Anda di halaman 1dari 15

Kerajaan Malaka

 Sejarah Kerajaan Malaka


Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari
Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia
melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada
saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai
nelayan.Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga.
Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh
lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama
penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai.
Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak
penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu,
pisang, dan rempah rempah. Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di
daratan.Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan
daratan Sumatera.
Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras.Malaka
amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan
perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik
bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada
sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu
(Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari
Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu
biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan
disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di
Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir pantai.Orang-orang Seletar yang mendiami
kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak
disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor
pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di
bawah pohon Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
 Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para
pedagang Islam.Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja
pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya
raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka,
sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat
perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa
pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477).Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan
perkembangan agama Islam.Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang
memeluk agama Islam.Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan
antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa.Selama tinggal di Malaka,
para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung,
mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian
tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan).Dalam masa
kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut:
 Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
 Daerah Kepulauan Riau.
 Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
 Brunai dan Serawak.
 Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sementara daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
 Indragiri.
 Palembang.
 Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.
 Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang menyebutkan adanya Kerajaan Malaka, sebagai berikut:
 Sulalatus Salatin
Mengatakan bahwa kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singpura,
kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke Malaka.
 Kronik Dinasti Ming
Mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kisar Tongle di Nanjing pada tahun
1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang diberikan,
Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian tercatat ada
sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina.
Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya
serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan
hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi
manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi
pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.
 Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho (1409)
Mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka
 Pararaton
Disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari
Ratu Majapahit, Ratu Suhita.
 Raja-Raja Kerajaan Malaka
Berikut ini terdapat beberapa raja-raja yang menjadi tahta di kerajaan Malaka, antara lain:
 Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora
(Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan
Kp. MalakaSecara geografis, posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga
banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehigga
kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,Untuk meningkatkan aktivitas
perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi
Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam.Untuk menjaga
keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan
menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
 Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan
Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.Untuk menjadi Kerajaan
Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus
berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin
untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri
Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.
 Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan gelar
sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan).Pada masa
pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat
digagalkan.Mengadakan perluasan wilayah ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan
Malaka seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.
 Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah.Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka
mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia
Tenggara. Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya
dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah
Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran , tetapi
putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi
raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.Kerajaan Samudera Pasai, Jambi
dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain
itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan merdeka.Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari
jasa Laksamana Hang Tuah yang kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari
Kerajaan Mahapahit.Cerita Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.
 Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai
mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan
diri.Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
 Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka.Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan
Portugis.
 Masa Pemerintahan Kerajaan Malaka
Berikut ini terdapat beberapa masa pemerintahan kerajaan Malaka, antara lain:
 Kehidupan Politik
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham
politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif.
Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan
perkawinan.Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka.Dua
kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit.Maka, Malaka
kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini.
Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah
seorang putri Majapahit.Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar
Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut.
 Kehidupan Sosial dan Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat
seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari
Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang
Jebat.Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam
dan lingkungan wilayahnya.
Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah
kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.Kelompok masyarakat
pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
 Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak
memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting memperoleh
upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi
pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.Untuk mempermudah terjalinnya
komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.
 Masa Keruntuhan Kerajaan Malaka
Malaka runtuh akibat serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain. Raja atau Sultan
yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1. Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380-1424)
2. Sri Maharaja (1424-1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1551)
Periode Pemerintahan Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi
Muhammad Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin
dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai.
Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan
yang ramai.Akhir kesultanan Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang dipimpin
oleh Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511.Saat itu, yang berkuasa di Malaka adalah Sultan
Mahmud Syah. Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad.
Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka,
namun gagal merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah
TUGAS SEJARAH

KERAJAAN MALAKA

OLEH
KORNELIA NIMUNUHO
SUSANA KLARA

KELAS X AKUNTANSI
SMK KAWULA KARYA
LEWOLEBA
2019
suram kondisi Kerajaan Malaka.

MAKALAH
"KESULTANAN MALAKA"

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayaran jaman prasejarah dapat dengan mudah dilakukan dengan enam bulan sekali yang

erat hubungannya dengan jalannya arus. Para pedagang indonesia yang membawa rempah-rempah

dari Maluku untuk dipasarkan ke tempat lain. Para pedagang itu akan bertolak dari Maluku pada

bulan Oktober menuju ke bandar-bandar Ujung pandang, Gresik, Demak, Banten, dan Malaka. Dan

pada bulan Maret para pedagang akan kembali ke Maluku.


