Kelompok 1 :
Ilham Nouval Gypari
Maelani Cahyaningsih
Mellani Intan Ramadani
Sinta Ratnasari
Syiva Nurilla
Yayu Aulia Rahayu
Spanyol
tujuan dari kedatangan Bangsa Spanyol adalah untuk mewujudkan semangat 3G,
yaitu: Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan (dari perdagangan rempah).
Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan (wilayah jajahan).
Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Katolik.
Ekspedisi Spanyol tiba di Maluku pada tahun 1521 dipimpin oleh Sebastian del Cano.
Kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia memiliki tujuan yang sama dengan
Portugis, yaitu untuk menjajah dan menguasai perdagangan rempah-rempah. Oleh
karena itu, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku menimbulkan persaingan dan
perselisihan dengan bangsa Portugis.
France
Kekuasaan Belanda di Indonesia pada abad 18 hingga abad 19 tak berlangsung penuh.
Perebutan kekuasaan di Eropa membuat Belanda sempat berada di bawah penjajahan
Perancis karena peperangan Napoleon.
Dikutip dari Sejarah Indonesia Modern (2016) karangan MC Ricklefs, menjelang
akhir abad 18, VOC mengalami kemunduran.Korupsi dan perang terus-menerus di
berbagai daerah di Nusantara membuat VOC mengalami krisis keuangan.
Di Eropa, pada Desember 1794 hingga Januari 1795, Perancis menyerbu Belanda.Di
bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, Perancis berhasil menguasai Belanda. Ia
kemudian membentuk pemerintahan boneka
Pada tahun 1796, De Heeren XVII yang mengatur operasi VOC di Indonesia
dibubarkan.
De Heeren XVII digantikan dengan komite baru. Tak lama, pada 1 Januari 1800,
VOC dibubarkan.
Operasional VOC di Nusantara diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.
Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di
Belanda pada tahun 1806.Kemudian pada 1808, Louis mengirim Marsekal Herman
Willem Daendels ke Batavia.
Selama tiga tahun yakni dari 1808-1811, Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia
Belanda.
Di masa kepemimpinan Daendels, rakyat dan penguasa-penguasa setempat
diperlakukan dengan sewenang-wenang.
Awalnya, Daendels hanya menjual tanah rampasan dari Kesultanan Banten di Jasinga.
Namun ia juga menjual tanah-tanah di sekitar Batavia (Jakarta) yang disebut
Ommelandene.
Langkah ini diambil Daendels setelah Belanda mengalami kesulitan keuangan akibat
perang melawan Inggris.
Maka sejak 1795, Inggris pun berusaha merebut Nusantara dari Perancis.
Dengan jatuhnya pangkalan utama Perancis di Mauritius pada akhir 1810, posisi
Inggris semakin kuat untuk merebut Indonesia.
Pada Mei 1811, Daendels dicopot dari jabatannya. Ia tak bisa membangun hubungan
dengan penguasa tanah Jawa. Daendels juga dituduh memperkaya diri sendiri dengan
menjual tanah-tanah pemerintah.
Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. Namun Janssens tak bertahan lama
karena terus diserang Inggris.
Hingga pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, pusat
kekuatan Belanda.
Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.
Janssens mundur ke Jawa Tengah dan menyerah di dekat Salatiga.
Portugis
Rombongan penjelajah Eropa dari Bangsa Portugis pertama kali sukses masuk
wilayah Indonesia pada tahun 1511 Masehi, dengan dipimpin Alfonso de
Albuquerque. Sejarah mencatat orang-orang Portugis merupakan bangsa Eropa
pertama yang memasuki wilayah Nusantara, tepatnya di kesultanan Malaka.
Sejak abad 15, bangsa Portugis telah menjelajahi lautan dan memiliki armada laut
yang kuat. Ketika mengetahui di Asia Timur Jauh, terdapat tanah yang kaya akan
rempah, Raja Manuel I memanggil Vasco da Gama, seorang pelaut berpengalaman
asal Portugis untuk melakukan ekspedisi menjelajahi samudera.
Tujuan ini biasa terangkum dalam slogan Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari
kejayaan dan kekuasaan), dan Gospel (menyebarkan agama).
Bangsa Portugis mulai hengkang dari Indonesia setelah kurang lebih seabad singgah,
pada 25 Februari 1605 Portugal dipaksa hengkang dari Maluku di kepulauan rempah
rempah itu berakhir setelah ditikung oleh Kompeni Dagang Belanda
(VOC)Vereenigde Oostindische Compagnie
Inggris
Atas jasanya merebut Nusantara dari Belanda, Raffles diganjar Gubernur Jenderal
Lord Minto penghargaan dengan menjabat sebagai Letnan Gubernur Jawa.
Salah satu operasi militer terjadi pada 21 Juni 1812 ketika Raffles memerintahkan
serangan ke Yogyakarta.
Ketika itu, Keraton Yogyakarta merupakan salah satu dari dua kerajaan lokal
terkuat yang ada di Pulau Jawa. Serangan Inggris membuat keraton rusak parah.
1. Karesidenan Banten
2.Karesidenan Banyumas
3. Karesidenan Besuki
4. Karesidenan Bogor
5. Karesidenan Cirebon
6. Karesidenan Jakarta
7. Karesidenan Karawang
8.Karesidenan Kediri
9. Karesidenan Kedu
10.Karesidenan Madiun
11.Karesidenan Madura
12. Karesidenan Pati
13. Karesidenan Priangan
14. Karesidenan Rembang
15. Karesidenan Semarang
16. Karesidenan Surakarta
tujuannya untuk mempermudah inggris menguasai daerah jawa. Setiap
keresidenan dikepalai oleh residen dan asisten residen.
1. Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman
bebas oleh rakyat.
2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati
dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial.
3. Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat
penggarap dianggap sebagai penyewa.
1. Melaksanakan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang kemudian
meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
2. Penghapusan penyerahan wajib hasil bumi.
3. Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
4. Penghapusan sistem monopoli.
5. Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.
Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya pemilik tanah yang sah. Jadi
sudah selayaknya rakyat menjadi penyewa dengan membayar pajak sewa dari
tanah yang diolahnya. (dipungut perorang)
Pajak yang dibayar dengan uang diserahkan kepada kepala desa lalu disetorkan ke
kantor residen. Tapi pajak yang berupa beras dikirim ke kantor residen oleh yang
bersangkutan atas biaya sendiri.
●Raffles dicopot
Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan oleh John Fendall. Keputusan itu
diambil, karena inggris siap menyerahkan kembali pulau Jawa ke Belanda
Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada 1814
menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa. Selain itu ada desakan dari
konvensi London yang menyebabkan Inggris harus menyingkir dari Pulau jawa.
Sejak saat itu Hindia kembali dijajah oleh Belanda.
Belanda
awal masuk Belanda
Kapal-kapal bangsa Belanda pertama kali masuk perairan kepulauan Indonesia
pada 1596 masehi, berpuluh-puluh tahun setelah kedatangan Portugis dan
Spanyol. Sebagaimana 2 bangsa Eropa terakhir, kedatangan kapal bangsa Belanda
ke nusantara semula dilatarbelakangi tujuan untuk mencari rempah.
Oleh karena itu, Belanda kemudian mencari jalan lain untuk mendapatkan
pasokan rempah. Orang-orang Belanda pun kemudian memulai penjelajahan
samuderanya.
Meskipun pencarian sumber rempah merupakan faktor utama pendorong
pelayaran bangsa Belanda ke nusantara, penjelajahan samudera yang mereka
lakukan sejak abad 15 M, tidak hanya didasari tujuan itu.
Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa dilakukan setidaknya
karena 2 peristiwa politik penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik
Eropa dalam Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pelayaran yang berkembang pesat setelah Perang
Salib membuat bangsa-bangsa Eropa berusaha menemukan jalur perdagangan lain
melalui laut. Mereka juga berhasrat menemukan dunia baru di daratan-daratan
yang masih misterius bagi bangsa-bangsa Eropa, terutama pulau-pulau penghasil
rempah.
Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun
1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak yang
dikomandoi oleh Cornelis de Houtman.
Rombongan Cornelis de Houtman sampai di Banten setahun setelahnya, atau
1596. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan
menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke Bali.
Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat buruk. Semula
kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka.
Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan peperangan
Meskipun begitu, rombongan de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597
dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda
untuk mencari rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses.
Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah
rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal
kerajaan, melainkan milik perusahan-perusahaan swasta Belanda.
Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh
Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati
dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara.
Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu
menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar. Keberhasilan van
Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda.
Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari Belanda.
Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga ini.
Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-orang Belanda
memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah nusantara. Sejarawan M. C.
Ricklefs menyebutkan ekesuksesan orang-orang Belanda memonopoli
perdagangan rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar dari kesalahan
Portugis.
Terdapat dua faktor yang memaksa Belanda untuk keluar dari Indonesia.
Diantaranya adalah faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
Berikut adalah faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia:
- Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia. Ketika
membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin sebuah negara
di Jawa, Belanda ditolak.
- Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan
umum.