Apa judul buku yang menceritakan tentang perjalanan Marco Polo (1271-1292) ?
VOC bangkrut atau dibubarkan pada tanggal berapa? Dan karena apa?
Apa saja Kebijakan pemerintah pada masa Thomas Stamford Raffles di bidang ekonomi ?
Siapa tokoh inggris yang berhasil mendarat di Ternate, Tidore, Ambon dan Banda pada tahun
1604?
BAB 1
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
1) Sir Francis Drake (1577-1580), melakukan pelayaran keliling dunia hingga memborong
rempah-rempah di Ternate.
2) Pilgrim Fathers, melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga mendarat di Amerika Utara.
3) Sir James Lancester berhasil mendarat di Aceh dan Penang pada tahun 1591, pada tahun
1602 berhasil mendarat di Aceh yang dilanjutkan ke Banten.
4) Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di Ternate, Tidore, Ambon dan
Banda.
5) William Dampier, pada tahun 1688 berhasil mendarat di Australia kemudian melanjutkan
pelayaran dengan menelusuri pantai ke arah Utara.
6) James Cook, pada tahun 1770 berhasil mendarat di Pantai Timur Australia sehingga diklaim
sebagai penemu Benua Australia.
1) Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara.
2) Cornelis de Houtman, pada tahun 1596 berhasil mendarat di Banten.
3) Jacob van Neck, berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan berhasil
mendapatkan rempah-rempah yang banyak. Sehingga banyak pedagang Belanda yang
datang ke Indonesia. Atas usulan Johan van Oldenbarnevelt dibentuklah kongsi dagang
Belanda pada 20 Maret 1602 yang bernama Vereenigde Oost IndischeCompagnie (VOC).
VOC dipimpin oleh Gubernur Jenderal, sebagai Gubernur Jenderal yang pertama yaitu
Gubernur Jenderal Pieter Both pada tahun 1609. Kemudian diganti oleh Gubernur Jenderal
Jan Pieter Zoon Coen tahun 1617.
Tujuan dari pembentukan kongsi dagang ini adalah menghindarkan persaingan yang
tidak sehat antarpedagang Belanda sendiri, memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi
persaingan dengan pedagang-pedagang Eropa lain misalnya East India Company (EIC),
membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang
menguasainya, melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Dalam menjalankan tugasnya, VOC memiliki hak khusus yaitu hak oktroi (hak untuk
dapat bertindak sebagai negara sendiri). Hak tersebut meliputi memonopoli perdagangan,
memiliki tentara sendiri dan mendirikan benteng-benteng, mencetak dan mengedarkan mata
uang sendiri, mengangkat pegawai dari kalangan Belanda atau pribumi, membuat peradilan
sendiri, memerintah di negeri jajahan.
Setelah berkuasa ± 200 tahun, VOC mengalami kebangkrutan dan dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Hal ini disebabkan kas VOC kosong, pegawai VOC yang
korupsi, banyaknya biaya untuk perang, tidak mampu bersaing dengan kongsi dagang lain,
adanya perdagangan gelap.
4) Abel Tasman, berhasil berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia dan
menemukan Pulau Tasmania pada tahun 1642.
c. Politik etis
Politik ini dikemukakan oleh van Deventer dan disebut politik balas budi karena Belanda
memiliki banyak utang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah membantu
kemakmuran Belanda. Dalam politik ini berisi tentang tiga hal yang sering disebut Trilogi
van Deventer. Isi dari trilogi van Deventer yaitu: Irigasi (pengairan); Edukasi (pendidikan);
Migrasi (perpindahan penduduk).
C. Munculnya Berbagai Perlawanan
c. Maluku Bergolak
Pada tahun 1529 terjadilah perang antara Portugis dengan Kerajaan Tidore. Portugis dibantu
oleh Kerajaan Ternate dan Bacan sedangkan Kerajaan Tidore di bantu oleh Spanyol. Sultan
Hairun dikhianati dan lalu dihukum mati. Itulah yang menyebabkan rakyat Tidore marah dan
menyerang Portugis habis habisan
c.Perlawanan Trunajaya
Kerajaan Mataram mengadakan perjanjian perdamaian dengana VOC. Isi perjanjian tersebut
yaitu :
a. Mataram mengakui kekuasaan VOC di Batavia
b. Mataram boleh berdagang di seluruh Indonesia kecuali Maluku
c. VOC mengirim duta setiap tahun ke Kerajaan Mataram
d. Diadakan tukar menukar tawanan perang
karena Raja Amangkurat bertindak sewenang wenang terhapat rakyat terjadilah
pemberontakan Trunajaya yang dipimpin oleh Pangeran Adipati Anom yang mendapat
bantuan dari Makassar yang dipimpin oleh Karaeng Galesung.
a.Perlawanan di Maluku
Perlawanan terjadi karena Belanda memaksa masyarakat menyerahkan berbagai macam hasil
bumi. Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua di bawah pimpinan
Pattimura mereka mambakar kapal kapal di pelabuhan Belanda. Namun pada tanggal 16
Desember 1817 Pattimura dihukum gantung oleh Belanda.
b.Perang Padri (1815 – 1837)
Perang ini tidak lepas dari pertentangan kaum adat dan kaum padri. Pertempuran terjadi
karena Belanda menyuruh kaum adat dan padri untuk kerja rodi. Peperangan ini dipimpin
oleh Tuanku Imam Bonjol dan mendapat bantuan dari Sentot Alibasah. Namun Tuanku
Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur.
2. Faktor Ekstern
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
b. Partai Kongres di India
c. Filipina dibawah Jose Rizal
d. Gerakan Nasionalisme Cina
e. Gerakan Turki Muda.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar
lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha
memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum
dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar
Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi
Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin
lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk
umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan
kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih
terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan
pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam
Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada
tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan
hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari
pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah
haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai
rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain
terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI
Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh
H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di
Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah
politik. Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk
mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah
Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada
tanggal 3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan meskipun
mengatakannya dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka” dan kegiatan
internasional, dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia.
Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti oleh PI.
a. Mengikuti Kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris
pada tahun 1926. Delegasi Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
b. Mengikuti Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin
pada tahun 1927, mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad
Subardjo. Dalam perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari
pemerintah Belanda, lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia
pada tahun 1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal 25
Desember 1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan yang
dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan pada upaya
Perhimpunan
Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan diharapkan PKI dengan ormas-
ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan Indonesia dalam mewujudkan
citacitanya. Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan
memerhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan
politik yang dikembangkan sejak tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah
kesatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya
PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-
temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh
Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan
mudah dilakukan karena ada beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi
pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV
harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI
berkembang pesat. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang
pesat.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya
pernyataan segala potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat
Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti
mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-
rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan
Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial
Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan
tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus
bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R.
Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman
oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya
melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para
tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai.
Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil
keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr.
Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta
dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama
yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal
strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan
Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI
pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun
1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan
nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun
1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak
bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan
Moh.
Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan
suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh
pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda
tersebut, atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah
Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong
terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah
antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia
Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman.
Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab
dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama
dan kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri
pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi
kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam
rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri
Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali,
dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan.
Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan
Lombok.