Dari malaka mereka akan berangkat menuju utara yaitu menuju bandar-bandar Ayuthia,

Campa dan Cina pada bulan Juni. Dan bulan September kapal-kapal pedegang akan kembali ke

bandar Malaka. Letak selat Malaka demikian mendatangkan keuntungan bagi masyarakat

sekitarnya sebab mengalami perkembangan perdagangan dan lalu lintas laut yang tidak pernah

sunyi.
Pada awalnya Malaka hanyalah satu bandar tepi pantai yang kemudian sekitar tahun 1400

berkembang menjadi bandar penting dan pusat kerajaan Malaka. Hal itu terjadi disebabkan karena

adanya komunikasi perdagangan antara Cina dengan dunia luar terutama dengan India dan Laut

Tengah.

BAB II
KERAJAAN MALAKA

Pendiri Kesultanan Malaka

Para ahli sejarah memiliki pendapat yang berbeda tentang kapan malaka lahir. Seorang

penulis portugis, Tome Pires yng tinggal di malaka dari tahun 1512-1515, mengatakan bahwa

malaka telah di buka lebih kurang seratus tahun sebelum malaka ditaklukkan oleh bangsanya.

Seorang portugis lainnya, De Barros, mengatakan bahwa malaka telah ada sejak dua ratus lima

puluh tahun sebelum ditaklukkan oleh bangsanya. ( Darmawijaya, 2010: 7)

Para sejarawan sepakat, bahwa yang membuka malaka untuk pertama kalinya adalah

Parameswara. Paremeswara adalah anak raja palembang dari dinasti syeilendra yang terlibat dalam

peperangan merebut kekuasaan di majapahit. Ia berhasil meloloskan diri dari serangan majapahit

pada tahun 1377 dan berlindung di Tumasik, nama tua singapura yang pada masa itu di bawah

kekuasaan Siam. Disana parameswara membunuh Temagi sebagai penguasa setempat dan

kemudian melantik dirinya menjadi penguasa yang baru. Karena takut dari ancaman siam,

Paremaswara mencari tempat perlindungan yang aman, yang akhirnya sampai di malaka sekitar

tahun 1400. Pada masa itu malaka merupakan sebuah kampung kecil dan terpencil. Penduduknya

terdiri dari bajak laut dan penangkap ikan. Malaka memberikan rasa aman bagi Parameswara dari

ancaman Siam.

Di Malaka, Parameswara menemukan pelabuhan yang baik yang dapat disinggahi kapal-kapal di

segala musim dan terletak dibagian Selat Malaka yang

sempit. Dengan dibantu oleh pelaut-pelaut dan didesak oleh orang Melayu yang datang dari

Palembang. Paremeswara mulai membangun Malaka.

Kerajaan Malaka dapat digolongkan ke dalam kerajaan tertua di indonesia. Alasannya,

kerajaan ini menempati kedudukan istimewa di dalam perkembangan sejarah indonesia.

Kerajaan Malaka merupakan salah satu kerajaan terkemuka di Sumatra bagian selatan waktu

itu. Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di Jambi, yaitu di tepi kanan-kiri Sungai Batanghari.

Pada Sungai Batanghari ini ditemukan peninggalan purba berupa candi-candi, arca dan lainnya.

Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk menyelidiki kerajaan Malaka hanyalah berasal

dari sumber berita Cina, sedangkan berita-berita dari prasasti tidak ada.

Seorang musafir Cina yang bernama I-Tsing (671-695 M) menyebutkan di dalam bukunya,

bahwa abad ke-7 M secara politik kerajaan Malaka dimasukkan ke dalam kerajaan Sriwijaya.

(Emmy Indriyawati, 2004: 25).


Karena letaknya yang strategis(sebagai persimpangan lalu lintas dunia) maka malaka sejak

abad ke-15 Malaka pusat perdagangan dan pelayaran terbesar di Asia Tenggara. Lewat hubungan

ini pula agama islam cepat menyebar kewilayah Nusantara, Brunei, dan filipina Selatan. Dari

malaka perdagangan indonesia dihubungkan dengan jalur-jalur yang membentang kebarat sampai

di India, Persia, Arabia, Syria, Afrika Timur, dan laut Tengah. Pada awalnya parameswara adalah

seorang raja yang beragama Hindu Budha, dan pada akhir pemerintahannya ia masuk islam dan

memakai nama Sultan Iskandar Syah. Ia masuk islam pada tahaun 1414 setelah mendapat seruan

dakwah yang disampaikan oleh seorang ulama yang datang dari Jeddah, Arab Saudi. Tidak hanya

itu, setelah masuk islam, Paremeswara menikahi putri dari Kesultanan pasai. Pernikahan ini

semakin memperkuat posisi malaka sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia

Tenggara. Sebagai gambaran bagaimana besarnya pelabuhan Malaka. Paremeswara telah berhasil

meletakkan tonggak kejayaan malaka.

