Anda di halaman 1dari 7

Bahan Pra 2 Sejarah Indonesia

Bab I MASA KOLONIAL DI INDONESIA

A. Masuknya bangsa asing ke Indonesia


Masuknya bangsa asing ke Indonesia disebabkan oleh banyak hal yaitu ditutupnya kota perdagangan Konstantinopel
oleh Turki Ottoman, perkembangan ilmu pengetahuan (penemuan kompas), semangat 3G (Gold, Glory, Gospel) dan
keinginan untuk melaksanakan merkantilisme (mengumpulkan emas sebanyak mungkin). Hal-hal tersebut yang
mendorong dilakukannya penjelajahan laut dan melakukan imperialisme terhadap wilayah yang didatangi.
Berikut para penjelajah laut :
 Portugis
Penjelajahan Portugis dimulai dari arah timur dan pada awalnnya mengalami kegagalan di Tanjung Harapan
(Bartolomeus Diaz), kemudian dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang mencapai wilayah India (Calcuta) dan pada
tahun 1511 Alfonso de Alburquerque berhasil mencapai Malaka dan setahun kemudian mencapai Maluku. Hal ini
menyebabkan kota Lisabon (Portugis) menjadi ramai karena memiliki barang dagang utama yaitu rempah-rempah
 Spanyol
Penjelajahan Spanyol dimulai dari jalur barat, hal ini dikarenakan adanya perjanjian Tordessilas yang menjelaskan
pembagian wilayah dagang yaitu Portugis di timur dan Spanyol di barat. Diawali oleh Christopher Colombus yang
mengalami kegagalan dan hanya mencapai kep. Bahama. Perjalanan dilanjutkan oleh Ferdinand Magellan yang
menyusuri Samudera Pasifik dan mencapai Filipina. Keberadaan Maluku baru diketahui tahun 1521 oleh Sebastian el
Cano. Di Maluku, spanyol kalah bersaing karena Portugis melakukan politik pertemanan dengan kerajaan Ternate.
Hal ini menyebabkan dikeluarkannya perjanjian Saragosa yang berisi pembagian kekuasaan Portugis di Maluku dan
Spanyol di Filipina.
 Belanda
Kedatangan Belanda ke nusantara juga diakibatkan ditutupnya pelabuhan Lisabon karena Belanda sedang melakukan
perang 80 tahun dengan Spanyol (sekutu Portugis). Belanda akhirnya dapat masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda
dan mulau melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan Banten.
Awal perkembangan Cornelis de Houtman ditolak oleh Banten karena bersifat sombong. Sehingga, Ratu Belanda
pada tahun 1602 mendirikan VOC dalam rangka memperkuat perdagangan Belanda di Indonesia dan mempersatukan
para pedagang Belanda di nusantara. Untuk memperkuat kedudukan, maka VOC diberi hak otktroi yang berupa hak
memonopoli perdagangan, hak mendirikan benteng, hak mencetak uang, hak membentuk tentara dan yang paling
penting hak untuk mengadakan perjanjian dengan kerajaan lain. Hak ini membuat VOC menjadi kuat dan semua
kerajaan takut kepada VOC. Dalam rangka mengawasi jalannya monopoli rempah-rempah VOC melaksanakan
pelayaran hongi, melaksanakan ekstirpasi (memusnahkan rempah-rempah yang dianggap diberlebihan) dan
membangun kantor dagang. Kantor dagang diawali di Maluku dengan gubernur jendralnya yaitu Pieter Both dan demi
urusan mengawasi perdagangan Portugis di Malaka maka kantor dagang dipindahkan ke Batavia dengan dipimpin
gubernur jendral Jan Pieter Zoon Coen.
Kekuasaan VOC yang kuat akhirnya harus diakhiri pada tahun 1799 dikarenakan dianggap bankrut dan dibubarkan
oleh Ratu Belanda. Berikut alasan VOC mengalami kebankrutan : korupsi para pegawai VOC, banyak pegawai yang
tidak cakap dalam bekerja, banyaknya perlawanan rakyat kepada VOC dan munculnya saingan dagang baru dari
kongsi dagang Inggris (EIC).

B. Perkembangan Masyarakat Indonesia Pasca Dibubarkannya VOC ( Belanda-Perancis, Inggris, Pemerintahan


Kolonial Belanda )
Pasca dibubarkannya VOC oleh Negeri Belanda, Eropa mengalami perubahan setelah terjadinya Revolusi Perancis 17
Juni 1789. Napoleon Bonaparte yang berhasil menghukum mati Raja Louis XIV berhasil mengangkat Perancis menguasai
Eropa. Negeri Belanda berhasil juga dikuasai kecuali Inggris. Karena Belanda dikuasai Perancis, maka Hindia Belanda
juga dipegang oleh orang Perancis meskipun tetap Belanda yang berkuasa di Hindia Belanda ( Belanda-Perancis). Negeri
Belanda diserahkan kepada Louis Napoleon, dan Hindia Belanda diserahkan kepada Herman Willem Daendels (1808).
Maksud diangkatnya Daendels adalah mempertahankan Hindia Belanda dari Inggris (EIC). Pada saat itu Inggris sedang
menguasai India. Sikap ini dikarenakan suasana di Eropa dimana Perancis berperang melawan Inggris yang dikenal
dengan nama perang 100 tahun.
# Herman Willem Daendels #
Tindakan Daendels sebagai Gubernur Jendral di Indonesia ada 2, yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris
dan memperbaharui keadaan Pulau Jawa. Untuk mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris kebijakannya adalah :
1. Membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan.
2. Mendirikan benteng-benteng pertahanan.
3. Membangun pangkalan Angkatan Laut (AL) di Merak dan Ujung Kulon.
4. Memperkuat pasukan dengan beranggotakan orang Indonesia.
5. Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan surabaya.
Untuk memperbaharui keadaan Pulau Jawa dengan tindakan sebagai berikut :
a. Membagi P.Jawa dalam sembilan perfect (daerah).
b. Menjadikan Bupati di seluruh Jawa menjadi pegawai pemerintahan Belanda.
c. Memperbaiki gaji pegawai, memberantas korupsi dan memberi hukuman berat bagi pelanggar.
d. Mendirikan pengadilan keliling (menghukum sesuai dengan adat istiadat masing-masing daerah).
Kebijakan Daendels menambah kesengsaraan rakyat dan Daendels banyak menjual tanah kepada pihak asing sehingga
Daendels dipanggil pulang ke Negeri Belanda dan digantikan Janssens. Saat Janssen memerintah, Inggris (EIC) berhasil
memperkuat kekuasaan di Indonesia dan akhirnya Belanda-Perancis menyerahkan Hindia Belanda dengan
ditandatanganinya Kapitulasi Tuntang (1811) yang berisi Belanda harus menyerahkan kekuasaan kepada Inggris.
#Thomas Stamford Raffles#
Selanjutnya Hindia Belanda dipegang oleh Thomas Stamford Raffles dan memberikan faham liberal (kebebasan) kepada
rakyat Indonesia. Kebijakannya dalam bidang pemerintahan adalah :
a. Membagi pulau jawa ke dalam 18 karesidenan.
b. Bupati dijadikan pegawai negeri (mendapatkan gaji dari pemerintah).
c. Melarang adanya perbudakan.
Kebijakannya dalam bidang ekonomi adalah :
1. melaksanakan perdagangan bebas sehingga produk rakyat ikut diperdagangkan.
2. memberlakukan monopoli dagang adar harga tidak dipermainkan pedagang.
3. dilanjutkan program Belanda, yaitu penanaman kopi dan penjualan tanah kepada swasta.
4. dilakukan Sewa Tanah/Landrente (semakin subur semakin tinggi pajak)
Kebijakan Raffles didasarkan prinsip liberal dan kepastian hukum. Hal ini seharusnya menguntungkan rakyat karena
bebas memanfaatkan tanahnya dan mereka juga memiliki kontrak. Namun dalam prakteknya Rakyat melakukan
penolakan karena terbiasa dengan pola Belanda. Kegiatan pengawasan pajak tanah juga dipegang oleh pemerintahan,
sehingga kepala daerah banyak yang memberontak. Hal ini diantisipasi dengan mengurangi kekuasaan mereka, contohnya
Kesultanan Banten dan Cirebon dihapuskan tahun 1813; dan Sultan Paku Buwono (Surakarta) dikurangi wilayah
kekuasaannya.
Usaha raffles melaksanakan Landrent mengalami kegagalan karena banyak hal, yaitu :
 Kepemilikan tanah berdasarkan keturunan (tidak mau bayar pajak).
 Rakyat Indonesia belum mengenal sistem uang
 Pegawai untuk menunjang sistem sewa tanah tidak cakap dan banyak
 Sikap feodal rakyat Indonesia yang sudah mengakar
Hal ini menyebabkan Raffles terpaksa melakukan kerja paksa untuk menunjang perekonomian Inggris di Hindia Belanda.
Perang antara Inggris dan Perancis di Eropa telah usai, dimana peperangan dimenangkan Inggris yang disebut perang
waterloo. Perkembangan situasi di Eropa maka dikeluarkan perjanjian Convention of London dimana Hindia Belanda
dikembalikan sedia kala ke Negeri Belanda dan Inggris mendapatkan Sailan dan Tanjung Harapan. Sejak itu Hindia
Belanda kembali ke tangan Negeri Belanda.

# Pemerintah Negeri Belanda #


Pasca penyerahan kekuasaan, Negeri Belanda memiliki utang yang besar dan kas kosong (akibat perang). Maka Negeri
Belanda mengirim van der Capellen untuk mengelola Hindia Belanda sehingga membantu keuangan Negeri Belanda.
Didalam pelaksanaan Capellen mengalami kebingungan dalam menentukan sistem ekonomi di Hindia Belanda.
Ada 2 jenis penerapan sistem ekonomi, yaitu :
1. Liberal, yang diinginkan adalah ekonomi dipegang oleh pihak swasta
2. Konservatif, yang diinginkan adalah ekonomi dipegang oleh pihak pemerintah
Van der Capellen hanya meneruskan usaha Raffles, dan dianggap gagal sehingga diganti Johannes van den Bosch yang
melaksanakan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) di Indonesia. Pada awal pelaksanaan, sistem ini terlihat baik, seperti
aturan berikut :
1. Tanah yang digunakan sistem ini hanya 1/5 lahan
2. Lahan yang digunakan tidak dikenakan pajak
3. Tenaga dan waktu untuk menggarap sistem ini tidak boleh melebihi menanam padi
4. Yang tidak memiliki lahan wajib bekerja 66 hari setahun diperkebunan Belanda
5. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab pemerintah Belanda
Pelaksanaan Tanam Paksa mengalami banyak penyimpangan dikarenakan adanya Culturprocenten (Pajak Hadiah)
dimana bagi pegawai yang dapat mengumpulkan hasil tanam paksa terbanyak maka mendapat hadiah. Hal ini
menyebabkan semua aturan dilanggar oleh pemerintahan van den Bosch.
Pelaksanaan tanam paksa ini akhirnya banyak ditentang orang-orang Belanda (menyiksa rakyat Indonesia) dan didukung
kaum liberal ( tanam paksa bertentangan dengan kebebasan). Hal ini dikarenakan banyak rakyat yang mati kelaparan di
Grobogan dan Surabaya. Contoh tokoh-tokoh Belanda yang menolak tanam paksa :
1. Douwess Dekker, bukunya berjudul Max Havelaar yang menceritakan lelang kopi yang
merugikan Indonesia
2. Baron van Hoevel
3. Van der Putte, Bukunya berjudul Suiker Contacten yang menceritakan lelang tebu yang
merugikan Indonesia.
Berkat tulisan tersebut Ratu Belanda memecat van den Bosch dan Indonesia memasuki masa swastanisasi.
Indonesia adalah negeri yang kaya dan makmur, hal ini menjadikan Indonesia sebagai incaran penjajahan dari bangsa-bangsa
di Eropa, salah satunya adalah Belanda. Sejak VOC (1602) sampai van den Bosch (1800-an) ekonomi yang diterapkan
Belanda adalah konservatif (ekonomi dipegang penuh oleh pemerintah). Pasca van den Bosch ekonomi Belanda mengarah ke
Liberal karena adanya tekanan dari kaum liberal dan munculnya revolusi industri di Inggris. Sejak saat itu Indonesia
menganut Politik Pintu Terbuka.

