Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH PBAK

BUDAYA PERILAKU KORUPTIF DI INDONESIA


Dosen Pengampu : Indar Widowati, SKep., Ners, M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Khaniifah Uppy Aliyyah (P1337420320118)


2. Ameliya Rizqie Dewi (P1337420320119)
3. Afidah Nurul Qomariyah (P1337420320126)
4. Anna Whilliyanti (P1337420320141)
5. Britania Indah Bellyana (P1337420320142)

POLTEKES KEMENKES SEMARANG D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

Jl. Perintis Kemerdekaan Pekalongan Telp. (0285) 421642-429373, Fax. (0285) 421642 Email :


d3keperawatan-pkl@poltekkes-smg.ac.id.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
karunia yang di berikan-Nya, sehingga tugas makalah mata kuliah PBAK tentang Korupsi ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang diharapkan. Tidak lupa ucapan
terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada dosen bidang studi yang bersangkutan serta teman
- teman yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa juga
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
serta do’a dan perhatian yang luar biasa sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu untuk memenuhi tugas dari Ibu Indar
Widowati, SKep., Ners, M.Kes.., dosen pengampu mata kuliah PBAK. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Indar Widowati, SKep., Ners, M.Kes., selaku dosen pengampu mata
kuliah PBAK, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

Kami menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, maka hal itu semua tidak lepas dari ketidaksempurnaan dan kekhilafan yang telah
diperbuat. Oleh karena itu, kritik dan sarandari semua pihak sangatlah diharapkan. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat ke depannya dan dapatmenjadi acuan serta koreksi untuk
lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca semua.

Pekalongan, 11 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Tujuan Diskusi ..................................................................................................3
1.3. Permasalahan ....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1. Korupsi...............................................................................................................4
2.1.1. Pengertian Korupsi .................................................................................4
2.1.2. Bentuk – Bentuk Korupsi .......................................................................4
2.1.3. Faktor Penyebab Korupsi .......................................................................5
2.1.4. Dampak Masif Korupsi ..........................................................................6
2.1.5. Upaya Pencegahan Korupsi ...................................................................7
2.2. Suap – Menyuap ...............................................................................................9
2.3. Kepolisian Lalu Lintas ......................................................................................9
2.4. Undang – Undang Lalu Lintas ..........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................11
3.1. Pembahasan Dan Hasil Diskusi ........................................................................11
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................16
4.1. Kesimpulan .......................................................................................................16
4.2. Saran .................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki banyak lembaga hukum yang menaungi
permasalahan yang terjadi di Indonesia. Indonesia memiliki banyak masalah yang semakin lama
semakin meningkat, khususnya maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan semakin
megkhawatirkan.

Di Indonesia perilaku korupsi juga sudah ada dan mengalami pasang surut sejak masa
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Korupsi berlanjut terus pada masa Kolonial Belanda, Orde
Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Bahkan Begawan Ekonom Indonesia, Prof. Sumitro
Joyohadikusumo, pada awal tahun 1980-an, menengarai 30 persen dana APBN dikorupsi.

Kasus korupsi yang marak di Indonesia saat ini bukan hanya kasus korupsi yang ditimbulkan
oleh pejabat dan petinggi-petinggi negara. Laporan mengenai korupsi pun semakin hari semakin
banyak. Mulai dari yang kecil-kecilan hingga korupsi dana mega proyek pengusaha dan
pemerintah. Pelakunya pun bermacam-macam. Mulai pejabat di tingkat pusat , provinsi,
kabupaten/kota , dan bahkan hingga ke pedesaan.Lembaga hukum tertinggi di Indonesia pun
sudah menunjukkan perannya dalam kasus tersebut seperti kasus yang telah menjerat ketua
Mahkamah Konstitusi yang baru saja terjadi. Korupsi seakan sudah menjadi hal yang tidak biasa
bagi Indonesia, namun hal tersebut sangat merugikan negara Indonesia itu sendiri. Korupsi
menimbulkan banyak kerugian baik untuk negara maupun untuk masyarakatnya. Korupsi
merupakan tindakan yang melanggar hukum.

