KERAJAAN BANTEN
DISUSUN:
Kelas : X MIPA 6
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa
sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad
saw. Makalah ini saya beri judul “KERAJAAN BANTEN ” yang disesuaikan
dengan materi tugas sejarah kami.
Semoga dengan adanya makalah ini, kita semua dapat memahami sejarah
Kerajaan Banten di Indonesia. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan
dan kelemahan adalah milik kami, karena itu kami berharap kritik dan saran, guna
meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami, agar dapat memperbaiki makalah
yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi
Alya Fahira
i
DAFTAR ISI
a. Sosial .................................................................................................... 7
b. Budaya ................................................................................................. 8
c. Politik ................................................................................................... 9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Kerajaan Banten”
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Banten di Indonesia?
2. Siapa saja Raja atau Sultan yang memimpin kerajaan Banten?
3. Bagaimana kehidupan sosial, politik, dan budaya masyarakat kerajaan
Banten?
4. Kapan masa kejayaan kerajaan Mataram Islam serta pada kepemimpinan
siapa?
5. Kapan masa kemunduran kerajaan Mataram Islam serta pada kepemimpinan
siapa?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Cirebon meninggal. Semenjak itu, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan
menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Pada
1552, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan
Banten. Oleh karena itu, Sultan Maulana Hasanuddin yang dianggap sebagai
pendiri dinasti sultan-sultan Banten, bukan Sunan Gunung Jati. Sebab, Sunan
Gunung Jati tidak lama berkedudukan di Banten dan Sultan Maulana Hasanuddin-
lah yang melepaskan diri dari segala ikatan Demak. Setelah menjadi raja, Sultan
Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh
Islam di tanah Banten.
4
11. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752 M)
12. Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika
(1752- 1753 M)
5
2. Sultan Maulana Muhammad (1580-1596 M)
salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Hal
itu kemudian memicu VOC melakukan politik adu domba antara Sultan Ageng
Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan
Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.
Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus
menyerahkan kekuasaannya kepada putranya.
6
kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan Haji diangkat menjadi Sultan Banten
selanjutnya, namun pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang
tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi
memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat. Dengan kondisi
demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji diwarnai banyak
kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.
7
Banyaknya pedagang asing di Banten menyebabkan berdirinya
perkampungan menurut bangsa para pedagang tersebut. Perkampugan tersebut
seperti kampung Keling, kampung Arab, kampung Pekojan, kampung Pecinan,
kampung Melayu, dan kampung Jawa.
Selain itu, ada juga kampung yang berdasarkan pada pekerjaan atau fungsi
penduduknya, seperti kampung Pande (para pandai besi), kampung Panjungan
(untuk pembuat barang pecah belah), dan kampung Kauman (untuk tempat para
ulama).
8
yakni Sultan Panembahan Maulana Yusuf (1570 – 1580). Ia berhasil
menaklukkan kerajaan Pajajaran (1579).
Panembahan Yusuf wafat karena sakit pada tahun 1580 dan digantikan
putranya, Maulana Muhammad (1580 – 1597). Pada masa pemerintahannya,
datang lah Belanda. Ia menyambut kedatangan Belanda dan oleh Belanda ia diberi
gelar Ratu Banten. Sepeninggal Ratu Banten, pemerintahan dipegang oleh Sultan
Abdul Mafakhir Mahfud Abdulkadir yang masih kanak-kanak (1597 – 1640). Ia
didampingi oleh walinya, Pangeran Ranamenggala. Pada tahun 1640, Abdul
Mafakhir diganti oleh Abu al-Ma’ali Ahmad (1640 – 1651).
3. Banten tidak boleh berdagang lagi didaerah Maluku, hanya Belanda yang boleh
mengekspor lada dan memasukkan kain ke wilayah kekuasaan Banten.
9
4. Cisadane merupakan batas antara Banten dan Belanda.
5. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan
serangan pasukan Eropa
Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang
pendudukan VOC di Indonesia.
10
Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju
pesat.
Selang dua tahun, Sultan Haji yang mendapat dukungan penuh VOC
melancarkan serangan balik. Istana Kesultanan berhasil direbut, sehingga Sultan
Ageng dan putra-putra lainnya yang setia harus mengungsi ke pedalaman. Pada
tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap oleh VOC dan dibuang ke Batavia.
Sementara Sultan Haji naik tahta sebagai penguasa Kesultanan Banten. Namun
dia naik tahta dengan didahului Perjanjian Banten yang sangat menguntungkan
VOC.
Sejak saat itu, Kesultanan Banten sepenuhnya berada dalam kontrol VOC
maupun Belanda.
11
Sebab runtuhnya Kesultanan Banten dimulai pada awal abad ke-19, saat
Nusantara diduduki oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem
Daedels. Daendels saat itu menginisiasi pembangunan Jalan Raya Pos yang
membentang sepanjang Pulau Jawa. Saat itu, Daendels memerintahkan Sultan
Banten untuk memindah pusat kerajaan ke daerah Anyer dan menyiapkan tenaga
kerja untuk pembangunan jalan. Namun permintaan itu ditolak Sultan. Akibatnya
Daendels menurunkan pasukan untuk membombardir Istana Surosowan sebagai
pusat Kesultanan Banten. Sultan Banten saat itu ditangkap dan diasiingkan ke
Batavia. Pada 1808, Daendels mengumumkan bahwa Kesultanan Banten menjadi
bagian dari wilayah Hindia Belanda. Pada tahun 1813, kolonial Inggris berkuasa
saat itu resmi mneghapus Kesultanan Banten. Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin diturunkan paksa dari tahtanya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
13
6. Kerajaan Banten runtuh karena adanya konflik dengan VOC. Taktik
Devide et Impera dari VOC berhasil membuat kerajaan Banten diselimuti konflik.
Ditambah lagi tidak ada pemimpin yang kuat setelah Sultan Ageng Tirtayasa
meninggal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15