaha termasuk dia .agama kotor adalah agama yang
sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia .
10
BAB III
KERAJAAN KALINGGA
11
Tetapi perahunya karam tidak jauh dari tempat pangkalnya bertolak,
karena terlalu berat muatannya. Ch’ang-Min meninggal.
3) Ming-Yuen
Ming-yuen, berangkat dari chiao-chih (Tongkin); perahunya dihantam
ombak sampai di Ho-ling.
4) Tan-Yuen
Tan-yuen, berangkat ke chiao-chih melalui daratan. Ketika musim
angin baik tiba, ia menumpang perahu ke arah selatan dengan harapan
akan sampai di India. Dia meninggal sesampainya di P’u-pen di
sebelah utara Ho-ling.
5) Fa-Lang
Fa-lang, berlayar dari pan-jong;pada akhir bulan dia sampai di fo-shih
(Sriwijaya);sesudah beberapa lama tinggal disana, dia berangkat ke
Ho-ling. Disana dia meninggal.
6) Tao-Lin
Tao-lin, melakukan perjalanan jauh berlayar menuju laut selatan. Dia
sampai di lhan-chia, Ho-ling dan Lo-jeng-kuo. Di tiap negeri yang
disinggahi, dia diterima oleh raja dan diperlakukan dengan baik.
Sesudah beberapa tahun ia sampai di tan-mo-lo-ti (Tamralipti). Disana
dia tinggal 3 tahun untuk belajar bahasa sansekerta.
7) Pendeta Hui-Ning
Pendeta Hui-Ning, berangkat ke Ho-ling pada tahun 665. di sana dia
bekerja sama dengan pendeta setempat joh-na-po-to-lo (Jnanabhadra)
untuk menterjemahkan bagian terakhir nirwana sutra tentang
pembakaran jenazah budha dan pengumpulan peninggalan-
penginggalannya. Setelah selesai, Hui-ning mengutus Yun-k’i
membawa pulang ke negeri Cina hasil kerjanya. Sekembalinya Yun-
k’i ke Ho-ling lagi, Hui-ning sudah tidak ada lagi disitu. Yun-k’i lalu
berlayar ke Sriwijaya.
12
8) Chia-Tan (Menteri)
Chia-tan, ialah seorang menteri yang diberi tugas untuk menulis
tentang pelayaran dari Kanton ke teluk Persia dengan menggunakan
bahan keterangan dari para pedagang asing. Dalam karangannya itu ia
mengatakan bahwa Ho-ling terletak di sebelah timur Fo-shih
(Sriwijaya) sejauh lima hari pelayaran. Ho-ling terletak di pulau
paling besar di laut selatan. Jadi Ho-ling terletak di pantai utara jawa
pemecahan semcam ini sesuai dengan lokalisasi Lang-pi-ya di desa
Krapyak di gunung Lasem,L.C Damais mengidentifikasikan Ho-ling
dengan Walaing.Dari prasasti-prasasti kita ketahui bahwa kerajaan
wangsa sailendra itu di sebut mataram,dan ibu kotanya di sebut
Medang,Sampai ke Zaman pemerintahan Empu Sindok.Letak ibu kota
medang memang berpindah-pindah,tapi tidak pernah ada di medang i
Walaing.tepatnya di desa Kuwu didaerah Purwodadi atau Grobokan
dan hingga kini masih di jumpai yang dalam bahasa daerah disebut
bledug,dan orang di situ orang membuat garam dari bledug itu.
13
raja perempuan itu Si-Mo, dan memegang pemerintahan negerinya dengan
keras.
D. Keadaan Ekonomi dan Agama
1. Matapencaharian
Kerajaan Ho-ling mempunyai hasil bumiberupa kulit penyu, emas dan
perak, cula badak dan gading. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan
air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam
dengan memanfaatkan sumber air garam yang disebut sebagai bledug
tersebut.