Pada tahun 1424, Paremeswara wafat dan jabatannya sebagai Sultan Malaka digantikan oleh

Raja Tengah alias Muhammad Syah. Ia memerintah pada tahun1424-1444. Muhmmad Syah adalah

raja malaka yang memakai gelar Sri Maharaja. Dalam memerintah, Sri Maharaja sangat otoriter.

Kata-katanya merupakan undang-undang dan kekuasaannya adalah mutlak.Sri Maharaja juga

membuat upacara-upacara Hindu. Pada tahun 1444, Sri Maharaja mangkat dan kemudian terjadilah

pertikaian antara dua putra mahkota, yaitu Raja Ibrahim sebagai putra bungsu keturunan Melayu

dan Raja Kasim sebagai putra sulung keturunan Tamil. Pertikain ini berlangsung selama dua tahun

dan akhirnya dimenangkan oleh Raja Kasim. Setelah diangkat jadi sultan, Raja Kasim diberi gelar

Sultan Muzaffar Syah, yang memerintah pada tahun 1446-1456. Dibawah pemerintahan Sultan

muzaffar Syah syiar-syiar islam mendapat tempat yang baik. Sultan Muzaffar Syah juga berhasil
mengembangkan Malaka kearah yang lebih baik. Pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah,

Wilayah kekuasaan Malaka sampai di Dinding, Selangor, Muar, Singapura, Bentan, dan pahang.

Kemudian Sultan Muzaffar syah digantikan oleh putranya, yaitu Raja Abdullah. dilantik,

Raja Abdullah diberi gelar Sultan Mansyur Syah, yang berarti raja yang ditolong Allah. Sultan

Mansyur Syah memerintah pada tahun 1456-1447.

Masa Kejayaan Malaka.

Kejayaan yang dicapai oleh kerajaan Malaka disebabakan oleh beberapa faktor penting

yaitu:

1. Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara Cina

ketika laksaman Yin Ching mengunjungi Melaka Pada tahun 1403.


2. Salah seorang dari sultam Malaka telah menikahi seorang putri dari negara Cina yang bernama

putri Hang Li Po.


3. Hubungan erat antara Melaka dengan Cina telah memberi banyak manfaat kepada Malaka,Malaka

mendapat perlindungan dari Cina yang merupakan pemegang kekuasaan terbesar di dunia pada

masa itu untuk menghindari serangan Siam.

Pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah dengan dibantu oleh Bendahara Tuan Perak

dan Laksamana Hang Tuah, Kesultanan malaka mengalami multan Masa kejayaannya. Sultan

Mansyur Syah dapat menguasai pahang, kerajaan-kerajaan kecil di sumatera, kampar, siak, dan

rokan untuk di taklukkan dan diislamkan.

Malaka tidak hanya berfungsi sebagai pusat niaga di Asia Tenggara, tetapi juga merupakan

pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Di malaka para pedagang Islam dari Arab, India, dan

Persia tidak hanya melakukan aktivitas dagang, tetapi juga merupakan pusat penyebaran Islam di

Asia Tenggara. Di Malaka para pedagang Islam dari Arab, India, dan Persia tidak hanya melakukan

aktivitas dagang, tetapi juga menyebarkan Islam kepada para pedagang yang ada di Malaka. Dalam

konteks ini, kita dapat melihat bahwa Malaka tidak hanya sebagai bandar niaga yang terbesar di

Asia Tenggara, tetapi telah berperan sebagai sarana pengubah keyakinan masyarakat Asia tenggara.

Perubahan ini terjadi secara damai, tidak melalui jalan pemaksaan.

Sultan Mansyur Syah wafat pada tahun 1447 dan digantikan oleh putranya, Raja Husin.

Setelah menjabat, Raja Husin di beri gelar Sultan Alauddin Riayat Syah. Sultan ini memerintah

pada tahun 1477-1488. Sebagai seorang sultan, Sultan Riayat Syah tinggal melanjutkan usaha

ayahnya dalam mengembangkan Malaka sebaagai pusat perdagangan dan penyiaran Islam di Asia

Tenggara. Sultan Riayat Syah adalah seorang pemimpin yang tegas dan berani. Jika dibawa ke masa
awal islam, maka karekter Sultan Riayat Syah mirip dengan karekter kepemimpinan Umar bin

Khathab Radhiyallahu Anhu. Pada suatu malam, Sultan sendiri bersama dua orang pengawalnya

turun langsung melakukan ronda untuk menagkap pencuri dan sultan pun berhasil menangkap

pencuri. Pada masa Sultan Riayat Syah Malaka semakain makmur. Ia juga menerapkan syariat

islam tentang potong tangan bagi mereka yang terbukti melakukan pencurian. Dengan

diberlakukannya syariat Islam, Malaka mampu menjadi sebuah negara yang aman dan makmur.

Sultan Alauddin Riayat Syah wafat ketika sedang sibuk mempersiapkan persediaan untuk

menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Malaka mengalami masa kejayaan sebagai kesultanan islam pada abad ke-15. Dimana pada

masa kejayaannya malaka tampil sebagai pusat pengajian dan penyebaran Islam terbesar di Asia

Tenggara. Bahkan para sultan yang berkuasa mendatangkan ulama-ulama dari luar negri seperti,

Makhdum Sayyid Abdul Aziz, Maulana Abu, Kadhi Yusuf, Kadhi Manua, Khadi Munawar Syah,

Dan Maulana Sadar Johan.

Para penguasa Kesultanan Malaka sangat menghormati dan memberikan kedudukan yang

tinggi kepada para ulama.

Masa Kemunduran Malaka

Pengganti Sultan Alauddin Riayat Syah adalah Sultan Mahmud Syah. Sultan ini memerintah

pada tahun 1488-1511. Dampak dari stabilitas tersebut adalah kerajaan malaka menjadi buruk

karena pada waktu itu yang memimpin adalah seorang Sultan Mahmud Syah yang masih kecil

dalam memerintah kerajaan Malaka, Sultan Mahmud Syah adalah Sultan Malaka yang terakhir

sebelum Malaka jatuh ke tangan portugis. sultan yang kecil itu dibantu oleh bendahara, Laksamana,

dan para pembesar kesultanan. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah, Malaka mulai

memperlihatkan kemundurannya, karena sultan mahmud Syah belum mampu memerintah

sebagaimana sultan-sultan sebelumnya. Kemunduran malaka juga disebabkan oleh meninggalnya

Tuan Perak sebagai bendahara Kesultanan Malaka yang berpengaruh. Tuan Perak meninggal pada

tahun 1489dan jabatannya sebagai bendahara digantikan oleh Tuan Putih. Lain halnya denganTuan

Perak, Tuan putih tidak memiliki karekter seperti Tuan Perak. Tuan Putih adalah seorang bendahara

yang lemah, angkuh, dan gemar mengumpulkan kekayaan. Kondisi malaka yang sedang mengalami

krisis kepemimpinan diperparah dengan datangnyaserbuan portugis.

Pada tahun1511, Portugis di bawah pimpinan Alfonso d”Albuquerque datang dari Goa,

India dan menyerang Kesultanan Malaka dan akhirnya Malaka sebagai pusat niaga dan pusat
penyiaran Islam terbesar di Asia Tenggara berhasil ditaklukkan oleh portugis. Dalam perang

melawan portugis, Sultan Mahmud Syah berhasil menyelamatkan diri ke pahang, kemudian ke

johordan kemudian ke bintan. Akhirnya, Pada tahun 1529, Sultan Mahmud Syah meninggal dalam

pelarian di kampar, Riau. (Djoko Purwanto & Emmy Indriyawati, 2006: 10).

Bukti peniggalan Malaka sebagai pusat penyebaran Islam adalah:

1. Mesjid Agung Deli.


2. Mesjid Raya Baitulrahman Aceh.
3. Masjid Johor Baru.

Pengaruh Islam Dalam Perundang-Undangan Malaka

Di malaka, Islam tidak hanya diamalkan oleh rakyat Malaka sebagai individu, Tapi

kesultanan Malaka telah menjadi hukum Islam sebagai perundang-undangan Malaka. Ada empat

hukum Islam yang diterapkan oleh Kesultanan Malaka yaitu:

1. Qishas
2. Hudud
3. Ta’zir
4. Diyat

Selain itu, hukum islam juga dipakai Malaka dalam menyelesaikan masalah-masalah muamalah

dan keluarga. Dalam masalah muamalah, hukum Malaka mengatur masalah jual beli, riba, pinjam

meminjam dan sebagainya. Dalam masalah keluarga, hukum Malaka mengatur dalam masalah

perkawinan, perceraian, dan hal-hal yang berhubungan dengan wali, akad, khiyar dan talak.

