Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PENJAJAHAN SPANYOL, INGGRIS, PORTUGIS BELANDA DAN JEPANG

TERHADAP INDONESIA
1.

Bangsa Portugis Menjajah Indonesia

Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao mulai berlayar menuju
Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi kesempatan untuk
mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate sebagai tempat berlindung dari
serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula dianggap sebagai sahabat rakyat ternate
berubah menjadi pemeras dan musuh.
a. Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuqauerque menyerang Kerajaan
Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami
kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada
Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten,Suda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)
b. Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat
perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh
pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.
c. Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempahrempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat
kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis
hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan
Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor

2.

Bangsa Spanyol Menjelajah Indonesia

Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih dahulu
singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat
Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada tahun 1534, diterbitkan
perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol
memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di
Kepulauan Maluku.
3.

Bangsa Belanda Menjajah Indonesia

Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu yang sangat lama, yaitu
mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan bangsa Belanda di Indonesia, diawali
oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Campagnie
(VOC).
a. Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)
Penjelajahan Belanda, Cornelisde Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun
1596. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh
Jacob Van Neck. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan dagang yang semakin kuat diantara
sesama pendatang dengan mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India
dengan nama East India Company (EIC). Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke
Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen
ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan persekutuan
dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta)
disebut sebagai zaman kompeni. VOC memperoleh piagam (charter), secara umum,
menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah sebelah timur Tanjung
Harapan. Pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas
dari pemerintah Belanda. Factor penyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut :
1)

Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.

2)

Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli perdagangan.

3)

Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia.

Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu
republic Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa
hingga republic Bataaf dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja
Louis Napoleon.
b. Masa Deandels (1808-1811)
Belanda pada saat itu, mengangkat Herman Willem Daendels (1808) sebagai gubernur
jenderal Hindia Belanda. Daendels dikenal sebagai penguasa yang disiplin dank eras sehingga
mendapatkan sebutan Marsekal Besi atau jenderal Guntur. Langkah-langkah yang ditempuh
Daendels
1)

Melakukan pembangunan fisik

(a)

Membangun pabrik senjata.

(b) Membangun benteng pertahanan.


(c)

Menarik penduduk pribumi untuk menjadi tentara.

(d) Membangun pangkalan armada laut di Anyer dan Ujung Kulon.


(e)

Membangun jalan raya dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sepanjang

1.000 km, yang kemudian terkenal dengan sebutan Jalan Raya Daendels.
2)

Melakukan pembangunan ekonomi

(a)

Memungut pajak hasil bumi dari rakyat (contingenten).

(b) Menjual tanah negara kepada pihak swasta asing.


(c)

Mewajibkan rakyat Priangan untuk menanam kopi (Preanger Stelsel).

(d) Mewajibkan rakyat pribumi untuk menjual hasil panennya kepada Belanda dengan harga
murah (verplichte leverentie).
Akhirnya, pada tahun 1811, Herman Willem Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal
Janssens.
c.

Masa Janssens
Tugas sebagai Gubernur Jenderal, Janssens ternyata tidak secakap Daendels (baik dalam

memerintah maupun dalam mempertahankan wilayah Indonesia). Janssens ternyata tidak siap
untuk mengimbangi kekuatan dan serangan Inggris, sehingga Janssens menyerah pada 18
September 1811 dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian di Tuntang (Salatiga).

4.

Bangsa Inggris Menjajah Indonesia (1811-1816)

Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811 pemerintah Inggris mengangkat
Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Ketika TSR berkuasa
sejak 17 September 1811, ia telah menempuh beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di
bidang ekonomi, social, dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai
Inggris dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah
Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh Van Der
Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.
1.

Masa Sistem Tanam Paksa

Pemerintah Belanda untuk menutup kekosongan kas keuangan negara, satu di antaranya adalah
dengan menerapkan aturan tanam Paksa (Cultuurstelsel). Tanam paksa berasal dari bahasa
Belanda yaitu Cultuurstelsel (system penanaman atau aturan tanam paksa). Aturan tanam paksa
di Indonesia adalah Johannes Van Den Bosch
a. Isi Aturan Tanam Paksa
1) Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis
tanaman perdagangan.
2) Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya
dianggap sebagai pembayaran pajak.
3) Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di
perkebunan milik pemerintah Belanda atau dipabrik milik pemerintah Belanda selama 66 hari
atau seperlima tahun.
4) Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh
melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
5) Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat
6) Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani
seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda
7) Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa
b. Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa

Tanam paksa sudah dimulai pada tahun 1830 dan mencapai puncak perkembangannya hingga
tahun 1850
Pada tahun 1860, menanam lada dihapuskan. Pada tahun 1865 dihapuskan untuk menanam nila
dan the. Tahun 1870, hampir semua jenis tanaman yang ditanam untuk tanam paksa dihapuskan,
kecuali tanaman kopi. Pada tahun 1917, tanaman kopi yang diwajibkan didaerah Prianganjuga
dihapuskan.
c. Dampak Aturan Tanam Paksa
d. Reaksi terhadap Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa
Antara tahun 1850-1860, terjadi perdebatan. Kelompok yang menyetujui terdiri dari pegawaipegawai pemerintah dan pemegang saham perusahaan Netherlandsche handel maatsschappij
(NHM). Pihak yang menentang terdiri atas kelompok dari kalangan agama dan rohaniawan
Pada tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda (Indonesia) mulai memasuki zaman liberal
hingga tahun 1900.
5. Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia
1. Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga meresahkan kaum
pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang terjun dalam
kancah peperangan itu.

Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik

yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda
harus dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang. Sikap tersebut
dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh
Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh
Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi nama Perang Asia Timur Raya atau
Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang telah dapat menguasai daerah Asia
Tenggara seperti Indochina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan
ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat
mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu
meninggalkan Indonesia, sampai terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan
Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Doorman (Belanda) dapat

mengadakan perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat
ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut:
diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian Minahasa, Sulawesi,
Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang menduduki
Pontianak,

Makasar,

Banjarmasin,

Palembang,

dan

Bali.

Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting
dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat kedudukan Belanda di
Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris. Kemudian pasukan Jepang
melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara
Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret
1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada
Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian,
seluruh wilayah Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.
2. Penjajah Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal (pada masa
kekuasaan Belanda). Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah
Indonesia dipegang oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut
(Kaigun). Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia
dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura berada di bawah
kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih berada di bawah
kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Golongan-golongan
Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin hubungan rahasia dengan Bung Karno
dan Bung Hatta. Golongan-golongan itu di antaranya:

a. Golongan Amir Syarifuddin; Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti fasisme.
Hal ini sudah diketahui oleh Jepang, sehingga pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan
untuk menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Namun, atas perjuangan diplomasi Bung Karno
terhadap para pemimpin Jepang, Amir Syarifuddin tidak jadi dijatuhi hukuman mati, melainkan
hukuman seumur hidup.
b. Golongan Sutan Syahrir; Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum terpelajar dari
berbagai kota yang ada di Indonesia. Cabang-cabang yang telah dimiliki oleh golongan Sutan
Syahrir ini seperti di Jakarta, Garut, Cirebon, Surabaya dan lain sebagainya.
c. Golongan Sukarni; Golongan ini mempunyai peranan yang sangat besar menjelang proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Pengikut golongan ini seperti Adam Malik, Pandu Kerta Wiguna,
Khairul Saleh, Maruto Nitimiharjo.
d. Golongan Kaigun; Golongan ini dipimpin oleh Ahmad Subardjo dengan anggota-anggotanya
terdiri atas A.A. Maramis, SH., Dr. Samsi, Dr. Buntaran Gatot, SH., dan lain-lain. Golongan ini
juga mendirikan asrama yang bernama Asrama Indonesia Merdeka dengan ketuanya Wikana.
Para pengajarnya antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan lain-lain.
4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di beberapa
tempat seperti:
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng, Lhok
Seumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, dan dua
tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di bawah
pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah
itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawannya, namun
perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat kejamnya.
3. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada
Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal
Mustafa berhasil mem-bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti ini, Jepang melakukan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan Supriyadi
(putra Bupati Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian dan dibantu

oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada pemberontakan itu, orangorang Jepang yang ada di Blitar dibinasakan. Pemberontakan heroik ini benar-benar mengejutkan
Jepang, terlebih lagi pada saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam Perang
Asia Timur Raya dan Perang Pasifik. Kemudian Jepang mengepung kedudukan Supriyadi,
namun pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia
melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah saja dan
akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut
ternyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang menyerah. Pasukan PETA yang
menyerah tidak luput dari hukuman Jepang dan beberapa orang dijatuhi hukuman mati seperti
Ismail dan kawan-kawannya. Di samping, itu ada pula yang meninggal karena siksaan Jepang.
5. Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia
Bidang politik
Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak dapat
berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan segala bentuk
kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik maupun yang bersifat sosial, ekonomi,
dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan diganti dengan organisasi buatan )epang,
sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih
terdapat beberapa organisasi politik yang terus berjuang menentang pendudukan Jepang di
Indonesia.
Bidang ekonomi
Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis, tidak jauh berbeda
dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar
belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan
bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasilhasil industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang
sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
Bidang pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang pesat
dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan Jepang memberikan
kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada sekolah-sekolah yang

dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara
pada sekolah-sekolah serta penggunaan nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang
mengembangkan pendidikan yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik simpati dan
mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang
Pasifik.
Bidang kebudayaan
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara
Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit. Cara menghormat seperti itu
merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan
Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film,
drama yang seringkali dipakai untuk propaganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu
Jepang yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam
Gejolak Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat
merintangi kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang telah bertahun-tahun digembleng
oleh penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini telah berbalik menjadi pribadi yang
berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan,
bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan
Jepang kepada bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar
menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang dinamai Taiso,
sangat baik untuk kesehatan mereka itu.
Bidang sosial
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan.
Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat dicurahkan untuk
memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat
dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.
Bidang birokrasi
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer, yaitu dari angkatan
darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas wilayah diatur berdasarkan
aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di pemerintahan, maka orang Indonesia
mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa
dipegang oleh orang Belanda. Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi

pelaksanaannya masih di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di


Jawa dan Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan birokrasi di
daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
Bidang militer
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya dalam bidang militer.
Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui organisasi PETA. Pemudapemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya menjadi inti kekuatan dan penggerak
perjuangan

rakyat

Indonesia

mencapai

kemerdekaannya.

Penggunaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa Indonesia
berkebangsaan Belanda) menyatakan bahwa tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa
Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan digantikan dengan
penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan yang berbahasa
Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.

TUGAS SEJARAH

OLEH :
DIANTRI MISBA

SMP NEGERI 4 KOTA TERNATE


TAHUN 2015

Anda mungkin juga menyukai