sehingga banyak sekali dari mereka yang meninggal dunia. Peristiwa ini dikenal
dengan Banjarmasi Enormity .
Namun demikian, masih ada kebaikan yang ditanamkan oleh Raffles dalam
bidang kemanusiaan, seperti mengadakan suntukan cacar dan menghapuskan
papan penyiksa di pengadilan serta menggantinya dengan sistem juri seperti
yang berlaku di pengadilan Inggris.
Setelah Inggris mengalami kekalahan dalam perang melawan Rusia pada tahu
1815, kekuasaan Inggris di Indonesia pun berakhr. Kemudian, Belanda dan
Inggris mengadakan perundingan yang menghasilkanKonvensi London (1814).
Konvensi tersebut menetapkan bahwa semua bekas jajahan Belanda harus
diserahkan kembali ke tangan Inggris dariSultan Najamudin (Palembang).
Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan penyerahan kembali daerah-daerah tiu.
Akan tetapi, karena tidak ada yang mendukung keinginannya, Raffles tidak dapat
berbuat apa-apa dan terpaksa kembali ke Inggris dan digantikan oleh John
Fendall pada tahun 1816.
Pada tanggal 19 Agustus 1816, John Fendall melakukan serah terima dengan
Belanda. Pihak Belanda menugaskan dua orang Komisarais Jendral, yaitu Elout
Buykeys, dan Van der Capellen untuk menerima penyerahan itu dan
menjalankan pemeritahn Belanda di Indonesia sampai pada tahun 1819. Pada
tahun 1817, Raffles ditugaskan kembali ke Bengkulu, tetapi akhirnya Bengkulu
dan Sumatra Barat diserahkan kepada Belanda.
Pemerintahan Hindia Belanda
1. Sistem Tanam Paksa
Latar Belakang Tanam Paksa
Sejak tahun 1816, Belanda berusaha memeras kekayaan Indonesia dengan
segala macam cara. Hingga tahun 1870. Belanda berusaha mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Pemerintah
Belanda mengubah politik ekonominya, yaitu melepaskan peolitik monopoli
diganti dengan politik bebas. Sejak pemerintahan dipegang oleh Van der
Cappelen sampai diganti oleh Du Bus se Gisignies, pemerintah Hindia Belanda
sedang berusaha memperbaiki keadaan perekonomian negerinya dengan
memeras negara-negara jajahannya.
Peperangan yang berlangsung di Indonesia, seperti Perang Paderi dan Perang
Diponegro telah menggerogoti buruknya keuangan Belanda. Selama Perang
Diponegoro yang berkecemuk pada tahun 1825-1830, pemerintah Belanda terus
berusaha memperbaiki keadaan ekonominya, namun tidak berhasil. Akhirnya
pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes
Van den Bosch ke Indonesia. Setelah mengadakan penelitian di Hindia Belanda,
ia mulai menerapkan rencananya yang dinamakan Sistem Tanam
Paksaatau Cultuur Stelsel.
Peraturan-peraturan pokok Tanam Paksa adalah sebagai berikut.
Meskipun tanam paksa sudah menyimpang dari teori yang diciptakan Van den
Bosch, pemerintah Belanda tidak mau peduli sebab tanam paksa telah
memberikan keuntungan yang sangat besar.
Reaksi Terhadap Sistem Tanam Paksa
Pelaksanaan tanam paksa itu ternyata banyak mengandung reaksi dari kalangan
bangsa Belanda sendiri, antara lain: