Anda di halaman 1dari 11

Tokoh-Tokoh yang Berjuang Melawan

Penjajahan Belanda
A. Pattimura

Image By : ruanasagita.blogspot.com
Pattimura pemimpin perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda pada tahun 1817. Di bawah
pimpinan Pattimura, rakyat Maluku berhasil merebut Benteng Duursteede dan membunuh
hampir semua penghuninya termasuk Residen Van den Berg. Pertempuran demi pertempuran
terus berkobar dan kemenangan terus diraih pasukan Pattimura. Ternyata, perjuangan para
pahlawan untuk mengusir para penjajah dari tanah air tidak pernah surut. Hal itu menunjukkan
semangan nasionalisme yang tinggi terhadap bangsanya.

Untuk menghadapi perlawanan Pattimura, Belanda menggunakan taktik devide et impera


(memecah belah). Belanda memperalat Raja Booi untuk mengetahui tempat persembunyian
Pattimura. Pada 16 Desember 1817, Pattimura ditangkap dan dihukum mati.

B. Tuanku Imam Bonjol

Image By : www.kiblat.net
Tuanku Imam Bonjol dilahirkan dengan nama Peto Syarif. Beliau sangat gigih berjuang untuk
memurnikan ajaran islam dari penyimpangan. Beliau memimpin rakyat Sumatera Barat untuk
melawan Belanda. Tuanku Imam Bonjol bertempur melawan Belanda selama 15 tahun.

Pada tanggal 28 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol memenuhi undangan Residen Prancis
untuk berunding di Palupuh. Namun, dalam pertemuan tersebut, Tuanku Imam Bonjol di tangkap
Belanda. Beliau diasingkan ke Cianjur Jawa Barat, kemudian dipindahkan ke Ambon, lalu ke
Manado. Beliau wafat di Manado pada 6 November 1864.
C. Pangeran Diponegoro

Image By : id.wikipedia.org
Antawirya atau Pangeran Diponegoro merupakan pemimpin perlawanan terhadap Belanda di
daerah Jawa Tengah. Pangeran Diponegoro sangat geram melihat kehidupan para bangsawan
Mataram yang telah menjadi kaki tangan Belanda. Beliau marah karena melihat budaya barat
yang memyebabkan kemorosatan akhlak masyarakat Jawa.

Pada tahun 1825, kemarahan Pangeran Diponegoro semakin memuncak ketika Belanda hendak
membangun jalan baru dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo dan melalui tanah
makam leluhur Pangeran Diponegoro. Akhirnya, pecahlah Perang Diponegoro. Perang ini
berlangsung dari tahun 1825 sampai 1830. Beliau dibantu oleh Pangeran Mangkubumi, Sentot
Alibasyah, dan Kyai Mojo. Pada 28 Maret 1830, dalam perundingan di Magelang. Pangeran
Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makassar. Pada 8 Januari 1855, beliau meninggal dunia
di Makassar.

D. Pangeran Antasari

Image By : biografi-biodata-profile.blogspot.com
Pangeran Antasari berasal dari Kalimantan Selatan. Beliau memimpin Perang Banjar pada 1859.
Dalam Perang Banjar, beliau dibantu oleh Pangeran Hidayat. Perang Banjar terjadi karena
Belanda mengangkat Pangeran Tajidillah sebagai Sultan, padahal Pangeran Hidayat yang lebih
berhak.
E. Raja Buleleng

Image By : id.wikipedia.org
Perlawanan rakyat Bali berawal dari persengketaan antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda
mengenai hak tawan karang. Menurut hak tawan karang setiap kapal yang terdampar di pantai
wilayah Kerajaan Bali akan menjadi milik Kerajaan Bali, kecuali Belanda mau membayar setiap
kapal yang kandas. Pada tahun 1844, kapal dagang Belanda terdampar di pantai wilayah
Kerajaan Buleleng. Berdasarkan hak tawan karang, kapal Belanda tersebut menjadi hak Kerajaan
Buleleng. Namun, Belanda menuntut agar kapal dan isinya dikembalikan kepada Belanda.
Persengketaan tersebut berujung pada Perang Puputan yang pecah pada tahun 1848.

