Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERAJAAN TERNATE TIDORE

Di Susun oleh :
1. Erika Sitinjak
2. Febri Dika
3. Iwik
4. Jimmy Kurniawan
5. Riwi Zalika
6. Tegar Perdianza

Guru Pembimbing : Ibu Sariati

SMA NEGERI 1 PERANAP


KECAMATAN PERANAP
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa kami dari
kelompok 7 yang masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini
dengan lancar tidak ada halangan apapun. Penyusunan buku ini adalah sebagai
pengetahuan tentang Kerajaan Ternate Tidore yang berada di Maluku Utara.
Suatu kebahagiaan buat kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
dapat menambah pengetahuan buat kami untuk mendalami sejarah bangsa indonesia yang
tercinta ini.
Di sisi lain kami juga berfikir keras untuk menyelesaikan makalah ini dengan
senang hati dan punuh dengan kesabaran kami kerjakan makalan ini dengan sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuan kami bersama. Kami berharap dengan membuat
makalah ini bisa bermanfaat untuk teman-teman kami untuk membantu dalam proses
belajarnya dan agar dapat mengetahui sejarah-sejarah dari Kerajaan Ternate Tidore.

Peranap, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar isi ........................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang ............................................................................................. 1
b. Tujuan .......................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan
a. Sejarah Kerajaan Ternate Tidore ................................................................. 2
b. Letak kerajaan ............................................................................................. 3
c. Kehidupan politik ........................................................................................ 3
d. Kehidupan ekonomi .................................................................................... 4
e. Kehidupan Sosial ......................................................................................... 4
f. Kehidupan Budaya ....................................................................................... 5
g. Kerajaan Ternate ......................................................................................... 5
h. Kerajaan Tidore ........................................................................................... 7

Bab II Penutup
Kesimpulan ..................................................................................................... 9

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Makalah ini kami buat untuk memenuhi kegiatan pembelajaran sejarah
indonesia. Kami mendapatkan bagian kelompok 7 yang bertemakan Kerajaan Ternate
Tidore. Makalah ini di buat untuk membantu kelancaran dalam pembelajaran
kurikulum 2013 untuk mempermudah para siswa-siswi untuk belajar. Dan makalah ini
di buat untuk melatih para siswa untuk membuat suatu makalah yang sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.

b. Tujuan
1. Menjalankan tugas sejarah indonesia
2. Menambah pengetahuan tentang kerajaan Ternate Tidore di Maluku Utara
3. Mengetahui sejarah kerajaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Ternate Tidore


Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada
abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke
sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie
Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal
Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur,
Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang
dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat
muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan
Halmahera Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil
rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan
Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan
Ternate Kerajaan Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku
Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari
persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,
Seram, Obi dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai
aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b. Uli Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi
Halmahera Jailalo sampai ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan
di bawah pemerintahan Sultan Nuku Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang
2
berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro,
Kerajaan Bima di daerah bagia timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri
Indrapura yang didirikan oleh sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak
lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.

B. Letak Kerajaan
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat
penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah
Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah
menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap
pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk
menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk
menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-
aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.

C. Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan
Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan
wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo
atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan
membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate
lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung
membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di
daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan
dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam
Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku
dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku.
Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis
mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama
3
tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan
Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat
tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun
secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun
1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan
benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon,
tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan
berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur
berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi,
setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.

D. Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan
pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian
perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

E. Kehidupan Sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama
Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.

4
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah
memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan
semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun
perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat
Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul
gerakan menentang Kompeni Belanda.

F. Kehidupan Budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak
begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk
kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui
sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.

G. Kerajaan Ternate
Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan
terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dikepalai
oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan tersebut berasal
dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan
Ternate peranannya lebih menonjol karena penduduknya bertambah banyak dan
berhasil mengembangkan perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah
tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk member bau atau rasa khusus
kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan serta
dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan lada.
Pada saat itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga
harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan
lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat dalam
peperangan memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu
mengakhirinya di dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir
ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan
yang keempat.
5
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di
Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab, Cina
dan India yang dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Sebaliknya, mereka
membawa beras, tenunan, gading, perak, manic-manik, dan piring mangkuk berwarna
biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku amat membutuhkan barang tersebut,
terutama beras karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk penanaman
rempah-rempah daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab
dalam menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari Jawa semenjak zaman
Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering sekali
dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang
ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat
berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang pertama
kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan Zainal
Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal beliau
disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirililiyah
yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah
Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang sangat
makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan perahu kora-kora yang
digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi wilayah
dagangnya. Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-rumah di atas
tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di
Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga
sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus
kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya. Oleh karena
itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah persekutuan yang terkenal dengan
sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan
anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore
dengan anggota yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain
hingga ke Papua bagian barat. Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika
dipimpin oleh Sultan Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan
Sultan Nuku. Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh
bangsa-bangsa asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara
6
mengadudombakannya. Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah
rempah-rempah tersebut.
- Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota
Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di
Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi.
Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan
Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang
asing.

- Kemunduran Kerajaan Ternate


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

H. Kerajaan Tidore
- Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-
raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang
naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan
Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik
7
oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya
terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku
adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat
menjajah kembali.

- Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata
kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Kerajaan Goa Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar
dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni
Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa
Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke
kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam.
Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang
berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas,
seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin
terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan
melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-
porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin
terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari

2. Kerajaan Ternate danTidore


Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah
terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm
http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaan-islam-di-
Sulawesi/
http://mynewblogova.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sejarah-indonesia-kerajaan.html

10

Anda mungkin juga menyukai