B. Perlawanan Ternate
Perlawanan Ternate didorong oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang- wenang dan
merugikan rakyat. Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun, Portugis sempat kewalahan
sehingga kemudian menggunakan siasat licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding namun
kemudian dibunuh. Peristiwa ini membuat marah rakyat Ternate yang kemudian mengadakan
serangan terhadap Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah putra Sultan Hairun. Portugis
mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri menyingkir ke Timor Leste.
C. Perlawanan Aceh
Portugis di Malaka, Kesultanan Aceh meminta bantuan dari Turki dan India. Dengan bantuan
dari Turki maupun kerajaan- kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis
di Malaka pada tahun 1568 di bawah pimpinan Sultan Alaudin Riayat Syah, namun penyerangan
tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan terhadap Portugis dilakukan kembali pada masa
Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka
dengan sejumlah kapal yang melibatkan 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang
kemudian berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.
2. PERLAWANAN TERHADAP VOC
A. Perlawanan Mataram
Pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokro Kusumo, Mataram dua kali menyerang
kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram
dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628, kemudian disusul
pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul , yang dibantu dua bersaudara Dipati Mandurorejo dan
Upasanta. Serangan pertama mengalami kegagalan yang disebabkan beberapa faktor yaitu :
kurangnya perbekalan,
kalah dalam persenjataan
kurang teliti dalam memperhitungkan medan pertempuran.
Serangan kedua, pasukan Mataram dipimpin Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya.
Serangan dimulai tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Serangan kedua inipun
gagal,karena lumbung padi persediaan makanan banyak yang dibakar oleh VOC.
C. Perlawanan Banten
VOC ingin memperoleh monopoli atas perdagangan lada di Banten, namun ditentang oleh raja
Banten Sultan Ageng Tirtayasa sehingga pecah pertempuran pada tahun 1656 yang diakhiri
dengan perdamaian tahun 1659. Untuk mengalahkan Banten VOC menerapkan siasat adu domba
dengan memanfaatkan konflik internal dalam tubuh kerajaan Banten. VOC membantu putra
Sultan Ageng yang bernama Sultan Haji, sehingga karena kalah dalam persenjataan Sultan Ageng
mengalami kekalahan dan akhirnya ditangkap. Perlawanan dilanjutkan oleh Ratu Bagus Boang
dan Kyai Tapa.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi
Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
Sarekat Islam (SI)
Awalnya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai
suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota
lebih banyak dan luas ruang lin gkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah
menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena
bermotivasi agama Islam. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Pada tanggal 29
Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk
memperjuangkan SI berbadan hukum. Namun, Idenburg menyetujui SI menjadi badan hukum.
Anehnya, yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg)
justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini merupakan taktik pemerintah kolonial Belanda
untuk memecah belah persatuan SI. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan
adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota
organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih
dan SI Merah.
SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti tersebut di atas maka dapat diketahui
bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme yang luas menuju Indonesia merdeka. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij merupakan partai politik pertama di Indonesia
dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota
lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.
Oleh karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai partai politik dengan tujuan
yang tegas, yakni Indonesia merdeka sehingga pemerintah menolak untuk memberikan badan
hukum dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan hendak mengancam ketertiban umum.
Walaupun demikian, para pemimpin IP masih terus mengadakan propaganda untuk menyebarkan
gagasan-gagasannya.
Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia Belanda adalah tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang
isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Oleh karena kegiatannya sangat
mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische
Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka memilih Negeri Belanda sebagai tempat
pengasingannya.
Dengan diasingkannya ketiga pemimpin IP maka kegiatan IP makin menurun. Selanjutnya,
Indische Partij berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi
National Indische Partij (NIP). National Indische Partij tidak pernah mempunyai pengaruh yang
besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.
Perhimpunan Indonesia
Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa
Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908 . Indische Vereeniging berdiri atas
prakarsa Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah
mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato.
Sejak Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat ( Ki Hajar Dewantara ) masuk,
pada 1913 , mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai
menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah
vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula vereeniging menerbitkan sebuah
buletin yang diberi nama Hindia Poetera , namun isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan
bernada politik.
Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti indisch
(Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven ( 1917 ). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi)
diganti dengan indonesiër (orang Indonesia). Pada September 1922 , saat pergantian ketua antara
Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging . Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh
para pemrakarsa Politik Etis . Para anggota Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan
kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit
dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan
kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi
pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia
Belanda yang merugikan petani.