F. Sisingamangraja XII

Image By : www.kompasiana.com
Belanda menyerang Tapanuli pada tahun 1878, tetapi serangannya dapat dipatahkan oleh rakyat
Tapanuli. Kemudian pada tahun 1889, pertempuran kembali berkobar dan Sisingamangraja XII
bersikap bertahan. Akhirnya, pada tahun 1904, Belanda kembali menyerang. Dalam serangan
tersebut, Sisingamangraja XII gugur dan dimakamkan di Tarutung.
G. Cut Nyak Dien

Image By : www.biografiku.com
Cut Nyak Dien adalah salah seorang pemimpin perlawanan rakyat aceh terhadap Belanda.
Rakyat Aceh sangat gigih berjuang mengusir Belanda, dan Belanda kesulitan mematahkan
serangan rakyat Aceh. Perang Aceh berlangsung dari tahun 1873-1903. Untuk mengetahui
kelemahan rakyat Aceh, Belanda mengutus Snouck Hurgronye untuk menyelidiki
kelemahan masyarakat Aceh. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut, Belanda
menggunakan siasat adu domba. Caranya dengan memerangi para ulama dan mendekati
para ketua adat dan kaum bangsawan. Selain Cut Nyak Dien, perlawanan rakyat Aceh
juga dimpin oleh Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, dan Panglima Polim.
Perjuangan Tokoh Masa Penjajahan Belanda
Materi Kelas : V

Semester :I

Oleh : Dabaroh

PERJUAANGAN TOKOH MASA PENJAJAHAN BELANDA

A. Sebab Akibat Wilayah Nusantara Dikuasai Belanda

1. Dikuasainya Wilayah Nusantara oleh Belanda

Bangsa Belanda pertama kali dating ke Indonesia pada tahun 1596. Mereka mendarat di Banten
di bawah pimpinan Cornelius de Hcutman yang didampingi oleh De Keyser.

Pada tahun 1602 Belanda membentuk kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenigde Oast
Compagnie), artinya persekutuan dagang Hindia Timur. Orang Indonesia menyebutnya kompeni.
Untuk menjalankan VOC pemerintah Belanda mengangkat Pieter Both sebagai Gubernur
Jenderal VOC yang pertama.

VOC diberi hak dan kekuasaan oleh pemerintah Belanda untuk melaksanakan monopoli dagang
di wilayah Indonesia. Hak dan kekuasaan itu diantaranya mengadakan perjanjian dengan raja-
raja, membentuk angkatan perang, mencetak uang sendiri, mengangkat pegawai, menyatakan
perang, dan memungut pajak. Dengan telah terlibatnya pemerintah Belanda di wilayah Indonesia
berarti Belanda menjajah Indonesia.

Hal-hal yang menyebabkan jatuhnya wilayah Indonesia ke pemerintah Belanda disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain pada masa itu sifat-sifat kedaerahan lebih kuat sehingga mudah diadu
domba. Letak geografis Indonesia yang berpulau-pulau dan dilatarbelakangi keadaan masyarakat
yang miskin dan kurang wawasan pendidikan sehingga dapat mengakibatkan sulitnya
berkomunikasi.

Monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Belanda semakin mempersulit kehidupan rakyat
Indonesia setelah dikeluarkan dua peraturan, yaitu :

1. Rakyat menjual rempah-rempah hanya kepada VOC


2. Jenis tanaman dan tempat menanam rempah-rempah ditentukan oleh VOC

Untuk memperkuat keberadaan Belanda di Indonesia, pada tahun 1619 Pemerintah Belanda
mengangkat Jon Pieterzoon Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC yang kedua, menggantikan
Pieter Both.

Kedudukan Belanda semakin kuat sehinnga Jon Pieterzoon Coen dapat merebut Jayakarta
(Jakarta sekarang) dan nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Belanda menjadikan Batavia
sebagai pusat kegiatan VOC dan pusat pemerintahan Belanda. Bermula dari kota inilah Belanda
mulai memperluas daerah jajahannya ke seluruh wilayah Indonesia.

2. Kerja Paksa dan Pajak yang Memberatkan Rakyat

Berbagai penderitaan yang dirasakan rakyat Indonesia sejak mulai datang hingga berakhirnya
penjajahan Belanda tidak kunjung sirna. Belanda untuk mencapai keinginannya antara lain
dengan cara melakukan kerja paksa atau rodi dan monopoli perdagangan. Bahkan menerapkan
pajak tanah yang memberatkan rakyat.

Kebijakn ekonomi yang diterapkan Belanda sangat merugikan pihak Indonesia, terutama rakyat
kecil. Kebijakan tersebut dikenal dengan sistem Pajak Tanah. Pada sistem itu menyebutkan
bahwa semua tanah menjadi hak milik pemerintah Belanda. Oleh karena itu, para petani
berkewajiban membayar sewa tanah kepada Belanda. Pemungutan sewa tanah tersebut dilakukan
secara paksa.
Berikut ini merupakan gambaran sebagian kecil penderitaan rakyat yang dialami masa
penjajahan Belanda

1. kerja Paksa ; rakyat harus bekerja tanpa diberi upah dan makan sehingga banyak yang
kelaparan dan meninggal dunia
2. Tanam Paksa ; petani dipaksa menanam tanaman yang ditentukan oleh Belanda dan hasil
panennya harus dijual kepada Belanda dengan harga murah
3. Monopoli Perdagangan ; penjajah memaksa petani agar menjual hasil pertanian dengan
harga murah, sehinnga petani mengalami kerugian yang sangat besar.
4. Perbudakan
5. Penyiksaan ; apabila rakyat melanggar atau memberontak, penjajah tidak segan-segan
menyiksa dengan cambuk atau dibuang ke daerah lain bahkan dihukum gantung

Dalam kurun waktu 350 tahun rakyat Indonesia mengalami berbagai penderitaan akibat
penjajahan, antara lain :

1. Pelaksanaan rodi atau kerja paksa siang dan malam


2. Tanah rakyat dirampas untuk kepentingan penjajah
3. Pemberontakan kepada Belanda mendapat hukuman badan
4. banyak penduduk yang dijual ke luar negeri
5. Anak-anak pribumi dilarang bersekolah
6. Rakyat dipaksa membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1.000 km.

B. Perjuangan Tokoh-Tokoh Daerah untuk Mengusir Belanda

1. Perlawanan Sultan Ageng Tirtatayasa (1651-1682)

Kehadiran Belanda di Banten mempengaruhi kehidupan masyarakat di Banten, yang pada saat
itu dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Kesewenang-wenangan Belanda terhadap rakyat
Banten dan monopoli perdagangan VOC membuat rakyat marah. Rakyat Banten di bawah
pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa mengadakan aksi menghancurkan kapal yang dijadikan alat
angkut perdagangan VOC.

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, kesultanan Banten merupakan Bandar perdagangan
internasional yang sangat ramai. Melihat keadaan itu Belanda merasa sangat iri dengan
kemajuan kesultanan Banten dalam bidang perdagangan. Belanda membuat siasat untuk
memecah belah rakyat Banten dengan cara adu domba diantara keluarga kesultanan. Siasat
tersebut berhasil, sehingga terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan anaknya yang
bernama Sultan Haji.

Terjadilah pertempuran antara pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dengan pasukan Sultan Haji.
Karena terdesak Sultan Haji meninggalkan Istana Surosowan dan meminta pertolongan Belanda.
Belanda mengirimkan pasukan untuk menyerang pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
penyerangan tersebut Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Dengan tertangkapnya Sultan Ageng
Tirtayasa maka kesultanan Banten mengalami kemunduran. Kemudian pasukan Sultan Haji
dihancurkan pula oleh Belanda. Akhirnya Banten dikuasai oleh Belanda.

2. Perlawanan Thomas Matulessi atau Pattimura (1817)

Thomas Matulessi dilahirkan di Haria, pulau Saparua Maluku pada tahun 1783. ia lebih dikenal
dengan nama Kapiten Pattimura. Pada masa pemerintahan Inggris Pattimura masuk dinas militer
berpangkat Sersan.

Pada tahun 1816 Belanda kembali menguasai Maluku. Pemerintahan Belanda memperlakukan
rakyat Maluku dengan kejam dan sewenang-wenang. Mereka dibebani untuk mengumpulksn
kopi, ikan asin, dan dipaksa untuk kerja rodi. Hasil rempah-rempah harus diserahkan kepada
Belanda, akibatnya rakyat menjadi sengsara.

Belanda mengangkat Van Den Berg menjadi Residen Saparua dan menempatkan serdadu-
serdadu di Benteng pertahanannya yang bernama Duurstede.

Atas tindakan-tindakan Belanda itu rakyat Maluku bangkit untuk memberontak. Merka berjuang
di bawah pimpinan Pattimura yang dibantu oleh Anthonie Rhebok, Lucas Latumahira, Thomas
Pattiwael, dan Christina Marta Tiahahu.

Pada tanggal 14 Mei 1817 Pattimura mulai memimpin penyerangan dengan membakar perahu-
perahu dan Pos Pelabuhan Porto. Kemudian pada tanggal 16 Mei 1817 menyerbu Benteng
Duurstede, kekuatan Belanda dapat dilumpuhkan dan Van Den Berg mati terbunuh. Kemudian
Belanda mengirim pasukannya dari Ambon di bawah pimpinan Mayor Butjes.

Pada tanggal 25 Mei 1817 Pasukan Pattimura menyerang dan dan menghancurkan pasukan
Butjes, kemudian menyerang Benteng Zeelandia di pulau Horuku.

Untuk mengalahkan pasukan Pattimura pada bulan November 1817 Belanda mendatangkan
pasukan dari Batavia yang dipimpin oleh Laksamana Muda Buykes. Kemudian melancarkan
serangan besar-besaran. Karena kekuatan yang tidak seimbang, kedudukan pejuang Maluku
terdesak. Akhirnya Pattimura dan para pejuang lainnya ditangkap.

Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di depan benteng Victoria Ambon.
Sebelum hukuman gantung dilakukan Pattimura berkata “Pattimura akan mati, tetapi Pattimura-
Pattimura muda akan bangkit”

Pada abad ke-19 di Minangkabau, provinsi Sumatera Barat terjadi perselisihan paham antara
Kaum Paderi dan Kaum Adat. Kaum Paderi ialah para pemeluk agama islam yang tidak
dipengaruhi oleh adat kebiasaan. Sementara itu, Kaum Adat adalah pemeluk agama islam yang
banyak dipengaruhi oleh adat kebiasaan. Adat kebiasaannya diantaranya menyabung ayam, dan
meminum-minuman keras.

Kaum Paderi menginginkan dalam menjalankan ajaran agama islam tidak dipengruhi oleh adat
kebiasaan tersebut. Akan tetapi kaum Adat yang terdiri dari kaum bangsawan dan raja
menentang keinginan tersebut. Perselisihan itu semakin lama semakin meruncing, akhirnya
terjadilah perang saudara.

Kaum Paderi dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, yang nama aslinya adalah Muhammad
Shahab. Beliau dilahirkan pada tahun 1772 di Tanjung Bunga Sumatera Barat. Karena bertempat
tinggal di Bonjol maka sering disebut Tuanku Imam Bonjol. Dalam melawan kaum adat Tuanku
Imam Bonjol dibantu oleh Tuanku Nan Ranceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Pasaman.

Pada tahun 1821, Belanda ikut campur dalam perselisihan Kaum Paderi dan Kaum Adat.
Belanda membantu Kaum Adat, bantuan Belanda kepada Kaum Adat menandai diawalinya
perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1821-1837.

Pada tahun 1822 Belanda menyerbu ke Tanah Datar. Dalam penyerbuan ini Belanda
menggunakan siasat Benteng, yaitu siasat membangun benteng di daerah yang sudah dikuasainya
seperti benteng Fort de Kock di Bukittinggi. Akhirnya pasukan kaum Paderi dapat dipukul
mundur karen persenjataannya tidak seimbang.

