Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“KERAJAAN TERNATE”

Disusun Oleh :
M. Agus Saputra

Kelas :
X. 9

SMA NEGERI 7 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah
yang penulis ajukan adalah “KERAJAAN TERNATE”

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas
dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat
membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa
mendatang.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate........................................... 2


2.2 Letak Kerajaan Ternate................................................................ 4
2.3 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate….................... 6
2.4 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate….................. 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke
sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku
Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500),
Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh
Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau
Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate ?
1.2.2 Dimana Letak Kerajaan Ternate?
1.2.3 Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate ?
1.2.4 Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ?
1.2.5 Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Ternate.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Ternate.
1.3.3 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Ternate.
1.3.4 Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Ternate.
1.3.5 Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada abad
ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini
muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat
Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan
Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan
Sarajati dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan
itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau
Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di
kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah,
seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.

Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di
Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan Ternate Kerajaan
Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan
Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku Persaingan di antara kerajaan
Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua
persekutuan dagang masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:

a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,


Seram, Obi dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai
aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

b. Uli Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi


Halmahera Jailalo sampai ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di
bawah pemerintahan Sultan Nuku Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang
adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di
daerah bagia timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam
kecil lainnya di Indonesia.

2.2 Letak Kerajaan Ternate

Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting
dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan
Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar,
sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam
dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang
datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena
itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.

2.3 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate

a. Kehidupan Politik

Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan


Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan
wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo
atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.

Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan


membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate
lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung
membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di
daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan
dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam
Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku
dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di
Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis
mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama
tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan
Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat
tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun
secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.

Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah


pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun
1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan
benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi
tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di
sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke
dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui
jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.

b. Kehidupan Ekonomi

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan
pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian
perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

c. Kehidupan Sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin


perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama
Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah


memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan
semakin tertekannya kehidupan rakyat.

Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar,
namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan
rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga
muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

d. Kehidupan Budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya
tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam
bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita
ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan
Tidore.

2.4 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate


a. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja


Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta
pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore
yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan
Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab. Raja
Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805
M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama
melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan
Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang
biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Ternate
tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas,
meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang
Belanda yang berniat menjajah kembali.

b. Masa Kemunduran Kerajaan Ternate

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan


Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan
Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan
lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke
sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku
Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500),
Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh
Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau
Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.

Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan
pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu,
Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the
Spice Island".

3.2 Saran

Dari keberadaanya Kerajaan Ternate & Tidore di wilayah nusantara pada masa yang lalu.
Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan
perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam
menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena
itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua

Anda mungkin juga menyukai