Anda di halaman 1dari 7

Nama : Glora Imanuel Sembiring

NIM : 2007113944

Resume :

1. Proto Deutro Melayu

Kedatangan manusia pertama adalah suku bangsa weddoide yang hidupnya berpindah pindah tempat
karena sumber mata pencaharian mereka bergantung pada hasil buruan. Di Riau sekarang dikenal
sebagai orang sakai dan hutan. Tahun 2500 SM-300 SM terjadi dua gelombang kedatangan manusia
yang disebut proto Melayu dan deutro Melayu. Proto Melayu sudah memiliki kemampuan yang jauh
lebih tinggi dalam bercocok tanam, cenderung tidak berpindah-pindah yang menyebabkan muncul
permukiman-permukiman baru. Deutro Melayu terjadi perkongsian hidup diantara mereka proto
melayu, berkomunikasi dengan luar sehingga tatanan hidup mereka lebih bervariasi.

2. Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno

2.1 Kandis dan Koto Alang

Kerajaan kandis merupakan salah satu kerajaan tua yang pernah ada di Riau.

2.2 Katangka

Berada di dekat Muara Takus, Kabupaten Kampar.

2.3 Sriwijaya

2 faktor utama yang memperkuat Muara Takus sebagai pusat sriwijaya. Pertama, posisinya yang terletak
di pinggir sungai yakni Sungai Kampar yang pada waktu dahulu dapat dilayari kapal sampai ke hulu,
dengan muara di selat Malaka. Kedua adalah banyak ditemui bangunan besar dan peninggalan-
peninggalan lain.

2.4 Sintong dan Siarang-arang

Selain Muara Takus, penemuan-penemuan benda yang tergolong kuno di Riau, sekaligus menunjukkan
suatu kedaulatan adalah di Sintong dan Siarang-arang, sekarang masuk ke dalam administratif
Kabupaten Rokan Hilir.

2.5 Kuantan

Ibu kota pada masa kerajaan Kuantan yaitu Sintuo. Raja Kuantan yaitu Sang Sapurba dengan gelar Tri
Murti Buana.

2.6 Keritang

Kerajaan Keritang terpusat di pinggir Sungai Gangsal. Berakhirnya Kerajaan Keritang disebabkan oleh
Raja Merlang ditawan oleh Melaka.
2.7 Gasib

Dua catatan tentang raja Gasib, pertama berdasarkan catatan Cina pada tahun 1433, Raja Bedagai dari
Gasib, bersama-sama dengan Raja Indragiri dan Siantan datang untuk meminta perlindungan kepada
Cina. Kedua, pada tahun 1444-1447, Melaka mengalahkan Gasib dan menawan rajanya yaitu
Permaisura.

2.8 Segati

Kerajaan Segati didirikan oleh Tuk Jayo Sati, keturunan Maharaja Olang dan mencapai masa kejayaan
pada kekuasaan Tuk Jayo Alam. Kerajaan Segati mundur dan hancur karna tidak mampu melawan
serangan Aceh.

2.9 Pekantua

Kerajaan ini didirikan oleh Maharaja Indera dari Kerajaan Tumasik (Singapura). Kerajaan ini diserang oleh
Melaka dan Melaka berhasil menaklukkan Pekantua.

3. Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial

3.1 Kedaulatan Melayu Islam di Riau

3.1.1 Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh

Pengaturan kehidupan masyarakat di Kuantan dan Sengingi dikendalikan oleh konfederasi negeri (koto)
yang dinamakan Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh (rantau kurang satu duapuluh).

3.1.2 Andiko Nan 44

Pemerintah Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang berjumlah 44 negeri. Kepala pemerintah tiap-tiap
negeri ditunjuk seorang Penghulu Pucuk sebagai Kepala kerapatan.

3.1.3 Gunung Sahilan

Wilayahnya dibagi menjadi 3 rantau yaitu rantau Daulat, Rantau Indo Ajo, dan Rantau Andiko. Kerajaan
Gunung Sahilan berdiri selama lebih kurang 300 tahun.

3.1.4 Kerajaan Tambusai

Merupakan salah satu kerajaan yang tua di tanah Rokan. Raja pertamanya adalah Sultan Mahyudin.

3.1.5 Indragiri

Raja pertama Indragiri adalah Nara Singa. Nama raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Indragiri
sebanyak 25 orang yang ditutup oleh Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah.
3.1.6 Rambah

Kerajaan ini didirikan di Pasir Pengaraiyan. Raja pertama nya adalah Tengku Muda.

3.1.7 Kunto Darussalam

Pusat kekuasaanya terletak di Kota Lama. Kerajaan ini merupakan pusat penyebaran Islam di daerah
Rokan. Raja-raja kerajaan Kunto Darussalam tercatat 8 orang raja yang pernah memerintah.

3.1.8 Kepenuhan

Ibu negerinya terletak di Kota Tengah. Kerajaan Kepenuhan berdiri pada penghujung abad ke 19.

3.1.9 Rokan IV Koto

Kerajaan Rokan memiliki banyak sumber daya alam dan karenanya kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan
yang makmur. Kerajaan Rokan mengalami kemunduran pada abad ke 16 yang disebabkan oleh
kekalahan Melaka melawan Portugis, juga karena Rokan selalu mendapat ancaman dari Aru dan Aceh.

3.1.10 Siak Sri Indrapura

Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik. Sultan terakhir Siak Sri Indrapura adalah Sultan Syarif Kasyim II.

3.1.11 Pelalawan

Pusat pemerintahan dipindahkan dari Tanjung Negeri ke Sungai Rasau. Nama Pelalawan juga diganti
menjadi Pekantua Kampar. Penguasa terakhirnya adalah Syarif Harun/Tengku Said Harun.

3.1.12 Batu Hampar, Pekaitan, Kemuning, Cerenti

Batu Hampar, Pekaitan, Kemuning, dan Cerenti merupakan kawasan yang memiliki kedaulatan
tersendiri.

3.2 Riau Menentang Penjajah

3.2.1 Melawan Portugis

Bangsa Portugis berhasil merebut Melaka pada 1511, saat kerajaan ini sedang berada di puncak.
Masyarakat Melayu yang dipimpin oleh Sultan Mahmud bersatu padu mengusir Portugis. Menyusun
kekuatan dari Bintan yang sekarang masuk ke dalam wilayah administratif Provinsi Kepulauan Riau,
lasykar-lasykar Melayu tak pernah berhenti menyerang Portugis dengan panglima bernama Hang Nadim.
Raja Indragiri, Nara Singa II dan Sultan Husen dari Gasib, Siak ikut bergabung dengan lasykar Melayu di
Bintan.

Berbagai serangan yang dilakukan Melayu Riau terhadap Melaka, akhirnya membuat Portugis
mengambil tindakan pembersihan di Selat Rupat dan Bengkalis dan membumihanguskan Bukit Batu dan
Senggoro.
3.2.2 Melawan Belanda

Di antara pertempuran yang dapat dicatat adalah dinamakan perang Guntung, Reteh, Riau, Siak,
Tambusai, Sintong, Siarang-arang, Sedinginan, Limo Koto Kampar, dan Kuantan. Suku Akit berhasil
menciutkan Belanda akibat serangan mereka secara gagah berani yang dipimpin oleh Koyan.

Raja Mahmud dari Siak yang didampingi Sid Umar menyerang Guntung. Mereka berhasil merampas
benteng Belanda dan mengusir Belanda. Penguasa Siak, Sultan Alamuddin Syah bersama Muhammad Ali
mengusir Belanda sampai ke Melaka. Orang-orang Melayu dikawasan Selat Melaka berhasil mengusir
Belanda dibawah pimpinan Raja Haji. Belanda juga harus menghadapi penyerangan yang dilakukan
Tuanku Tambusai. Di Reteh, dipimpin oleh Panglima Besar Sulung dan dapat ditaklukkan setelah Belanda
mengirimkan ekspedisi khusus ke Reteh. Datuk Tabano sebagai pemimpin perlawanan rakyat Limo Koto.
Datuk Tabano dapat dibunuh oleh Belanda sehingga Belanda dapat menguasai Limo Koto. Setelah
menguasai Limo Koto, Belanda menuju Teluk Kuantan. Masyarakat berhasil membunuh ratusan pihak
Belanda tetapi Belanda dapat menguasai Kuantan pada akhirnya. Perjuangan Sultan Zainal Abidin
menggempur Belanda dengan menolak hubungan apapun dengan Belanda. Tetapi, ia pada akhirnya
berhasil ditangkap oleh Belanda.

3.2.3 Melawan Inggris dan Jepang

Perlawanan terhadap Jepang dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan senjata, mogok kerja, dan
pemboikotan. Peristiwa berakhir tragis ketika Jepang justru menyiksa buruh dan menewaskan ribuan
orang.

4. Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan

4.1 Pengibaran Awal Merah Putih

Pertemuan besar menyikapi kemerdekaan Indonesia itu terlaksana di Bengkalis dihadiri ribuan orang
pada 14 Oktober 1945. Dinamika terus bergulir juga diperlihatkan dengan kemunculan organisasi formal
dan nonformal seperti pembentukan Pemuda Republik Indonesia, PMI, dan TKR. Belanda tetap ingin
menguasai kemerdekaan Indonesia, yang menyebabkan terjadinya peristiwa bendera di Mountbatten
Hotel, Pekanbaru. Semangat pemuda-pemuda berhasil memukul mundur Sekutu dan Jepang.

