Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN PAS SEJARAH KELAS XI

BAB I “ KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA”

Kolonialisme = paham tentang penguasaan suatu Negara atas daerah atau bangsa lain dengan
maksud memperluas Negara itu

Imperialisme = Sistem politik yang bertujuan menjajah Negara lain untuk mendapatkan kekuasaan
dan keuntungan yang lebih besar

A. Proses kedatangan bangsa – bangsa di Eropa di Indonesia


1. Motivasi kedatangan bangsa – bangsa eropa ke Indonesia
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Pada Nicolaus Copernicus (teori heliosentris)
 Galileo Galilei (pendukung teori heliosentris)
 Sir Isaac Newton (teori pergerakan planet)
 Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani pada tahun 1453 menyebabkan
jalur perdagangan darat Asia dan Eropa terputus
 Pencarian rempah – rempah seperti cengkih, pala, bunga pala, dan lada karena
kondisi eropa yang dingin
 Semboyan gold (kekayaan), glory (kejayaan), gospel (agama)
2. Petualangan, penjelajahan, dan perebutan hegemoni
 Penjelejahan samudera di dorong oleh teori heliosentris. Berikut tokoh – tokoh
penjelajahan samudera:
 Bartholomeus Diaz (pergi dari Potugis tahun 1487 dan menemukan Tanjung
Harapan)
 Christopher Columbus (mendarat di Kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492
dan menyebut orang setempat dengan panggilan orang Indian)
 Vasco da Gama (mendarat di kalikut (India) pada 20 Mei 1498 dan menemukan
rempah – rempah)
 Amerigo Vespucci (mencapai amerika selatan pada tahun 1499)
 Ferdinand Magellan (pada tahun 1521 rombongan Magellan menapai Filipina
namun tewas disana karena terlibat pertentangan dengan penduduk local)
 Kedatangan bangsa – bangsa Eropa di Indonesia
 Bangsa Portugis (1512 – 1605)
Pada 10 Agustus 1511 Alfonso d’Albuquerque berhasil menduduki Malaka.
Kemudian mereka pergi ke Ternate dan menjalin kerja sama untuk melawan
Tidore. Sebagai imbalannya, Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng dan
memonopoli perdagangan di Ternate.
 Bangsa Spanyol (1521 – 1529)
Rombongan megellan yang masih hidup melanjutkan perjalanannya di bawah
pimpinan Sebastian del Cano ke selatan. Mereka tiba di Maluku pada 1522.
Dalam perkembangannya, mereka berkoalisi dengan Tidore untuk mengalahkan
Ternate. Pada Tahun 1529, Spanyol dan Portugis menandatangani perjanjian
SARAGOSA yang berisi:
a) Maluku menjadi daerah di bawah pengaruh Portugis
b) Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Maluku dan memusatkan
kekuasaan di Filipina
 Bangsa Inggris