Sebenarnya banyak sekali kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Namun jangan dilupakan
bahwa ada tindak pidana lain yang berdampak sama bahayanya dengan korupsi yaitu pencucian
uang dan suap. Misalnya kasus mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng yang
terbukti melakukan Korupsi pada proyek Hambalang. Ada juga mantan bendahara partai
Demokrat M. Nazaruddin yang melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang pada pembangunan
Wisma Atlet. Dan tak lupa nama yang sangat kontroversial yaitu Gayus Tambunan yang
melakukan Suap dan berhasil mencuri perhatian public karena sudah di Bui namun masih bisa
jalan jalan.

1
Peran masyarakat dalam memberantas korupsi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.
Strategi preventif, masyarakat berperan aktif mencegah terjadinya perilaku
koruptif, misalnya dengan tegas menolak permintaan pungutan liar dan membiasakan melakukan
pembayaran sesuai dengan aturan. Strategi detektif, masyarakat diharapkan aktif
melakukan pengawasan sehingga dapat mendeteksi terjadinya perilaku koruptif sedini mungkin.
Selanjutnya adalah strategi advokasi, masyarakat aktif melaporkan tindakan korupsi kepada
instusi penegak hukum dan mengawasi proses penanganan perkara korupsi. Namun sayang, yang
terjadi justru sebaliknya, korupsi seakan akan sudah menjadi kasus yang biasa di Indonesia,
padahal korupsi termasuk kedalam kejahatan luar biasa. Rakyat yang seharusnya berperan dalam
memberantas korupsi, justru mereka malah mengembangkan budaya korupsi. Tanpa kita sadari
ternyata lingkungan kita sendiri yang membentuk perilaku korupsi, namun karena ini terlalu
sering dilakukan dimasyarakat maka seakan akan keadaan ini menjadi hal biasa. Perilaku
masyarakat yang seenaknya dan selalu ingin mendapat segala sesuatu dengan instan menjadi
dasar terciptannya perilaku koruptif.

Tidak usah kita selalu melihat ke atas, membesar besarkan masalah namun kita sendiri tidak
tau apa akar masalahnya. Sebenarnya para pelaku korupsi ini adalah produk dari masyarakat
sendiri, hasil didikan orang tua, maupun lingkungan sekitar mereka. Lalu apakah kita juga seperti
mereka? Banyak sekali perilaku koruptif yang setiap hari di lakukan oleh masyarakat Indonesia
namun tidak pernah disadari bahwa ini seperti menjadi budaya. Ada beberapa perilaku
masyarakat yang banyak mencerminkan perilaku koruptif, misalnya saja Pelanggaran Lalu
Lintas.

Banyak sekali aturan dalam berkendara, dan setiap aturan pasti memiliki dasar dan tujuan
yang baik. Namun seringkali kita tidak sadar diri, kita acuh dan tidak memiliki kejujuran di jalan
raya. Lihat sekeliling anda, banyak sekali dari pengendara ini tidak memiliki SIM, surat
kendaraan tidak lengkap, tidak memakai helm, melanggar peraturan lalu lintas dan sebagainya.
Dalam budaya kita perilaku harus selalu di awasi oleh aparat seakan akan menjadi kebiasaan
buruk yang terlihat biasa. Pada saat tidak ada petugas mereka melanggar aturan dan berkendara
seenaknya namun jika polisi melakukan tindakan penertiban mereka menghindar. Sikap seperti

2
ini adalah bibit bibit bahwa mereka juga calon koruptor. Karena jika tidak diawasi mereka
bertindak semaunya dan melanggar peraturan yang berlaku.

Dari hal-hal sesederhana itu, jika terus menerus membudaya, akan mengajarkan pada
generasi muda untuk selalu menggunakan suap dalam menyelesaikan masalah, mau menerima
suap demi sebuah kerjasama yang menguntungkan, perilaku ini adalah bentuk benih-benih
koruptor. Dan hal itu lahir dari kebiasaan korupsi kecil yang diwajarkan.

1.2. Tujuan Diskusi

Kami membuat makalah hasil diskusi kelompok ini dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui arti yang lebih mendalam mengenai korupsi


2. Untuk melatih kemampuan berpikir kritis dalam berdiskusi tentang budaya korupsi yang ada
di Indonesia
3. Untuk memahami dan menganalisis budaya dan perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan suburnya perilaku koruptif di Indonesia

Untuk memenuhi tugas dari Dosen pengampu mata kuliah PBAK

1.3. Permasalahan

Korupsi merupakan permasalahan yang telah berakar di Indonesia bahkan sejak negara ini
belum merdeka. Tidak hanya pejabat saja yang melakukan korupsi, masyarakatpun tanpa
disadari sudah membudayakan perilaku koruptif. Salah satu yang dapat diamati yaitu dari
perilaku suap pada pelanggar lalu lintas dengan menggunakan 'uang damai' kepada petugas
penilang.

Para pelanggar lalu lintas merupakan salah satu tindakan yang perlu ditangani berdasarkan
dengan hukum yang telah diatur. Namun praktiknya, masih saja ada orang-orang yang tidak
menghiraukan tatanan hukum yang berlaku dan malah melakukan aksi instan dengan cara
menyuap. Oleh karena itu, pada tugas ini kami ingin mendiskusikan mengenai topik "Dalam
perspektif budaya banyak faktor yang mempengaruhi orang untuk berperilaku koruptif,

3
diantaranya kebiasaan buruk masyarakat yang ketika melanggar aturan lalu-lintas kemudian
mencoba ‘berdamai’ dengan petugas. Kemukakan pendapat anda antara budaya seperti ini
dengan suburnya perilaku koruptif."

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Korupsi
2.1.1 Pengertian Korupsi

Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari bahasa
Latin corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua corrumpere. Istilah
korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa Perancis corruption dan
dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam bahasa Indonesia.

Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary menjabarkan korupsi adalah
perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang bertentangan
dengan tugas dan hak orang lain. Perbuatan seorang pejabat atau seorang pemegang kepercayaan
yang secara bertentangan dengan hukum, secara keliru menggunakan kekuasaannya untuk
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bertentangan dengan tugas
dan hak orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian istilah korup
(kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah
suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai
kekuasannya untuk kepentingan pribadi).

2.1.2 Bentuk-bentuk Korupsi

Berdasarkan pasal, korupsi dirumuskan ke dalam 30 bentuk atau jenis tindak pidana korupsi.
Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan

4
pidana penjara karena korupsi. Namun, hanya beberapa jenis korupsi yang paling sering terjadi
atau umum dilakukan yaitu:

1. Korupsi Terkait dengan Kerugian Keuangan Negara

2. Korupsi Terkait dengan Suap-Menyuap

3. Korupsi Terkait dengan Perbuatan Pemerasan

4. Korupsi Terkait dengan Perbuatan Curang

5. Korupsi Terkait dengan Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

6. Korupsi Terkait dengan Gratifikasi

2.1.3 Faktor Penyebab Korupsi

Ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab orang melakukan tindakan korupsi. Berikut
teori yang paling umum:

1. Teori Triangle Fraud (Donald R. Cressey)

Ada tiga penyebab mengapa orang korupsi yaitu adanya tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity) dan rasionalisasi (rationalization).

2. Teori GONE (Jack Bologne)

Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (greed), kesempatan (opportunity),


kebutuhan (needs) dan pengungkapan (expose).

3. Teori CDMA (Robert Klitgaard)

Korupsi (corruption) terjadi karena faktor kekuasaan (directionary) dan monopoli


(monopoly) yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas (accountability).

4. Teori Willingness and Opportunity

5
Menurut teori ini korupsi bisa terjadi bila ada kesempatan akibat kelemahan sistem atau
kurangnya pengawasan dan keinginan yang didorong karena kebutuhan atau
keserakahan.

5. Teori Cost Benefit Model

Teori ini menyatakan bahwa korupsi jika manfaat korupsi yang didapat atau dirasakan
lebih besar dari biaya atau ris.

2.1.4 Dampak Masif Korupsi

Masif berarti Utuh dan Padat. Jika disatukan dalam pertanyaan, Apa itu Dampak Masif dari
Korupsi yaitu Dampak yang terlihat jelas dari adanya korupsi.

1. Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,


korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-
seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat
diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

2. Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan


pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan
risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa
korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru

6
muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat
aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga,
korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi
dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan


investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih
banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan
praktik korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi
pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain.
Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. 

3. Kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya.
Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok,
bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang
melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-
politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

2.1.5 Upaya Pencegahan Korupsi

Masalah korupsi bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Berbagai kebijakan telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Secara
faktual Majelis Permusyawaratan Rakyat mengamanatkan dalam TAP MPR-RI Nomor
XI/MPR/1989 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN, yang kemudian
ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Tujuan yang ingin dicapai dalam upaya tersebut adalah Penyelenggaraan Negara yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif harus sesuai dengan

7
tuntutan hati nurani rakyat, yakni adanya penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan
fungsi dan tugas secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari praktik KKN di segala bidang, sehingga
dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Upaya pemberantasan korupsi untuk menuju terciptanya pemerintahan yang bersih


nuansanya nampak lebih kental. Untuk mencapai sasaran pembangunan penyelenggaraan negara
menuju terciptanya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa tersebut, maka Presiden telah
mengeluarkan Peraturan Nomor 7 Tahun 2005 tentung Rencana Pembangunan Jangka Menengah
dan Kebijakan Penyelenggaraan Negara 2004-2009, yang diarahkan untuk:

a) Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam benuk praktik


praktik korupsi, kolusi dan nepotisme

b) Meningkatkan kualitas penyelenggara administrasi negara

c) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. Selain


kontribusi aparat hukum, partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan
dalam mengawali upaya-upaya pemberantasan tindak perilaku korupsi.

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh masyarakat umum dalam memberantas tindak korupsi
di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan (preventif). Dapat dilakukan dengan menanamkan semangat nasional


yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan Negara melalui
pendidikan formal, informal dan agama.

2. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa. Yaitu menumbuhkan rasa memiliki tanggung


jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan
publik serta tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Yaitu dengan membuka wawasan
seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan negara. dan aspek-
aspek hukumnya serta melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari
pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

8
2.2. Suap Menyuap

Salah satu bentuk korupsi yaitu Suap Menyuap. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai sebuah kasus yang berhubungan Suap Menyuap. Sebelum itu mari bahas terlebih
dahulu apa itu suap.

Suap adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pembalasan dari


pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas
kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima. Dalam
kamus hukum Black's Law Dictionary, penyuapan diartikan sebagai tindakan menawarkan,
memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu barang untuk mempengaruhi tindakan
pegawai lembaga atau sejenisnya yang bertanggung jawab atas kebijakan umum atau peraturan
hukum.

Penyuapan juga didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 sebagai


tindakan "memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk
supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"; juga "menerima
sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu
atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya,
yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum".

2.3. Kepolisian Lalu Lintas

Polisi lalu lintas adalah seorang polisi yang bertugas dalam suatu satuan kepolisian lalu lintas
dan bertugas mengatur lalu lintas dan menegakkan peraturan lalu lintas. Polantas melaksanakan
patroli di jalan atau menangani tindak pelanggaran atau kejahatan lalu lintas

9
Tugas Polisi Lalu Lintas adalah melaksanakan Tugas Polri di bidang Lalu-lintas yang
meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam pengendalian Lalu-lintas untuk mencegah
dan meniadakan segala bentuk gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban,
keselamatan dan kelancaran Lalu-lintas di jalan umum.

2.4. Undang-Undang Lalu Lintas

Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 pasal 306 ayat (1) tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dapat kita ketahui pasal-pasal mana yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan
yang dikategorikan sebagai pelanggaran lalu lintas.

Pasal 316 ayat (1) adalah Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 278, pasal 279,
pasal 280, pasal 281, pasal 284, pasal 285, pasal 286, pasal 287, pasal 288, pasal 289, pasal 290,
pasal 291, pasal 292, pasal 293, pasal 294, pasal 297, pasal 299, pasal 303, pasal 305, pasal 306,
pasal 308, dan pasal 313 adalah pelanggaran.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI

Secara umum perilaku seseorang yang melakukan praktik korupsi didorong oleh beberapa
hal, antara lain perilaku serakah sebagai potensi yang ada dalam diri setiap orang, kesempatan
untuk melakukan kecurangan, dan kebutuhan untuk memenuhi tingkat kehidupan yang
menurutnya mapan. Dalam hal ini pelaku sadar bahwa tindakannya akan merugikan suatu pihak
dan akan ada konsekuensi yang dihadapinya apabila kecurangan itu diketahui. Dalam perspektif
budaya, korupsi menjadi sesuatu yang dianggap biasa karena telah dilakukan, baik secara sadar
maupun tidak sadar dalam sikap hidup sehari-hari. Jika dikategorikan secara berjenjang perilaku
seseorang terhadap praktik korupsi dimulai dari sangat permisif, permisif, antikorupsi, dan
sangat antikorupsi.

Tidak dapat dipungkiri, kasus korupsi yang ada di Indonesia memang sudah mewarnai
bahkan jauh dari zaman sebelum kemerdekaan. . “Budaya korupsi” sudah sejak zaman dahulu
dilakukan, contohnya terjadi pada zaman kerajaan bagaimana seorang penguasa menerima upeti
dan hadiah dari rakyatnya agar mendapatkan perlindungan. Hal ini masih kerap dilakukan oleh
masyarakat terhadap pemimpinnya. Karena itu, korupsi dianggap sudah menyebar secara vertikal
dan horizontal. Berbagai faktor dan pemicu serta dampak akibat korupsi, sudah menjadi rahasia
umum. Kurangnya mental positif baik dari segi jasmani maupun rohani, didukung budaya minim
kejujuran di lingkungan sekitar, maka apapun bentuk korupsi baik skala kecil maupun skala
besar akan dianggap hal yang lumrah. Selain itu, ada banyak juga faktor penyebab tindakan
korupsi, seperti ketamakan pribadi untuk dapat mencapai kesuksesan tanpa diimbangi usaha,
kurangnya pendidikan integritas dan profesionalisme didukung rendahnya hukuman yang akan
diterima oleh para koruptor dalam hal ini merujuk ke sistem peradilan di Indonesia, dengan
tingginya hasrat akan materi dunia namun dengan gaji yang tidak mendukung juga akan
meningkatkan faktor resiko terjadinya aksi korupsi.

Berikut ini adalah beberapa fenomena kasus koruptif yang sering terjadi dalam dunia
kesehatan dan dianggap sebagai suatu kebiasaan yang berujung pada korupsi.

11
a. Ada kebiasaan masyarakat memberikan uang pelicin atau tips kepada petugas kesehatan
untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Kebiasaan
masyarakat ini dimulai dari nilai-nilai individu yang memandang bahwa hal tersebut
merupakan unsur budaya atau kebiasaan, tetapi tanpa disadari berpotensi menyuburkan
tindakan korupsi.
b. Seorang petugas kesehatan merekomendasikan obat pesanan sponsor karena ia telah
menerima gratifikasi dari produsen obat tersebut.
c. Penyalahgunaan kartu miskin/Jamkesmas/Jamkesda untuk mendapatkan fasilitas
Kesehatan gratis yang dilakukan masyarakat dalam golongan mampu.
d. Manipulasi data pelaporan tindakan medis yang berdampak pada besarnya klaim pada
asuransi kesehatan atau sejenisnya. Pelayanan kesehatan termasuk rawan terjadinya
korupsi (Sumber: dokumen TrimKom). Demikian pula pada dunia pendidikan.

Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang bersifat permisif (menganggap sebagai hal
biasa), tetapi sebenarnya merupakan praktik korupsi.

a. Orangtua siswa memberikan uang atau hadiah kepada guru sebagai ucapan terima kasih
saat menerima rapor kenaikan kelas anaknya.
b. Mahasiswa memberikan parsel atau uang kepada dosen pembimbing dan dosen penguji
sebagai ucapan terima kasih menjelang dilaksanakannya seminar proposal atau ujian
karya tulis ilmiah.
c. Orangtua calon mahasiswa memberikan sejumlah uang kepada panitia penerima
mahasiswa baru agar anaknya dapat diterima di perguruan tinggi negeri

Tindakan suap yang tak bermoral ini tidak hanya terjadi dikalangan para penyelenggara
fasilitas publik maupun pegawai negeri saja, melainkan sudah menyusur hingga ke plosok dari
segi tatanan masyarakat yang ada, seperti salah satunya yaitu penampakan ‘uang damai’ yang
sering sekali kita jumpai khususnya bagi para pengguna jalan raya. Dengan satu kali jabatan
berisi, lintas lalang langsung kembali tanpa perlu menjelajah ke pengadilan. Hal semacam ini
juga merupakan tindakan korupsi dalam ranah suap, kasus suap tidak dapat dipandang remeh
begitu saja, karena bila mana sering terjadi, artinya setiap warga negara Indonesia sudah tidak
memiliki moral integritas lagi, dan tandanya budaya luhur yang asri baik, sudah ditendang oleh
budaya baru yang dapat menjatuhkan nama negara.