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923 , Indonesische mulai menyebarkan
ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan
Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia
Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka . Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama
organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930 ,
sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian
menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri
Belanda. Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad Soebardjo ,
Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu , '''Soedibjo Wirjowerdojo''' , Prof Mr Sunario
Sastrowardoyo , Sastromoeljono , Abdul Madjid , Sutan Sjahrir ,
Sutomo , Ali Sastroamidjojo , dll.
Pada 1926 , Mohammad Hatta diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia/Indische
Vereeniging. Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih
banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan
banyak komentar di media massa di Indonesia . [4] Semaun dari PKI datang kepada Hatta sebagai
pimpinan PI untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI. Stalin
membatalkan keinginan Semaun dan sebelumnya Hatta memang belum bisa percaya pada PKI.
Di masa kepemimpinannya, majalah PI, yakni Indonesia Merdeka banyak disita pihak kepolisian,
maka masuknya majalah ini dengan cara penyelundupan.
Dalam konfrensi pertama GAPI tanggal 4 Juli 1939 telah dibicarakan aksi GAPI dengan
semboyan "Indonesia berparlemen". September 1939 GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang
kemudian dikenal dengan nama Manifest GAPI . Isinya mengajak rakyat Indonesia dan rakyat
negeri Belanda untuk bekerjasama menghadapi bahaya fasisme dimana kerjasama akan lebih
berhasil apabila rakyat Indonesia diberikan hak-hak baru dalam urusan pemerintahan. Yaitu suatu
pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari dan oleh rakyat, dimana pemerintahan tersebut
bertanggungjawab kepada parlemen tersebut.
Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, GAPI menyerukan agar perjuangan GAPI
disokong oleh semua lapisan rakyat Indonesia. Seruan itu disambut hangat oleh pers Indonesia
dengan memberitakan secara panjang lebar mengenai GAPI bahkan sikap beberapa negara di
Asia dalam menghadapi bahaya fasisme juga diuraikan secara khusus. GAPI sendiri juga
mengadakan rapat-rapat umum yang mencapai puncaknya pada tanggal 12 Desember 1939
dimana tidak kurang dari 100 tempat di Indonesia mengadakan rapat memprogandakan tujuan
GAPI.
Selanjutnya GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Kongres Rakyat Indonesia
diresmikan sewaktu diadakannya pada tanggal 25 Desember 1939 di Jakarta . Tujuannya adalah
"Indonesia Raya" bertujuan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan kesempatan cita-citanya.
Dalam kongres ini berdengunglah suara dan tututan "Indonesia berparlemen". Keputusan yang
lain yang penting diantaranya, penerapan Bendera Merah Putih dan Lagu Indonesia Raya sebagai
bendera dan lagu persatuan Indonesia dan peningkatan pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat
Indonesia.
Walaupun berbagai upaya telah diadakan oleh GAPI namun tidak membawa hasil yang
banyak. Karena situasi politik makin gawat akibat Perang Dunia II , pemerintah kolonial Hindia
Belanda mengeluarkan peraturan inheemse militie dan memperketat izin mengadakan rapat.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal
18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah begitu
terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh
karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Gerakan NU dipelopori
oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk
pemerintah kolonial Belanda karena perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menentang).
Dalam Kongres Muhammadiyah yang berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di
Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass
media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa
Kongres Pemuda
Organisasi kepemudaan yang terbentuk pada masa kebangkitan nasional merupakan akibat
langsung berdirinya Budi Utomo, sehingga menyadarkan para pemuda untuk ikut
memperjuangkan nasib bangsa Indonesia, namun organisasi kepemudaan ini masih bersifat
kedaerahan. Ada beberapa organisasi yang berdiri di Indonesia antara lain :
A. Tri Koro Dharmo
Organisasi kepemudaan yang pertama muncul adalah Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia),
yang didirikan oleh R. Satiman Wiryo Sandjojo, Kadarman, dan Sunardi pada 7 maret 1915 di
Jakarta. Tujuan didirikannya Tri Koro Dharmo ialah agar pemuda Jawa ikut berjuang
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Asas perjuangan Tri Koro Dharmo yaitu :
1. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus
perguruan sekolah guru, dan sekolah kejuruan.
2. Menambah pengetahuan bagi anggotanya.
3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa dan budaya Indonesia,
khususnya Jawa.
Karena Jawa yang sifatnya sentries, Tri Koro Dharmo kurang berkembang maka Tri Koro
Dharmo diubah menjadi Jong Java pada tahun 1918. Berdirinya Jong Java maka lahirlah
organisasi kepemudaan daerah lainnya di Indonesia, seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong
Minahasa, dan sebagainya.