Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS INDONESIA

MARAKNYA KORUPSI DI INDONESIA

MAKALAH PBL

Aryasatya Utama M. (1906301135)


Fidya Najla A. (1906300933)
Gabriella Fanissi H. (1906287036)
Muhamad Rafly Y. (1906300196)
Nanda Risma I. (1909355346)
Nazhira Syadni T. (1906346852)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM SARJANA REGULER

JAKARTA

19 APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah terkait pemicu wacana PBL mengenai maraknya kasus korupsi
di Indonesia.

Dalam proses pengerjaan tugas ini, kami melakukan pencarian beberapa


informasi terkait maraknya kasus korupsi di Indonesia yang tak lupa mendapatkan
bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada Kakak Rossa Turpuk Gabe S.Ars., M.Ars. selaku
Dosen MPKT A-04.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah terkait pemicu wacana PBL
mengenai maraknya kasus korupsi di Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.

Jakarta, 19 April 2020

Kelompok HG 05

ii Universitas Indonesia
ABSTRAK

Nama Kelompok : Home Group 05

Judul : Maraknya Korupsi di Indonesia

Makalah ini membahas tentang hasil diskusi Home Group 05 terhadap pemicu
yang diberikan, yaitu yang membahas tentang maraknya kasus korupsi di Indonesia.
Hasil diskusi yang dibahas di makalah ini meliputi analisis dan identifikasi masalah,
dugaan sementara atau hipotesis, pembahasan dan pembuktian hipotesis, dan solusi
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Diskusi dilakukan dengan
menggunakan metode Problem Based Learning.

Kata Kunci : korupsi, Pancasila, UUD 1945, pemerintah, masyarakat

ABSTRACT

Name of Group : Home Group 05

Title : Rampant Corruption in Indonesia

This paper discusses the results of the discussion by Home Group 05 of the
trigger provided that talks about the rampant corruption cases in Indonesia. The results
that are discussed in this paper include the analysis and identification of problems,
provisional estimates or hypotheses, proof of hypotheses, and the solutions that can be
used to solve the problems. The discussion is conducted using the Problem Based
Learningmethod.

Key Words : corruption, Pancasila, UUD 1945, government, society

iii Universitas Indonesia


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 2
1.5 Hipotesis.......................................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
ISI............................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Kasus Korupsi di Indonesia .................................................................... 3
2.2 Peraturan Tentang Tindak Pidana Korupsi...................................................................... 4
2.3 Hubungan Ideologi Pancasila dan Korupsi ...................................................................... 6
2.4 Pengaruh Lingkungan Sekitar Terhadap Perilaku Korupsi .............................................. 7
2.5 Dampak Korupsi ............................................................................................................ 10
2.6 Upaya Penanggulangan Korupsi ................................................................................... 11
BAB III ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

iv Universitas Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini korupsi merupakan masalah kompleks yang dihadapi bangsa
Indonesia. Tingkat korupsi di Indonesia cukup tinggi. Meskipun sudah dibentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) namun korupsi masih saja marak terjadi.
Korupsi merajalela hampir di seluruh institusi Negara. Ironinya untuk dapat
memangku suatu jabatan publik, sesungguhnya seseorang harus memiliki
keahlian, integritas, pengalaman, serta tak kalah pentingnya adalah kepercayaan
publik. Hal ini karena tugas negara yang diemban sangatlah berat, antara lain harus
rela mengorbankan kepentingan diri, kelompok, maupun golongannya demi
kepentingan yang jauh lebih besar yakni kepentingan bangsanya. Patut
disayangkan ketika seseorang telah terpilih sebagai pejabat publik, melakukan
tindakan tercela yakni korupsi. Oleh sebab itu, kondisi korupsi di Indonesia saat
ini yang sudah sangat memprihatinkan karena Negara Indonesia yang mempunyai
Pancasila dan UUD 1945 sebagai pedoman dalam bertingkah laku sudah agi tidak
sesuai dengan implementasinya saat ini.

Maka dari itu dibutuhkan suatu solusi baik untuk mengurangi maupun
menanggulangi masalah maraknya korupsi yang terjadi ini. Tidak hanya
pemerintah, perlunya kesadaran dan dukungan dari masyarakat. Apalagi belum
lama ini kita juga dihebohkan dengan ringan atau bahkan lemahnya regulasi atas
tindak pidana korupsi. Ditambah lagi maraknya perilaku korupsi yang terjadi
dalam masyarakat itu sendiri akibat kurangnya pemahaman yang menjadikan
perilaku tersebut menjadi sebuah kebiasaan.

1 Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dapat menyebabkan korupsi dapat terjadi?
 Bagaimana menangani suatu kasus korupsi dalam pemerintahan?
 Mengapa korupsi dapat sangat merugikan bagi masyarakat?
 Apa kontribusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam meminimalisasi
kasus korupsi?
 Siapa saja yang harus terlibat dalam upaya meminimalisasi korupsi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami dan mengidentifikasi definisi korupsi
2. Mengetahui tindak pidana korupsi dan dampaknya terhadap berbagai aspek
3. Memahami dan mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan korupsi
1.4 Manfaat
 Mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap maraknya kasus korupsi di
Indonesia
 Meningkatkan kesadaran pembaca akan pentingnya memahami arti korupsi
serta dampaknya terhadap diri sendiri, masyarakat, dan negara.
 Mengajak pembaca untuk mengambil tindakan demi mengurangi terjadinya
kasus korupsi di Indonesia.
1.5 Hipotesis
“Korupsi dapat dikurangi dengan adanya kerjasama antara individu masyarakat
dengan pemerintah”

2 Universitas Indonesia
BAB II

ISI

2.1 Pengertian dan Kasus Korupsi di Indonesia

Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, dan menyogok. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) korupsi adalah sebuah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.

Berdasarkan undang-undang, korupsi memiliki banyak pengertian. Menurut


UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi
adalah setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2001, korupsi adalah sebuah tindakan


melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi
yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara. Menurut UU No.24
Tahun 1960, korupsi adalah sebuah perbuatan seseorang, yang dengan atau karena
melakukan suatu kejahatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.

Korupsi kini menjadi sebuah kebudayaan buruk di Indonesia dalam sistem


pemerintahannya. Sudah merambatnya wabah korupsi ke dalam berbagai sistem
maupun instansi di Indonesia yang sudah menjadi sebuah kebiasaan. Terdapat

3 Universitas Indonesia
banyak sekali kasus korupsi, salah satunya 5 kasus korupsi terbesar yang sangat
merugikan negara.

Kasus korupsi terbesar pertama yang ada di Indonesia adalah Kotawaringin


timur, dimana tersangka pelaku korupsi adalah Supian Hadi—Bupati
Kotawaringin Timur—yang merugikan negara sebesar Rp5,8 trililun dan 711 ribu
dollar As. Kasus korupsi terbesar kedua adalah Kasus BLBI yang merugikan
negara mencapai Rp 3,7 triliun. Selanjutnya terdapat kasus E-KTP dimana
tersangka pelakunya adalah Setya Novanto—Mantan Ketua Umum Partai
Golkar—yang merugikan negara mencapai Rp 2,3 triliun. Kasus keempat terdapat
kasus Tembalang, yang merugikan negara mencapai Rp 706 miliar dimana
tersangka dari pelaku kasus korupsi tersebut adalah beberapa pejabat, salah
satunya adalah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningkrum dan Anggota
DPR Angelina Sondakh. Kasus terakhir adalah Soeharto, dimana pelakunya tidak
lain dan tidak bukan adalah Mantan Presiden Kedua Soeharto yang diduga
melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara sebesar 15-35 miliar dollar
AS atau Rp 490 triliun.

2.2 Peraturan Tentang Tindak Pidana Korupsi


Tindak pidana korupsi adalah kejahatan luar biasa yang sering dilakukan
secara terencana dan sistematis dan merupakan pelanggaran terhadap hak sosial
dan ekonomi masyarakat secara luas dan endemik, merusak sendi-sendi ekonomi
nasional, serta merendahkan martabat bangsa di forum internasional, sehingga
pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa oleh karena itu penindakan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi harus diatur secara khusus. Selain itu, tindak
pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250 )

4 Universitas Indonesia
adalah bukan UU tentang KPK yang pertama kali dan akan diubah. Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi selanjutnya mengalami perubahan dengan UU 3 Tahun 2010 tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti UU 4 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas UU 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
maupun UU 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Menjadi Undang-Undang.

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah:

a. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209).

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851).

d. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150).

5 Universitas Indonesia
2.3 Hubungan Ideologi Pancasila dan Korupsi

Sekarang ini di Indonesia, tindakan korupsi dianggap sebagai ‘budaya’


negara. Terlebih, pada lingkup pemerintahan dan pejabat tinggi negara. Hal ini,
terjadi karena kurangnya kesadaran diri dari masing-masing individu. Kebanyakan
dari mereka tidak dapat menahan godaan untuk menguntungkan dan memperkaya
diri mereka sendiri. Hal-hal tersebut berkaitan dengan bagaimana perilaku para
koruptor ini menyimpang dari dan menghina Pancasila sebagai ideologi Negara
Indonesia. Naufal Hafizh menjabarkan bagaimana korupsi tersebut mengingkari
nilai-nilai Pancasila.
1. Ketuhanan
Menurut Naufal Hafizh, saat seseorang melakukan tindak
korupsi, itu artinya orang tersebut sudah melanggar perjanjian dengan
Tuhannya saat mereka sudah disumpah dengan Kitab mereka masing-
masing.
2. Kemanusiaan
Saat seseorang korupsi, itu artinya Ia mengambil uang yang
bukanlah untuk dirinya. Uang tersebut seharusnya menjadi hak orang
lain yang disalahgunakan. Hal ini merupakan pengingkaran terhadap
nilai kemanusiaan. Karena semua manusia seharusnya berhak atas
segala hal yang adil sesuai bagiannya masing-masing.
3. Persatuan
Persatuan artinya memiliki rasa saling percaya dan tanggung
jawab. Saat seseorang melakukan korupsi hal tersebut tidak lagi
berlaku. seperti pada awal tulisan, Hafizh mencantumkan kutipan dari
Bung Karno yang berbunyi, “Perjuanganku lebih mudah karena
mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.”. Tindakan korupsi bukanlah suatu
tindakan yang bertanggung jawab dan cenderung akan memecah suatu
bangsa, para koruptor lah lawan kita di bangsa kita sendiri.

6 Universitas Indonesia
4. Kerakyatan
Dalam nilai ini, petinggi yang korupsi bisa dibilang sangat
menyimpang. Disebutkan bahwa, “kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan” adalah bunyi dari sila ini sementara, tindakan
korupsi yang dilakukan oleh para petinggi jelas bukan suatu tindakan
bijaksana.
Hafizh juga menyampaikan bahwa menurut survei Nasional
Antikorupsi 2017, kebanyakan rakyat lebih menyukai KPK sebagai
lembaga dan memilih DPR sebagai lembaga yang paing tidak dapat
dipercaya. Lewat hal ini dapat terlihat bagaimana nihilnya
kebijaksanaan di DPR yang dirasakan oleh rakyat.
5. Keadilan
Dikatakan Hafizh, korupsi sudah sangat melanggar nilai
keadilan ini. Para petinggi yang menyalahgunakan uang rakyat pada
intinya sedang menyalahgunakan jabatannya. Mereka yang sudah
bergaji besar masih saja tamak dan menginginkan uang yang
merupakan hak rakyat sehingga rakyat jadi kesusahan sementara
mereka memperkaya diri. Keadilan hilang karena para koruptor yang
berpikir pendek.
Dari pembahasan di atas sangat terlihat bagaimana korupsi merupakan suatu
hal yang buruk, berdampak buruk dan melanggar nilai-nilai dalam Pancasila.
Pancasila yang menjadi tolok ukur apakah implementasinya sebagai pedoman dan
ideologi negara berhasil ditanamkan atau tidak, dengan adanya ‘budaya’ korupsi
ini, seperti uraian oleh Hafizh, tentunya hal tersebut belum berhasil.

