Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KERAJAAN BANTEN

DISUSUN:

Nama : Alya Fahira

Kelas : X MIPA 6

Guru Pembimbing : Maurah Rizki Amelia, S.Pd

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa
sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad
saw. Makalah ini saya beri judul “KERAJAAN BANTEN ” yang disesuaikan
dengan materi tugas sejarah kami.

Semoga dengan adanya makalah ini, kita semua dapat memahami sejarah
Kerajaan Banten di Indonesia. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan
dan kelemahan adalah milik kami, karena itu kami berharap kritik dan saran, guna
meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami, agar dapat memperbaiki makalah
yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi

Palembang, Juni 2022

Alya Fahira

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar isi ................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 . Tujuan Masalah ........................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 3

2.1. Awal Berdirinya Kerajaan Banten ............................................................ 3

2.2. Raja/Sultan Yang Memimpin Kerajaan Banten........................................ 4

2.3. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banten ................................................. 7

a. Sosial .................................................................................................... 7

b. Budaya ................................................................................................. 8

c. Politik ................................................................................................... 9

2.4. Masa Kejayaan Kerajaan Banten ..................................... ..................... 10

2.5. Masa Kemunduran Kerajaan Banten ..................................................... 11

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Banten dahulunya dikenal dengan Banten Girang merupakan


bagian dari Kerajaan Sunda yang kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah
pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan
wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Pada saat itu Banten telah
mengadakan kerjasama antara sunda portugal. Kemudian dipicu oleh adanya
kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap
dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka
mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Maulana Hasanuddin yang memimpin
Banten pada saat itu mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan,
yang kemudian menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan
yang berdiri sendiri pada tahun 1552 dengan Maulana Hasanudin yang menjadi
raja pertamanya. Pada masa pemerintahan Maulana Hasanudin, pembangunan
kerajaan lebih dititik beratkan pada bidang keamanan kota, perluasan wilayah
perdagangan, serta penyebaran dan pemantappan kepercayaan rakyat kepada
ajaran Islam. Maulana Hasanudin wafat pada tahun 1570, kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Maulana Yusuf. Maulana Yusuf melanjutkan
ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan
Pajajaran tahun 1579. Pada masa Maulana yusuf, perdagangan di banten
mengalami kemajuan yang pesat. Berkembangnya perdagangan di Banten,
menarik minat banyak pendatang dari negeri lain untuk datang dan berdagang di
Banten . Pada tahun 1580 Sultan Maulana Yusuf wafat, kemudian ia digantikan
anaknya Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan yang memerintah
sejak tahun 1580 hingga tahun 1596.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Kerajaan Banten”
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Banten di Indonesia?
2. Siapa saja Raja atau Sultan yang memimpin kerajaan Banten?
3. Bagaimana kehidupan sosial, politik, dan budaya masyarakat kerajaan
Banten?
4. Kapan masa kejayaan kerajaan Mataram Islam serta pada kepemimpinan
siapa?
5. Kapan masa kemunduran kerajaan Mataram Islam serta pada kepemimpinan
siapa?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan yang dibuat pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui awal berdirinya kerajaan Banten di Indonesia.
2. Untuk mengetahui siapa saja Raja atau Sultan yang memimpin kerajaan
Banten.
3. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat kerajaan Bnten.
4. Untuk mengetahui masa kejayaan kerajaan Banten serta pada kepemimpinan
siapa kerajaan Banten mengalami masa kejayaan.
5. Untuk mengetahui masa kemunduran kerajaan Banten serta pada
kepemimpinan siapa kerajaan Mataram Islam mengalami masa kemunduran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Awal Berdiri