Penghadangan terhadap pemboncengan Sekutu ini juga dilakukan terhadap aktivitas pemuda-pemuda
Cina di Bengkalis dan Bagansiapi-api. Di Bengkalis, pemuda Cina membentuk Pasukan Angkun yang
meminta untuk menyerahkan pemerintahan ke tangan mereka tetapi berhasil dilumpuhkan pemuda
Bengkalis dengan menyerbu markas Angkun.

Di Bagansiapi-api, perseteruan antara masyarakat setempat dengan Cina diawali oleh tindakan
kelompok Cina tidak menaikkan bendera merah putih di samping kanan bendera Cina. Kapitan Cina
terbunuh oleh Rifa’i Abidin. Bentrok semakin besar pada 12 Maret 1946. Peristiwa ini disebut dengan
peristiwa “Bagansiapi-api I”.
Terlihat reda sementara, peperangan kembali pecah. Diawali dengan ditembaknya pejabat RI dan
dibalas oleh ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia). Rombongan formal yang disusupi oleh tentara
Jambang yang merupakan tentara yang kecewa dengan kondisi internal tentara termasuk masalah
jabatan. Peperangan pun pecah dan korban jiwa berjatuhan sebanyak lebih 1000 orang dari semua
pihak. Peristiwa ini dikenal sebagai “Bagansiapi-api II”.

4.2 Agresi Belanda I

Penyerangan dilakukan dari 5 regu pada 20 Juli 1946. Pasukan dipimpin oleh Kapten Mukhtar yang
berhasil menguasai Tanjung Kilang. Musuh mampu mnyerang pasukan merah putih secara bertubi-tubi
dengan kekuatan tentara dua pleton dan Kapten Mukhtar dan 4 prajuritnya gugur. Berbagai perlawanan
diperlihatkan rakyat Riau, Belanda memblokade muara-muara sungai Siak dan Indragiri. Di samping
memperkuat patrol antara Panipahan sampai Kuala Enok. Alhasil, Riau tidak dapat dikuasai Belanda.

4.3 Agresi Belanda II

a) PDRI berpusat di Bangkinang

menteri kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara berinisiatif membentuk PDRI karena ibu kota RI
Yogyakarta telah dikuasai Belanda dan berhasil menangkap Soekarno dan Moh. Hatta. Pada awalnya
akan dibangun di Bukittinggi kemudian dipindahkan atas perintah Soekarno ke Riau. Karena Pekanbaru
mulai dibom Belanda, disepakati PDRI di Bangkinang menjadi pusat PDRI. Dari Bangkinang, dipindahkan
ke Sumbar.

b) Menyelamatkan PDRI : Bangkinang dan Pekanbaru

26 Desember 1948, pasukan agresor masuk ke Bangkinang dengan mnyerang dari darat dan udara.
Puncak serangan nya dengan kekuatan 21 truk ditambah 2 pesawat tempur mondar mandir di udara.
Mereka mulai menyerbu Pekanbaru. Pada malamnya, tentara Indonesia membumihanguskan markas,
kantor, dan bangunan lain agar tidak dapat dimanfaatkan musuh.

Mereka terus-menerus menambah kekuatan. Pasukan Indonesia tetap melakukan perlawanan walaupun
bersifat sporadic. Pasukan Indonesia mengepung Pekanbaru dari pinggir kota sehingga hubungan
tentara Belanda dengan induknya pun terputus. Jalan menuju Sumbar dari Pekanbaru dikuasai oleh
pasukan Indonesia.

c) Serangan Balas ke Bengkalis

gempuran berjam-jam dari Angkatan Laut Belanda dari pesisir memaksa pasukan Indonesia menghindar
di kampong-kampung sedangkan kota dikuasai oleh Belanda. Tentara Indonesia memperoleh kekuatan
ketika Letnan II Soebrantas dengan 87 anggotanya dari Rupat mendarat di Meskom. Konsolidasi
dilaksanakan oleh pimpinan pasukan yang bertahan di Bengkalis dengan Soebrantas dengan hasil
berbagai variasi pertempuran, sebagian besar Bengkalis kecuali daerah Pantai dapat direbut Indonesia.
Kenyataan ini tidak diterima musuh sehingga mereka memperkuat pasukan seperti mendatangkan
pesawat tempur. TNI kembali ke pedalaman tetapi terkonsentrasi di Pedekik. Tujuh orang TNI syahid
dalam pertempuran.

d) Diawali Serangan Udara di Tembilahan

Serangan Belanda ke Tembilahan digambarkan langit kota dibelah oleh sebuah pesawat udara musuh
dan menjatuhkan dua bom setelah memutari kota berkali-kali. Tembilahan juga diserang dari sungai
mucul 4 kapal perang musuh, beriringan dengan kemunculan 2 pesawat tempur yang melakukan
penebakan ke seluruh penjuru.