C. Penjajahan Jepang di Indonesia


Awal masuknya Jepang setelah Jepang menyerang pangkalan angkatan laut AS Pearl Harbour, sehingga Jepang leluasa di
daerah Selatan. Jepang masuk ke Indonesia melalui Tarakan, Balikpapan dan Palembang. Dan baru tanggal 1 Maret 1942
Jepang mendarat di 3 tempat yaitu Teluk Banten, Cirebon, dan Kragan (Jawa Tengah). Sejak itu Jepang mulai melakukan
penyerangan ke Batavia dan akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang tanggal 8 Maret 1942 (Perjanjian
Kalijati) oleh Letjen. H. Ter Poorten. Jepang menjadi penguasa Indonesia.
Jepang menggunakan taktik masuk dengan diam-diam ke Indonesia. Jepang menyusupkan Intelejen rahasia untuk melihat
kekuatan Belanda, dan juga dibukanya penanaman modal asing di Indonesia dimanfaatkan Jepang.
Tujuan Jepang datang ke Indonesia adalah mengeksploitasi SDA dan SDM untuk memenuhi kepentingan perang pasifik atau
Asia Timur Raya. Hal ini yang menyebabkan yang dieksploitasi berbeda pada saat Belanda menguasai Indonesia.
# Kebijakan-kebijakan Jepang di Indonesia #
1. Kebijakan politik
Awal masuknya, Jepang sangat bersahabat dengan Indonesia. Para pemimpin pergerakan seperti Soekarno Hatta dibebaskan,
Lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah Putih boleh dikibarkan. Tapi lama kelamaan Jepang lebih parah dari Belanda
dimana nanti ada Romusha dan Jepang melarang adanya organisasi pergerakan nasional. Awal pendudukannya Jepang
membagi Indonesia ke dalam tiga pemerintahan militer, yaitu :
a. Wilayah Sumatera berpusat di Bukit Tinggi dan diperintah oleh AD Jepang ( Tentara keduapuluh lima).
b. Wilayah Jawa dan Madura berpusat di Jakarta dan diperintah AD Jepang (Tentara keenam belas).
c. Wilayah Indonesia timur berpusat di Makasar dan diperintah oleh AL Jepang (Armada Selatan Kedua).
Jepang berusaha mendapat simpati rakyat dengan membentuk organisasi Gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Karena tidak mendapat simpati akhirnya dibubarkan dan digantikan Putera
(Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H.
Mas mansyur. Maksud pendiriannya adalah untuk dapat menggerakkan massa dan alat propaganda Jepang terhadap anti
barat. Keberadaan Putera dimanfaatkan 4 serangkai untuk menyiapkan mental rakyat menuju kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya Putera dibubarkan dan diganti Barisan pelopor. Lagi-lagi Barisan Pelopor digunakan untuk menyiapkan rakyat
Indonesia untuk Membantu Jepang menghadapi Perang asia pasifik dan diketuai oleh Soekarno.
2. Kebijakan ekonomi dan sosial
Jepang memiliki kekhasan dalam hal ekonomi, dimana setiap daerah harus melaksanakan Sistem autarki (wilayah
masyarakat harus memenuhi kebutuhan ekonominya secara mandiri). Jadi setiap daerah harus memproduksi dua hal yaitu
makanan pokok (padi, jagung) dan tanaman mendukung perang ( jarak untuk bahan bakar dan kapas). Untuk dapat
memaksimalkan yang dieksploitasi, maka Jepang membentuk dua hal yaitu Noyo Kumiai (Koperasi pertanian yang
mewajibkan rakyat Indonesia menyerahkan hasil pertanian kepada Jepang) dan juga Jawa Hokokai (suatu perkumpulan untuk
memaksimalkan kinerja rakyat kepada Jepang, contoh Hokokai buruh.
Jepang hanya sebentar berkuasa di indonesia, tetapi lebih kejam daripada Belanda. Contohnya adalah Romusha. Rakyat
dipaksa kerja tanpa upah sehingga banyak sekali yang mati kelaparan. Selain kepada rakyat. Para tokoh masyarakat juga
dipekerjakan tanpa upah yang disebut dengan Kinrohosi. Tetapi bila meninggal pada saat Romusha maka akan diberi gelar
pahlawan pekerja.
Jepang juga melakukan wajib militer untuk mempersiapkan rakyat dalam perang pasifik. Bentuknya adalah :
seinendan atau barisan pemuda, Keibodan atau barisan pembantu polisi, Fujinkai atau barisan wanita, Heiho atau pembantu
perajurit perang, dan Peta (Pembela Tanah Air) lihat buku cetak halaman 245-246.
3. Dampak pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang tidak hanya memiliki dampak negatif tetapi juga positif. Negatif dapat dilihat dari eksploitasi habis-
habisan baik SDA maupun pemaksaan terhadap SDM yang diwajibkan mengikuti Romusha. Indonesia banyak kehilangang
cadangan minyak, bahkan banyak yang meninggal pada saat melaksanakan Romusha.
Positifnya adalah Indonesia memiliki kesempatan mendapatkan pelatihan semi militer yang diadakan Jepang untuk membantu
di perang pasifik. Nantinya pasukan ini menjadi cikal bakal TKR/TNI. Jepang juga melarang penggunaan Bahasa Belanda di
Indonesia, bahkan agar mendapat simpat, Bahasa Indonesia boleh dipakai di kantor pemerintahan. Selain itu rakyat Indonesia
boleh menyanyikan lagu Indonesia raya dan mengibarkan bendera merah putih.

