Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KERAJAAN TULANG BAWANG

Oleh:

NAMA : NI MADE ANGGY MARLINA PRISTADEWI

NO : 06

KLS : X MIPA 2

SMA NEGERI 1 KEDIRI

2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang Maha Pengasih dan
MahaPenyayang karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Secara singkat makalah ini berisi tentang“ KERAJAAN TULANG BAWANG ” menjadi sesuatu
yang perlu diteliti lebih lanjut. Harapan kami adalah apa yang kami teliti dan tulis bisa
dimanfaatkan oleh semua pihak baik sebagai referensi maupun sebagai acuan.

Tujuan dari pembuatan makalah ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas dan sebagai salah satu
syarat untuk kelulusan.

Dalam menyusun makalah ini kami dibantu oleh beberapa guru pembimbing dan teman-teman
satu kelas. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada mereka karena telah berkontribusi
hingga makalah ini selesai dibuat.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dariitu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi. Kekurangan baik dari segi isi maupun dalam hal penulisan
serta tata bahasanya. Oleh sebab itu, apabila ada kritik dan saran dari pembaca, dengan senang
hati kami menerimanya.

Kediri,15 November 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
Latarbelakang…………………………………………………………………..….4
RumusanMasalah…………………………………………………………….…....5
TujuanMasalah……………………………………………………………….…....5
MetodelogiPenulisan…………………………………………………….………...5
BAB II PEMBAHASAN
2.1Sejarah Kerajaan Tulang Bawang………………………………………..........6 - 8
2.2.Letak Geografi Kerajaan Tulang Bawang…………………….........................9
2.3.Raja-Raja yang pernah memerintah di KerajaanTulang Bawang ………........9
2.4.KehidupanPolitik Kerajaan Tulang Bawang …………………………............10
2.5.KehidupanEkonomi Kerajaan Tulang Bawang ………………………………10 - 11
2.6.Kehidupan Agama Kerajaan Tulang Bawang…………………………...........11
2.7.KehidupanSosialBudaya Kerajaan Tulang Bawang….………………………11
2.8.Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Tulang Bawang........................................12 - 17
2.9 Puncak Kejayaan Kerajaan Tulang Bawang ……………................................17
2.10Masa Keruntuhan Kerajaan Tulang Bawang....................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………18
3.2 Saran………………………………………………………………......18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……..….19
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, Tulang Bawang digambarkan


merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai,
dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan
kerajaan ini, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang
pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur
dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas
Sumatera). Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang,
namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way
Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat
kota Menggal.

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie (Sriwijaya), nama dan
kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit sekali
mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.

4
1.2. Rumusan Masalah

1.Bagaimana sejarah kerajaan Tulang Bawang?

2.Bagaimana kehidupan sosial budaya kerajaan Tulang Bawang?

3.Bagaimana kehidupan agama kerajaan Tulang Bawang?

4.Bagaimana kehidupan ekonomi kerajaan Tulang Bawang?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Tulang Bawang

2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Tulang Bawang

3. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dalam berbagai aspek dalam Kerajaan Tulang
Bawang.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Tulang Bawang

5. Untuk mengetahui peninggalan-peninggalan dari kerajaan Tulang Bawang

1.4 Metodelogi Penulisan

Untuk mendapatkan data yang diperlukan penelitian ini dilakukan dengan cara: penelitian
kepustakaan (Library Research) penelitian dilakukan dengan cara mempelajari teori dan konsep
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai landasan teori
dari penelitian yang dilakukan.Pada penyusunan makalah ini data yang diperoleh bersumber dari
buku-buku dan internet tentang kerajaan - kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung. Kerajaan
ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan
sejarah yang memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah Buddha,
dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang P’o-Hwang (“Tulangbawang”), suatu
kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu
Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M. Sampai
saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr.
J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara
Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie (Sriwijaya), nama Kerajaan
Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada
adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang
Bawang menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam
komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini
belum diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.

Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Tidak
banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan ini. Sebab, ketika Che-Li-P‘o
Chie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru
pudar. Menurut catatan Tiongkok kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang
Bhiksu dan peziarah bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan
Srilangka, terdampar dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P‘o-Hwang
(Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).