2.4 Pengaruh Lingkungan Sekitar Terhadap Perilaku Korupsi


Pada dasarnya bahwa perilaku korupsi dapat disebabkan oleh faktor internal
atau dari dalam individu tersebut dan faktor eksternal. Faktor internal ini
disebabkan oleh niatan dan perilaku individu yang merasa kurang dengan
pendapatan yang mereka terima. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh

7 Universitas Indonesia
lingkungan sekitar tempat individu bekerja. Lingkungan disini merupakan semua
yang ada baik sistem maupun manusianya. Seseorang yang jujur dapat juga terjerat
kasus korupsi karena lingkungan dan sistem yang mendukung untuk korupsi.
Faktor tersebut harus dikelola dengan baik agar individu, terutama yang sudah
jujur dan baik dapat terhindar dari kasus korupsi.

Lingkungan sekitar kini di Indonesia menjadi salah satu faktor terbesar dari
maraknya kasus korupsi di Indonesia. Lingkungan dalam pengertian psikologi
adalah segala sesuatu yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku.
Lingkungan sekitar dapat digolongkan menjadi lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Lingkungan ini merupakan dasar yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan perilaku individu. Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
merupakan salah satu yang paling berpengaruh dalam perilaku individu.
Lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang selalu mengitari individu dan
merupakan tempat individu mendapatkan penanaman nilai. Lingkungan sekolah
juga akan mempengaruhi perilaku berdasarkan pendidikan yang diperoleh
individu. Jenjang dan cara seseorang menerima pendidikan akan mempengaruhi
perilaku seseorang.

Perilaku korupsi tidak bisa dianggap sebagai hasil, namun itu merupakan
proses yang berkaitan dengan faktor lingkungan dan sistem. Seorang pelaku
korupsi harus dilihat proses yang telah dilewatinya, dan faktor lingkungan ikut
berkontribusi memuluskan proses tersebut. Proses yang dilewati pelaku korupsi
dan faktor lingkungan merupakan satu sistem yang menciptakan dukungan
sehingga terjadinya tindakan korupsi. Seorang atau banyak pelaku korupsi
tentunya memiliki keluarga dalam kehidupannya, Lingkungan keluarga
merupakan tempat mendasar dari individu mendapatkan edukasi tentang karakter
yang baik. Edukasi di lingkungan keluarga dapat diberikan oleh orang tua atau
anggota keluarga yang lain. Edukasi ini dapat berupa tindakan preventif atau
tindakan represif kepada anak atas tindakan yang dia lakukan. Tindakan preventif
yang dilakukan berupa pengenalan dan penanaman nilai-nilai positif yang ada dan

8 Universitas Indonesia
hidup di dalam keluarga tersebut terhadap diri si anak. Sedangkan tindakan
represif adalah tindakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua ketika si anak
mendapatkan nilai-nilai negatif dari lingkungan sekitar. Tindakan ini perlu
dilakukan dalam menanamkan jiwa kesadaran anak, agar dapat membedakan mana
hal yang baik yang perlu dilakukan dan mana hal yang buruk yang harus
dihindarkan layaknya perilaku korupsi.

Pada kenyataannya perilaku korupsi sudah hadir sejak individu di


lingkungan terdekat yang bahkan tidak disadari. Perilaku korupsi yang marak
ditemukan dalam pemerintahan merupakan proses dari sejarah yang terjadi di
lingkungan sekolah individu. Banyak contoh hal kebiasaan kecil yang memicu
terjadinya perilaku korupsi di lingkungan sekolah. Perilaku korupsi yang timbul
dari melebihkan dana kegiatan acara, korupsi nilai dari hasil menyontek, dan
korupsi waktu dari telat datang ke sekolah merupakan pemicu dari proses perilaku
korupsi ke tahap selanjutnya. Pengalaman sebagai proses belajar, dimana
pengalaman terdahulu yang memuluskan langkah manusia untuk berperilaku
korupsi membuat dia untuk mengulanginya terus. Latar belakang dan strata
lingkungan pendidikan tinggi yang dijalani oleh tiap pelaku korupsi tidak
menjamin mereka jauh dari tindakan korupsi. Saat ini banyak pelaku korupsi yang
sudah dihukum dan sedang menjalani proses hukum memiliki strata pendidikan
yang tinggi dan menempati jabatan strategis di institusi pemerintahan.