D. Perlawanan Rakyat kepada Belanda


1. Perlawanan di Sumatera
a. Aceh
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perang di Aceh, yaitu :
o Dibukanya Terusan Suez membuat Aceh semakin strategis dalam perdagangan internasional. Hal ini menyebabkan
banyak bangsa yang menginginkan wilayah Aceh.
o Adanya perjanjian yaitu Traktat Sumatera (perjanjian Belanda-Inggris dimana Belanda mendapatkan kebebasan
berdagang di Aceh dan Inggris berdagang di Siak)
o Sikap Aceh yang tidak mau menjelaskan hubungannya dengan konsul Italia-Amerika Serikat kepada pihak Belanda
o Karena semua hal diatas Belanda mengultimatum Aceh agar mengakui kedaulatan pemerintah kolonial Belanda atas
nama Nieuwenhuysen. Ultimatum ini tidak diindahkan oleh Aceh sehingga Belanda menyerang wilayah Aceh
Wilayah Aceh yang luas menyebabkan lahirnya para pemimpin pejuang dari penjuru Aceh seperti Teuku Umar, Teuku
Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Panglima Polim.
Penyerangan Belanda diawali oleh Jendral Kohler tetapi mengalami kegagalan karena Aceh menerapkan perang Gerilya.
Perang ini efektif dikarenakan wilayah Aceh yang berupa hutan dan dataran tinggi (sembunyi-sembunyi). Kegagalan
Belanda menyerang Aceh menyebabkan Belanda mencari jalan lain untuk mengalahkan Aceh. Salah satunya adalah
didatangkannya ahli sosiologi yaitu Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki tata negara Aceh. Hasil penelitiannya
berjudul De Atjehers yang menunjukkan kelemahan rakyat Aceh.
Hasilnya adalah Snouck Hurgronje meminta Belanda untuk menyerang secara serentak ke seluruh Aceh dengan pasukan
yang diberi nama Marsose (pasukan yang terdiri dari orang Indonesia yang telah dilatih oleh Belanda). Hasilnya semua
pemimpin Aceh tewas dan Cut Nyak Dien tertangkap.
Akhir dari perang Aceh adalah dikeluarkannya Plakat pendek oleh Belanda yang berisi : Kerajaan Aceh merupakan
bagian Belanda, Aceh tidak boleh melakukan kerjasama dengan negara lain dan Aceh harus menaati peraturan dari
Belanda. Sejak ini perlawanan berakhir.
b. Sumatera Barat
Perlawanan rakyat Sumatera Barat dimulai dengan munculnya Kaum Wahabiah yang bertujuan memurnikan ajaran
Islam. Kelompok ini disebut kaum Padri. Kelompok ini menentang kaum adat yang sudah mulai menghilangkan unsur
Islam dalam kehidupan seperti berjudi, mabuk dan menyembah berhala. Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan
antara kaum paderi dengan adat.
Dalam perkembangan kaum adat bekerjasama dengan pihak Belanda untuk mengalahkan kaum Paderi. Perjanjian kaum
adat dengan belanda menandai terjadinya Perang Paderi. Perang Paderi terjadi dua kali dikarenakan adanya Perang
dahsyat di Jawa (Diponegoro) yang menyebabkan pasukan Belanda konsentrasi di perang jawa. Pada Perang Paderi ke 2
Pasukan Paderi dibantu Sentot Ali Basyah (Pasukan dari jawa yang membelot dari Belanda). Perlawanan berakhir setelah
Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan oleh Belanda.

2. Perlawanan di Jawa
Perlawanan di Jawa dipimpin oleh bangsawan Kraton Jogja yaitu Pangeran Diponegoro. Penyebab lahirnya perang di
Jawa ada2, yaitu sebab umum : rakyat dibelit banyak pajak yang berat, kolonial Belanda ikut campur dalam perpolitikan
di Kraton Jogja dan kehidupan di Kraton yang hidup mewah (berbanding terbalik dengan kehidupan rakyatnya).
Sebab khusus : Pangeran tersingkir dari kehidupan Kraton Jogja yang menolak kompromi dengan Belanda dan Belanda
memprovokasi Pangeran Diponegoro dengan cara membuat jalan dengan menerobos makam leluhur Pangeran
Diponegoro.
Perang ini dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh 2 sahabatnya yaitu Kyai Mojo dan Sentot Ali
Basyah. Perang Diponegoro ini terjadi pada masa Gubernur Jendral Capellen. Perang Diponegoro sangat dahsyat
sehingga Perang Paderi Sumatera Barat dihentikan untuk sementara waktu.
Dalam perkembangannya Perang Diponegoro mengalami banyak halangan, salah satunya adalah perpecahanan dengan 2
sahabatnya yaitu Kyai Mojo (masalah pemerintahan yang tidak boleh digabungkan dengan kehidupan keagamaan) dan
dengan Sentot Ali Basyah (mengenai strategi perang Pangeran Diponegoro). Hal ini menyebabkan Kyai Mojo
menyerahkan diri dengan Belanda bahkan Sentot Ali Basyah bergabung dengan Belanda (syarat 10.000 ringgit, 1000
pasukan dan 5000 senapan)
Karena semakin banyak pasukan yang keluar dari pasukan Diponegoro menyebabkan Pangeran Diponegoro terpaksa
berunding dengan pihak Belanda dibawah pimpinan Letnan Jendral De Kock. Hasilnya Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado.