2. Keagamaan
Salah satu sumber yang berbicara tentang keagamaan Kerajaan Ho-ling
adalah sumber Cina yang berasal dari catatan perjalanan I-tsing, seorang
pendeta agama Budha dari Cina dan kronik Dinasti Sung. Dikatakan
bahwa pada 664-667 M, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning dengan
pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling.
Di sana kedua pendeta tersebut bersama-sama dengan Joh-na po-t’o-lo
menerjemahkan Kitab Budha bagian Nirwana. Terjemahan inilah yang
dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing, Kitab suci Budha yang
diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan kitab Suci Budha
Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang memerintah setelah
Dinasti T’ang, terbukti bahwa terjemahan yang diterjemahkan Hwu-Ning
dengan Yun-ki bersama dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana
bagian akhir yang menceritakan tentang pembakaran jenazah sang
Budha, dengan sisa tulang yang tidak habis terbakar dikumpulkan untuk
dijadikan relik suci.
Dengan demikian jelas bahwa Ho-ling tidak menganut agama Budha
aliran Mahayana, tetapi menganut agama Budha Hinayana aliran
Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga menyebutkan bahwa yang
memimpin dan mentahbiskan Yun-ki menjadi pendeta Budha adalah
Njnanabhadra.
3. Hubungan Dengan Negeri Luar
14
Pada masa Chen-kuang (627-649 M) raja Ho-ling bersama dengan raja
To-ho-lo To-p’o-teng, menyerahkan upeti ke Cina. Kaisar Cina
mengirimkan balasan yang dengan dibubuhi cap kerajaan dan raja To-ho-
lo meminta kuda-kuda yang terbaik dan dikabulkan oleh kaisar Cina.
Kemudian Kerajaan Ho-ling mengirimkan utusan (upeti lagi) pada 666
M, 767 M dan 768 M. Utusan yang datang pada 813 M (atau 815 M)
datang dengan mempersembahkan empat budak sheng-chih (jenggi),
burung kakatua, dan burung p’in-chiat (?) dan benda-benda lainnya.
Kaisar amat berkenan hatinya sehingga memberikan gelar kehormatan
kepada utusan tersebut. Utusan itu mohon supaya gelar tersebut diberikan
saja kepada adiknya. Kaisar amat terkesan dengan sikap itu dan
memberikan gelar kehormatan kepada keduanya. Sampai dengan tahun
813 M, Ho-ling masih mengirim utusan ke negeri Cina dengan membawa
“hadiah” berupa empat orang budak Sen-ki, burung kakatua, dan
sejumlah jenis burung lainnya.
15
berbahasa sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan
jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan
sungai gangga di India. Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula,
kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu. Sementara di
Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batangm Jawa tengah,
ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat
agama Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat
bahwa tokoh yang bernama
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa kerajaan Ho-ling atau Walaing terdapat di desa Kuwu didaerah
Purwodadi atau Grobokan dan hingga kini masih di jumpai yang dalam
bahasa daerah disebut bledug,dan orang di situ orang membuat garam dari
bledug itu.
Situasi kerajaan ho-ling pada saat itu masyarakatnya telah mengenal
tulisan makan hanya menggunakan jari sertara rajanya tinggal di sebuah
kerajaan yang bertingkat dan beratap.Raja duduk diatas singgasana yang
termuat dari gading.
Sanjaya dan keturunannya itu ialah raja-raja dari wangsa sailendra,asli
indonesia,Yang semula-mula agama siwa,tetapi sejak Rakaypenangkaran
berpindah agama menjadi penganut agama budha mahayana
Dari apa yang telah kami sampikan tadi, dapat di simpulkan pengaruh
kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan
ajaran Hindu – Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan lain sebaginya
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini
terlihat dari peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan
hasil jiplakan kebudayaan India
Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun
dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan
kepribadian sendiri
B. Saran
Dari keberadaanya kerajaan Tarumanegara di wilayah kita pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di
17
wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong
rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya
nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh
karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
18
DAFTAR PUSTAKA
19