2. Perlawanan di Jawa
Perlawanan di Jawa dipimpin oleh bangsawan Kraton Jogja yaitu Pangeran Diponegoro. Penyebab lahirnya perang di
Jawa ada2, yaitu sebab umum : rakyat dibelit banyak pajak yang berat, kolonial Belanda ikut campur dalam perpolitikan
di Kraton Jogja dan kehidupan di Kraton yang hidup mewah (berbanding terbalik dengan kehidupan rakyatnya).
Sebab khusus : Pangeran tersingkir dari kehidupan Kraton Jogja yang menolak kompromi dengan Belanda dan Belanda
memprovokasi Pangeran Diponegoro dengan cara membuat jalan dengan menerobos makam leluhur Pangeran
Diponegoro.
Perang ini dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro yang dibantu oleh 2 sahabatnya yaitu Kyai Mojo dan Sentot Ali
Basyah. Perang Diponegoro ini terjadi pada masa Gubernur Jendral Capellen. Perang Diponegoro sangat dahsyat
sehingga Perang Paderi Sumatera Barat dihentikan untuk sementara waktu.
Dalam perkembangannya Perang Diponegoro mengalami banyak halangan, salah satunya adalah perpecahanan dengan 2
sahabatnya yaitu Kyai Mojo (masalah pemerintahan yang tidak boleh digabungkan dengan kehidupan keagamaan) dan
dengan Sentot Ali Basyah (mengenai strategi perang Pangeran Diponegoro). Hal ini menyebabkan Kyai Mojo
menyerahkan diri dengan Belanda bahkan Sentot Ali Basyah bergabung dengan Belanda (syarat 10.000 ringgit, 1000
pasukan dan 5000 senapan)
Karena semakin banyak pasukan yang keluar dari pasukan Diponegoro menyebabkan Pangeran Diponegoro terpaksa
berunding dengan pihak Belanda dibawah pimpinan Letnan Jendral De Kock. Hasilnya Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado.
Dalam perkembangan pergerakan tidak hanya golongan terpelajar saja yang berjuang memerdekakan Indonesia, tetapi juga
muncul kelompok-kelompok lain, yaitu :
Golongan terpelajar
Golongan ini lahir dari kalangan bangsawan yang mendapatkan kesempatan untuk menerima pendidikan di sekolah
buatan Belanda yaitu dimulai dari Sekolah Dasar (HIS), Sekolah Menengah Pertama (MULO), Sekolah Menengah Atas
(AMS). Golongan bangsawan ini pertama kali membentuk organisasi Budi Utomo yang mayoritas berasal dari
mahasiswa-mahasiswa STOVIA (Sekolah Kedokteran). Golongan ini yang pertama kali mengubah pola pikir perjuangan
dari organisasi yang terstruktur, menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan , dan tujuan perjuangan adalah kemerdekaan
penuh Indonesia. Meskipun Budi Utomo mengawali pergerakan nasional dengan masih mengangkat budaya Jawa, tetapi
tetap Budi Utomo menjadi tonggak dasar perjuangan nasional. Tokoh-tokoh terpelajar tidak hanya dari AMS, tetapi
mereka sudah mampu lulus perguruan tinggi yang sebetulnya diperuntukkan buat orang Belanda seperti Rechts Hoge
School (RHS) bidang hukum, Tecnische Hoge School (THS) bidang teknik dan STOVIA (kedokteran).
Guru
Dari munculnya pendidikan maka terbentuknya kelompok masyarakat baru yaitu guru dan penggiat pers (surat kabar).
Salah satu yang terkenal adalah Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan Taman Siswa di Yogyakarta dan telah
menanamkan rasa nasionalisme kepada siswa-siswanya. Selain itu ada 2 tokoh terkenal lainnya yaitu Mohammad Syafei
yang mendirikan Indonesische Nederlansche School (INS) Kayu Tanam. Sekolah ini mengajarkan siswanya untuk
mengabdi kepada kepentingan bangsa Indonesia. Ada juga tokoh besar Douwess Dekker yang mendirikan Ksatrian
Instituut. Tujuan dari sekolah menumbuhkan harga diri sebagai manusia merdeka.
Pedagang
Pedagang juga memiliki andil tetapi lebih kepada bidang ekonomi. Contohnya adalah pedagang batik di Solo yang
merasa kalah bersaing dengan pedagang Cina membentuk perkumpulan yang diberi nama Serikat Dagang Islam dan
akhirnya berkembang menjadi organisasi massa besar yang disebut Sarikat Islam.
Pers
Pers merupakan salah satu cara yang ampuh untuk memperluas faham kebangsaan. Setiap organisasi memiliki surat
kabar masing-masing didalam menyebarkan faham organisasinya yaitu :
a. Darmo Kondo, Budi Utomo.
b. Oetoesan Hindia, Sarikat Islam.
c. De Express, Indische Partij.
d. Indonesia Merdeka, Perhimpunan Indonesia.
Sumpah Pemuda
Para pemuda Indonesia setelah munculnya berbagai organisasi pergerakan Indonesia mendapatkan semangat baru untuk
mempersatukan bangsa. Dari organisasi kepemudaan Sekar Rukun, Tri Koro Dharmo, Jong Sumatranen Bond, Jong Java,
Jong Batak Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Ambon, dan Pemuda kaum Betani. Awal perjuangan terjadi
pada Kongres Pemuda I di Jakarta pada November 1925, yang menghasilkan beberapa keputusan yaitu menyiapkan Kongres
Pemuda ke II dan dipakainya Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan oleh Muhammad Yamin.
Pada 27-28 Oktober 1928 dilaksanakanlah Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda (lihat buku cetak),
diperdengarkanlah pertama kali lagu Indonesia Raya, ditetapkanlah Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Dibomnya Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (8 Agustus) membuat posisi Jepang terdesak, apalagi ketakutan Indonesia
yang dapat melepaskan diri dari Jepang. Maka, Jendral Terauchi mengundang 3 tokoh Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Moh.
Hatta dan Radjiman Wediodiningrat untuk membicarakan rencana kemerdekaan Indonesia di Dalat, Vietnam. Sebagai timbal
baliknya Indonesia diminta mengerahkan bantuan segenap tenaga membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Sekembalinya dari Dalat, Para pemuda sudah mendengar kabar 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Akhirnya
para pemuda mulai melancarkan aksi untuk memerdekakan Indonesia dengan perantara golongan tua. Hal ini yang menjadi
babak awal peristiwa proklamasi Indonesia.
Peristiwa prolamasi ada 4 babak, yaitu :
1. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini disebabkan adanya perbedaan pendapat antara kaum muda dengan kaum tua mengenai masa depan
Indonesia. Sesampainya dari Dalat, Soekarno-Hatta-Radjiman diminta para pemuda untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat antara pemuda dan Golongan tua adalah :
Golongan tua menginginkan kemerdekaan sesuai janji jepang yaitu 24 Agustus 1945, sedangkan golongan muda
menginginkan secepat mungkin.
Golongan tua ragu-ragu karena takut memancing konflik dengan Jepang, golongan muda tidak takut dengan
kekuatan Jepang
Golongan tua ingin kemerdekaan dibicarakan secara matang dan dibicarakan dengan PPKI, sedangan golongan
muda ingin cepat dan lepas dari pengaruh Jepang (PPKI).
Perbedaan ini membuat golongan muda melakukan rapat di gedung Bakteriologi yang dipimpin oleh Chairul Saleh.
Hasilnya adalah kemerdekaan harus segera diproklamasikan sebelum diambil pihak lain. Untuk itu Wikana dan Darwis
menemui Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan. Hasilnya nihil, Soekarno-hatta menolak permintaan
golongan muda. Golongan muda kemudian membuat rencana menjauhkan Soekarno dari pengaruh Jepang, maka
Soekarno-Hatta diamankan ke Rengasdenklok. Pemilihan Rengasdengklok karena markas Garnisun Peta dan jauh dari
Jakarta. Awalnya Soekarno menolak permintaan Pemuda namun atas bujukan Ahmad Soebarjo dan jaminan Laksamana
Tadashi Maeda, maka soekarno sepakat proklamasi akan diadakan pada 17 Agustus 1945. Atas jaminan Ahmad Soebarjo,
Soekarno-Hatta dapat kembali ke Jakarta dan kemudian merumuskan teks proklamasi.
2. Peristiwa Perumusan teks
Perumusan dilaksanakan di rumah Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1. Perumusan dilakukan oleh Soekarno-Hatta-
Soebardjo. Ada 3 kata yang diubah pada perumusan teks proklamasi yaitu :
a. Tempoh : Tempo
b. Wakil-wakil bangsa Indonesia : Atas nama Bangsa Indonesia
c. Djakarta 17-08-05 : Djakarta, Hari 17 Boelan 8, Tahoen 05
Teks diketik oleh Sayuti Melik dan ada permasalahan setelah teks diketik yaitu siapa yang menandatangani. Menurut
Soekarno yang menandatangani adalah semua yang hadir seperti saat Deklarasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan
menurut Sukarni yang menandatangani adalah Soekarno-Hatta.
3. Peristiwa Pembacaan teks
Pembacaan teks mengalami perubahan, karena pada awalnya akan diadakan di Lapangan Ikada atas usul kaum muda atas
prakarsa Kelompok Pemuda Menteng 31. Namun untuk keamanan Proklamasi diadakan di rumah Soekarno jalan
Pegangsaan Timur 56 pada jam 10.00 dengan dikibarkan bendera Merah Putih dan dinyanyikan lagi Indonesia Raya.
4. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Pasca peristiwa proklamasi di Jakarta, rakyat di Ibu kota mulai bersukacita mendengar kabar ini. Kabar kemerdekaan ini
kemudian disebarkan melalui radio dan stasiun Kereta Api. Selain itu menggunakan sarana surat kabar yaitu Tjahaja
(Bandung) dan Soeara Asia (Surabaya). Untuk semakin meyakinkan rakyat Indonesia, maka Soekarno melaksanakan
pertemuan pertama dengan rakyat Indonesia untuk mendapat dukungan. 19 September 1945 melaksanakan Rapat Besar
di Lapangan Ikada yang diprakarsai kelompok Pemuda
Menteng 31 dan atas usulan Tan Malaka. Pada saat itu Jepang sudah menghalau, tetapi massa semakin memenuhi
Lapangan Ikada. Rapat ini memiliki makna pertemuan pertama rakyat Indonesia dengan pemimpinnya dan meminta
dukungan penuh rakyat untuk mengisi kemerdekaan.
KNIP
Dibentuk dalam rangka membantu tugas Presiden dengan Ketuannya adalah Kasman Singodimejo. Pada 16 Oktober 1945,
melaksanakan sidang yang menghasilkan 2 keputusan, yaitu : Membentuk Badan Pekerja (BP) KNIP dengan anggota 15
orang. BP KNIP dipimpin oleh Sutan Syahrir. Keputusan kedua adalah mengusulkan kepada Presiden agar diberi hak
legislative. Usulan ini disetujui lewat dikeluarkannya Maklumat Wapres No. X 1945. Pengurangan kekuasaan Presiden
dimulai dengan dikeluarkan berbagai Maklumat yang tidak lain dikeluarkan Wapres Mohammad Hatta atas nama pemerintah.
Maklumat 3 November 1945 adanya kebebasan dalam membentuk Partai Politik, seperti PNI, Masyumi, PKI, Partai Buruh
Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI). Partai
Politik tersebut menyebabkan kekuasaan politik semakin berkurang, pada akhirnya terjadi pergeseran dari Presidensiil ke
Parlementer lewat Maklumat 14 November 1945 dimana Sutan Syahrir menjadi Perdana Menteri I.