Bab II Pergerakan Nasional Indonesia


A. Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional
Lahirnya pergerakan nasional dikarenakan 2 hal, yaitu :
1. Dari dalam
Ada banyak faktor dari dalam yaitu faktor pendidikan yang menyebabkan munculnya golongan terpelajar dan
mengubah pola pikir perjuangan, faktor politik dimana para bangsawan banyak yang memberontak dikarenakan posisi
didalam masyarakat diturunkan menjadi pegawai pemerintahan bahkan kekuasaan bangsawan dipangkas, adanya
eksploitasi terhadap SDA dan SDM dengan cara kerja paksa dan adanya diskriminasi sosial didalam masyarakat.
Kelompok rakyat berada dibawah orang Belanda dan Asia.
2. Dari luar
Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di Asia Afrika, selain itu
adanya semangat nasionalisme di Cina, Mesir, India dan Filipina.

Dalam perkembangan pergerakan tidak hanya golongan terpelajar saja yang berjuang memerdekakan Indonesia, tetapi juga
muncul kelompok-kelompok lain, yaitu :
 Golongan terpelajar
Golongan ini lahir dari kalangan bangsawan yang mendapatkan kesempatan untuk menerima pendidikan di sekolah
buatan Belanda yaitu dimulai dari Sekolah Dasar (HIS), Sekolah Menengah Pertama (MULO), Sekolah Menengah Atas
(AMS). Golongan bangsawan ini pertama kali membentuk organisasi Budi Utomo yang mayoritas berasal dari
mahasiswa-mahasiswa STOVIA (Sekolah Kedokteran). Golongan ini yang pertama kali mengubah pola pikir perjuangan
dari organisasi yang terstruktur, menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan , dan tujuan perjuangan adalah kemerdekaan
penuh Indonesia. Meskipun Budi Utomo mengawali pergerakan nasional dengan masih mengangkat budaya Jawa, tetapi
tetap Budi Utomo menjadi tonggak dasar perjuangan nasional. Tokoh-tokoh terpelajar tidak hanya dari AMS, tetapi
mereka sudah mampu lulus perguruan tinggi yang sebetulnya diperuntukkan buat orang Belanda seperti Rechts Hoge
School (RHS) bidang hukum, Tecnische Hoge School (THS) bidang teknik dan STOVIA (kedokteran).
 Guru
Dari munculnya pendidikan maka terbentuknya kelompok masyarakat baru yaitu guru dan penggiat pers (surat kabar).
Salah satu yang terkenal adalah Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan Taman Siswa di Yogyakarta dan telah
menanamkan rasa nasionalisme kepada siswa-siswanya. Selain itu ada 2 tokoh terkenal lainnya yaitu Mohammad Syafei
yang mendirikan Indonesische Nederlansche School (INS) Kayu Tanam. Sekolah ini mengajarkan siswanya untuk
mengabdi kepada kepentingan bangsa Indonesia. Ada juga tokoh besar Douwess Dekker yang mendirikan Ksatrian
Instituut. Tujuan dari sekolah menumbuhkan harga diri sebagai manusia merdeka.
 Pedagang
Pedagang juga memiliki andil tetapi lebih kepada bidang ekonomi. Contohnya adalah pedagang batik di Solo yang
merasa kalah bersaing dengan pedagang Cina membentuk perkumpulan yang diberi nama Serikat Dagang Islam dan
akhirnya berkembang menjadi organisasi massa besar yang disebut Sarikat Islam.
 Pers
Pers merupakan salah satu cara yang ampuh untuk memperluas faham kebangsaan. Setiap organisasi memiliki surat
kabar masing-masing didalam menyebarkan faham organisasinya yaitu :
a. Darmo Kondo, Budi Utomo.
b. Oetoesan Hindia, Sarikat Islam.
c. De Express, Indische Partij.
d. Indonesia Merdeka, Perhimpunan Indonesia.
Sumpah Pemuda
Para pemuda Indonesia setelah munculnya berbagai organisasi pergerakan Indonesia mendapatkan semangat baru untuk
mempersatukan bangsa. Dari organisasi kepemudaan Sekar Rukun, Tri Koro Dharmo, Jong Sumatranen Bond, Jong Java,
Jong Batak Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Ambon, dan Pemuda kaum Betani. Awal perjuangan terjadi
pada Kongres Pemuda I di Jakarta pada November 1925, yang menghasilkan beberapa keputusan yaitu menyiapkan Kongres
Pemuda ke II dan dipakainya Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan oleh Muhammad Yamin.
Pada 27-28 Oktober 1928 dilaksanakanlah Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda (lihat buku cetak),
diperdengarkanlah pertama kali lagu Indonesia Raya, ditetapkanlah Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Bab III Proklamasi kemerdekaan Indonesia


Terjunnya Jepang dalam Perang Pasifik (diawali dengan penyerangan di Pearl Harbour) menyebabkan Jepang harus
berhadapan dengan Amerika Serikat. Pada tahun 1944, Jepang terdesak dalam perang Pasifik. Dampaknya Jendral Terauchi
atas Jepang di Sidang Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) memberikan janji kemerdekaan dengan membentuk BPUPKI.
BPUPKI didirikan pada 1 Maret 1945 dan dibentuk oleh jendral Kumakichi Harada. Badan ini diketuai oleh Rajiman
Wediodiningrat tetapi terdapat unsur keanggotaan Jepang didalamnya. Didalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
BPUPKI melaksanakan rapat 2 kali, yaitu :
a. Sidang I 29 mei-1juni 1945 yang membicarakan dasar negara Indonesia. Ada 3 tokoh yang mengemukakan pendapat
yaitu Muh.Yamin ( mengusulkan Lima Dasar kebangsaan yaitu Peri kebangsaan, Peri kemanusiaan, Peri ketuhana, peri
kerakyatan dan kesejahteraan rakyat), Soepomo (mengusul dasar negara merdeka yaitu persatuan, kekeluargaan,
keseimbangan lahir dan batin, musyawarah dan keadilan rakyat) dan terakhir Soekarno mengusulkan Pancasila yang
terdiri dari kebangsaan Indonesia, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan sosial dan kethanan yang maha esa). Pada
sidang pertama ini megalami kegagalan sehingga sidang ditunda (reses). Pada masa ini Soekarno membentuk panitia
sembilan yang terdiri dari golongan tua seperti Muhammad Yamin, Ahmad Soebarjo, Wahid Hasyim, dll. Panitia
sembilan ini menghasilkan piagam jakarta yang serupa dengan Pancasila sekarang yang berbeda sila pertama yang
dicantumkan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syarikat Islam bagi pemeluknya.
b. Sidang kedua dilaksanakan 14 Juli 1945 yang menghasilkan batang tubuh dan UUD 1945 (sumber hukum Indonesia).
karena Hiroshima dibom maka BPUPKI dibubarkan dan digantikan PPKI agar rakyat Indonesia mau membantu
perjuangan Jepang.

Dibomnya Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (8 Agustus) membuat posisi Jepang terdesak, apalagi ketakutan Indonesia
yang dapat melepaskan diri dari Jepang. Maka, Jendral Terauchi mengundang 3 tokoh Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Moh.
Hatta dan Radjiman Wediodiningrat untuk membicarakan rencana kemerdekaan Indonesia di Dalat, Vietnam. Sebagai timbal
baliknya Indonesia diminta mengerahkan bantuan segenap tenaga membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Sekembalinya dari Dalat, Para pemuda sudah mendengar kabar 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Akhirnya
para pemuda mulai melancarkan aksi untuk memerdekakan Indonesia dengan perantara golongan tua. Hal ini yang menjadi
babak awal peristiwa proklamasi Indonesia.
Peristiwa prolamasi ada 4 babak, yaitu :
1. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini disebabkan adanya perbedaan pendapat antara kaum muda dengan kaum tua mengenai masa depan
Indonesia. Sesampainya dari Dalat, Soekarno-Hatta-Radjiman diminta para pemuda untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat antara pemuda dan Golongan tua adalah :
 Golongan tua menginginkan kemerdekaan sesuai janji jepang yaitu 24 Agustus 1945, sedangkan golongan muda
menginginkan secepat mungkin.
 Golongan tua ragu-ragu karena takut memancing konflik dengan Jepang, golongan muda tidak takut dengan
kekuatan Jepang
 Golongan tua ingin kemerdekaan dibicarakan secara matang dan dibicarakan dengan PPKI, sedangan golongan
muda ingin cepat dan lepas dari pengaruh Jepang (PPKI).
Perbedaan ini membuat golongan muda melakukan rapat di gedung Bakteriologi yang dipimpin oleh Chairul Saleh.
Hasilnya adalah kemerdekaan harus segera diproklamasikan sebelum diambil pihak lain. Untuk itu Wikana dan Darwis
menemui Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan. Hasilnya nihil, Soekarno-hatta menolak permintaan
golongan muda. Golongan muda kemudian membuat rencana menjauhkan Soekarno dari pengaruh Jepang, maka
Soekarno-Hatta diamankan ke Rengasdenklok. Pemilihan Rengasdengklok karena markas Garnisun Peta dan jauh dari
Jakarta. Awalnya Soekarno menolak permintaan Pemuda namun atas bujukan Ahmad Soebarjo dan jaminan Laksamana
Tadashi Maeda, maka soekarno sepakat proklamasi akan diadakan pada 17 Agustus 1945. Atas jaminan Ahmad Soebarjo,
Soekarno-Hatta dapat kembali ke Jakarta dan kemudian merumuskan teks proklamasi.
2. Peristiwa Perumusan teks
Perumusan dilaksanakan di rumah Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1. Perumusan dilakukan oleh Soekarno-Hatta-
Soebardjo. Ada 3 kata yang diubah pada perumusan teks proklamasi yaitu :
a. Tempoh : Tempo
b. Wakil-wakil bangsa Indonesia : Atas nama Bangsa Indonesia
c. Djakarta 17-08-05 : Djakarta, Hari 17 Boelan 8, Tahoen 05
Teks diketik oleh Sayuti Melik dan ada permasalahan setelah teks diketik yaitu siapa yang menandatangani. Menurut
Soekarno yang menandatangani adalah semua yang hadir seperti saat Deklarasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan
menurut Sukarni yang menandatangani adalah Soekarno-Hatta.
3. Peristiwa Pembacaan teks
Pembacaan teks mengalami perubahan, karena pada awalnya akan diadakan di Lapangan Ikada atas usul kaum muda atas
prakarsa Kelompok Pemuda Menteng 31. Namun untuk keamanan Proklamasi diadakan di rumah Soekarno jalan
Pegangsaan Timur 56 pada jam 10.00 dengan dikibarkan bendera Merah Putih dan dinyanyikan lagi Indonesia Raya.
4. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Pasca peristiwa proklamasi di Jakarta, rakyat di Ibu kota mulai bersukacita mendengar kabar ini. Kabar kemerdekaan ini
kemudian disebarkan melalui radio dan stasiun Kereta Api. Selain itu menggunakan sarana surat kabar yaitu Tjahaja
(Bandung) dan Soeara Asia (Surabaya). Untuk semakin meyakinkan rakyat Indonesia, maka Soekarno melaksanakan
pertemuan pertama dengan rakyat Indonesia untuk mendapat dukungan. 19 September 1945 melaksanakan Rapat Besar
di Lapangan Ikada yang diprakarsai kelompok Pemuda
Menteng 31 dan atas usulan Tan Malaka. Pada saat itu Jepang sudah menghalau, tetapi massa semakin memenuhi
Lapangan Ikada. Rapat ini memiliki makna pertemuan pertama rakyat Indonesia dengan pemimpinnya dan meminta
dukungan penuh rakyat untuk mengisi kemerdekaan.