12
Kasus suap dimulai ketika keserakahan, kesempatan dan niat sudah saling melengkapi,
dimana para penyuap sudah tidak lagi menganggap penting integritas apapun dan dimanapun.
Tidak peduli apakah generasi muda melihat ataupun tidak melihat, tidak peduli apakah pemilihan
pejabat negara dan pegawai negeri sudah sesuai dengan dasar Pancasila atau tidak, apapun itu
yang para penyuap pikirkan adalah bagaimana caranya dapat bebas dengan melalui tindakan
apapun, dan hal ini akan berlanjut hingga ke generasi berikutnya jika tidak segera ditanggulangi.
Oleh sebab itu terdapat sinkron antara suap dengan kesuburan prilaku korupsi dilihat dari
persepsi budaya dan dampak yang ditimbulkan.

Korupsi dalam bentuk apupun dan sekecil apapaun, dapat menghancurkan negara,
bayangkan jika setiap hal yang ada di sekitar kita hanyalah konspirasi untuk memperkaya diri
oknum tertentu, betapa rugi dan miskinnya kita nanti. Oleh sebab itu, kelompok kami
memandang, kasus suap sebagai salah satu indikator dari suburnya perilaku koruptif masyarakat
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan tidak main-main, masyarakat bisa saja menjadi tidak lagi
mempercayai adanya integritas dalam setiap kebijakan pejabat negri, yang dapat berakibat pada
robohnya tatanan masyarakat akibat kontra opini dari masyarakat kepada pemerintah. Lebih
parahnya lagi, kasus suap yang dianggap sebagai budaya lumrah jika terus menerus terlaksana,
maka akan mengakibatkan runtuhnya negara.

Upaya penganggulangan perlu dilaksanakan guna mengurangi tindakan korupsi, suap


lebih marambat, penanggulangan secara preventif dan represif dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya atau timbulnya pelanggaran yang pertama kali. Mencegah pelanggaran lebih baik
daripada mencoba untuk mendidik pelanggar menjadi lebih baik kembali. Sangat beralasan bila
upaya preventif diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu
keahlian khusus dan ekonomis. Jadi dalam upaya preventif itu adalah bagaimana kita melakukan
suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadaan
ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi suatu daya dinamika dalam
pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang
mendorong timbulnya perbuatan menyimpang, juga disamping itu bagaimana meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung
jawab Bersama. Contoh tindakan preventif yaitu, sosialisasi di masyarakat atau di sekolah-

13
sekolah, karena seperti yang kita lihat, kebanyakan yang melakukan pelanggaran didominasi
oleh anak sekolah, itu dikarenakan minimnya pengetahuan berlalu lintas.

Sebagaimana diuraikan dalam Pasal 14 butir b Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 No.4168) disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 Kepolisian Negara Republk Indonesia bertugas menyelenggarakan segala
kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan. Maka
berdasarkan pasal tersebut salah satu tugas Lembaga Kepolisian adalah menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan, hal ini terkait dengan bagaimana cara penanganan
apabila terjadi pelanggaran lalu lintas, karena hal itu sangat mempengaruhi pada pemberian efek
jera kepada si Pelanggar dan masyarakat yang lain.

Apabila penanganan dilakukan dengan tegas dan sesuai dengan aturan yang berlaku,
maka dengan sendirinya masyarakat akan berhati- hati selama berkendara dan mengikuti aturan
yang berlaku. Namun, jika penanganannya tidak maksimal, dalam hal ini terlalu banyak “atur
damai” di jalan, maka masyarakat cenderung akan mengabaikan aturan yang berlaku. Namun,
sebelum menerapkan suatu aturan, maka sebaiknya perlu dilakukan beberapa hal agar aturan
tersebut dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga dalam
penerapannya nanti tidak ditemukan banyak pelanggaran dengan alasan kekurang pahaman dan
ketidak tahuan tentang adanya aturan tersebut. Namun segala bentuk upaya yang dilakukan baik
melalui sosialisasi mengenai aturan-aturan lalu lintas serta sanksi yang diterima oleh masyarakat
apabila melakukan pelanggaran lalu lintas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlu
menindak dengan tegas aparat yang tidak melaksanakan tugasnya dengan jujur dan penuh
tanggung jawab, karena jika kita kembali kepada teori yang mengatakan bahwa seberapa
bagusnya suatu peraturan perundang undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak
hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan. Oleh karena itu, jika dilapangan ditemukan
Aparat Kepolisian menyalahgunakan wewenang yang ia miliki seperti meminta uang kepada si
Pelanggar tanpa melalui prosedur yang sudah ada maka oknum aparat tersebut akan ditindak
melalui sidang kode etik. Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas
menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli,
pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau

14
kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu
lintas, guna memelihara keamanan,

Ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmas Lantas)
adalah segala kegiatan yang meliputi segala usaha untuk menumbuhkan pengertian, dukungan
dan keikutsertaan masyarakat aktif dalam usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas. Pendidikan masyarakat (Dikmas) di bidang lalu lintas dilaksanakan
juga untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap lalulintas serta memberikan
pemahamam terhadap bagaimana cara berkendara yang baik dan benar sebgai pengguna jalan,
karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung
produktivitasnya, dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat
dan mematikan proses produktivitas masyarakat, seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan
maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas
terutama unit dikmas lantas mempunyai peran dalam memberikan pemahaman kepada
masyarakat selaku pengguna jalan untuk mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas. Dapat pula
melakukan kegiatan Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas seperti taman lalu lintas, penerangan
keliling, penerangan masyarakat.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam perspektif budaya, korupsi menjadi sesuatu yang dianggap biasa karena telah
dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar dalam sikap hidup sehari-hari. Jika
dikategorikan secara berjenjang perilaku seseorang terhadap praktik korupsi dimulai dari sangat
permisif, permisif, antikorupsi, dan sangat antikorupsi. Tidak dapat dipungkiri, kasus korupsi
yang ada di Indonesia memang sudah mewarnai bahkan jauh dari zaman sebelum kemerdekaan.
Hal ini masih kerap dilakukan oleh masyarakat terhadap pemimpinnya. Karena itu, korupsi
dianggap sudah menyebar secara pparat dan horizontal.  Seperti contoh yang dijelaskan diatas
apabila penanganan dilakukan dengan tegas dan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
dengan sendirinya masyarakat akan berhati- hati selama berkendara dan mengikuti aturan yang
berlaku. Namun, jika penanganannya tidak maksimal, dalam hal ini terlalu banyak atur damai di
jalan, maka masyarakat cenderung akan mengabaikan aturan yang berlaku. Namun segala bentuk
upaya yang dilakukan baik melalui sosialisasi mengenai aturan-aturan lalu lintas serta sanksi
yang diterima oleh masyarakat apabila melakukan pelanggaran lalu lintas, hal yang tidak kalah
pentingnya adalah perlu menindak dengan tegas pparat yang tidak melaksanakan tugasnya
dengan jujur dan penuh tanggung jawab, karena jika kita pparat kepada teori yang mengatakan
bahwa seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan
pparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan.

4.2. Saran

Hal yang terpenting adalah menindaklanjuti dengan tegas agar korupsi dapat teratasi dengan
tuntas, karena jika tidak ada ketegasan maka tidak akan terwujud suatu keadilan yang diterima
oleh oknum-oknum yang melakukan korupsi. Bukan hanya pidana untuk rakyat kecil saja tetapi
pidana untuk pparat juga harus ditegakkan dengan seadil-adilnya. Jika ketegasan dan keadilan
tersebut sudah diberlakukan maka angka korupsi di Indonesia akan menurun seiring berjalannya
waktu.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-penyebab-dan-
dampaknya?
page=all&jxconn=1*tzixo2*other_jxampid*QmpWR05YVUF4OHQyZGhUaVUxNzZGQXlVQ
jd3WDQ2bWpqaGZTeWZzOFVBYmpHTC1zd3BHNDJKblhQX3JneENCMg..#page2

https://www.kompas.com/

https://m.liputan6.com/hot/read/4161531/mengenal-7-jenis-korupsi-dan-contohnya-yang-sering-
dilakukan

https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/271413042/tinjauan-kriminologi-terhadap-praktik-suap-
dalam-kasus-tilang-pada-pelanggaran-lalu-lintas-di-kota-gorontalo.html

http://ropi-komala.blogspot.com/2017/10/laporan-diskusi-tentang-korupsi.html

17

Anda mungkin juga menyukai