Musuh melakukan penyerbuan ke Perigi Raja, Kuala Enok, dan Pulau Kijang. Kuala Enok dan Pulau Kijang
dipertahankankan habis-habisan dibawah pimpinan Letnan II M.Boya.

e) Sekitar 2000 Jiwa Korban di Rengat

penyerbuan besar-besaran Belanda terhadap Riau terjadi di Rengat dengan kekuatan lebih dari 1 kompi,
dibantu 2-7 pesawat udara. Selama 3 hari, langit Rengat sampai Air Molek dan Teluk Kuantan, seolah-
olah dikoyak oleh pesawat musuh. Puncaknya 2 pesawat mustang Belanda muncul dari tenggara kota
dengan menembak dan melempar granat ke kota.

Meskipun dengan senjata seadanya, tentara, polisi,, dan rakyat terlihat tidak gentar menghadapi
serbuan Belanda itu. Dari pihak Indonesia, sekitar 2000 orang termasuk Bupati Indragiri, Tulus.

f) Sungai Apit dan Siak

Kapal patrol bertambah menjadi 2 kapal patroli sungai. Puncaknya Pos di Tanjung Layang diserang.
Tembak menembak terjadi antara Belanda dan tentara Indonesia di Sungai Apit dibawah pimpinan
Letnan Nasrul. Gerakan musuh memasuki Siak dihadap tembakan TNI dibawah pimpinan Letnan Abbas
Djamil. Kemudian, Belanda kembali memperkuat militernya dengan mendatangkan 2 kapal.

Serangan Belanda berkekuatan satu kompi yang didahului tembakan senapan mesin dan mortar dari
kapal. Belanda membuka pos-pos di dalam kota untuk berjaga-jaga dari serangan balasan TNI.

4.4 Provinsi Sendiri

Pada awal merdeka, Riau dimasukkan ke dalam Provinsi Sumatera yang berpusat di Medan. Ketika
terjadi pemekaran provinsi, Riau dimasukkan ke dalam Provinsi Sumatera Tengah yang berpusat di
Bukittinggi. Dalam provinsi ini terdapat 3 keresidenan yakni Riau, Jambi, dan Sumatera Barat. Pada 9
Agustus 1957, Provinsi Riau didirikan yang ditandatangani Presiden Soekarno di Bali. Tanjung Pinang
ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi dan S.M. Amin ditetapkan sebagai gubernur pertama yang dilantik
pada 5 Maret 1958.

Provinsi Riau pertama meliputi 4 kabupaten yaitu Kepulauan Riau, Kampar, Indragiri, dan Bengkalis.
Provinsi Riau terus berkembang dan kini memiliki 12 kabupaten/kota. Ibu kota Provinsi Riau juga baru
dipindahkan ke Pekanbaru pada 1960. Pada tahun 2004, Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Provinsi
tersendiri.

Penjelasan Tambahan :

Gelombang kedatangan pertama manusia di Riau sama dengan gelombang kedatangan awal manusia di
Indonesia. Gelombang kedatangan manusia tersebut berasal dari daratan Asia yang salah satu wilayah
lintasan pertamanya adalah Selat Melaka sebelum mencapai sumatera. Kedatangan manusia pertama
adalah suku bangsa weddoide yang hidupnya berpindah pindah tempat karena sumber mata
pencaharian mereka bergantung pada hasil buruan. Di Riau sekarang dikenal sebagai orang sakai dan
hutan. Mereka kemudian mengembangkan diri untuk menetap di suatu kawasan dan mulai mengenal
bercocok tanam.

Tahun 2500 SM-300 SM terjadi dua gelombang kedatangan manusia yang disebut proto Melayu dan
deutro Melayu. Proto Melayu sudah memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi dalam bercocok tanam,
cenderung tidak berpindah-pindah yang menyebabkan muncul permukiman-permukiman baru. Hal ini
dapat dikesani dalam kehidupan Suku Talang Mamak, Laut, dan Akit sebagai orang asli.

Deutro Melayu terjadi perkongsian hidup diantara mereka proto melayu, berkomunikasi dengan luar
sehingga tatanan hidup mereka lebih bervariasi. Jejak deutro-melayu dapat ditemui di Bangkinang,
Kuantanmudik, dan Rokan melalui penemuan arca serta perhiasan dari bahan perunggu.

Anda mungkin juga menyukai