Anda di halaman 1dari 7

E.

Perlawana Gowa

Tokoh yang terlibat:

1. Sultan Hasanuddin

2. Arung Palakka

3. Cornelis speelman

Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo:

Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)


membuat posisi VOC di kawasan Indonesia Timur menjadi terancam.

Rivalitas antara Gowa-Tallo dan VOC semakin meruncing dan perang tak lagi bisa terelakkan. Dalam
buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, latar
belakang perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC, yaitu:

1. VOC menginginkan Hak Monopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur.

2. VOC melakukan blokade terhadap kapal-kapal yang akan berlabuh di Somba Opu.

Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-mena, Sultan Hasanudin memperkuat pasukan
dengan memerintahkan kerajaan bawahan di Nusa Tenggara untuk mengirimkan prajuritnya.

Sedangkan di lain sisi, VOC menggunakan politik Devide et Impera dengan meminta bantuan Arung
Palaka dari Kesultanan Bone.

Arung Palaka menerima permintaan dari VOC dengan alasan ingin membalas kekalahannya atas
Gowa-Tallo dan merebut kembali kemerdekaan Bone.

Jalan perang:

VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal perang. Ditambah
lagi pasukan dari Bone dibawah pimpinan Arung Palaka.

Pertempuran berlangsung sengit selama 4 bulan dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani
perjanjian Bongaya yang intinya berisi :

1. VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur

2. Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC

3. Gowa-Tallo mengganti biaya kerugian perang

4. Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC.


Akhir perang perlawanan Gowa:

Atas kekalahan ini Sultan Gowa menandaatngani suatu perjanjian yang sangat merugikan karena
harus melepas Buton, Menado, dan Kepulauan maluku. Dan portugis harus meninggalkan kerajaan
gowa. Tetapi pada tanggal 19 juni 1667,belanda di bawah pimpinan Speelmen melakukan
penyerangan ke benteng gowa di sombaopu. Dan tembakan dilepaskan dri sombaopu ke kapal
Speelmen. Tembakan sengit terdengar sepanjang hari. Spellmen mengambil taktik yaitu berlayar ke
selatan dan merampok kampung sepanjang pantai untuk menyibukkan kerajaan Gowa terus-
menerus. Di bantu oleh Aru palaka yang membawa 6.000 prajurit, belanda ahirnya dapat
mengalahkan pos-pos kerajaan gowa dan berhasil merebut kerajaan Gowa.

F. Rakyat Riau angkat senjata

Tokoh yang terlibat:

1. Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah.

2. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.

3. Raja Indra pahlawan

Latar belakang rakyat Riau angkat senjata:

Pada era Kolonialisme belanda dibentuklah suatu kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi dagang yang memonopoli dagang dan hasil bumi nusantara,
di balik itu rakyat indonesia tidak terima atas keserakahan VOC tersebut, sehingga terjadilah perang
dimana-mana. Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka tidak terima atas monopoli yang dilakukan
Belanda, sehingga mereka melakukan genjatan senjata yang sering disebut “Rakyat Riau Angkat
Senjata”.

Oleh karena itu untuk membahas lebih lanjut tentang akyat riau angkat senjata maka kami membuat
makalah yang berjudul “Sejarah Rakyat Riau Angkat Senjata”.

Jalan perang rakyat Riau angkat senjata:

Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus
dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau.
Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya di Riau. Kerajaan
kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan
monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh karena itu, beberapa kerajaaan mulai
melancarkan perlawanan.Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan
oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin
rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia membuat benteng
pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim
pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka.Uniknya dalam pertempuran
ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang bernama Raja Indra Pahlawan. Itulah
sebabnya sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah memiliki kepandaian berperang. Sifaf bela
negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai gantinya
diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760). Raja ini juga
memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC.

Akhir perang rakyat Riau angkat senjata:

Perang antara rakyat Riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang tersebut VOC
mendatangkan bantuan dari china dan sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau ditarik mundur
untuk merundingkan strategi perang baru, sehingga dalam perundingan tersebut didapatlah suatu
ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai.

