Anda di halaman 1dari 17

Sejarah

Melayu riau
Bab 4 oleh Intan Nuraini
Kelas X mipa 4
A. Penyerangan terhadap
Portugis, Belanda, Inggris dan
Jepang.
Meskipun tidak terusir dari kawasan Melayu, Portugis tidak bisa hidup
dengan duduk manis. Dominasi Portugis tersebut, akhirnya berpindah
tangan kepada Belanda, hal ini juga ditandai dengan kekalahan
Portugis di Malaka pada tahun 1641. Kamu harus mengetahui berbagai
catatan sejarah berkenaan dengan serangan terhadap Belanda yang
dilakukan selama tiga abad dari satu tempat ke tempat lainnya. Daerah
Siak, Inderagiri Hilir, Inderagiri Hulu, Rokan Hilir, Rokan Hilir,
Kampar, Kuansing, Bengkalis, Meranti, Dumai, Pelalawan, bahkan
Pekanbaru, menoreh perlawanan demi perlawanan terhadap penjajah
dengan mengorbankan harta benda, juga darah maupun air mata.
Setidaknya, tiga kali Belanda dapat diusir dari bumi pertiwi, kemenangan berada
di tangan Riau walaupun kemudian kembali dirampas oleh pihak asing
Pada tahun 1759, Raja Mahmud di Siak yang didampingi panglimanya Said
Umar, menyerang Guntung di muara Sungai Siak. Mereka berhasil merampas
benteng Belanda yang kemudian mengusir bangsa asing tersebut. Tidak lama
kemudian, penguasa Siak, Sultan Alamuddin Syah bersama panglimanya,
Muhammad Ali, mengusir Belanda sampai ke Malaka. Tetapi sejak saat itu, Siak
merasa harus memindahkan ibu kota kerajaan dari Mempura ke Senapelan,
karena terus saja dibayang-bayangi ketamakan Belanda. Kemudian, ibu kota
kerajaan yang baru ini berkembang dan kemudian dikenal dengan nama
Pekanbaru.
B.perlawanan masyarakat riau
terhadap inggris dan jepang
Perlawanan masyarakat Melayu Riau, juga amat kelihatan ketika
Inggris dan Jepang berada di kawasan ini. Tercatat pertempuran di
Rokan, Bengkalis, Bukitbatu, dan Sedangkan perlawanan terhadap
Jepang, terutama terjadi di Enok, Indragiri Hilir. Labuhantangga
(Rokan Hilir). Di Enok, pertempuran diawali dengan ketidakmauan
masyarakat menyerahkan hasil tanaman mereka kepada Jepang.
Sementara, di Labuhantangga, dipicu oleh larangan Jepang terhadap
pelaksanaan takbir dan sholat Idul Fitri tahun 1944.
Perlawanan terhadap Jepang dilakukan dengan berbagai cara, tidak
hanya dengan senjata. Di antara cara itu adalah mogok kerja dan
pemboikotan. Mogok kerja ini misalnya, diperlihatkan buruh-buruh
kerja paksa yang membuat jalan Pekanbaru - Bangkinang. Peristiwa
ini berakhir tragis ketika Jepang justru menyiksa buruh yang ternyata
menewaskan ribuan orang.
C. Masyarakat Adat Melawan Penjajah
Orang laut merupakan kelompok yang Permusuhan antara Belanda dengan
Orang yang direncanakan Belanda dengan Orang menciptakan isu tentang
kejahatan yang
Belanda menuduh Orang Laut sebagai perompak kapal ketika melintas di
Selat Malaka.
Fitnah yang dibuat Belanda terhadap Melayu yang lain ikut memusuhi orang
Laut. pelayaran di Selat Malaka juga termakan tersebut, kelompok Orang
Laut memerangi Perlawanan Orang Laut membuat Belanda ekonomi dan
pemerintahannya.Selain Orang Laut, kelompok masyarakat
Belanda sekitar tahun 1930-1931. Pada masa Assyaidis dengan Belanda
Syarif Kasim terjadi Sani di Bengkalis. Abdul Jalil Tokoh Syaifuddin.
Koyan, berperan Peristiwa menjadi perperangan panglima antara
Kekuatan pasukan Akit cukup lengkap, yakni laut dan darat. Kemampuan
menguasai medan peperangan membuat orang Akit mampu memukul
mundur pasukan Belanda.
Menurut buku "Sejarah Riau" (Muchtar Lutfi, Ed.), Islam masuk ke tanah
Melayu Riau beriringan dengan adanya hubungan niaga Timur Tengah
dengan kawasan ini terutama Kampar pada abad ke-7. Namun, pada abad
awal keislaman yang dibawa Nabi Muhammad Saw. belum leluasa bergerak
di kawasan ini karena pengaruh kuat Budha dan dihadang Dinasti Tang di
Cina berkaitan dengan dominasi perdagangan. Meskipun demikian, Islam
makin merasuk ke tanah Melayu ini dengan berbagai kelebihannya sehingga
menjadi dasar bagi pengembangan peradaban Melayu. Pengaruh Islam yang
memuncak dengan kejayaan Melaka pada abad ke-14, diiringi oleh mulai
mencengkeramnya pengaruh kolonial asing.
D. Kekuatan Melayu Islam di Riau
1.Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh
Pada suatu masa, pengaturan kehidupan masyarakat di
Kuantan dan Singingi dikendalikan oleh konfederasi negeri
(koto) yang dinamakan Rantau Nan Oso Kurang Dua puluh
(rantau dua puluh kurang satu). Meskipun masing-masing
negeri (koto) memiliki otonomi tersendiri, permasalahan antar
koto dilaksanakan melalui musyawarah orang gedang di
Teluk Kuantan yang dipimpin Datuk Bisai.
2. Andiko Nan 44
Pemerintahan Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar Kiri, Kampar
Kanan, Tapung Kanan, serta Rokan, yang semuanya berjumlah 44 negeri. Pemerintahan
Andiko nan 44 diperkirakan berdiri pada tahun 1347. Pusat pemerintahan Andiko nan
44, berada di Muara Takus. Pucuk pemerintahan pertama dipegang oleh Datuk Simarajo
Dibalai dari suku Domo. Dalam melaksanakan pemerintahan, ia dibantu oleh satu
lembaga kerapatan yang merupakan utusan dari empat suku yaitu:
Datuk Rajo Ampuni dari suku Peliangtahan,
Datuk Mojolelo dari suku Domo,
Datuk Malintang dari suku Caniago,
Datuk Paduko Rajo dari suku Melayu.

Untuk kepala pemerintahan di tiap-tiap negeri, ditunjuk seorang Penghulu Pucuk sebagai
kepala kerapatan. Penghulu inilah yang meneruskan setiap perintah. Penghulu Pucuk
dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh seorang monti dan pendito
3. Gunung Sahilan Kerajaan Gunung Sahilan
Diperkirakan berdiri pada abad ke-16. Wilayahnya dibagi menjadi tiga rantau. Pertama Rantau Daulat,
yaitu ke Muara Singingi dengan kampung-kampungnya: Mentulik, Sungai Pagar, Jawi-Jawi, Gunung
Sahilan, Subarak, Koto Tuo Lipat Kain. Kedua, Rantau Indo Ajo, mulai dari Muara Singingi sampai ke
Muara Sawa disebut Indo Ajo dengan nama negerinya adalah Lubuk Cimpur. Ketiga, Rantau Andiko,
yaitu dari Muara Sawa sampai ke Pangkalan yang dua laras dengan negeri-negeri Kuntu, Padang Sawah,
Domo, Pulau Pencong, Pasir Amo (Gema), Tanjung Belit, Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur
Kuning, Terusan, Pangkalan Serai, Ludai, Koto Lamo dan Pangkalan Kapas. Secara garis besar, Kerajaan
Gunung Sahilan terbagi dalam dua wilayah besar, yaitu Rantau Daulat dan Rantau Andiko. Rantau Daulat
adalah daerah pusat kerajaan. Rantau Daulat berpusat di Kenegerian Gunung Sahilan. Sedangkan Rantau
Andiko adalah daerah kekuasaan Khalifah yang berempat di Mudik. Di Kerajaan Gunung Sahilan,
pemerintahan tertinggi berada di tangan Raja yang menguasai adat (pemerintahan) dan ibadah
(keagamaan). Gelar raja Kerajaan Gunung Sahilan adalah "Tengku Yang Dipertuan Besar" dan untuk Raja
Ibadah "Tengku Yang Dipertuan Sati".Kerajaan Gunung Sahilan berdiri selama lebih kurang 300 tahun.
Selama itu, Kerajaan Gunung Sahilan diperintah oleh sembilan orang raja atau sultan dan satu orang putra
mahkota yang akan dinobatkan menjadi sultan apabila raja yang terakhir wafat.
4. Tambusai
Kerajaan Tambusai ini merupakan salah satu kerajaan yang tua di tanah
Rokan. Ibu negerinya terletak di Dalu-Dalu. Tidak diketahui secara pasti
tahun berdirinya, namun diperkirakan setelah masuknya Islam di daerah ini.
Raja pertama kerajaan Tambusai adalah Sultan Mahyudin. Dalam
pemerintahan, ia dibantu oleh orang besar kerajaan yang terdiri dari Datuk
Srimaharajo, Datuk Paduko Tuan, Datuk Temenggung dan Datuk Paduko
Rajo. Setelah Sultan Mahyuddin wafat, ia digantikan oleh putranya yang
bernama Jena, kemudian bergelar Sultan Zainal. Selama pemerintahannya
tidak terdapat perubahan yang penting, kecuali perubahan gelar Datuk Seri
Paduko, Datuk Setia Raja, Datuk Mangkuto Majolelo dan Datuk Majo Indo.
5. Indragiri
Kerajaan Indragiri dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Keritang. Raja
pertama kerajaan Indragiri adalah Nara Singa. la adalah anak dari raja Keritang terakhir
yang ditawan oleh Melaka, yaitu Raja Merlang.Sebagai ibu kota, dipilih suatu tempat
yang terletak di tepi sungai di wilayah Pekantua. Menurut suatu pendapat, nama
Indragiri berasal dari nama anak sungai tempat didirikannya kerajaan ini, yaitu sungai
Pangandalan Diri. Daerah kekuasaan kerajaan Indragiri, adalah mulai dari Baturijal,
sepanjang sungai Indragiri, sungai Gangsal dan Keritang.Pendapat lain mengatakan
bahwa kata "Indragiri" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Kerajaan Negeri
Mahligai. Ada pun nama raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Indragiri, dimulai
dari Raja Iskandaralias Nara Singa I (1337-1400 M), ditutup oleh Tengku Mahmud
bergelar Sultan Mahmudsyah (1912-1963 M). Sultan yang terakhir, yaitu Sultan
Mahmudsyah.
6. Rambah
Kerajaan Rambah didirikan di daerah Pasir Pengaraian, yaitu di negeri Rambah. Daerah ini termasuk ke dalam
daerah kekuasaan Kerajaan Tambusai, bahkan raja Rambah pertama adalah saudara Sultan Tambusai sendiri,
rajanya bernama Tengku Muda. Untuk menjaga kemungkinan masa depan diadakan ikrar bersama antara raja
Tambusai dengan raja Rambah. Beberapa raja yang pernah memimpin kerajaan Rambah, di antaranya yaitu
Tengku Muda, Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari, Mohamad Syarif Yang Dipertuan Besar, Sultan Zainal
Puan Kerajaan Rambah, Sultan Mahmud Manjang.

7. Kunto Darussalam
Kerajaan Kunto Darussalam berdiri setelah kerajaan Tambusai, yaitu ketika
Tambusai diperintah oleh Sultan Syaifuddin. Pusat kekuasaannya terletak di Kota Lama. Kerajaan Kunto
Darussalam merupakan pusat penyebaran Islam di daerah Rokan. Menurut silsilah raja-raja kerajaan Kunto
Darussalam, sejak berdiri sampai-berakhir tahun 1942, tercatat 8 (delapan) orang raja yang pernah memerintah
yaitu: Tengku Panglima Besar Kahar Yang Dipertuan Besar (1878-1885), Tengku Syarif Yang Dipertuan Besar
(1885-1895), Tengku
Ali Kasim Yang Dipertuan Besar (1895-1905), Tengku Ali Tandun Yang Dipertuan Besar (1905-1910), Tengku
Ishak Yang Dipertuan Muda (19101921), Tengku Ali Momad Tengku Panglima Besar (1921-1925), Tengku
Kamaruddin Tengku Sultan Machmud (1925-1935), dan Tengku Maali Tengku Pangeran (1935-1942).
8. Kepenuhan

Kerajaan Kepenuhan, didirikan setelah kerajaan Tambusai berkembang dengan


pesat. Ibu negerinya terletak di Kota Tengah. Tidak ada catatan pasti tentang
waktu berdirinya kerajaan Kepenuhan. Dalam catatan tentang kerajaan Tambusai
disebutkan, bahwa kerajaan Kepenuhan berdiriketika Tambusai dipimpin oleh
Sultan yang ketujuh, Sultan Duli yang Dipertuan Tua Jika disanding dengan
kerajaan Kunto Darussalam yang didirikan pada masaTambusai diperintah oleh
raja yang ke-5, maka diperkirakan kerajaan Kepenuhan berdiri pada penghujung
abad ke-19. Menurut silsilah kerajaan, tercatat beberapa raja yang pernah
memerintah di Kepenuhan, antara lain Sultan Sulaiman Yang Dipertuan Muda,
Datuk Maruhum Merah Dada Yang Dipertuan Besar, Tengku Muda Sahak,
Montuo Muda, Tengku Sultan Sulaiman.
9. Rokan IV Koto
Sekitar abad ke-14, terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Kota Lama, yaitu
Kerajaan Rokan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa perkataan Rokan berasal
dari kata "rokana" yang berarti rukun dan damai. Ini melambangkan bahwa
kerajaan Rokan adalah sebuah kerajaan yang besar karena kerukunan warga
masyarakatnya. Kerajaan Rokan memiliki banyak sumber daya alam yang
menjadikan kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan yang makmur. Kerajaan Rokan
juga membangun hubungan yang erat dengan kerajaan lain. Keberadaan kerajaan
Rokan membuat Raja Melaka tertarik untuk membangun hubungan persahabatan.
Raja Melaka kemudian memperistri puteri Rokan dan kemudian dijadikan
permaisuri. Kerajaan Rokan mengalami kemunduran pada abad ke-16. Ada pun
raja-raja yang pernah memerintah Rokan IV Koto, di antaranya adalah Yang
Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859 M),Yang Dipertuan Sakti Husin (1856-1880
M), Tengku Sutan Zainal (1880-1903 M), Yang Dipertuan Sakti Ibrahim (1903-
1942).
10. Siak Sri Indrapura
Siak Sri Indrapura merupakan sebutan bagi sebuah kerajaan yang terletak di tepi Sungai Jantan (sekarang
disebut Sungai Siak dan berada dalam Kabupaten Siak). Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik pada tahun
1723. Raja Kecik adalah anak dari Sultan Johor, yaitu Sultan Mahmud Syah II, dari isterinya yang bernama
Encik Pong. Sebelum menjadi SultandiSiakSri Indrapura, Raja Kecik sempat menjadi raja Johor tahun
1717-1722. Setelah terjadi huru-hara di Johor, kemudian Raja Kecik memutuskan untuk menyingkir ke
Siak. la kemudian mendirikan kerajaan Siak Sri Indrapura pada tahun 1723. Pada masa Kerajaan Siak
inilah, Pekanbaru mulai dikembangkan.Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin,
merupakan sultan terakhir Siak Sri Indrapura atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Syarif Kasim II,
memerintah dari tahun 1908 sampai 1945. Sebagai seseorang yang berpendidikan, Beliau sangat peduli
dengan pendidikan, baik pendidikan umum, pendidikan agama, maupun pendidikan untuk kaum
perempuan. Beberapa lembaga pendidikan yang beliau dirikan adalah Madrasah Taufiqiyah al-Hasyimiyah,
Madrasah an-Nisa, dan Lathifah School. la mangkat pada tahun 1968 di Rumbai, dan bergelar Marhum
Mangkat di Rumbai.
11. Pelalawan
Kerajaan Pelalawan merupakan kelanjutan dari kerajaan Pekantua. Penamaan
"pelalawan" diambil dari kata "lalau" yang berarti tempat yang sudah dicadangkan.
Sekitar tahun 1725, Raja Pekantua Kampar Maharaja Dinda Il mengumumkan
pemindahan pusat pemerintahan dari Tanjung Negri ke Sungai Rasau. Setelah
pemindahan itu secara resmi nama Pelalawan menggantikan nama Pekantua Kampar.
Setelah berubah nama, Raja Pelalawan yang semula bergelar Maharaja Dinda Il berganti
menjadi Maharaja Dinda Perkasa atau disebut Maharaja Lela
Dipati. Setelah mangkat, digantikan puteranya Maharaja Lela Bungsu (17501775 M),
yang membuat kerajaan Pelalawan semakin berkembang pesat, karena ia membuka
hubungan perdagangan dengan Indragiri, Jambi melalui sungai. Kerumutan, Nilo, dan
Panduk. Penguasa terakhirnya adalah Syarif Harun/ Tengku Said Harun (1941-1946)
Terimakasi
h!

Anda mungkin juga menyukai