Pada tahun 1832, pasukan belanda di bawah pimpinan Elout berhasil menguasai Bonjol. Kaum
Adat menyadari bahwa bantuan Belanda hanya siasat adu domba. Mereka ingin menguasai
Minangkabau. Kemudian kaum Adat dan Kaum Paderi bersatu padu. Dengan bersatunya Kaum
Adat dan Kaum Paderi maka pasukan Belanda yang dipimpin oleh Van den Bosch dapat dipukul
mundur dan Bonjol dapat direbut kembali.

Pada tahun 1837 pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Michiels kembali
menyerang Bonjol. Serangan tidak seimbang dengan pertahanan Kaum Paderi. Tuanku Imam
Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Cianjur. Pada tahun 183 beliau dipindahkan ke
ambon, kemudian dipindahkan ke Minahasa. Pada tahun 1864 beliau wafat di Lotak, Minahasa.

4. Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830)

Pangeran Diponegoro dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785. beliau adalah
putra Sultan Hamengkubuwono III. Nama aslinya adalah Raden Mas Ontowiryo. Sejak kecil
beliau diasuh oleh Ratu Ageng, janda Sultan Hamengkubuwono I.

Walaupun Pangeran Diponegoro keturunan bangasawan, tetapi beliau sangat akrab dengan
rakyat. Pangeran Diponegoro tidak senang terhadap sikap Belanda yang merendahkan harkat
martabat raja-raja di Jawa.

Kebencian Pangeran Diponegoro terhadap Belanda semakin memuncak setelah tahu bahwa di
atas tanah makam leluhurnya dipasang patok merah. Patok itu merupakan tanda untuk
pembuatan jalan antara Magelang dan Tegalrejo. Kemudian bersama rakyat Pangeran
Diponegoro mencabut patok-patok itu dan diganti dengan tombak. Tindakan Pangeran
Diponegoro itu membuat Belanda marah. Apalagi setelah tahu bahwa dipasang tombak itu
melambangkan tantangan perang.

Pada tanggal 12 Juli 1825 terjadilah perang antara Pangeran Diponegoro dan Belanda, yang
disebut perang Diponegoro. Adapun penyebab utama terjadinya perang Diponegoro, yaitu :

1. Masuknya pengaruh Barat dalam lingkungan keraton,


2. Belanda memperkecil kekuasaan raja-raja
3. Rakyat diperas dengan bermacam-macam pajak dan dilakukannya kerja paksa (rodi)

Perang Diponegoro berlangsung di Selarong. Pangeran Diponegoro dibantu oleh pengikutnya,


Pangeran Mangkubumi, Kyai Mojo, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, dan Pangeran Adinegoro.
Dalam perangnya Pangeran Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya. Siasat perang
gerilya yaitu menyerang secara tiba-tiba dengan bersembunyi, kemudian menghindar dan
berpindah-pindah. Akibatnya, setdadu-serdadu Belanda banyak yang tewas.

Untuk menghadapi perang gerilya, Belanda menggunakan siasat benteng yang diciptakan oleh
Jenderal De Kock. Siasat benteng yaitu mendirikan benteng-benteng di daerah yang dikuasai
Belanda. Maksudnya, agar ruang gerak pasukan Pangeran Diponegoro semakin menyempit.
Siasat itu disebut benteng Stelsel.

Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun, yaitu dari tahun 1825-1830. untuk
menghentikan perang dan menangkap Pangeran Diponegoro, belanda mencari siasat, yaitu
dengan cara sebagai berikut :

1. Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II (Kakek Pangeran Diponegoro)


yang dibuang di Penang oleh Raffles (semasa penjajahan Inggris).
2. Mengankap Kencana Wungu (Ibu Pangeran Diponegoro) dengan harapan ada pengaruh
terhadap Pangeran Diponegoro.
3. Belanda menawarkan hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada siapa saja yang menangkap
Pangeran Diponegoro. Usaha ini tidak berhasil karena tidak ada seorangpun yang mau
menagkap Pangeran Diponegoro
Setelah para pengikutnya banyak yang ditangkap, Pangeran Diponegoro menerima berunding
dengan Belanda yang dilaksanakan di Magelang pada tanggal 28 Maret 1830. Sebenarnya
perundingan ini hamya siasat belaka. Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibawa ke Batavia
kemudian, di asingkan ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar hingga meninggal dunia pada
tanggal 08 Januari 1855.

