Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERJAAN TERNATE DAN TIDORE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam

Disusun oleh :
Kelompok 8
 Reindra
 Ratna
 Andriansyah
 Sahrul

MTs. MATHLABUSSA’ADAH
Tahun Pelajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Agustus 2019


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Letak Kerajaan ........................................................................ 2
2.2 Kehidupan Politik ................................................................... 2
2.3 Kehidupan Ekonomi ............................................................... 3
2.4 Kehidupan Sosial .................................................................... 6
2.5 Kehidupan Budaya .................................................................. 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................. 9
3.2 Saran ........................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk melengkapi
tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Proses pendidikan tidak
hanya terpusat pada buku LKS yang kurang lengkap karena itu lah kami
nyusun makalah untuk melengkapi materi tentang Kerajaan Ternate serta
Tidore yang bersumber dari Internet.

1.2. Tujuan
a. Memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
b. Menambah pengetahuan
c. Mengetahui sejarah kerajaan – kerajaan islam

1
BAB II
PEMBAHSAN

2.1. Letak Kerajaan


Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang
sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini
terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-
rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah
Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena
itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan
seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

2.2. Kehidupan Politik


Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya
Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima
bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan,
Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa,
yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup
pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara
daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung
memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan
Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang
ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan
antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk
menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-
tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam

2
Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-
daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di
Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo
Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat
dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun, penguasa
Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan
gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara terang-
terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di
bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang
Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan
untuk meninggalkan benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng
di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah
Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976
wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia
hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat
Timor-Timur memilih merdeka.

2.3. Kehidupan Ekonomi


Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang
banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda
banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah
meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya
perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan
terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut
mendukung perekonomian masyarakat.
Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat
kerajaan terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing
kerajaan dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku,

3
keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih
menonjol karena penduduknya bertambah banyak dan berhasil
mengembangkan perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah
tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk member bau atau
rasa khusus kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan
untuk pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-
rempah, yaitu cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya
diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah
membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-
kerajaan lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan
Jailolo terlibat dalam peperangan memperebutkan hegemoni rempah-
rempah. Akan tetapi, mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan
di Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi
kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-
rempah di Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa,
Melayu, Arab, Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading,
perak, manic-manik, dan piring mangkuk berwarna biru buatan Cina.
Bangsa-bangsa di Maluku amat membutuhkan barang tersebut, terutama
beras karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk penanaman
rempah-rempah daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku
sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari
Jawa semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya,
Gresik, dan Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang Maluku.
Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk
membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat
berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam ke Maluku.

4
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate
yang pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486
M). Sultan Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta
dan setelah meninggal beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang
pertama kali masuk Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama
menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore
di bawah Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi
negeri yang sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki
ratusan  perahu kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun
mengawasi lautan yang menjadi wilayah dagangnya.  Di ibukota Ternate,
yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-
tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore
yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap
sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua
kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan
terhadap daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M
muncullah dua buah persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima
danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota
Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore
dengan anggota yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau
lain hingga ke Papua bagian barat.
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh
Sultan Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan
Nuku. Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh
bangsa-bangsa asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara
mengadudombakannya. Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli
daerah rempah-rempah tersebut.

5
2.4. KehidupanSosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk
menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis
juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama
Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan
Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui,
bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya,
sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama
ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan
antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka
pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang
sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan.
Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam
kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat
Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate,
perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh
kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda
sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni
Belanda.

2.5. KehidupanBudaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian
tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis
kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari
zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.

6
a. Kerajaan Ternate
1. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate.
Ibu kota Kerajaan Ternate terletak diSampalu (Pulau Ternate).
Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain,
sepertiJaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di
Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate
banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun
pedagang asing.
2. Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing
( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan
Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis
dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di
Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang
kuat.

b. KerajaanTidore
1. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut
silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama
adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru
pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.Ciriliyah atau

7
Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat
menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari
Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris
sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean
Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang
Belanda yang berniat menjajah kembali.

2. Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (
Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan
Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di
Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang
kuat.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kerajaan Ternate danTidore
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting
dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di
daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".

3.2. Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan – kerajaan islam. Dan kita
perlu mengembangkan wawasan kita tentang sejarah. Karena itu termasuk
hal penting

9
DAFTAR PUSTAKA

http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai