Anda di halaman 1dari 4

3.

Korupsi Terkait dengan Penggelapan dalam Jabatan


Korupsi terkait dengan penggelapan jabatan yaitu mereka yang memiliki jabatan/kewenangan
tertentu dalam pemerintahan menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau membantu
melakukan perbuatan tersebut.
Kejahatan korupsi ini diatur dalam pasal 8, pasal 9, dan pasal 10 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diperbaharui oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001.
Seperti yang disebut pada pasal 10
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja:
a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan
atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya; atau
b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan,
atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
atau
c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
Contoh Kasus:
a. Seorang pejabat dengan kekuasaannya menerbitkan surat pengalihan
balik nama barang atas namanya sendiri atau orang lain padahal menyalahi
prosedur.
b. Seorang pejabat yang berwenang menerbitkan surat penghapusan ganti
rugi kehilangan mobil dinas di luar jam kerja oleh seorang pegawai,
padahal seharusnya yang bersangkutan harus mengganti kehilangan
mobil tersebut.
4. Tindak Pidana Korupsi Pemerasan
Tindak pidana korupsi pemerasan yaitu usaha pemaksaan dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, sehingga orang itu menyerahkan sesuatu atau
mengadakan utang atau menghapus piutang. Adapun pada delik penipuan,
korban tergerak untuk menyerahkan sesuatu dan seterusnya, rayuan memakai
nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat, rangkaian kata-kata bohong.
Tindak pidana korupsi pemerasan diatur dalam pasal 12 poin e, f, g
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Seperti yang disebut pada pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas
umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa
hal tersebut bukan merupakan utang;
c. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang,
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa
hal tersebut bukan merupakan utang;
Contoh Kasus:
a. Sebuah institusi sekolah pemerintah dalam ketentuan tidak boleh
menarik uang kepada mahasiswa selain yang sudah tercantum dalam
PNBP. Ternyata karena alasan tertentu seperti kegiatan PKL institusi
tersebut mewajibkan mahasiswa untuk membayar kegiatan tersebut.
5. Tindak Pidana Korupsi Perbuatan Curang
Tindak pidana korupsi perbuatan curang perbuatan yang tidak jujur
atau tidak adil yang merugikan kepentingan orang lain.
Jenis korupsi ini diatur dalam pasal 7 dan pasal 12 huruf h Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 diperbarui oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001.
Pasal 12 huruf h
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolaholah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang
yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-
undangan.
Contoh kasus pidana korupsi curang:
a. Seorang penyedia barang mengirimkan order barangnya tidak sesuai
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan dalam kontrak penyediaan
barang.
b. Seorang petugas gizi dengan sengaja memberikan jumlah diet 1.700 Kkal
kepada pasien, padahal sebenarnya pasien harus mendapatkan 2.100
KKal.
Contoh kasus perilaku korupsi curang:
a. Seorang pasien harus mengantre urutan dalam pemeriksaan dokter,
seharusnya yang bersangkutan urutan ke-50, tetapi karena ada keluarga yang bekerja di rumah
sakit tersebut ia mendapatkan kemudahan
menempati urutan ke-10.
b. Seorang mahasiswa membuat laporan kegiatan praktik klinik dengan
menggunakan data yang tidak sebenarnya—hasil manipulasi buatan
sendiri.
c. Mahasiswa membuat catatan kecil yang digunakan untuk menyontek
pada saat ujian.

Anda mungkin juga menyukai