PEMBENTUKAN KELENGKAPAN KENEGARAAN


Pasca kemerdekaan Indonesia, PPKI sebagai badan resmi negara / legislatif yang ada diIndonesia membentuk kelengkapan
negara. Sidang dilakukan 3 kali yaitu :
1. Sidang 18 Agustus 1945
Ada 3 keputusan penting yaitu : Menetapkan dan Mengesahkan UUD 1945, Mengangkat Ir.Soekarno dan Moh.Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Keputusan yang diambil mengenai UUD 1945 sangat menunjukkan bahwa Pemimpin Indonesia saat itu memikirkan
negara yang beraneka ragam Suku, Ras dan Agamanya. Terbukti pada Sila pertama yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan
dengan Kewajiban menjalankan Syarikat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada perubahan menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa. Selain itu Perubahan pada Pasal 6 yaitu “Presiden adalah orang Indonesia Asli yang beragama Islam”
diubah menjadi “Presiden adalah Orang Indonesia asli”
2. Sidang 19 Agustus 1945
Kelengkapan berikutnya adalah : Menetapkan 12 kementrian yang bertugas membantu Presiden (Lihat Buku Cetak) dan
membagi wilayah kedalam delapan provinsi (Lihat Buku cetak)
3. Sidang 22 Agustus 1945
Hasil sidang berikut adalah terbentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Ditetapkan PNI sebagai partai politik
di Indonesia, dan Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat.

KNIP
Dibentuk dalam rangka membantu tugas Presiden dengan Ketuannya adalah Kasman Singodimejo. Pada 16 Oktober 1945,
melaksanakan sidang yang menghasilkan 2 keputusan, yaitu : Membentuk Badan Pekerja (BP) KNIP dengan anggota 15
orang. BP KNIP dipimpin oleh Sutan Syahrir. Keputusan kedua adalah mengusulkan kepada Presiden agar diberi hak
legislative. Usulan ini disetujui lewat dikeluarkannya Maklumat Wapres No. X 1945. Pengurangan kekuasaan Presiden
dimulai dengan dikeluarkan berbagai Maklumat yang tidak lain dikeluarkan Wapres Mohammad Hatta atas nama pemerintah.
Maklumat 3 November 1945 adanya kebebasan dalam membentuk Partai Politik, seperti PNI, Masyumi, PKI, Partai Buruh
Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI). Partai
Politik tersebut menyebabkan kekuasaan politik semakin berkurang, pada akhirnya terjadi pergeseran dari Presidensiil ke
Parlementer lewat Maklumat 14 November 1945 dimana Sutan Syahrir menjadi Perdana Menteri I.

Badan Keamanan Rakyat


Sesuai keputusan PPKI, maka dibentuklah BKR yang keanggotaan terdiri dari para pemuda bekas anggota Heiho, Keibodan,
dan KNIL. Rakyat mendukung dengan antusias dan terbentuk BKR. BKR Pusat dipegang oleh Kasman Singodimejo, namun
karena dianggap sebagai ketua KNIP, diganti oleh Kaprawi.
Awal pembentukan tidak berjalan mulus, dimana pemuda menginginkan dibentuknya Tentara Nasional Indonesia. Hal ini
ditolak oleh pemerintah karena dapat memancing dan membangkitkan permusuhan dengan kekuatan asing yang masih ada di
Indonesia.
Menanggapi hal ini kemudian pemuda membentuk Komite Van Aksi Menteng 31 yang dibawah pimpinan Adam Malik,
Sukarni, Chaerul Saleh. Komite ini terbentuk untuk menggantikan peran kemiliteran yang tidak dimiliki negara Indonesia
pada awal kemerdekaan.
Perkembangannya dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) karena kedatangan tentara sekutu dan NICA, kemudian terjadi
bentrokan fisik. Pembentukan TKR ini berdasarkan Maklumat Pemerintah 6 Oktober 1945. Sebagai Pimpinan terpilih
Suprijadi, tetapi Ia tidak pernah muncul dan kepemimpinan TKR diserahkan ke Jendral Sudirman.

Bab IV Masuknya Sekutu dengan Proses Diplomasi Indonesia tahun 1945-1949


17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya secara de facto. Syarat sebagai negara adalah memiliki wilayah,
rakyat, konstitusi, pemerintahan dan pengakuan dari negara lain. Dalam hal ini Indonesia belum dianggap sebagai negara
karena belum diakui oleh negara lain. Proses panjang mulai dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak masa PM. Sutan
Syahrir dan diakhiri oleh PM Moh. Hatta melalui peristiwa besar Konfrensi Meja Bundar. Awalnya Indonesia merasa nyaman
dengan status merdeka secara de facto, tetapi setelah adanya tindakan militerisasi oleh Sekutu dan KNIL ke Indonesia, maka
Indonesia sadar bahwa belum mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya.
Sekutu masuk ke Indonesia karena adanya perjanjian Postdam yang mengharuskan sekutu mengamankan negara yang kalah
perang dan negara yang dijajahnya, salah satunya Indonesia sedang dijajah Jepang. Maka masuklah sekutu (SEAC) dibawah
kekuasaan Sir Lord Mountbatten melalui Tanjung Priok. Niat yang baik akhirnya berubah menjadi jahat setelah SEAC
diboncengi NICA (Tentara Negara Belanda). Pasca masuk ke Indonesia kekuasaan sekutu di pegang AFNEI (Tentara sekutu di
Indonesia), dan proses pengamanan berubah menjadi proses pengambil alihan negara Indonesia oleh sekutu. Dampaknya
adalah muncul peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Contohnya adalah Bandung Lautan Api yang
menyebabkan Bandung Utara terbakar dan muncul tokoh perjuangan yaitu Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan. Selain
itu ada Pertempuran Surabaya 10 November. Peristiwa diawali dengan terbunuhnya Brigjen Malabby yang menyebabkan
sekutu bersama Belanda menyerang kota Surabaya dan tokoh Indonesianya adalah Bung Tomo
Hal ini semakin membuat pemerintah Indonesia berusaha secara diplomasi mendapatkan status kemerdekaan secara de Yure.
Berikut adalah proses diplomasi yang dilakukan pemerintahan Indonesia :
1. Mengeluarkan maklumat politik 1 November 1945
Pengambilalihan wilayah Indonesia atas sekutu menyebabkan pemerintahan mengeluarkan maklumat yang berisi agar
Belanda dan sekutu (Inggris) mau mengakui kedaulatan negara Indonesia. Hal ini ditanggapi oleh Belanda melalui
Menteri Luar Negeri jajahan Hindia Belanda Dr. Van Mook yang berunding dengan utusan Inggris yaitu Sir Archibald
Clark Kerr. Van Mook mengingatkan Indonesia mengenai Pidato Ratu Belanda, yaitu : Indonesia akan dibentuk sebagai
negara persemakmuran, masalah dalam negeri diurus Indonesia, luar negeri oleh kerajaan Belanda dan Indonesia akan
dimasukkan sebagai anggota PBB. Untuk kali ini perundingan hanya dilakukan oleh pihak Belanda dan Inggris saja.
Hal ini ditanggapi PM Sutan Syahrir dengan menolak tawaran dari pihak Belanda. Ketidak adaan titik temu antara
Belanda dan Indonesia menyebabkan perundingan berlanjut di Hooge Veluwe (Belanda). Lagi-lagi hasilnya sia-sia,
sehingga Belanda melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan wilayah Indonesia. Salah satunya mengadakan Konfrensi
Malino tahun 1946 dengan hasil Belanda membentuk sendiri negara-negara federal (negara BFO/negara buatan Belanda).
Contohnya adalah Negara Pasundan (Jawa Barat), Borneo, Negara Sumatera Selatan, Negara Indonesia Timur, negara
Sumatera Timur. Hal ini semakin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

2. Melaksanakan perjanjian Linggajati tahun 1947


Dalam kurun waktu 1946 terjadi berbagai penyerangan di Indonesia oleh Sekutu-NICA, seperti Bandung Lautan Api, 10
November Surabaya, dll. Hal ini menyebabkan akhirnya kedua belah pihak Indonesia-Belanda melakukan gencatan
senjata dan melaksanakan perundingan damai di Linggarjati. Perundingan ini diterima oleh pihak Indonesia melalui PM
Sutan Syahrir. Hasil yang penting dari perjanjian Linggarjati adalah dibentuknya Uni Indonesia-Belanda yang diketuai
Ratu Belanda dan Indonesia diakui secara de facto wilayahnya yaitu Jawa, Madura dan Sumatera.
Diterimanya hasil di Linggarjati menyebabkan banyak bermunculan protes keras dari partai-partai salah satunya adalah
Masyumi dan PNI. Hal ini berdampak jatuhnya PM Sutan Syahrir dikarenakan ketidakpercayaan di parlemen (KNIP).
Amir Syarifuddin diangkat menjadi PM oleh KNIP dan bertugas mempertahankan wilayah Indonesia.
Perjanjian Linggarjati ternyata tidak ditaati oleh pihak Belanda dengan melakukan penyerangan yang disebut Agresi
Militer I.

3. Mengikuti perjanjian Renville tahun 1948


Pada 1 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB menyerukan adanya gencatan senjata antara Indonesia-Belanda. Dan
diperlukan adanya lembaga arbitrase (penengah) untuk menyelesaikan permasalahan ini. Maka PBB membentuk KTN
(Komisi Tiga Negara) yang terdiri dari wakil Indonesia yaitu Australia (Richard Kirby), wakil Belanda yaitu Belgia (van
Zeeland) dan wakil penengah yaitu Amerika Serikat (Frank Graham). KTN menyarankan agar diadakan perundingan
ditempat netral yaitu dipilihlah di kapal USS Renville milik AS yang sedang berlabuh di Tanjung Priok.
Hasil dari perjanjian Renville adalah persetujuan gencatan senjata Indonesia-Belanda dan Indonesia diakui secara de
facto Sumatera, Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perjanjian ini disetujui oleh pihak Indonesia melalui PM Amir
Syarifuddin. Perjanjian ini memang merugikan Indonesia karena wilayah semakin sempit, tetapi hal ini menjadi
kemenangan di forum internasional dikarenakan semakin banyak simpati dunia internasional kepada Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan diadakannya Konfrensi di New Delhi yang diikuti oleh negara-negara di Asia Afrika. Negara-negara
tersebut memberi dukungan penuh kepada Indonesia untuk mendapatkan kedaulatan. Dukungan ini terjadi dikarenakan
Belanda melakukan pelanggaran dengan melakukan Agresi Militer II. Namun diterimanya hasil di Renville menyebabkan
PM Amir Syarifuddin diturunkan dan digantikan oleh Mohammad Hatta.

4. Mengikuti Konfrensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949


Dukungan internasional yang semakin besar menyebabkan posisi Indonesia semakin kuat untuk mendapatkan kedaulatan
penuh. Hal ini menyebabkan PBB memutuskan mengadakan konfrensi bersama yang disebut Konfrensi Meja Bundar
(KMB). Konfrensi ini diadakan di Den Haag di Belanda. Delegasi yang datang adalah Indonesia (Moh.Hatta), BFO
(Sultan Hamid II), Belanda (van Maarseven), UNCI (Merle Cochran). Hasil kesepakatannya :
a. Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia selambatnya 30 Desember 1949.
b. Indonesia akan berbentuk RIS yang terdiri dari 15 negara federal.
c. RIS dan Kerajaan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda dibawah pimpinan Ratu Belanda.
d. Pasukan dan kapal Belanda harus ditarik dari Indonesia.
e. Masalah Irian Barat akan dibicarakan setahun kemudian setelah KMB.
f. Indonesia wajib membayar hutang perang saat Agresi I dan II kepada Belanda
Hasil ini diterima oleh Mohammad Hatta sebagai wakil Indonesia di Den Haag. Dalam perkembangan setelah KMB
Presiden RI dipegang oleh Mr.Assaat, Presiden RIS (negara Federal) Ir.Soekarno dan Perdana Menteri dipegang oleh
Mohammad Hatta

Anda mungkin juga menyukai