Anda di halaman 1dari 20

Sultan Agung VS J.P.

Coen
dan Perang Padri
Oleh kelompok 3
Nama Anggota kelompok :
• Alva alvita Azarina (02)
• Diana Sinthya Putri (07)
• Febri Airlangga (10)
• Inda Rizkiyah (13)
• Tegar Dwi Setiawan (32)
Sultan Agung VS J.P. Coen
• Latar belakang
• Alasan Sultan Agung menyerang Batavia
• Serangan pertama
• Serangan kedua
• Melemahnya kekuatan mataram
Latar belakang
• Sultan Agung adalah raja yang membawa Mataram
mecapain masa Keemasannya. Cita-cita Sultan Agung
antara lain, mempersatukan Seluruh tanah Jawa, dan
mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara, maka
dari itu Sultan Agung sangat menentang keberadaan
VOC(Vereenigde Oostindische Compagnie).
• Oleh karena itu, Sultan Agung merencanakan serangan
ke Batavia.
Alasan Sultan Agung menyerang Batavia
1. Tindakan monopoli yang dilakukan VOC
2. VOC sering menghalang-halangin kapal-kapal dagang
Mataram yang akan berdagang di Malaka
3. VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram
4. Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan
ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa
Serangan pertama
• Tepat pada tanggal 22 Agustus 1628, Tumenggung Baureksa,
memimpin Pasukan Mataram menyerang VOC di Batavia, dimana
pada saat itu Gubernur VOC dijabat oleh J.P Coen.
• Pasukan Mataram berusaha membangun pos-pos pertahanan,
tetapi kompeni VOC berusaha menghalang-halangi, sehingga
pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan.Ditengah-tengah
peperangan Pasukan Mataram lain berdatangan, Pasukan Mataram
berusaha mengepung tetapi kekuatan VOC dengan persenjataan
lebih unggul dapat memukul balik Pasukan Mataram, Tumenggung
Baureksa pun gugur.Serangan pertama belum berhasil.
Serangan kedua
• Tidak putus asa, Sultan Agung langsung mempersiapkan serangan kedua, belajar dari
pengalaman ia meningkatkan jumlah kapal senjata, dan makanan, ia membangun lumbung
beras untuk persediaan bahan makanan di Tegal dan Cirebon.
• Tahun 1629, Pasukan Mataram dibawah pimpinan Tumenggung Singaranu, Kiaki Dipati
Juminah, Dan Dipati Purbaya.VOC mengetahui persiapan Pasukan Mataram, Sehingga di Tegal,
VOC menghancurkan 200 kapal Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah lumbung beras.
• Pantang mundur, dengan jumlah pasukan yang ada, Pasukan Mataram berhasil menguasai
dan menghancurkan Benteng Hollandia, lalu Pasukan Mataram mengepung Benteng Bommel,
tapi gagal menghancurkannya, terdengar berita bahwa J.P Coen tewas dalam penyerangan itu
yang terjadi pada tanggal 21 September 1629
• Dengan kondisi kritis, Belanda semakin marah dan meningkatkan kekuatannya untuk
mengusir Pasukan Mataram, dengan senjata yang lebih baik dan lengkap, Pasukan Mataram
ditarik mundur kembali ke Mataram.
• Dengan demikian serangan kedua Sultan Agung juga mengalami kegagalan.
Melemahnya mataram
• Dengan kegagalan kedua penyerangan Pasukan Mataram membuat
VOC semakin berambisi untuk memaksakan monopoli dan
memperluas pengaruhnya di daerah lain.Namun dibalik itu VOC tetap
mengawasi gerak Pasukan Matara.
• Sebagai contoh, pada waktu Sultan Agung mengirim pasukan ke
Palembang untuk membantu Raja Palembang menyerang VOC, tetapi
ditengah jalan langsung diserang oleh VOC.
• Jiwa Sultan Agung untuk melawan dominasi asing di Nusantara, tidak
diwarisi oleh raja-raja pengganti Sultan Agung, ia meninggal pada
tahun 1645, Mataram pun semakin lemah dan dikendalikan oleh VOC
Perang Padri
• Latar belakang
• Sebab terjadinya perang padri
• Jalannya perang padri ( periode pertama
dan periode kedua)
• Akhir perang padri
Latar belakang
• Perang Padri merupakan perang yang pernah terjadi
di Provinsi Sumatera Barat dan sekelilingnya mulau
tahun 1803 hingga 1838. Khususnya di wilayah
Kerajaan Pagaruyung. Awalnya perang ini terjadi
karena perbedaan prinsip tentang agama tapi lama-
lama menjadi perjuangan melawan penjajah.
Sejarah perang padri
• Sebab pecahnya Perang Padri adalah ketika kepulangan 3 orang haji yakni Haji
Sumanik, Haji Miskin dan Haji Piobang. Mereka bertiga kembali ke Minangkabau pada
tahun 1803 dan menggagas untuk memberantas segala yang menyimpang dalam
syariat Islam di daerah tersebut. Usulan ketiga tokoh ini kemudian didukung oleh
Tuanku Nan Renceh dan ulama lain di Minangkabau

• Para Ulama yang sudah berkumpul kemudian meminta agar segala kebiasaan buruk
yang dilakukan oleh kaum adat maupun kerajaan untuk ditinggalkan. Kebiasaan
buruk tersebut harus dihilangkan karena menyimpang dengan ajaran Islam,
contohnya sudah dijelaskan diatas. Para ulama kemudian melakukan perundingan
dengan kaum adat, tetapi dari perundingan tersebut tidak menemui titik temu yang
jelas / tidak ada kata sepakat.
Jalannya perang (periode pertama)
• Periode pertama Perang Padri merupakan perang yang berlangsung antara kaum
ulama/padri dan kaum adat. Beberapa hari setelah perundingan antara kedua belah
pihak dan tidak ada kata sepakat, kemudian pada tahun 1815 kaum ulama / Padri
melakukan serangan terhadap kerajaan Pagaruyung. Serangan yang dilakukan oleh
kaum Padri dipimpin oleh Tuanku Pasuman, serangan berlangsung membuat Sultan
Arifin Muningsyah kalah dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan.

• Akibat semakin tersesak, kaum adat kemudian meminta bantuan kepada pihak
Belanda. Perjanjian antara Kerajaan Pagaruyung dengan Belanda akhirnya dibuat,
perjanjian tersebut dilakukan atas nama Sultan Tangkal Alam Bagar. Dengan
dilakukannya perjanjian, maka kerajaan ini telah menyerahkan kerajaan kepada
pihak Belanda dan mengangkat Sultan Tangkal sebagai penguasa daerah tersebut.
• Kaum adat dengan bantuan Belanda kemudian melakukan serangan di daerah
Simawang dan Sulit Air pada tahun 1821, tepatnya bulan April. Atas bantuan dari
Belanda, kaum Padri akhirnya dapat dipukul mundur dari Pagaruyung. Langkah
selanjutnya yang dilakukan belanda yaitu membangun Benteng pertahanan
bernama Fort Ban Der Capellen, lokasi benteng tersebut berada di Batusangkar.

• Kaum Padri kemudian bergeser ke daerah Lintan, disana mereka menyusun


kekuatan dan juga bertahan dari serangan musuh serta melakukan penghadangan
apabila musuh mulai melakukan pergerakan. Perlawanan yang dilakukan oleh
kaum Padri ternyata membuat pasukan Belanda dan kaum adat kewalahan, hal ini
dibuktikan dengan mundurnya mereka ke Batusangkar pada pertemuran yang
berlangsung pada bulan September 1822.
• Akibat sulitnya mengalahkan kaum Padri, Belanda kemudian mengusulkan untuk
melakukan gencatan senjata. Usulan tersebut disampaikan melalui residen yang
berada di kota Padang kepada kaum padri dibawah pimpinan Tuanku Imam
Bonjol. Gencatan senjata akhirnya dilakukan pada 15 November 1925 dengan
melalui Perjanjian Masang.
• Tuanku Imam Bonjol kemudian memanfaatkan masa gencatan senjata tersebut
untuk pemulihan kekuatan, ia juga mencoba untuk mendekati kaum adat. Dari
usaha yang dilakukan, ia kemudian berhasil merangkul kaum adat. Kerjasama
antara kaum padri/ulama dengan kaum adat dikenal sebagai "Plakat Puncak
Pato", kerjasama tersebut disepakati di Marapalam. Kerjasama ini dilakukan
dengan dasar / landasan adat Minangkabau beragama Islam dan agama Islam
dengan dasar Al Qur'an.
Jalannya perang (periode kedua)
• Pada periode dua merupakan perlawanan kaum Padri dan kaum Adat melawan
penjajah Belanda di Minangkabau. Periode ini dimulai pada tahun 1833, Belanda
kemudian menangkap penguasa yang sebelumnya ditunjuk yang dianggapnya
sebagai penghianat, yakni bernama Sultan Tangkal Bagar. Dengan bersatunya kedua
kaum tersebut, maka Belanda menghadapi seluruh masyarakat Minangkabau.
• Langkah yang dilakukan Belanda kemudian mengeluarkan sebuah pengumuman
pada tahun 1833. Pengumuman tersebut berisi mengenai tujuan kedatangan
mereka ke Minangkabau adalah untuk berdagang sekaligus menjaga keamanan dan
tidak akan menguasai/menjajah daerah tersebut. Lantas mereka juga menjelaskan
bahwa mereka juga membangun sekolah, jalan dengan biaya mereka, untuk
kepentingan rakyat Minangkabau, sehingga rakyat diwajibkan menanam kopi dan
menjualnya kepada pemerintah Belanda.
• Pertempuran antara kedua belah pihak pun berlangsung
dalam kurun waktu 5 tahun. Belanda berusaha menguasai
benteng bonjol yang diduduki oleh pasukan dari kaum padri
maupun kaum adat. Segala serangan yang dilakukan
Belanda tidak dapat menembus benteng pertahanan ini.
Langkah selanjutnya Belanda kemudian mengepung
benteng tersebut selama setahun, hal ini dilakukan untuk
menyetop suplai senjata dan makanan pasukan yang
dipimpin oleh Imam Bonjol tersebut.
Akhir dari perang padri
• Sulitnya mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, membuat
belanda mengirim sebuah undangan untuk gencatan senjata. Gencatan senjata itu pun
diterima oleh Imam Bonjol setelah mempertimbangkannya dengan matang. Gencatan
senjata akan dilangsungkan selama 14 hari artinya akan berkibar bendera putih selama
kurun waktu tersebut. Imam Bonjol kemudian diminta untuk hadir dalam perundingan
tanpa membawa senjata apapun, tempat pelaksanaan perundingan yaitu di Palupuh. 

• Ternyata perundingan yang dibuat oleh Belanda hanya tipu muslihat untuk dapat
menangkap Tuanku Imam Bonjol. Ia kemudian berhasil ditangkap, peristiwa
penangkapan ini terjadi pada bulan Oktober tahun 1837. Imam Bonjol kemudian
diasingkan ke beberapa daerah dalam kurun waktu tertentu, daerah tersebut meliputi
Cianjur, Ambon dan Menado. Setelah diasingkan selama kurang lebih 27 tahun, beliau
kemudian wafat, tepatnya pada tanggal 8 November 1864.
• Setelah Benteng Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda ternyata
perlawanan rakyat Minangkabau terhadap penjajah tersebut
masih terus dilakukan. Serangan yang dilakukan pada 28
Desember 1828 dipimpin oleh Tuanku Tambusai. Benteng
terakhir kaum padri yang berada di dalu akhirnya dapat
dikalahkan, pasukan Padri pun mundur dan mereka pindah ke
daerah Semenanjung Malaya, tepatnya Negeri Sembilan.
Akibat kekalahan tersebut, perang Padri dianggap telah selesai
dan berakhir dengan kemenangan oleh penjajah Belanda.

Anda mungkin juga menyukai