1|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


Pada tahun 1579 ekspedisi yang dipimpin Francis Drake berhasil mendarat di
Ternate. Inggris baru menguasai Indonesia pada tahun 1811.
 Bangsa Belanda
Pada tahun 1956, rombongan yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di
Banten. Namun, kedatangan mereka ditolak oleh masyarakat setempat. Pada
tahun 1598, rombongan Belanda kembali datang yang dipimpin oleh Jacob van
Neck. Karena kepandaian diplomasinya, mereka diterima. Kemudian, mereka
melanjutkan ekspedisi mereka ke Indonesia Timur dan mengusir Portugis ke
wilayah Papua dan NTT.
B. Masa Kekuasaan VOC
1. Pembentukan VOC
VOC didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 dengan nama Vereenigde Oost Indische
Compagnie (persekutuan dagang Hindia Timur). Pembentukan VOC diusulkan oleh Prints
Maurits sebagai wali Negara Belanda dalam Staaten General (parlemen). Tujuan
pembentukan VOC tidak lain adalah menghindarkan persaingan antar pengusaha
Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama
Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang berkedudukan
di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa)
sebagai berikut :
1. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
2. Monopoli perdagangan
3. Mencetak dang mengedarkan uang sendiri
4. Mengadakan perjanjian
5. Menaklukkan perang dengan negara lain
6. Menjalankan kekuasaan kehakiman
7. Pemungutan pajak
8. Memiliki angkatan perang sendiri
9. Mengadakan pemerintahan sendiri.
2. Perkembangan VOC
Berikut kebijakan yang diambil VOC dalam berkuasa di Indonesia:
1. Melakukan pelayaran hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang
dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung
rempahrempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan Denmark. Hal
ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makasar.
2. Melakukan Ekstirpasi yaitu penebangan tanaman, milik rakyat. Tujuannya adalah
mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen
berlebihan (over produksi).
3. Penyerahan wajib hasil bumi di daerah yang tidak dkuasai VOC. Penyerahan wajib
disebut Verplichte Leverantien
4. Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah
Contingenten
5. Preanger stelsel, yaitu kewajiban rakyat untuk menanam kopi di daerah Priangan
6. Menjalin kerja sama dengan pemerintah tradisional untuk mempermudah
penaklukan wilayah.

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlan jabatan Gubernur Jenderal


VOC antara lain:

2|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


1. Pieter Both, merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang memerintah tahun
1610-1619 di Ambon.
2. Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan pusat
VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia). Karena letaknya strategis di tengah-tengah
Nusantara memudahkan pelayaran ke Belanda.

3. Pembubaran VOC
VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 karena:
 Banyak pejabat VOC yang korupsi
 Wilayah kekuasaan terlalu luas sehingga menyulitkan pengawasan
 Pemegang saham terabaikan karena VOC lebih dekat dengan raja
 Hutang VOC yang sangat banyak

C. Perebutan Hegemoni bangsa – bangsa Eropa di Indonesia


1. Masa pemerintahan republik Bataaf (1800 – 1811)
 Pemerintahan Daendels
Kebijakan di bidang Militer dan pertahanan :
- membangun jalan anyer-penarukan
- menambah angkatan perang
- membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang
- membangun benteng pertahanan
- membangun pangkalan angkatan laut Ujung Kulon dan Surabaya
Kebijakan di bidang politik dan pemerintahan:

- Membatasi secara ketat kekuasaan raja-raja di Nusantara.

- Membagi Pulau Jawa menjadi sembilan daerah prefectuur/prefektur (wilayah yang


memiliki otoritas). Masing-masing prefektur dikepalai oleh seorang prefek. Setiap
prefek langsung bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal. Di dalam struktur
pemerintahan kolonial, setiap prefek membawahi para bupati.

- Kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai


pemerintah (kolonial) yang digaji. Sekalipun demikian para bupati masih memiliki
hak-hak feodal tertentu.

- Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan daerahnya dinyatakan sebagai


wilayah pemerintahan kolonial.

Kebijakan di bidang peradilan:

- Daendels membentuk tiga jenis peradilan: (1) peradilan untuk orang Eropa, (2)
peradilan untuk orang-orang Timur Asing, dan (3) peradilan untuk orang-orang
pribumi. Peradilan untuk kaum pribumi dibentuk di setiap prefektur, misalnya di
Batavia, Surabaya, dan Semarang.

- Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Pemberantasan


korupsi diberlakukan terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur
Asing.

Kebijakan di bidang ekonomi:

3|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


- Daendels memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan
Yogyakarta yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah ke dalam wilayah
pemerintahan kolonial, misalnya daerah Cirebon,

- Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak,

- Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia,

- Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya,

- Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta.