Sejak masih berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda atau sebelum


periode Islam, Banten telah menjadi kota yang penting. Dalam Carita
Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang yang dihubungkan dengan
Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Banten yang saat
itu masih dalam kekuasaan Pajajaran, berperan sebagai pelabuhan lada.
Kedudukannya menempati urutan kedua setelah Sunda Kelapa. Mengetahui
Portugis sangat berkepentingan dengan kedua pelabuhan tersebut, Kerajaan
Pajajaran pun mengajak untuk bekerjasama. Sebab, Kerajaan Pajajaran
memandang Portugis akan dapat membantunya dalam menghadapi orang Islam di
Jawa Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan
Majapahit. Oleh karena itu, pada 1522 Raja Pajajaran resmi mengadakan
perjanjian persahabatan dengan Portugis. Namun, sebelum Portugis sempat
mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan,
pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa telah diduduki oleh orang-orang Islam.
Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada 1525-1526 M dan Sunda
Kelapa pada 1527 M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian
dari misi Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari
nusantara. Sebelum ke Banten, Fatahillah sebagai panglima perang Demak
singgah di Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati. Gabungan pasukan
Demak dan Cirebon bersama pasukan Maulana Hasanuddin yang melawan
penguasa Pajajaran membuat Banten sangat mudah mereka kuasai. Setelah
berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera menyingkirkan bupati
Sunda untuk mengambil alih pemerintahan. Akan tetapi, Sunan Gunung Jati tidak
mengangkat dirinya sebagai raja, bahkan ia hanya tinggal di Banten sampai 1552
M. Ini disebabkan putranya, Pangeran Pasareyan, yang dijadikan wakilnya di

3
Cirebon meninggal. Semenjak itu, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan
menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Pada
1552, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan
Banten. Oleh karena itu, Sultan Maulana Hasanuddin yang dianggap sebagai
pendiri dinasti sultan-sultan Banten, bukan Sunan Gunung Jati. Sebab, Sunan
Gunung Jati tidak lama berkedudukan di Banten dan Sultan Maulana Hasanuddin-
lah yang melepaskan diri dari segala ikatan Demak. Setelah menjadi raja, Sultan
Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh
Islam di tanah Banten.

2.2. Raja atau Sultan Yang Menjabat

Berikut nama-nama raja/sultan Kerajaan Banten:

1. Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570 M)

2. Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1585 M)

3. Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1585-1596 M)

4. Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-1647


M)

5.Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom (1647-1651 M)

6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M)

7.Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M)

8.Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690 M)

9. Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin (1690-1733 M)

10. Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750 M)

4
11. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752 M)

12. Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika
(1752- 1753 M)

13. Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin (1753-1773 M)

14. Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773-1799 M)

15. Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801 M)

16. Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802 M)

17. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803 M)

18. Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808


M)

19. Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809 M)

20. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (1809-1816 M)

Raja-raja terkenal Kerajaan Banten

1. Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M)

Sultan Maulana Hasanuddin resmi menjadi raja pertama Kerajaan Banten


pada 1552 M. Selama 18 tahun pemerintahannya, Kesultanan Banten berhasil
menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Selain itu,
Banten berkembang menjadi bandar perdagangan dan penyebaran agama Islam.
Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M) Setelah Sultan Maulana Hasanuddin wafat,
peran raja digantikan oleh Sultan Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf dikenal
sangat memerhatikan perkembangan perdagangan dan pertanian serta
menyebarkan agama Islam. Pada 1579, Banten berhasil menaklukkan Pakuan
Pajajaran dan membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Sultan
Maulana Yusuf wafat pada 1580 M karena sakit.

5
2. Sultan Maulana Muhammad (1580-1596 M)

Saat Sultan Maulana Muhammad diangkat sebagai raja menggantikan


ayahnya, usianya baru sembilan tahun. Oleh karena itu, untuk sementara waktu
roda pemerintahan dijalankan oleh Pangeran Arya Jepara, pamannya. Setelah
dewasa, Sultan Maulana Muhammad resmi memerintah Banten. Semasa
pemerintahannya, Banten menyerang Palembang yang dijadikan batu loncatan
untuk menguasai Selat Malaka. Namun, serangan itu gagal dan Maulana
Muhammad wafat dalam pertempuran pada 1596 M. Sultan Ageng Tirtayasa atau
Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M) Kerajaan Banten berhasil mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal
yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai
berikut. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau
Sumatera dan Kalimantan Banten dijadikan tempat perdagangan internasional
yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa Memajukan
pendidikan dan kebudayaan Islam Melakukan modernisasi bangunan keraton
dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel Membangun armada laut untuk
melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa.

3. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683)

salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Hal
itu kemudian memicu VOC melakukan politik adu domba antara Sultan Ageng
Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan
Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.
Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus
menyerahkan kekuasaannya kepada putranya.

4. Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M)

Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya

6
kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan Haji diangkat menjadi Sultan Banten
selanjutnya, namun pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang
tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi
memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat. Dengan kondisi
demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji diwarnai banyak
kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.

2.3. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banten

a. Kehidupan Sosial Kerajaan Banten

Sosial Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau


Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram
Islam. Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku
dalam agama Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan
sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng
Tirtayasa adalah menerapkan sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari
Batavia. Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan Nabi
Muhammad SAW sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman hidup
rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi sebagian besar kehidupan
Kesultanan Banten, namun penduduk Banten telah menjalankan praktek toleransi
terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan
dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.

Sejak Kerajaan Banten dapat menaklukkan Kerajaan Pajajaran, pengaruh


Islam semakin berkembang ke daerah pedalaman. Mereka yang tidak mau
menganut Islam menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Badui. Mereka
mempertahankan tradisi lama dan menolak pengaruh baru dari luar.

7
Banyaknya pedagang asing di Banten menyebabkan berdirinya
perkampungan menurut bangsa para pedagang tersebut. Perkampugan tersebut
seperti kampung Keling, kampung Arab, kampung Pekojan, kampung Pecinan,
kampung Melayu, dan kampung Jawa.

Selain itu, ada juga kampung yang berdasarkan pada pekerjaan atau fungsi
penduduknya, seperti kampung Pande (para pandai besi), kampung Panjungan
(untuk pembuat barang pecah belah), dan kampung Kauman (untuk tempat para
ulama).

b. Kehidupan Budaya Kerajaan Banten

Budaya Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri


dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Melayu,
Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi pengaruh terhadap
perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama Islam.
Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat perang
Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang berinteraksi
dengan masyarakat setempat. Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan
seni bangunan Masjid Agung Banten yang dibangun pada abad ke-16. Selain itu,
Kerajaan Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana
Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah
memeluk agama Islam. Sejumlah peninggalan bersejarah di Banten saat ini
dikembangkan menjadi tempat wisata sejarah yang banyak menarik kunjungan
wisatawan dari dalam dan luar negeri

c. Kehidupan Politik Kerajaan Banten

Dibawah pemerintahan Hasanuddin (1552 – 1570), Banten mengalami


kemajuan dibidang perdagangan dan wilayah kekuasaannya meluas sampai ke
Lampung dan Sumatera Selatan. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin meninggal
dan digantikan oleh putranya,

8
yakni Sultan Panembahan Maulana Yusuf (1570 – 1580). Ia berhasil
menaklukkan kerajaan Pajajaran (1579).

Panembahan Yusuf wafat karena sakit pada tahun 1580 dan digantikan
putranya, Maulana Muhammad (1580 – 1597). Pada masa pemerintahannya,
datang lah Belanda. Ia menyambut kedatangan Belanda dan oleh Belanda ia diberi
gelar Ratu Banten. Sepeninggal Ratu Banten, pemerintahan dipegang oleh Sultan
Abdul Mafakhir Mahfud Abdulkadir yang masih kanak-kanak (1597 – 1640). Ia
didampingi oleh walinya, Pangeran Ranamenggala. Pada tahun 1640, Abdul
Mafakhir diganti oleh Abu al-Ma’ali Ahmad (1640 – 1651).

Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Abdul Fatah yang bergelar Sultan


Ageng Tirtayasa (1651 – 1682). Pada masa pemerintahannya, Banten mencapai
kejayaannya. Sultan Ageng mengadakan pembangunan, seperti jalan, pelabuhan,
pasar, masjid yang ada pada dasarnya untuk meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Banten. Namun sejak VOC turut campur tangan dalam
pemerintahan Banten, kehidupan sosial masyarakatnya mengalami kemerosotan.

Keadaan semakin memburuk ketika terjadi pertentangan antara Sultan


Ageng dengan Sultan Haji, putranya dari selir. Pertentangan ini berawal ketika
Sultan Ageng mengangkat Pangeran Purbaya (putra kedua) sebagai putra
makhkota. Pengangkatan ini membuat iri Sultan Haji. Berbeda dengan ayahnya,
Sultan Haji memihak kepada VOC. Bahkan ia meminta bantuan VOC untuk
menyingkirkan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya. Sebagai imbalannya, VOC
meminta Sultan Haji menandatangani perjanjian pada tahun 1682 yang isinya
antara lain:

1. Belanda mengakui Sultan Haji sebagai sultan di Banten.

2. Banten harus melepaskan tuntutannya atas Cirebon.

3. Banten tidak boleh berdagang lagi didaerah Maluku, hanya Belanda yang boleh
mengekspor lada dan memasukkan kain ke wilayah kekuasaan Banten.

9
4. Cisadane merupakan batas antara Banten dan Belanda.

Perjanjian tersebut mengakibatkan Banten berada pada posisi yang sulit


karena ia kehilangan peranannya sebagai pelabuhan bebas sejak adanya monopoli
dari Belanda. Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap oleh VOC sedangkan
Pangeran Purbaya dapat meloloskan diri. Setelah menjadi tawanan Belanda
selama delapan tahun, Sultan Ageng wafat (1692). Adapun Pangeran Purbaya
tertangkap oleh Untung Suropati, utusan Belanda, dan wafat pada tahun 1689.

2.4 Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa


pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari
tahun 1651-1683. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan
Banten di antaranya, sebagai berikut:

1. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau


Sumatera dan Kalimantan

2. Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan


pedagang lokal dengan pedagang Eropa.

3. Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam

4. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas


Cardeel

5. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan
serangan pasukan Eropa

Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang
pendudukan VOC di Indonesia.

10
Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju
pesat.

2.5. Masa Kemunduran Kerajaan Banten

Kebijakan Kesultanan Banten yang menolak praktik monopoli


perdagangan rupanya tidak disukai oleh Kongsi Dagang Belanda di Hindia Timur
(VOC). Terlebih, Sultan Ageng terlihat sangat keras menentang VOC. Konon,
berulangkali VOC melobi sang sultan agar dapat mendirikan perwakilan di
Pelabuhan Banten. Namun, permohonan tersebut selalu mendapatkan penolakan
dari Sultan Ageng. Sultan Ageng kemudian menyerahkan tampuk kekuasaan
kepada putranya, Sultan debu Nashar Abdul Qahar atau yang dikenal dengan
Sultan Haji. Sultan Haji berbeda dengan ayahnya. Dia cenderung lunak terhadap
VOC. Hal itu dimanfaatkan oleh VOC untuk mengadu domba antara ayah dan
anak ini. Memasuki tahun 1680, pecah perselisihan antaran Sultan Ageng dan
Sultan Haji. Perang saudara pun tidak terelakkan. Sultan Ageng yang merasa
putranya sudah menyeleweng menyerang dan mengambil alih istana kesultanan.
Sultan Haji yang mengalami kekalahan tidak tinggal dia. Dia berusaha untuk
mendapatkan bantuan baik dari VOC hingga Kerajaan Inggris.

Selang dua tahun, Sultan Haji yang mendapat dukungan penuh VOC
melancarkan serangan balik. Istana Kesultanan berhasil direbut, sehingga Sultan
Ageng dan putra-putra lainnya yang setia harus mengungsi ke pedalaman. Pada
tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap oleh VOC dan dibuang ke Batavia.
Sementara Sultan Haji naik tahta sebagai penguasa Kesultanan Banten. Namun
dia naik tahta dengan didahului Perjanjian Banten yang sangat menguntungkan
VOC.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten sepenuhnya berada dalam kontrol VOC
maupun Belanda.

11
Sebab runtuhnya Kesultanan Banten dimulai pada awal abad ke-19, saat
Nusantara diduduki oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem
Daedels. Daendels saat itu menginisiasi pembangunan Jalan Raya Pos yang
membentang sepanjang Pulau Jawa. Saat itu, Daendels memerintahkan Sultan
Banten untuk memindah pusat kerajaan ke daerah Anyer dan menyiapkan tenaga
kerja untuk pembangunan jalan. Namun permintaan itu ditolak Sultan. Akibatnya
Daendels menurunkan pasukan untuk membombardir Istana Surosowan sebagai
pusat Kesultanan Banten. Sultan Banten saat itu ditangkap dan diasiingkan ke
Batavia. Pada 1808, Daendels mengumumkan bahwa Kesultanan Banten menjadi
bagian dari wilayah Hindia Belanda. Pada tahun 1813, kolonial Inggris berkuasa
saat itu resmi mneghapus Kesultanan Banten. Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin diturunkan paksa dari tahtanya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Sejarah berdirinya Kesultanan Banten, berawal pada tahun 1525-1526,


saat itu Sunan Gunung Jati berhasil menguasai wilayah Banten. Kesultanan
Banten pun tumbuh menjadi kerajaan Islam yang pusat pemerintahannya terletak
di ujung barat Pulau Jawa.

2. Raja pertama yang memimpin Kerajaan Banten ialah Sultan Maulana


Hasanuddin dari tahun 1552-1570 M)

3. Raja atau sultan yang pernah memimpin Kerajaan Banten berjumlah 20


orang, dan yang terkenal yaitu Sultan Maulanan Hasanudin, Sultan Maulana
Muhammad, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abu Nashar Abdul Qahar

4. Mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng


Tirtayasa yang memerintah dari tahun 1651-1683 M

5. Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran agama


Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial
masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dalam kehidupan budaya, beragam suku
masyarakat Kerajaan Banten memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya
di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama Islam. Selain itu, Kerajaan
Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang
dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah memeluk agama
Islam.

13
6. Kerajaan Banten runtuh karena adanya konflik dengan VOC. Taktik
Devide et Impera dari VOC berhasil membuat kerajaan Banten diselimuti konflik.
Ditambah lagi tidak ada pemimpin yang kuat setelah Sultan Ageng Tirtayasa
meninggal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Media, K. (2021). Kerajaan Banten: Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan


Peninggalan Halaman all - Kompas.com. Diakses 1 Juni 2022, dari
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162417479/kerajaan-banten-
sejarah-masa-kejayaan-kemunduran-dan-peninggalan?page=all

Sejarah kerajaan Banten : Kehidupan politik, sosial, budaya, & ekonomi –


Soalfismat.com. (2021). Diakses 1 Juni 2022, dari https://soalfismat.com/sejarah-
kerajaan-banten/

Media, K. (2022). Kesultanan Banten: Sejarah, Pendiri, Masa Kejayaan, dan


Peninggalan Halaman all - Kompas.com. Diakses 1 Juni 2022, dari
https://bandung.kompas.com/read/2022/01/23/163000878/kesultanan-banten--
sejarah-pendiri-masa-kejayaan-dan-
peninggalan?page=all#:~:text=Kesultanan%20Banten

Daftar Sultan Banten - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2022).


Diakses 1 Juni 2022, dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_Sultan_Banten

Media, K. (2022). Siswa, Ini Daftar Raja Kerajaan Banten - Kompas.com.


Diakses 1 Juni 2022, dari
https://amp.kompas.com/edukasi/read/2022/04/19/060700771/siswa-ini-daftar-
raja-kerajaan-banten

15

Anda mungkin juga menyukai