Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM BANTEN

Disusun oleh :

Farhan Nur Azzila


9.3

Guru Mapel:

Masdariah

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Makalah ini kami beri judul “ KERAJAAN ISLAM BANTEN” yang disesuaikan dengan
materi tugas sejarah kami. Semoga dengan adanya makalah ini kami dapat memahami sejarah islam
di Indonesia.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan dan kelemahan adalah milik kami, karena
itu kami berharap kritik dan saran, guna meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami, agar dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 3
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 3
C. 4
Tujuan……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….. 5
A. Sejarah Kerajaan 5
Banten……………………………………………
B. Aspek kehidupan Masyarakat……………………………………… 6
C. Kemuduran Kerajaan banten………………………………………. 9
BAB III PENUTUP………………………………………………….. 1
1
A. Kesimpulan………………………………………………………… 1
1
B. Saran……………………………………………………………….. 1
1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 1
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak menaklukkan penguasa lokal di Banten, dan
mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak.
Anak dari Sunan Gunung Jati ( Hasanudin ) menikah dengan seorang
putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang
pertama bernama Maulana Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan
anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana
Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang
Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena
dibantu oleh para ulama.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng
Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional
sehingga perekonomian Banten maju pesat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang kami uraikan di atas, kami memproleh beberapa
rumusan masalah yang nantinya akan kami bahas dalam bab 2, pembahasan,
yaitu:
1. Bagaimana sejarah kerajaan Banten?
2. Bagaimana masa awal dan masa kejayaan kerajaan Banten?
3. Apa sajakah perkembangan yang di capai oleh kerajaan Banten?
C. Tujuan
Setiap sesuatu pasti mempunyai suatu tujuan, begitu pula makalah ini,
tujuan pembuatan makalh ini ialah, diharapkan pembaca mampu:
1. Mendeskripsikan tentang sejarah kerajaan Banten
2. Menganalisis tentang masa awal dan masa kejayaan kerajaan Banten
3. Mendeskripsikan apa saja perkembangan yang di capai oleh kerajaan
Banten
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Sejarah Kerajaan Banten


Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan BantenGirang
merupakan bagian dari KerajaanSunda. Kedatangan pasukan KerajaanDemak
di bawah pimpinan MaulanaHasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk
perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian
dipicu oleh adanya kerjasamaSunda – Portugal dalam bidang ekonomi dan
politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak
selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas
perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan
penaklukkan PelabuhanKelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih
merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana
Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada
di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain
itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu
(Minangkabau, KerajaanInderapura), SultanMunawarSyah dan dianugerahi
keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah
meninggalnyaTrenggana Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan
Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri.
MaulanaYusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun
1570melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan
menaklukkan PakuanPajajaran tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya
MaulanaMuhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596
sebagai bagian dari usaha
Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal
karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.
Pada masa PangeranRatu anak dari MaulanaMuhammad, ia menjadi raja
pertama di PulauJawa yang mengambil gelar “Sultan” pada tahun 1638
dengan nama ArabAbu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini
Sultan Banten telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi
dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat
Sultan Banten kepada RajaInggris, JamesItahun 1605 dan tahun 1629 kepada
Charles.

B. Aspek kehidupan masyarakat


Aspek kehidupan kerajaan Banten meliputi :
1) Sistem Ekonomi
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di
bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman
pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena
pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak,
perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan,
sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyangsiksakandangkaresian
yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek
(pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada
sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik,
baliung, kored dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan
pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30
dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak
16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu
hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-
an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan
Makasar. Perkebunantebu, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun
1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan
penduduk Banten meningkat signifikan.
Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah
menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang
dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia
pada masa tersebut.
2) Sistem Sosial
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau
Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan
Mataram Islam.Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-
ajaran yang berlaku dalam agama Islam.Pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial masyarakat Banten semakin
meningkat dengan pesat karena sultan memperhatikan kesejahteraan
rakyatnya.Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah
menerapkan sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari
Batavia.
Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan
Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam benar-benar menjadi
pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi
sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk
Banten telah menjalankan praktek toleransi terhadap keberadaan
pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah
klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.

3) Sistem Politik
Pada awal berkembangnya masyarakat pantai Banten, Banten
merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.Namun pada tahun
1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak di
bawah pimpinan Syarif Hidayatullah.Pada waktu Demak terjadi
perebutan kekuasaan, Banten melepaskan diri dan tumbuh menjadi
kerajaan besar.
Setelah itu, kekuasaan Banten diserahkan kepada Sultan
Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah.Sultan Hasanudin dianggap
sebagai peletak dasar Kerajaan Banten. Banten semakin maju di
bawah pemerintahan Sultan Hasanudin karena didukung oleh faktor-
faktor berikut ini:
Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis, Banten menjadi bandar utama karena dilalui jalur
perdagangan laut.
Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi
perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia. Kerajaan Banten
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa
terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai berikut:
Memajukan wilayah perdagangan.Wilayah perdagangan Banten
berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian
wilayah Pulau Kalimantan. Banten dijadikan sebagai tempat
perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal
dengan para pedagang asing dari Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak
murid yang belajar agama Islam ke Banten. Melakukan modernisasi
bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.Sejumlah
situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan
hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan
ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk
menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan
pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih
menentang pendudukan VOC di Indonesia.Kekuatan politik dan
angkatan perang Banten maju pesat di bawah
kepemimpinannya.Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu
domba antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji.Berkat politik
adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil
ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629
Masehi.
4) Sistem Budaya
Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri
dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa,
Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi
pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap
berdasarkan aturan agama Islam. Pengaruh budaya Asia lain
didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat perang Fujian tahun
1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang berinteraksi
dengan masyarakat setempat.
Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan
Masjid Agung Banten yang dibangun pada abad ke-16.Selain itu,
Kerajaan Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura
pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang
Belanda yang telah memeluk agama Islam.Sejumlah peninggalan
bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi tempat wisata
sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan
luar negeri.

C. Kemunduran kerajaan Banten


Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar
dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada
12Maret1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera
dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral
kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu
kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22Agustus1682
yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di
Lampung. Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17April1684, Sultan
Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai
mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga
pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari
GubernurJendralHindiaBelanda di Batavia.
SultanAbuFadhlMuhammadYahya diangkat mengantikan Sultan
Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan
oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin
Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar
Kang Sinuhun ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan
ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara keturunan
penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas
ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali
memuncak pada masa akhir pemerintahan SultanAbul Fathi Muhammad
Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai
Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali
meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya
sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda,
dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak.
Tuntutan VOC itu antara lain sebagai berikut :

1) semua perampok yang mengacaukanBataviaharus dihukum dan VOC


diberi ganti rugi
2) Banten harus menarik kembali dukungannya terhadap para
pemberontak Mataram yang melawan VOC
3) Banten tidak boleh lagi melakukan hubungan dagang dengan para
pedagang lain, terutama pedagang Eropa, kecuali dengan VOC
Perlawanan rakyat Banten masih terus berlangsung, antara lain di
bawah pimpinan Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang (pewaris tahta
Banten yang sempat dibuang VOC). Mereka melancarkan perang
gerilya terhadap kepentingan VOC di Selat Sunda,Bandung, dan
Buitenzorg (Bogor), sebelum akhirnya bergabung dengan para
pembentuk di Mataram.Setelah itu gerakan mereka lenyap.

B. Saran
Kita sebagai siswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui
tentang awal berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam
yang seperti kita tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa
belajar tentang bagaimana suatu kerajaan dalam memulai suatu pemeritahan
hingga mencapai puncak kejayaan yang memerlukan waktu yang sangat lama.
Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

 Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, Banten avant l'Islam -


Etude archéologique de Banten Girang (Java Indonésie) 932 (?)-1526
("Banten sebelum Islam - Studi arkeologis tentang Banten Girang 932 (?)-
1526"), École française d'Extrême-Orient, 1994, ISBN 2-85539-773-1
 Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, "La principauté de
Banten Girang" ("Kerajaan Banten Girang"), Archipel, Tahun 1995, Volume
50, halaman 13-24
 Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, 2008 (terbitan
ke-4)
 (Indonesia)Sia-sia, Kalau Bangkitkan Sosok Sultan Banten. Harian Kompas,
28 Maret 2003
 (Indonesia)Menunggu Kembalinya Sultan Banten. Republika, 7 September
2003
 (Indonesia)Ribuan Peziarah Serbu Masjid Agung Banten. TempoInteraktif, 26
Oktober 2006
 (Indonesia)Kesultanan Banten? Wallahualam…. Harian Kompas, 26 April
2003

Anda mungkin juga menyukai