6
Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-Tsing yang pernah
singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat yang disinggahinya ternyata merupakan bagian
dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian
memberi nama daerah itu dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang diambil dari
ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi berbunyi so-la-po-
un. Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang dari
China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar baginya adalah
To. Sehingga, kata solapun atau selapon disebutkan dengan sebutan Tola P‘ohwang. Lama
kelamaan, sebutan itu menjadi Tolang Powang atau kemudian menjadi Tulang Bawang.

Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu
sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka
kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di
Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-
7, nama Tola P‘ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian dikenal dengan nama
Lampung.

Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana pusat Kerajaan Tulang
Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini
terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar
radius 20 km dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini
terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Sekitar abad ke-15, Kota Manggala
dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat,
terutama dengan komoditi pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan
kepada serikat dagang kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten.

Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan zaman,
Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya kapal-kapal dagang
dari berbagai penjuru Nusantara. Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu ini hanya

7
tinggal rekaman sejarah saja. Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem

pemerintahan yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama

Kabupaten Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya disesuaikan dengan
perkembangan politik modern. Naarding memperkirak

8
2.2.Letak Geografis Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,Kalimantan Timur,tepatnya di hulu sungai Mahakam yang
sekarang bernama Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

2.3.Raja raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tulang Bawang.

Raja pertama Kerajaan Tulang Bawang adalah Mulonou yang berasal dari daratan
Cina.Perkembangan kepemimpinan Kerajaan Tulang Bawang sesudah Raja Mulonou yaitu
Rakehan Sakti,Ratu Pesagi,Poyang Naga Berisang,Cacat gucu,Cacat Bucit dan Minak Sebala
Kuwang.Mereka adalah putra Mahkota Kerajaan Tulang Bawang.Pemimpin yang lain setelah itu
adalah Runjung yang dikenal dengan nama Minak Tabu Gayaw.

9
2.4. Kehidupan Politik

Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 masehi dengan rajanya pertama yang
bernama Mulonou. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari daratan Cina. Dari namanya,
Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou= Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi
pada masa kemudiannya oleh masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou
Haji.

Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu Kerajaan Sriwijaya
telah berkuasa dan ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah lain, terutama dua pulau yang
berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang
yang sempat berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan maritim
tersebut.

Semasanya, daerah ini telah terbentuk suatu pemerintahan demokratis yang di kenal dengan
sebutan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut mego/megou dan mego-lo bermakna
marga yang utama. Di mana pada waktu masuknya pengaruh Devide Et Impera, penyimbang
marga yang harus ditaati pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila
atau bertahta. Sedangkan pon/pun adalah orang yang dimulyakan.

2.5. Kehidupan Ekonomi

Semua alat-alat pertanian seperti: pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat
senjata: tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari besi. Di atas telah penulis
singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I Tsing pernah mengadakan pencatatan-pencatatan
tentang Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat di sana sudah maju, pandai
membuat gula dan membuat besi.

Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-senjata dari besi adalah
dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini
masih ada pandai besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut
keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas
kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya. bahkan

10
di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal hanya Pagar
Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih disebut-
sebut.

2.6. Kehidupan Agama

Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang sudah
berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme Hindu nampaknya sampai pada dewasa
ini masih belum juga dapat dikuras habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan
di pedalaman hal ini masih dipraktikkan oleh Rakyat di sana. Mereka masih meyakinkan bahwa
Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja
berada. Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai
penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.

2.7. Kehidupan Sosial Budaya

Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang Bawang masih
tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat kerajinan tangan dari logam besi
dan membuat gula aren. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang
Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15,
daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu,
komoditi lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang
kehidupan sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan
data.

11
2.8.Peninggalan-peninggalan Kerajaan Tulang Bawang

1. TANAH / DAERAH :

Segala tanah yang didiami oleh keempat marga di daerah Tulang Bawang itu adalah tanah bekas
Kerajaan Tulang Bawang, oleh karena itu keluar ia mempunyai batas-batas tertentu, Lebih jelas
lagi batas-batas itu digariskan oleh apa yang dinamakan PAKSI EMPAT ( 4 Paksi ) oleh
Pemuka-pemuka Adat Pepadun yang ada di Lampung Utara.

Pembagian ini bukan suatu hal yang baru, ia sudah ditetapkan sebelum Adat Pepadun ada, karena
ketetapan pada Zaman Hindu itu sama-sama, maka setelah adanya Adat Pepadun yang
diperkirakan menjelang abad ke XVIII atau pada abad ke XVIII, ke samaran batas-batas ini
ditetapkan oleh Paksi 4 sebagai berikut:

I.PAGAR DEWA, II. NEGERI JUNGKARANG, III. NEGERI BESAR, IV. KOTA BUMI.

Batas-batas dari keempat daerah ini ada pada ketentuan-ketentuan Kota/Kampung ini masing-
masing (Lebih jelas tanyakan pada Pemuka-pemuka Adatnya).

2. TULISAN / SURAT LAMPUNG :

Surat Lampung ini kalau kita teliti dan selidiki dari bentuk gambar hurufnya, maka tulisan ini
berasal dari tulisan huruf Pallawa Hindu (Lebih jelas tanyakan pada para sarjana-sarjana Tulisan
Purba).
12
Tulisan ini kebanyakan ditulis oleh Nenek Moyang kita diatas kulit kayu Jeluang, dan di Pagar
Dewa di atas kulit kayu Alim yang kayu ini tumbuhnya disekitar Danau Lambo sebelah ujung
Kampung Pagar Dewa.

3. ANIMISME :

Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang sudah
berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh penganimisme Hindu nampaknya sampai pada
dewasa ini masih belum juga dapat dikuras habis.

Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan dipedalaman hal ini masih dipraktekkan


oleh Rakyat disana. Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja
masih tetap mengawasi anak-cucunya dimana saja berada. Mereka masih meyakinkan bahwa
kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang
dinamakan Animisme.

4. ADAT / KEBUDAYAAN :

Gambar:Tari Bedayo Gambar:Pakaian adat Tulang Bawang

Dalam hal ini penulis tidak berani mengungkapkan panjang lebar tentang Adat dan Kebudayaan
Tulang Bawang khususnya dan Adat Lampung pada umumnya, yang akan penulis uraikan yang
ada hubungannya dengan peninggalan Hindu.

13
Diatas telah kita katakan bahwa pembagian itu dibagi menjadi 4 bagian oleh apa yang dinamakan
PAKSI EMPAT. Pembagian empat (4) ini sudah lama kita kenal jauh sebelum Adat Pepadun ada
orang Hindu telah memalai dengan pembagian 4 lebih dahulu, yaitu :

1. BRAHMANA

2. KESATRIA

3. WAISYA

4. SYUDRA

Pembagian Paksi 4 adalah pembagian Teritorial, pembagian daerah, sedangkan pembagian 4


Zaman Hindu ini adalah pembagian Kasta/Golongan, namun pembagian 4 memang sudah ada
sejak Zaman Hindu.

Lain dari ini pengaruh lebih banyak lagi tentang nama, lebih-lebih di Jawa kelihatan sekali yang
terdapat pada wayang-wayang, istilah-istilah seperti PANCA, TRICATUR, NIRWANA,
JAYALOKA, PENDAWA LIMA dsb nya.

Disamping pembagian 4 dan istilah seperti disebutkan tadi, pengaruh Hindu ini banyak sekali
mempengaruhi dibidang Adat kita lebih kelihatan sekali dalam upacara Adat Perkawinan,
misalnya :

Lambang burung Garuda yang dipergunakan waktu mau arak-arakan, apa sebab Lambang ini
sudah menjadi kebiasaan dipakai menjadi tradisi Adat, karena menurut pengertian orang-orang
Lampung, bahwa burung Garuda itu adalah suatu burung yang terkuat dan ada cerita sejarahnya
waktu terjadinya SKALA BERAK. Disamping itu malahan ini yang sebenarnya asli dari Zaman

14
Hindu Purba bahwa ke 3 Dewa yang dipuja puji orang Hindu yaitu :

DEWA BRAHMA, DEWA SYIWA, DEWA WYSNU yang merebut TRIMURTI mempunyai
pakaian kendaraannya masing-masing.

Brahma memakai kendaraan yang disebut GANSA, Wysnu memakai kendaraan burung Garuda,
sedangkan Syiwa memakai kendaraan NANDHI. Lain dari pada ini tatkala mempelai laki-laki
akan membawa mempelai perempuan kerumahnya (ngakuk) mempelai laki-laki memegang
tombak bagian muka, mempelai perempuan memegang bagian belakang, diatas gagang tombak
itu digantungi kelapa tumbuh, padi, pisang, kapas dan sebagainya. Ini adalah perlambangan
Hindu, lebih-lebih padi adalah kekuasaan Dewi Sri istrinya Dewa Wysnu.

Dalam pembuatan rumah kita lihat waktu akan memasang bubunga/atap, diatasnya digantungi
Sang Merah Putih, Setandan Pisang, botol yang berisi air, bukankah ini perlambangan Hindu
kesemuanya. Demikian juga dalam membuka tanah, untuk membuat huma/ladang, kelihatan
benar pengaruh Hindu disini, sebelum digarap tanah itu di gali dulu, dibaca mantera-mantera
diadakan sesajen dan sebagainya untuk mengusir iblis, setan dan sebagainya.

5. ALAT PERTANIAN / ALAT SENJATA DARI BESI :

Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat
senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari besi?

Diatas telah penulis singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I TSING pernah mengadakan
pencatatan-pencatatan tentang Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat disana
sudah maju, pandai membuat gula dan membuat besi.

Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-senjata dari besi adalah
dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya, malahan diPagar Dewa sekarang ini

15
masih ada pandai besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut

keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas
kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya.

Bahkan di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal hanya
Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih
disebut-sebut.

6. BENDA-BENDA KUNO / BARANG-BARANG PURBA :

Benda-benda kuno dan benda-benda yang dapat dijadikan pembuktian seperti yang pernah
didapati oleh ahli-ahli Purbakala di daerah-daerah Kerajaan Hindu lainnya penulis kira di Tulang
Bawang ini ADA.

Dimana benda-benda tersebut inilah perlu kita gali dan kita selidiki, benda-benda tersebut di
Kerajaan ini masih terpendam semuanya.

Kalau ada tetap ada, buktinya ada, sejak abad ke XIX barang-barang ini berangsur-angsur
dinampakan atau ditampakkan oleh yang empunya, siapa yang punya jelas poyang-poyang yang
menjadikan Kerajaan ini

Dimana-mana terdapat dan terdengar barang-barang yang terpendam di Kerajaan ini misalnya di
Kampung Gedung Aji, pernah penulis mendengar disini didapati piring, di Pagar Dewa pada
awal permulaan abad ke XIX didapati 3 guci, karena guci ini sangat ganjil pandai berkata-kata
minta dipulangkan lagi, maka terpaksa oleh yang menemukannya dipulangkan kedalam sungai
Tulang Bawang di BUMI RATA PAGAR DEWA.

Baru-baru ini 4-5 tahun yang lalu penduduk asli Pagar Dewa pernah menemukan sebuah
kobokan Purba dan sampai sekarang benda tersebut ada di tangannya.
16
Terang bagi kita bahwa barang-barang kuno ini ada di kerajaan Tulang Bawang, hanya
menunggu siapa-siapa yang akan memulai mengadakan penyelidikan dan penggalian barang-
barang yang masih terpendam ini.

2.9.Masa Kejayaan Kerajaan Tulang Bawang.

Kerajaan Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada abad ke VII M.Sampai saat ini
belum ada yang bisa memastikan pusat Kerajaan Tulang Bawang,namun ahli sejarah Dr.J.W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang(antara
Menggala dan Pagardewa)kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Manggala.

2.10. Masa Keruntuhah Kerajaan Tulang Bawang

Faktor penyebabnya Keruntuhan Kerajaan Tulang Bawang adalah meningkatna kekuasaan


Kerajaan Sriwijaya pada akhir abadke 7 masehi,di sebut dalam sebuah inskripsi batu tumpul
Kedukan Bukit dari kaki Bukit Seguntang,disebelah barat daya Kota Palembang mengatakan
bahwa pada tahun 683,Kerajaan Sriwija telah berkuasa,baik dilaut maupun di darat.Dalam tahu
tersebut berarti kerajaan ini sudah mulai meningkatkan kekuasaan. Pada tahun 686, negara
tersebut telah mengirimkan para ekspedisinya untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau
Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang
sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi di pantai timur
Lampung.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung. Kerajaan
ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan
sejarah yang memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Dalam perkembangan selanjutnya,
kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus
bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan
di nusantara.

Mereka masih meyakinkan bahwa roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi
anak-cucunya di mana saja berada. Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-
gunung besar mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.

B. Saran

Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha menjaga dan
melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://melayuonline.com/ind/history/dig/408/kerajaan-tulang-bawang

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tulang_Bawang

http://tulangbawangkab.go.id/?page_id=223

19

Anda mungkin juga menyukai