Disusun oleh :
NIM : (P1337420320142)
Kelas : 2 Reg C
NIM : P1337420320142
Jawab :
2. Suap Menyuap
Pada umumnya, suap diberikan kepada orang yang berpengaruh atua pejabat agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan jabatannya. Orang
yang memberikan suap biasanya memberikan suap agar keinginannya tercapai baik
berupa keuntungan tertentu ataupun agar terbebas dari suatu hukuman atau proses
hukum. Modus suap menyuap juga kadang ditemukan dalam penerimaan pegawai ,
promosi maupun mutase, bahkan saat ini suap disinyalir telah merambah ke dunia
Pendidikan baik dlam tahap penerimaan mahasiswa/siswi baru, kenaikan kelas, kelulusan
bahkan untuk mendapatkan nilai tertentu dalam ujian mata pelajarn atau mata kuliah.
Suap menyuap juga ada yang membudaya di masyarakat umum contohnya dalam
pembuatan KTP, dimana warga memberikan sejumlah uang kepada pihak yang
bersangkutan dengan alasan agar proses pembuatan KTP dapat di permudah dan
diperlancar, tanpa mereka ketahui perbuatan tersebut termasuk ke dalam modus suap
menyuap. Tindak pidana suap kelas kakap berpotensi merugikan keuangan atau
perekonomian negara dalam jumlah besar sehingga dapat mengganggu sumber daya
pembangunan dan membahayakan stabilitas politik suatu negara. suap tidak mustahil
sudah bersifat transnasional, contohnya adalah apa yang dinamakan commercial
corruption, yaitu penyuapan oleh perusahaan-perusahaan multinasional kepada pejabat
pejabat negara berkembang. Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya
di antaranya diatur dalam Pasal 5 UU 20/2001, yang berbunyi :
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) setiap orang yang:
2. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
4. Pemerasan
Pemerasan bisa diartikan dengan pemalakan. Pemerasan atau pungutan liar
merupakan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat
Negara dengan cara meminta yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Pemerasan
dalam UU Tipikor berbentuk Tindakan :
5. Perbuatan Curang
Sebuah kecurangan juga dapat menjadi dasar modus sebuah korupsi. Perbuatan curang
dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk :
pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang;
setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang di atas;
setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
atau
setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan:
Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut
bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi.
Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dibuktikan oleh penuntut umum.
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi adalah
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling
lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.
Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, paling lambat 30 hari sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
TUGAS II :