 Pemerintahan Janssens
Pemerintahan Janssens tidak sekuat Daendels. Sehingga Inggris dapat menaklukan
Belanda di Jawa. Pada tanggal 18 September 1811 terbentuk kapitulasi Tuntang yang
berisi:
- Pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris
- Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
- Orang - orang Belanda dapt dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris
2. Kolonialisme Inggris di Indonesia
Thomas Stamford Raffles ditunjuk untuk menjalankan pemerintahan di Indonesia.
Raffles adalah orang yang menolak system feudal di Indonesia dan menghapus kerja
paksa.
Kebijakan di bidang pemerintahan:
 Membagi Pulau Jawa menjadi 18 keresidenan (sistem keresidenan ini berlangsung
sampai tahun 1964)
 Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi
menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat
 Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang
mereka peroleh secara turun-temurun
 Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan

Kebijakan di bidang ekonomi:

Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang
paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem
penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman Vh
Daendels. Karena Daendels berorie pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan
penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut:

 Court of Justice, terdapat pada setiap residen

 Court of Request, terdapat pada setiap divisi

 Police of Magistrate

3. Masa pemeritahan kolonial Belanda


 Kekuasaan komisaris jenderal yang dipimpin Cornelis Theodorus Elout, Alexander
Gerard Phillip Baron van der Capellen, dan Arnold Ardiaan Buyskes bertugas untuk
memebangun daerah koloni untuk memberikan keuntungan bagi negeri Belanda.
 Sistem Tanam Paksa

4|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


System tanam paksa dilakukan untuk menutupi deficit anggaran kas pemerintah
Belanda akibat peperangan di beberapa daerah di nusantara. Tanaman yang wajib
ditanam antara lain kopi, tebu, tembakau, teh, dan nila. Berikut ketentuannya:
 Tanah yang diserahkan kepada pemerintah bebas pajak
 Pekerjaan menanam tidak boleh melebihi waktu menanam padi
 Hasil tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah Belanda
 Kegagalan panen karena bencana alam ditanggung pemerintah Belanda
 Penggarapan tanah untuk tanaman wajib diawasi oleh kepala pribumi atau
pegawai Belanda

Dalam pelaksanaan sistem tanam paksa, banyak petani yang kemiskinan dan
kelaparan karena kurangnya upah dan pekerjaan sangat keras. Namun, Indonesia
juga mendapat dampak positif dari sistem ini seperti pembangunan infrastruktur
seperti saluran irigasi dan jaringan rel kereta api.

Tokoh – tokoh yang menentang sistem tanam paksa ini antara lain:

 Douwes Dekker
 Baron van Hoevel
 Fransen van der Putte
 Politik Liberal/ politik pintu terbuka
Merupakan kebebasan para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Politik ini berlaku sejak peresmian undang – undang agraria. Hal ini malah
memperburuk kondisi Indonesia. Karena ditekan oleh swasta yang serakah dan
pemerintah Belanda.
 Perkembangan Agama Kristen dan Katolik
Agama katolik dibawa oleh st. Franciscus Xaverius dari Spanyol dan disebarkan ke
kepulauan Maluku. Sedangkan, agama Protestan dibawa Belanda oleh misionaris
Jerman bernama Ludwig I yang mengkristenisasi Sumatera Utara.

BAB II “perang melawan kolonialisme”

A. Perang Melawan Portugis dan VOC


1. Perlawanan Rakyat Aceh
 Dipimpin oleh Sultan Alaudin Riayat Syah Kahar dan dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda.
Portugis tidak mampu mengalahkan Aceh begitupun sebaliknya.
2. Perlawanan Rakyat Maluku
 Dipimpin Sultan Hairun, dilanjutkan dengan Sultan Baabullah, dan dilanjutkan dengan Sultan
Nuku. Sultan Hairun wafat karena dicurangi oleh Portugis dalam perundingan dan dibunuh.
3. Perlawanan Sultan Agung
 Dipimpin oleh Sultan Agung. Pada peperangan kedua, pasukan Mataram mundur karena
lumbung padi tempat penyimpanan mereka dibakar oleh J.P.Coen.
4. Perlawanan rakyat Banten

5|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


 Dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya. Belanda menerapkan politik
devide et impera dengan menghasut Sultan Haji.
5. Perlawanan rakyat Makassar
 Dipimpin Sultan Hasanuddin. Diakhiri dengan perjanjian Bongaya.
6. Perlawanan rakyat Riau
 Dipimpin Sultan Abdul Jalil Muzhaffar Syah. Yang diakhiri dengan traktat Siak.

