PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal muasal kerajaan di Indragiri
2. Bagaimana kesultanan Indragiri pada era colonial belanda
3. Bagaimana kesultanan Indragiri bergabung dengan negara Indonesia
4. Bagaimana sil-silah raja di Indragiri
5. Bagaimana wilayah kekuasaan kesultanan Indragiri
C. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata
kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara adalah untuk :
1. Untuk mengetahui asal muasal kerajaan di Indragiri
2. Untuk mengetahui kesultanan Indragiri pada era colonial belanda
3. Untuk mengetahui kesultanan Indragiri bergabung dengan negara
Indonesia
4. Untuk mengetahui silsilah raja di Indragiri
5. Untuk mengetahui wilayah kekuasaan kesultanan Indragiri
BAB II
PEMBAHASAN
Ada yang berpendapat bahwa Keritang berasal dari kata "Akar Itang", di
ubah menjadi "Akaritang".Selanjutnya disebut "Keritang".Itang adalah jenis
tumbuhan yang banyak terdapat disepanjang anak sungai Gangsal.Sedangkan
pendapat lain mengatakan, nama "Keritang" diambil dari nama Siput Kitang yang
banyak di hulu sungai.Didaerah Keritang inilah dianggap sebagai cikal bakal
tempat berdiri Kerajaan Indragiri.
1
Halobisnis, Asal Muasal Sejarah Kerajaan di Kabupate Indragiri Hulu-Riau,[google],
tersedia:http://halobisnis.com/news/detail/1019/asal-muasal-sejarah-kerajaan-di-kabupate-
indragiri-hulu-riau.
2
Cortesão, Armando.(1944).The Suma Oriental of Tomé Pires.London:Hakluyt Society, 2 vols.
Raja pertama Keritang adalah Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang
(1298-1337) yang berturut-turut dilanjutkan oleh Naja Singa I (1337-1400)
sebagai Raja Keritang ke-2 kemudian Raja Merlang II (1400-1473). Pada era
berikutnya, pengaruh Islam sudah mulai masuk ke wilayah kerajaan ini. Raja yang
selanjutnya, yakni Nara Singa II (1473- 1508) diketahui telah memeluk agama
Islam. Nara Singa II, Raja Keritang yang ke-4, mendirikan Kesultanan Indragiri
sejak tahun 1508 dan berkuasa hingga tahun 1532 sebagai sultan pertama
Indragiri.Kerajaan Keritang sempat menjadi wilayah taklukan Kerajaan
Majapahit. Seiring Islam masuk ke nusantara, wilayah Keritang dikendalikan oleh
Kesultanan Malaka. Ketika masih di bawah kuasa Majapahit, Raja Merlang
diperkenankan untuk tetap berada di tengah-tengah rakyatnya. Akan tetapi, setelah
Keritang dikuasai Kesultanan Malaka, Raja Merlang tidak diperbolehkan lagi
tetap menetap di Keritang, melainkan dibawa ke Malaka. Kebijakan ini sangat
menguntungkan bagi Malaka karena dengan demikian Keritang lebih mudah
diawasi.Dominasi Malaka terhadap Keritang semakin kuat ketika Raja Merlang
dikawinkan dengan Putri Bakal, anak perempuan Sultan Mansyur Syah,
pemimpin Kesultanan Malaka. Ikatan perkawinan itu, di samping mengokohkan
kedudukan Sultan Malaka di daerah jajahan, dilakukan juga dengan harapan agar
Raja Merlang betah tinggal di Malaka. Dari perkawinan dengan Putri Malaka itu,
Raja Merlang memperoleh putra yang diberi nama Nara Singa (1337-1400) dan
dibesarkan di lingkungan Kesultanan Malaka. Ketika Kesultanan Malaka
dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah I (1488-1511), Nara Singa diambil menantu
oleh Sultan. Ketika Nara Singa dinobatkan sebagai Raja Keritang, dia tetap tidak
diperbolehkan tinggal di Keritang. Demikian pula yang terjadi kepada raja-raja
penerus tahta Kerajaan Keritang yang selanjutnya, yakni Raja Merlang II hingga
kemudian Nara Singa II (1473- 1508).Selama keluarga Kerajaan Keritang berada
di Malaka, pemerintahan dijalankan oleh Datuk Patih dan Datuk Temenggung
Kuning, serta beberapa pejabat Kerajaan Keritang lainnya. Meski pemerintahan
Kerajaan Keritang dapat tetap berjalan, namun seringkali terjadi perselisihan
antara Datuk Patih dan Datuk Temenggung Kuning. Masalah terpelik yang terjadi
di antara kedua menteri itu adalah soal agama yang merembet ke ranah politik.
Datuk Temenggung Kuning telah memeluk agama Islam, sementara Datuk Patih
masih menganut kepercayaan lama. Persoalannya adalah, apabila ada orang yang
berada di bawah kuasa Datuk Patih memeluk Islam, maka orang itu dipersilahkan
untuk pindah ke daerah yang dipimpin Datuk Temenggung Kuning. Akibatnya,
semakin lama orang-orang yang berada di bawah kekuasaan Datuk Patih kian
berkurang karena semakin banyak pula orang yang memeluk Islam.
Pada era pemerintahan Sultan Indragiri pertama ini, ibu kota kerajaan
dipindahkan lagi, yakni ke Mudoyan, yang dikenal juga dengan nama Kota Lama,
yang terletak di sebelah hulu Pekantua. Jarak antara Pekantua dengan Kota Lama
kurang lebih 50 kilometer lewat jalan darat. Perpindahan pusat pemerintahan
Kesultanan Indragiri tersebut disebabkan karena kurang amannya Pekantua dari
kemungkinan serangan Portugis dan ancaman gerombolan perompak. Belum
diketahui kapan pastinya waktu pemindahan itu namun yang jelas, waktu
pemindahan itu paling lambat dilakukan pada 1532 karena di tahun itu Maulana
Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan atau Nara Singa II meninggal
dunia dan dimakamkan di Kota Lama. Pada 1765, pusat pemerintahan Kesultanan
Indragiri berpindah lagi, kali ini ke Raja Pura atau Japura.
C. Wilayah Kekuasaan
Sultan Nara Singa II atau Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar
Syah Johan menunjuk sejumlah pejabat untuk mewakili dirinya di beberapa
daerah kekuasaan Kesultanan Indragiri. Salah seorang pejabat terdekat Sultan
yang bernama Datuk Patih, dianugerahi gelar sebagai Raja di Padang yang
membawahi daerah-daerah pedalaman dan sejumlah tempat di pesisir sungai
selain Sungai Indragiri. Sedangkan seorang pejabat lainnya, yakni Datuk
Temenggung Kuning, diangkat menjadi Raka di Rantau yang menguasai tempat-
tempat di sepanjang tepi sungai Indragiri dan sungai-sungai besar lainnya, seperti
desa-desa di sebelah hilir Batu Sawar dan di sepanjang tepi Batang Kuantan.
3
3
Wikipedia,kerajaanIndragiri,[google],tersedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Indragiri,
(diakses pada 12 desember 2019, pukul 11:28).
Pada masa Sultan Hasanuddin (1735-1765), terdapat pembagian wilayah
kekuasaan Kesultanan Indragiri, meliputi:
D. Sistem Pemerintahan
1. Datuk Temenggung;
2. Datuk Bendahara.
Menteri nan Delapan, yaitu Menteri-menteri Kesultanan Indragiri atau sebagai
Pembantu Datuk Bendahara, berjumlah delapan orang, antara lain: Sri Paduka,
Bentara, Bentara Luar, Bentara Dalam, Majalela, Panglima Dalam, Sida-Sida, dan
Panglima Muda.Tiga Datuk di Rantau, meliputi Orang-Orang Kaya sebagai
berikut: Orang Kaya Setia Kumara di Lala, Orang Kaya Setia Perkasa di
Kelayang, serta Orang Kaya Setia Perdana di Kota Baru.
E.Silsilah Raja-Raja
1. Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang (1298-1337), Raja Keritang ke-1.
2. Nara Singa I (1337-1400), Raja Keritang ke-2.
3. Raja Merlang II (1400-1473).
4. Nara Singa II (1473-1508), Raja Keritang ke-4 yang kemudian mendirikan
Kesultanan Indragiri atau Raja Indragiri ke-1 dengan gelar Sultan Iskandar
Alauddin Syah (1508-1532).