5. Perlawanan Pangeran Antasari (1859-1862)

Pada tahun 1857 Sultan Adam Wafat. Belanda ikut campur dalam urusan kesultanan, yaitu
mengangkat Sultan Tamjid sebagai pengganti Sultan Adam. Sultan Tamjid tidak disukai oleh
rakyat karen asuka mementingkan harta. Selain itu, orang yang paling berhak menjadi Sultan
Banjar adalah Pangeran Hidayat.

Belanda juga menjalankan Monopoli dagang di Banjar sehingga banyak rakyat yang menderita.
Akibat tindakan Belanda tersebut timbullah pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran
Antasari dan Pangeran Hidayat.

Pangeran Antasari adalah salah seorang keturunan Sultan Banjar. Ia dilahirakan di Banjarmasin
pada tahun 1809. Perlawanan Pangeran Antasari terjadi pada tanggal 18 April 1859. perlawanan
ini disebut Perang Banjar. Pangeran Antasari di bantu oleh Tumenggung Suropati, Tumenggung
Jalil, Haji Nasrun, Kyai Langlang, dan Kyai Demang Leman.

Pangeran Antasari berhasil mengobarkan semangat perjuangan rakyat Banjar sehingga Belanda
menghadapi kesulitan. Dalam penyerangannya Pangeran Antasari berhasil meledakkan kapal
Anrust milik belanda.

Untuk mengalahkan pasukan Pangeran Antasari, Belanda mendatangakn pasukan dari Jawa yang
dipimpin oleh Verspijk. Dengan bantuan tersebut, pasukan Belanda bertambah kuat,. Sementara
itu, tahun 1862 Pangeran Hidayat tertangkap, kemudian dibuang ke Cianjur. Pada tanggal 11
Oktober 1862, pangeran Antasari wafat karena terseang penyakit cacar. Padahal pada saat itu
sudah direncanakan akan mrngadakan penyerangan secara besar-besaran kepada Belanda.
Jenazah Pangeran Antasari dimakamkan di Banjarmasin.

Sebagai pemimpin perang dan pemimpin agama, Pangeran Antasari oleh para pejuang dan rakyat
Banjar diberi gelar Amiruddin Khalifatul Mukminin. Setelah itu, perjuangannya dilanjutkan oleh
putranya yang bernama Muhammad Seman.

6. Perlawanan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar

Selat Malaka sejak dahulu sampai sekarang digunakan sebagai jalur Internasional. Oleh karena
itu Selat Malaka dikenal pula sebagai jalur perdagangan internasional. Wilayah Aceh sangat
dekat dengan selat malaka sehingga Belanda berkepentingan menguasai wilayah Aceh.

Kedatangan Belanda di Wilayah Aceh semakin lama semakin merugikan rakyat Aceh, terutama
dalam kehidupan ekonomi dan sosial menyikapi keadaan itu rakyat bangkit dengan gagah berani
melawan Belanda.

Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Belanda dipimpin oleh Teuku Umar dan Cut Nyak Dien serta
di bantu oleh Panglima Polim. Walaupaun mengguanakan persenjataan yang sedrehana, pasukan
Teuku Umar sulit dikalahkan Belanda. Sebab rakyat Aceh bersama pemimpinnya dalam perang
menggunakan taktik bergerilya. Melalui taktik bergeril ya, Belanda kesulitan
mengetahui lokasi keberadaan rakyat Aceh.

Pasukan Belanda tidak mau kalah dalam melawan pasukan Aceh, kemudia menambah pasukan.
Pasukan Teuku Umar terdesak karena kalah dalam persenjataan. Akhirnya, Teuku Umar gugur di
medan perang.

Gugurnya Teuku Umar tidak menyturutkan semangat juang istrinya, yaitu Cut Nyak Dien. Ia
memimpin pasukan walaupun akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap. Dengan tertangkapnya Cut
Nyak Dien maka berakhirlah perang Aceh.

Anda mungkin juga menyukai