STRATEGI PERANG MELAWAN BELANDA


a) Gerilya
b) Perjanjian
c) Siasat hadiah sultan
B. Perang Melawan Penjajahan Belanda
1. Perang Tondano I & II
2. Perlwanan Pattimura (dipimpin Pattimura)
3. Perang Padri (dipimpin Imam Bonjol)
4. Perang Diponegoro (dipimpin Pangeran Diponegoro)
5. Perang Puputan (dipimpin I Gusti Ketut Jelantik)
6. Perang Banjar (dipimpin Pangeran Antasari)
7. Perang Aceh (dipimpin Teuku Umar dan Cut Nyak Dien)
8. Perang Batak (dipimpin Sisingamangaraja XII)

STRATEGI BELANDA DALAM MEREDAM PERLAWANAN

a) Devide et impera
b) Membangun benteng
c) Perjanjian

Bab III “ Sumpah Pemuda dan Jati diri Keindonesiaan”

A. Latar belakang sumpah pemuda


1. Politik Etis
Didorong oleh kritik van Deventer. Menyebabkan munculnya kaum intelektual,
pertukaran mental antara orang – orang Belanda dengan orang – orang pribumi, dan
berdirinya organisasi pergerakan nasional.
2. Perkembangan Pers
o Muncul pers berbahasa Melayu
o Kemunculan jurnalis – jurnalis bumiputera seperti R. Tirtodanuja, R. Muhammad
Yusuf, dan Abdul Muis.
o Muncul surat kabar Medan Prijaji, Oetoesan Hindia, dan Saroetomo.
3. Bangkitnya Nasionalisme
Organisasi pergerakan nasional berdasarkan zaman:
a) Zaman perintis (1908 – 1927)
- Budi Utomo (1908)
- Sarekat Dagang Islam (1909)
- Sarekat Islam (1911)
- Muhammadiyah (1912)

6|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)


- Trikuro Dharma (1915)
b) Zaman Penegas
- Partindo 1931
- PNI Baru 1931
- Partai Indonesia Raya (Parindra) 1935
c) Zaman pencoba
- Gerindo (1937)
d) Zaman Pendobrak
- GAPI (1939)
B. Sumpah Pemuda sebagai Tonggak Persatuan dan Kesatuan
1. Federasi dan “Front Sawo Matang
2. Kongres Pemuda I (memunculkan kesadaran pentingnya bahasa persatuan)
3. Kongres Pemuda II (ditetapkannya lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan,
bendera merah putih sebagai bendera Indonesia, dibentuknya sumpah pemuda, dan
lahirnya Indonesia Muda)
4. Nilai – nilai penting sumpah pemuda (kesadaran nasional, demokrasi, perubahan
berbagai bidang)
C. Penguatan Jatidiri Keindonesiaan
1. Politik untuk kesejahteraan dan kejayaan (menghasilkan PPPI)
2. Pemuda yang berpolitik (pemuda tergabung dalam berbagai perkumpulan)
3. Nasionalisme yang revolusioner
4. Volksraad sebagai wahana perjuangan (tiga kekuatan besarnya yaitu Fraksi Nasional,
petisi Sutardjo, dan GAPI dan Parindra)
5. Berakhirnya pemerintahan colonial belanda di Indonesia ( ditandai kapitulasi kalijati)

7|Belajar Bareng Tarbiyah (BBT)

Anda mungkin juga menyukai