Pengaruh orang lain disekitarnya di lingkungan masyarakat yang tidak


terlalu mempersoalkan perilaku korupsi menjadi pengaruh yang sangat besar dan
bahkan mereka turut ikut melakukannya bersama-sama. Sistem yang dibangun di
lingkungan masyarakat pun dapat dimanfaatkan sebagai celah untuk berbuat
korupsi. Regulasi yang diatur sedemikian rupa ketatnya, namun bagi tiap oknum
di lingkungan masyarakat tetap saja dapat dicari celah untuk melakukan korupsi
contohnya penganggaran yang tidak efektif, mark-up, pungutan liar, uang pelicin,
dan pemerasan. Lingkungan masyarakat yang apatis terhadap persoalan korupsi
juga membuat mereka terbiasa untuk melakukan tindakan korupsi dan

9 Universitas Indonesia
menganggap sebagai hal yang wajar sehingga mengamankan perilaku korupsi
yang terus menjamur. Contohnya adalah tindak penyuapan untuk mendapat
jabatan strategis di lingkungan pemerintahan atau perusahaan dan institusi
pelayanan publik. Hal itu membuat skandal korupsi sulit dilacak terutama jika
terjadi persengkongkolan antara sesama oknum pejabat dengan lingkungan
perusahaan untuk kerjasama tertentu. Maka menjadi sebuah kewajaran bagi
mereka apabila perilaku korupsi hadir akibat pengaruh lingkungan masyarakat itu
sendiri.

2.5 Dampak Korupsi


Korupsi merupakan salah suatu tindakan yang memiliki pengaruh negatif
bagi suatu negara. Akibat dari tindak korupsi tersebut sangatlah berdampak dan
berpengaruh bagi suatu negara. Korupsi memberikan dampak negatif di berbagai
bidang, seperti bidang ekonomi, sosial dan kemiskinan, birokrasi pemerintahan,
politik dan demokrasi, penegakan hukum, pertahanan dan keamanan, serta
kerusakan lingkungan.
Dampak korupsi terhadap bidang ekonomi dapat berupa penurunan
produktivitas yang disebabkan oleh lesunya pertumbuhan ekonomi dan dan tidak
adanya investasi, rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik, penurunan
pendapat dari sektor pajak, serta meningkatnya hutang negara. Dampak korupsi
terhadap bidang sosial dan kemiskinan meliputi peningkatan harga jasa dan
pelayanan publik, pengentasan kemiskinan yang berjalan lambat, terbatasnya
akses bagi masyarakat miskin,meningkatnya angka kriminalitas, demoralisasi,
serta kian langkanya solidaritas sosial. Dampak korupsi terhadap bidang birokrasi
pemerintahan meliputi birokrasi pelayanan publik tidak efisien, runtuhnya otoritas
pemerintahan, dan matinya etika sosial politik, Dampak korupsi terhadap politik
dan demokrasi meliputi munculnya kepemimpinan korup, menguatnya plutokrasi,
hancurnya kedaulatan rakyat, serta hilangnya kepercayaan rakyat terhadap
demokrasi. Dampak korupsi di bidang penegakan hukum meliputi mandulnya
fungsi pemerintahan karena korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan

10 Universitas Indonesia
alokasi, melakukan pemerataan akses dan aset, serta memperlemah peran
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik. Selain itu, korupsi dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara. Dampak
korupsi di bidang pertahanan dan keamanan meliputi lemahnya alutista dan SDM,
lemahnya garis batas negara, serta menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat.
Dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan yaitu menurunnya kualitas
lingkungan dan kualitas hidup.
Dari dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh korupsi, sudah
seharusnya setiap orang menghindari perbuatan tersebut. Pembenaran akan
perbuatan korupsi sekecil apapun akan membawa seseorang menuju perbuatan-
perbuatan korupsi yang lebih besar. Hal tersebut harus dihindari karena kerugian
yang ditimbulkan menyangkut kepentingan suatu negara dan orang-orang yang
ada di dalamnya.

2.6 Upaya Penanggulangan Korupsi


Peran pemerintah salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. kebijakan pemerintah yang tetap mengakomodir keterlibatan masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Walaupun ada
beberapa catatan penting terkait substansi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2018, di antaranya merujuk pada Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa
masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi. Hal ini tentu makin menegaskan bahwa pemerintah
mengajak masyarakat turut serta dalam memerangi korupsi yang ada. Dengan
peran pemerintah sebagai mana pembuat peraturan, Peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam
bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang
tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

11 Universitas Indonesia
korupsi. Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang
memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tindakan diskriminatif mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi. Oleh karena itu, kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah
disertai dengan tanggung jawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang
sebenarnya dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan moral yang diakui
umum serta hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu, dalam upaya pemberantasan dan menanggulangi korupsi
diperlukan peran dan koordinasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah.
Akan tetapi, saat ini, peran masyarakat dan pemerintah masih belum bisa
terkoordinasi dengan baik oleh karena itu, kita sebagai masyarakat harus berusaha
memaksimalkan peran kita dalam memberantas korupsi.

12 Universitas Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa para koruptor melakukan tindakan
yang melawan hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Agar korupsi
di Indonesia dapat berkurang dengan cara memberikan edukasi sejak dini melalui
sekolah tentang nilai nilai Pancasila dan dampak dampak yang timbul jika korupsi
dilakukan salah satunya merugikan negara. Dengan menumbuhkan semangat
nasional yang tinggi membuat masyarakat Indonesia menghindari perbuatan
korupsi dalam kehidupan sehari-hari demi kelangsungan bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Seharusnya korupsi tidak menjadi budaya di Indonesia karena dapat
merugikan negara. Dengan itu pemerintah secara tegas terhadap pidana korupsi
dengan memberikan hukuman atau sanksi seberat-beratnya agar mendapatkan efek
jera terhadap para koruptor tersebut dan menggunakan Undang-Undang yang
berlaku tentang tindakan korupsi dengan sebaik-baiknya.

13 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

 Siam, Eko. 2019. “Pengaruh Lingkungan Keluarga, Efikasi Diri, dan Prestasi
Belajar Ekonomi Terhadap Perilaku Antikorupsi”. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

 Tim Revisi. 2017. Buku Ajar MPKT A. Depok : Universitas Indonesia.

 Pratama, Wahyu. 2015. Perilaku Korupsi Dipandang dari Dimensi Lingkungan


Sosial Manusia, dalam
https://www.kompasiana.com/tamatamba/552888946ea83485038b4592/perilaku-
korupsi-dipandang-dari-dimensi-lingkungan-sosial-manusia, diakses pada 12
April 2020.

 Devina. 2019. Korupsi dalam Lingkungan Sekolah,


dalam https://www.kompasiana.com/devinakho/5c8fbb457a6d887916608873/ko
rupsi-dalam-lingkungan-sekolah, diakses pada 12 April 2020.

 Komisi Pemberantasan Korupsi. Bahaya dan Dampak Korupsi, dalam


https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis, diakses 7
April 2020.

 Jogloabang. 2019. UU 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi, dalam https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-30-2002-
komisi-pemberantasan-tindak-pidana-korupsi, diakses pada 13 April 2020.

 Zakky.2020.Pengertian Korupsi | Definisi, Jenis-Jenis, Penyebab, dan


Dampaknya, dalam https://www.zonareferensi.com/pengertian-korupsi/, diakses
pada 18 April 2020.

 Suara.com. 2020. 5 Kasus Korupsi Terbesar Di Indonesia Dengan Kerugian


Negara Fantastis, dalam https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-

14 Universitas Indonesia
kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia-dengan-kerugian-negara-fantastis, diakses
pada 6 April 2020.

15 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai