Anda di halaman 1dari 8

𝐌𝐀𝐊𝐀𝐋𝐀𝐇

𝐏𝐄𝐑𝐋𝐀𝐖𝐀𝐍𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐇𝐀𝐃𝐀𝐏 𝐊𝐎𝐋𝐎𝐍𝐈𝐀𝐋𝐈𝐒𝐌𝐄 𝐃𝐀𝐍 𝐈𝐌𝐏𝐄𝐑𝐈𝐀𝐋𝐈𝐒𝐌𝐄

Disusun oleh:

1. Audia cinta josinda (07)


2. Debby rossifia (08)
3. Devara celia arneva hesaputri (11)
4. Diva Wanda fitriama yadori (13)
5. Giyandi nasjwa adzani (18)
6. Muhammad rasya maulana Zaini (25)

A. PENGERTIAN KOLONIALISME SERTA IMPERIALISME


1. Kolonialisme
Kolonialisme yaitu suatu sistem yang mana suatu negara menguasai
rakyat & sumber daya negara lain tapi masih tetap berhubungan dengan
negara asal.
Kolonialisme di definisikan juga dengan suatu upaya meluaskan,
pengembangan, penguasaan suatu wilayah dengan kekuasaannya 1 negara
diluar lokal atau wilayah negara tersebut.
Pada dasarnya, kolonialisme memiliki tujuan untuk mendapatkan
dominasi ekonomi dari sumber tenaga kerja, perdagangan daerah tersebut.
Wilayah kolonial adalah wilayah yang memiliki bahan mentah yang banyak
untuk memenuhi kebutuhan negara yang menjalankan kolonialisme.
Dan juga kolonialisme memiliki tujuan untuk menguras habis sumber
daya alam atau kekayaan alam dari negara yang dijadikannya sebagai tempat
koloni untuk dibawa ke negara induk.

2. Imperialisme
Kata imperialisme berasal dari kata latin imperium, yang berarti kekuatan
tertinggi. Imperialisme merupakan kebijakan atau ideologi untuk memperluas
kekuatan suatu negara atas negara-negara asing.
Imperialisme sangat umum diseluruh dunia sepanjang sejarah yang
tercatat, contoh paling awal yang berasal dari pertengahan milenium ketiga
sebelum Masehi. Dalam beberapa kondisi, imperialisme dianggap sebagai cela
secara moral dan dilarang oleh hukum internasional. Oleh karena itu, istilah ini
digunakan dalam propaganda internasional untuk mengancam kebijakan luar
negeri pihak lawan.

B. PERLAWANAN TERHADAP PERSEKUTUAN DAGANG


1. Sultan baabullah mengusir Portugis
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis. Penyebab
utamanya adalah Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan
Tidore. Portugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli
cengkih ke Tidore. Tidore tidak terima, lalu melakukan perlawanan. Dalam
perang tersebut, Portugis berhasil mengadu domba kerajaan Ternate dan
Tidore.
Sultan hairun berhasil menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanan
pada tahun 1565. Portugis terus terdesak oleh gempuran tentara kerajaan
yang didukung rakyat. Portugis menawarkan perundingan kepada sultan
hairun.
Pada tahun 1570, bertempat di benteng Sao Paolo, terjadi perundingan
antara sultan dan Portugis. Pada awal perundingan berjalan lancar. Namun,
pada saat perundingan berlangsung tiba-tiba Portugis menangkap sultan
hairun dan membunuhnya
Sultan baabullah (putra Sultan hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan
ayahandanya dengan memimpin perlawanan. Pada saat bersamaan, Ternate
dan Tidore bersatu meluncurkan serangan terhadap Portugis. Akhirnya, pada
tahun 1575, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Lalu Portugis melarikan diri
dan menetap di Ambon. Pada tahun 1605, Portugis berhasil diusir oleh VOC
dari Ambon. Portugis kemudia menyingkir ke Timor Leste dan melakukan
kolonisasi di tempat itu

2. Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar muda (1607-1639), armada Aceh
telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh
telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada tahun
1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang
dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapatkan kemenangan. Meskipun
demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.

3. Ketangguhan “ayam jantan dari timur”


Sultan Hasanuddin adalah raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika,
kerajaan Gowa (sultan Hasanudin) dan Bone ( arung Palaka) berselisih paham.
Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut.
VOC memberikan dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa
tahun 1666. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian bongaya
pada 18 November 1667.
Isi dari perjanjian bongaya:
 Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar
 Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makasar
 Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar
Makassar
 Aru Palaka diakui raja Bone.
4. Serangan Mataram terhadap VOC
Mataram adalah kerajaan besar di Jawa tengah. Belanda diizinkan
mendirikan benteng gudang (Loji) untuk kantor dagang di Jepara pada tahun
1615. Belanda juga memberikan 2 meriam untuk kerajaan Mataram.
Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli
Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, gubernur jenderal VOC Jan
pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marcy menyerang Jepara.
Raja Mataram Sultan agung segera mempersiapkan penyerangan
terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun
1628. Pasukan Mataram dipimpin tumenggung Bahurekso, yang tiba di Batavia
tanggal 22 Agustus 1628. Lalu, menyusul pasukan tumenggung sura Agul-agul,
dan kedua bersaudara yaitu kiai Dipati mandurejo dan upa Santa.
Selain karen kurangnya perbelalan, juga disebabkan Mataram kurang
matang dalam memperhitungkan Medan pertempuran. Faktor lain adalah
persenjataan Belanda jauh lebih modern dibanding tentara Mataram.
Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga terpaksa
pasukan ditarik kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Mataram
segera mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan kyai Adipati
Juminah, K.A Puger, K.A Purbaya. Serangan dimulai pada tanggal 1 Agustus dan
berakhir 1 Oktober 1629. Namun, serangan kedua ini juga gagal, karena faktor
kelemahan yang sama seperti serangan pertama serta lumbung padi
persediaan makanan banyak dihacurkan Belanda
Pada tahun 1799, VOC dinyatakan bangkrut hingga dibubarkan. Pada
tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan
segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah. Setalah dibubarkannya VOC,
Indonesia berada langsung di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

C. PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAH HINDIA BELANDA


1. Perang Saparua di Ambon
Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon
mengadakan perlawanan, di bawah pimpinan Thomas Matulesi (Pattimura).
Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut
benteng Belanda serta membunuh residen Van den Berg. Turut serta pula
seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu, teman dari
kapten Pattimura. Perlawanan Pattimura dapat dikalahkan setelah bantuan
Belanda dari Batavia datang. Pattimura bersama 3 pengikutnya ditangkap dan
dihukum gantung.

2. Perang paderi si Sumatra barat (1821-1838)


Minangkabau, Sumatra barat merupakan salah 1 pusat gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Gerakan pemurnian ajaran Islam dibawa oleh
para haji, yaitu haji miskin, haji sunanik, dan haji piobang.
Kaum Padri dipimpin tuanku imam Bonjol (M Syahab), tuanku nan cerdik,
tuanku Tambusai, dan tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil
membuat Belanda terpojok. Belanda pun mengajak kaum Padri berdamai,
yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825
Belanda menerapkan sistem pertahanan benteng stelsel. Benteng fort de
lock di bukit tinggi dan benteng fort Van der cappelen merupakan 2 benteng
pertahanannya. Dengan siasat tersebut, Belanda akhirnya menang, yang
ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun
1837. Tuanku imam Bonjol ditangkap, kemuadia diasingkan ke priangin,
kemudia ke Ambon, dan terakhir di menado hingga wafat tahun 1864.

3. . Perang Diponegoro (1825-1830)


Salah 1 bukti campur tangan politik Belanda adalah dalam urusan politik
kerajaan Yogyakarta terjadi ketika pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV
wafat.
Berbagai kegelisahan dan penderitaan yang membuat rakyat marah.
Contoh, saat membangun jalan baru pada bulai Mei 1825, Belanda dan Patih
danurejo memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro. Pada tanggal
20 Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan
dibakar Belanda.
Diponegoro meninggalkan kota dan menyusun strategi perlawanan di luar
kota Yogyakarta. Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir
Belanda.
Belanda berhasil menangkap kyai maja dan pangeran Mangkubumi. Belanda
kemudian juga berhasil meyakinkan panglima Sentot prawiryodirjo untuk
membuat perjanjian perdamaian. Pada bulan Maret 1830, Diponegoro
bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang, Jawa tengah.
Setelah berakhirnya perang di Jawa, tidak ada lagi perlawanan yang besar di
Jawa.

4. Perang Aceh
Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka
kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak atas Aceh. Belanda juga membakar
masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh 5 April 1873.
Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di depan masjid
Baiturrahman, Banda Aceh. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan
dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil.
Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgronje yang memakai nama samaran
Abdul Gafar. Ia dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara
mengalahkan rakyat Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan
dengan kekerasan, sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara
golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama. Belanda memberikan
tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila kaum ulama dapat
dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak.
Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan
Aceh Mohammad daudsyah ditawan pada tahun 1903. Cut nyak Dien, tokoh
pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906, kemudia diasingkan ke
Sumedang.
Pahlawan perempuan cut Meutia gugur pada tahun 1910. Hingga tahun
1917, Belanda masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan
aceh. Belanda mengumumkan berakhirnya perang Aceh pada tahun 1904.
Namun demikian, perlawanan seporadis rakyat Aceh masih berlangsung
hingga tahun 1930an.

5. Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatra Utara


Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan oleh
Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini, yang dinamakan juga perang Batak,
berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal batu, yang
menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877.
Pasuka Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah kapten Christoffer
berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di pakpak. Kedua
putra beliau Patuan nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh
Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

6. Perang Banjar
Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan
pergantian raja di kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada
pangeran tamijidilah yang tidak disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh prabu Anom dan pangeran Hidayat. Pada
tahun 1859, pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah prabu Anom
ditangkap Belanda. Pada tahun 1862, pangeran Hidayat menyerah, dan
berakhirlah perlawanan Banjar di pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar
dapat dipadamkan pada tahun 1905.

7. Perang Jagaraga di Bali


Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan kerajaan di Bali bersengketa
tentang hak tawan karang. Persengketaan ini menyebabkan Belanda
melakukan serangan terhadap kerajaan Buleleng pada tahun 1846. Belanda
berhasil menguasai kerajaan Buleleng, sementara raja Buleleng menyingkir ke
Jagaraga dibantu oleh kerajaan Karangasem.
Setalah berhasil merebut benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan
ekspedisi militer tahun 1849. 2 kerajaan Bali, yaitu Gianyar dan klungkung
menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906. Seluruh kerajaan di Bali pun jatuh
ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati,
yang dikenal dengan perang Puputan Jagaraga.

Anda mungkin juga menyukai