Sehingga pada saat perundingan damai dengan VOC tersebut, kesempatan rakyat riau untuk
memukul habis para petinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau mendapat kemenangan dari VOC.
Walaupun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka.

G. Orang Orang cina memberontak

Tokoh yang terlibat:

Chen Huang Er Xian Sheng

Tan Oei Ji Sian Seng atau Yi Yong Gong

Latar belakang orang orang cina memberontak:

1. Adanya pembantaian yang dilakukan VOC terhadap etnis Tionghoa di Batavia pada Oktober 1740
yang menewaskan lebih dari 10.000.

2. Kebijakan VOC yang melakukan tindakan kekerasan dan deskriminatif terhadap etnis Tionghoa di
beberapa wilayah Nusantara

Jalan perang orang orang cina memberontak:

Perlawanan etnis Tionghoa terhadap VOC dibantu oleh kalangan bangsawan Mataram yang kontra
terhadap Pakubuwono II dan VOC.

Perlawanan etnis Tionghoa di wilayah Mataram dipimpin oleh Raden Mas Garendi (Sunan Kuning),
Raden Mas Said dan Kapiten Sepanjang.
Perlawanan tersebut dinamakan dengan Geger Pacinan dan menimbulkan kekacauan yang meluas
hingga pesisir Jawa. Sunan Kuning dan pasukannya berhasil merebut keraton Kasunanan di Kartasura
pada pertengahan 1742.

Melihat kondisi yang genting tersebut, VOC menggunakan kekuatan penuh untuk mengatasi
keadaan. VOC juga bersekongkol dengan Cakraningrat IV dan Pakubuwono II untuk meredam
perlawanan.

Pada November 1742, Kartasura yang diduduki oleh Sunan Kuning dan pasukannya diserang oleh
aliansi VOC, Cakraningrat IV dan Pakubuwono II.Aliansi VOC berhasil merebut kembali Kartasura dan
memaksa Sunan Kuning melarikan diri bersama pasukannya.

Akhir perang orang orang cina memberontak:

Sunan Kuning dan pasukannya menyerahkan diri pada September 1973. Hal tersebut dikarenakan
Sunan Kuning dan pasukannya terdesak dan terpisah dari kapitan Sepanjang di daerah Surabaya.

Pada akhirnya, Sunan Kuning dan pasukannya diasingkan menuju Srilanka setelah beberapa hari
ditahan di Surabaya.

H. Perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said

Tokoh yang terlibat:

1. Pakubuwana 2

2. Raden Massaid

3. R. sutawijaya

4. Suradiwangsa

5. pengeran Mangkubumi

Latar belakang perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said:

1. Intervensi dan campur tangan VOC terhadap urusan internal keraton Mataram.

2. Sikap Pakubuwono II yang sewenang-wenang terhadap bangsawan Mataram dan tunduk terhadap
VOC.

3. Keinginan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi untuk mengambil hak atas kekuasaan
beberapa daerah Mataram.
Jalan perang perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said:

Raden Mas Said adalah putra dari Arya Mangkunegara yang merupakan adik dari Pakubuwono II.

Pada umur remaja, Raden Mas Said resah karena karena sikap Pakubuwono II yang
menempatkannya sebagai Gandhek Anom (Bangsawan Rendahan) di Mataram. Padahal seharusnya
ia mendapat kedudukan sebagai Pangeran Sentana.

Raden Mas Said memutuskan keluar dari istana dan melakukan pemberontakan di berbagai daerah
Mataram bersama para bangsawan yang merasa kecewa dengan pemerintahan Pakubuwono II
seperti Sutawijaya dan Suradiwangsa.

Pemberontakan yang dilakukan oleh RM Said dan pasukannya sangat meresahkan Pakubuwono II,
sehingga ia membuat sayembara untuk mengatasi pemberontakan tersebut.

Barangsiapa mampu meredam pemberontakan RM Said, ia akan diberi tanah seluas 3.000 hektar.
Pangeran Mangkubumi menerima sayembara tersebut dan mampu memukul mundur RM Said dan
pasukannya dari daerah Sokawati.

Namun setelah mampu meredam perlawanan RM Said, Mangkubumi dikecewakan dengan


pelanggaran janji Pakubuwono II yang telah dihasut oleh VOC sebelumnya.

Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi adalah keturunan dari raja Mataram yang melawan
kesewenang-wenangan VOC di kawasan Mataram.

Kedua tokoh tersebut merupakan keturunan dari Amangkurat IV yang memerintah Mataram 1719-
1726. Raden Mas Said adalah cucu dari Amangkurat IV dan Pangeran Mangkubumi merupakan putra
keduanya.

Latar belakang perlawanan

Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, perlawanan yang dilakukan
oleh Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi dilatarbelakangi oleh :

Intervensi dan campur tangan VOC terhadap urusan internal keraton Mataram

Sikap Pakubuwono II yang sewenang-wenang terhadap bangsawan Mataram dan tunduk terhadap
VOC
Keinginan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi untuk mengambil hak atas kekuasaan
beberapa daerah Mataram

Jalannya perlawanan

Raden Mas Said adalah putra dari Arya Mangkunegara yang merupakan adik dari Pakubuwono II.

Pada umur remaja, Raden Mas Said resah karena karena sikap Pakubuwono II yang
menempatkannya sebagai Gandhek Anom (Bangsawan Rendahan) di Mataram. Padahal seharusnya
ia mendapat kedudukan sebagai Pangeran Sentana.

Raden Mas Said memutuskan keluar dari istana dan melakukan pemberontakan di berbagai daerah
Mataram bersama para bangsawan yang merasa kecewa dengan pemerintahan Pakubuwono II
seperti Sutawijaya dan Suradiwangsa.

Pemberontakan yang dilakukan oleh RM Said dan pasukannya sangat meresahkan Pakubuwono II,
sehingga ia membuat sayembara untuk mengatasi pemberontakan tersebut.

Barangsiapa mampu meredam pemberontakan RM Said, ia akan diberi tanah seluas 3.000 hektar.
Pangeran Mangkubumi menerima sayembara tersebut dan mampu memukul mundur RM Said dan
pasukannya dari daerah Sokawati.

Namun setelah mampu meredam perlawanan RM Said, Mangkubumi dikecewakan dengan


pelanggaran janji Pakubuwono II yang telah dihasut oleh VOC sebelumnya.

VOC menganggap hadiah tanah seluas 3.000 hektar terlalu berlebihan dan menyuruh Pakubuwono II
untuk menyerahkan hanya 1000 hektar kepada Mangkubumi.

Peristiwa pengingkaran janji dan tindakan semena-mena Pakubuwono serta VOC menyebabkan
Mangkubumi berbalik arah melawan mereka.

Mangkubumi bergabung dengan perlawanan Raden Mas Said pada 1746. Dalam buku Yogyakarta
dibawah Sultan Mangkubumi 1749-1792 (2002) karya M.C Ricklefs, disebutkan bahwa hingga akhir
1947 Mangkubumi memiliki 13.000 pasukan dengan 2.500 diantaranya adalah pasukan berkuda.
Perlawanan Mangkubumi dan RM Said meluas di seluruh wilayah Mataram hingga Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Mereka mampu memenangkan pertempuran di Juwana, Grobogan dan sempat
membakar sejujlah rumah dan mengancam keraton.

Akhir perang perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said:

Perlawanan Mangkubumi berakhir ketika VOC mengadakan perjanjian damai dengan Mangkubumi.
Perjanjian tersebut dilaksanakan pada Februari 1755 di desa Giyanti (ejaan Belanda), sekitar desa
Jantiharjo, Karanganyar.

Isi dari perjanjian Giyanti mengatur tentang pembagian wilayah dan kedudukan Mataram menjadi 2,
yaitu Kasunanan dan Kasultanan.

Mangkubumi memperoleh gelar Sultan dan memerintah wilayah Kasultanan Yogyakarta, sedangkan
Kasunanan Surakarta tetap dipimpin oleh Pakubuwono.

Sedangkan perlawanan RM Said mereda ketika diadakan perjanjian Salatiga (1757). Perjanjian
terebut berisi VOC dan Pakubuwono III memberikan RM Said kadipaten Pura Mangkunegara dan
memberinya gelar pangeran adipati arya Mangkunegara.

Anda mungkin juga menyukai