Selat Malaka Sebagai Gerbang Lalu Lintas Pelayaran Dunia

Selat malaka dikenal oleh pedagang-pedagang pada waktu itu sebab perdagangan pada

waktu itu dilakukan secara berantai oleh banyak bangsa dengan mempergunakan banyak perahu.

Perahu-perahu pedagang itu memerlukan tempat untuk singgah atau cuma sekedar mengisi

perbekalan atau mmperbaiki kapal-kapal meraka yang rusak.

Jadi malaka yang persimpangan lalu lintas sepenuhnya menjadi pusat perdagangan yang

sangat berarti dan juga menjadi perdagangan internasional yang sangat ramai bagi jalur pelayaran

dunia walaupu pada waktu itu ada jalan sutera tetapi perdagangan ini dianggap sangat lamban

setelah china dapat menguasai wilayah sebelah selatan Sungai Yang Tse dan daerah Indo China,

Tetapi mereka tetap menggunakan jalur perdagangan melalui Malaka.

Malaka Sebagai Imperium Dan Pusat Penyebaran Islam

Rupanya pada abad ke-8 di malaka mulai masuk agama islam. Sedangkan yang menyiarkan

agama islam ini adalah terdiri dari berbagai bangsa seperti Arab, Persia, Gujarat dan benggala.
Proses islamisasi ini tidak mengalami hambatan, Mengapa, karena tidak melakukan banyak

upacara. Seseorang dapat menjadi muslim setelah dia mengucapkan kalaimat syahadat. Di samping

itu dengan cara perkawinan maka terbentuklah keluarga-keluarga yang kemudian menjadi

masyarakat Muslim yang kuat.

Dan tidak sedikit para saudagar islam yang yang melakukan yang melakukan pernikahan

dengan puteri-puteri bangsawan sehingga makin lama agama islam masuk ke lingkungan istana.

Sehingga malaka tidak hanya menjadi pusat penyebaran islam tetapi juga menjadi pusat

perdagangan.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

Kesultanan Malaka (1402-1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh

Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan

ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama),

seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura lama dan berkuasa selama

48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372-1386)

yang kemudian diteruskan oleh cucunya, paduka Seri Rana Wira Kerma (1386-1399).

Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah

mendapat penyerangan dari Majapahit. Ibi kota kerajaan ini terdapat di melaka, pada yang terletak

pada selat Malaka. Kesultanan ini berkembang pesat menjadi sebuah entrepot dan menjadi

pelabuhan terpenting di Asia Tenggara pada abad ke-15 dan awal 16. Malaka runtuh setelah ibu

kotanya direbut oleh Portugis pada tahun 1511.

Daerah Selat Malaka sampai kapanpun tetap menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dan

negara baik secara regional maupun Internasinal.

Bagi Indonesia sendiri Selat Malaka merupakan pintu gerbang yang mempunyai nilai-nilai stratiges

yang tinggi.

Dan dengan masuknya bangsa-bangsa Barat pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, Selat

Malaka memiliki kedudukan sebagai selat Internasional.

DAFTAR PUSTAKA
- Darmawijaya, 2010. Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Al- Kautsar.
- Inriyawati Emmy, Sejarah, Jakarta: Graha Pustaka.
- I MD, Yudayana & I MD, Pages, 1989. Penuntun Pelajaran Sejarah,
Bandung: Ganeca Exact, cetakan ke dua.
- Purwanto Djoko & Indriyawati Emmy, 2006. Sejarah IPS, Untuk SMA,
Jakarta: Graha Pustaka.
- Purwito Edy, 1987. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia. Solo:
Tiga Serangkai.
- File:///C: kesultanan malaka. Html.
- http://id Wikipedia. Kesultanan malaka. Html.

BACA JUGA :

1. MAKALAH: SEJARAH KEMERDEKAAN NEGARA CHILE

2. MAKALAH : HIPOTESIS

Anda mungkin juga menyukai