5. Sultan Usuluddin Hasansyah (1532-1557), Sultan Indragiri ke-2.
6. Raja Ahmad atau Sultan Mohammadsyah (1557-1599), Sultan Indragiri ke-3.
7. Raja Jamaluddin bergelar Sultan Jamaluddin Kramatsyah (1599-1658), Sultan
Indragiri ke-4.
8. Sultan Jamaluddin Sulemansyah (1658-1669), Sultan Indragiri ke-5.
9. Sultan jamaluddin Mudoyatsyah (1669-1676), Sultan Indragiri ke-6.
10. Sultan Usuludin Ahmadsyah (1676-1687), Sultan Indragiri ke-7.
11. Sultan Abdul Jalil Syah (1687-1700), Sultan Indragiri ke-8.
12. Sultan Mansursyah (1700-1704), Sultan Indragiri ke-9.
13. Sultan Mohammadsyah (1704-1707), Sultan Indragiri ke-10.
14. Sultan Musyaffarsyah (1707-1715), Sultan Indragiri ke-11.
15. Raja Ali Mangkubumi Indragiri bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri (1715-
1735), Sultan Indragiri ke-12.
16. Raja Hasan bergelar Sultan Hasan Salahuddinsyah (1735-1765), Sultan
Indragiri ke-13.
17. Raja Kecil Besar bergelar Sultan Sunan (1765-1784), Sultan Indragiri ke-14.
18. Sultan Ibrahim (1784-1815), Sultan Indragiri ke-15.
19. Raja Mun (1815-1827), Sultan Indragiri ke-16.
20. Raja Umar atau Sultan Berjanggut Kramat (1827-1838), Sultan Indragiri ke-17.
21. Raja Said atau Sultan Said Mudoyatsyah (1838-1876), Sultan Indragiri ke-18.
22. Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah (1876-1877), Sultan Indragiri ke-19.
23. Tengku Husin bergelar Sultan Husinsyah (1877-1883), Sultan Indragiri ke-20.
24. Tengku Isa atau Sultan Isa Mudoyatsyah (1887-1903), Sultan Indragiri ke-21.
25. Tengku Mahmud atau Sultan Mahmudsyah (1912-1963), Sultan Indragiri ke-
22.
Tahun 1602, kapal milik bangsa Belanda yang dipimpin oleh nahkoda
Heemskerck berlabuh di Johor dengan tujuan awal untuk berdagang. Pada saat itu,
Kerajaan Johor-Riau yang dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah II sedang
menghadapi sejumlah peperangan, antara lain dengan Portugis dan Aceh serta
Patani. Kerajaan Johor-Riau kemudian mengajak Belanda bekerjasama untuk
melawan musuh-musuhnya itu.
(2) Bea murah bagi masuk dan keluarnya barang-barang milik Belanda dalam
wilayah kekuasaan Kesultanan Indragiri.
A. Kesimpulan
Kerajaan Indragiri merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang awalnya
bernama kerajaan Keritang.Diperkirakan pembangunan kerajaan Kritang ini pada
abad ke XIII. Kemudian kerajaan berpindah pindah setelah berganti pusat
kuasa.Sebelumnya kerajaan Indragiri merupakan bawahan (vazal) kerajaan
Pagaruyung dan sekaligus sebagai kawasan pelabuhan. Kemudian kerajaan ini
diperebutkan oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Siak, dan Kesultanan Aceh.
Raja yang pertama adalah raja Kecik Mambang, memerintah 1298– 1337.
Pada saat pemerintahan Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri
Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam(Sultan Indragiri IV) yaitu
tahun 1473, ibu kota kerajaan berlokasi di Pekan Tua sekarang.Pada tahun 1815,
dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. Dalam masa
pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan
dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas
wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.Sultan terakhir yang yang
memerintah di Indragiri adalah Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah.Ia
memerintah pada tahun 1912 sampai dengan 1963 dan merupakan Sultan
Indiragiri ke duapuluh lima.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dari segala
aspek, untuk itu Penulis berharap kepada pembaca agar senantiasa dapat
memberikan saran kepada penulis. Dan penulis berharap, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia,kerajaanIndragiri,
[google],tersedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Indragiri, (diakses pada 12
desember 2019, pukul 11:28).