Anda di halaman 1dari 12

PENJELASAN DAN URAIAN UNSUR

PASAL 8, PASAL 12 B, DAN PASAL 12 C


UNDANG UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS M PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

AINUN NAJIB 200111100354


WIRDA SOFIYA NINGSIH 200111100355
MUHAMMAD IBNU YAHYA HAKIKI 200111100363
NURIL MOCHAMMAD ICHTISOM 200111100365
AJENG SUKMA KEMALA 200111100352
PRASTYA ADI WIJAYA 200111100356

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2022/2023
PASAL 8

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau
orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

URAIAN UNSUR :

1. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu.

2. Dengan sengaja.

3. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan orang lain
menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu.

4. Uang atau surat berharga.

5. Yang disimpan karena jabatannya.

Ad. 1. PEGAWAI NEGERI ATAU ORANG LAIN ATAU ORANG SELAIN PEGAWAI
NEGERI YANG DITUGASKAN MENJALANKAN SUATU JABATAN UMUM SECARA
TERUS MENERUS ATAU UNTUK SEMENTARA WAKTU;

Menimbang, bahwa pengertian “Pegawai Negeri” adalah sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001, Pegawai Negeri meliputi :

a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang kepegawaian;

b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana;


c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;

d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari
keuangan negara atau daerah;

e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau
fasilitas dari negara atau masyarakat.

Menimbang, bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri


tersebut terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah;

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia;

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengertian pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
diatas maka pengertian pegawai negeri atau penyelenggara negara adalah menunjuk pada subyek
hukum yaitu setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban sebagai pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang didakwa melakukan suatu perbuatan yang diancam dengan suatu
pidana oleh Undang-Undang. Selanjutnya perbuatan pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut haruslah dapat dipertanggung jawabkan (toeekeningvatbaar heid);

Ad. 2. UNSUR DENGAN SENGAJA

Menimbang, bahwa kesengajaan dalam hukum pidana adalah merupakan bagian dari kesalahan.
Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan
(yang terlarang) dibanding dengan kealpaan (culpa);

Bahwa yang dimaksud “dengan sengaja” adalah perbuatan tersebut dikehendaki oleh Terdakwa
dalam melakukan perbuatan serta Terdakwa menyadari akan akibat perbuatannya (sengaja
dengan maksud) dan juga Terdakwa dapat memperkirakan kemungkinan dari akibat perbuatan
yang dikehendakinya (sengaja sebagai kemungkinan);

Bahwa dalam hal sesorang melakukan sesuatu dengan sengaja dapat dibedakan ke dalam 3
(tiga) bentuk sikap bathin, yang menunjukan tingkatan dari kesengajaan sebagai berikut :
a. Sengaja sebagai maksud, kehendak, tujuan

b. Sengaja dengan kesadaran, keinsyafan, mengetahui kepastian akan timbulnya akibat dari
perbuatan yang dilakukannya.

c. Sengaja dengan kesadaran, keinsyafan, mengetahui kemungkinan akan timbulnya akibat dari
perbuatan yang dilakukannya.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis


Hakim berpendapat bahwa unsur “dengan sengaja”, telah terpenuhi secara sah menurut hukum
sesuai fakta yang terungkap di persidangan;

Ad 3. UNSUR MENGGELAPKAN ATAU MEMBIARKAN ORANG LAIN


MENGAMBIL ATAU MEMBANTU DALAM MELAKUKAN PERBUATAN TERSEBUT

Menimbang, bahwa menggelapkan dalam unsur pasal ini bisa ditafsirkan dengan menggunakan
Penafsiran Sistematis dimana lahirnya undang-undang Tindak Pidana Korupsi tidak bisa lepas
dari pengaruh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana khususnya dalam perkara ini yaitu pasal
415 KUHPidana dimana pengertian penggelapan adalah apabila suatu benda berada dalam
kekuasaan orang bukan karena tindak pidana, tetapi karena suatu perbuatan yang sah, misalnya
karena penyimpanan, perjanjian penitipan barang, dan sebagainya. Kemudian orang yang diberi
kepercayaan untuk menyimpan dan sebagainya itu mengusai barang tersebut untuk diri sendiri
secara melawan hukum, maka orang tersebut berarti melakukan penggelapan dalam pasal ini
dimaknai menggelapkan;

Menimbang, bahwa dalam bukunya Adam Chazawi yang berjudul “Hukum Pidana Korupsi di
Indonesia” menerangkan perbuatan yang dilarang dalam unsur pasal ini adalah :

a Menggelapkan;

b Membiarkan orang lain mengambil;

c Membiarkan orang lain menggelapkan;

d Membantu dalam melakukan perbuatan;


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka menurut pendapat Majelis
Hakim, unsur “menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan
orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu” telah terpenuhi
sebagaimana fakta yang terungkap di persidangan.

Ad. 4. UNSUR UANG ATAU SURAT BERHARGA

Menimbang, bahwa dalam unsur pasal ini mengharuskan yang digelapkan tersebut adalah uang
atau surat berharga dengan menggunakan kata “atau” yang berarti bersifat alternatif, jika salah
satu terpenuhi maka unsur inipun sudah terpenuhi.

Menimbang, bahwa dengan demikian dalam perkara ini, yaitu unsur “uang atau surat berharga
perbuatan berlanjut” telah terpenuhi secara sah menurut hukum dan sesuai fakta dalam
persidangan;

Ad. 5. UNSUR YANG DISIMPAN KARENA JABATANNYA

Menimbang, bahwa pengertian “disimpan karena jabatannya” dijelaskan oleh Adam Chazawi
dalam bukunya yang berjudul : “Hukum Pidana Korupsi di Indonesia”, hal. 133-134, yaitu
menyatakan : “apa yang menjadi sebab uang itu disimpan olehnya tiada lain adalah karena
jabatan yang dipangkunya bagi seorang pegawai negeri…….tetapi jabatan harus menjalankan
pekerjaan yang bersifat umum artinya pekerjaan dalam jabatan itu adalah segala sesuatu
pekerjaan yang menyangkut atau melayani kepentingan umum”;
PASAL 12B

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. yang nilainya Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan
suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum. (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

URAIAN UNSUR :

1. Unsur Gratifikasi
2. Unsur Kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara
3. Unsur apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajibannya

PASAL 12C

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi
milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tatacara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
(5) UU tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi.

PUTUSAN

PUTUSAN
Nomor 7/Pid.Sus-TPK/2020/PN Pal.
MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa STEVEN RION ALIPA, S.Kom. alias EPEN tersebut diatas,
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi
sebagaimana dalam dakwaan Pertama;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3
(tiga) tahun dan pidana denda sejumlah Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan
pidana kurungan selama 4 (empat) bulan;
3. Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp121.200.000,00
(seratus dua puluh satu juta dua ratus ribu rupiah) paling lama dalam waktu satu bulan
sesudah putusan ini berkekuatan hukum tetap, jika tidak membayar maka harta bendanya
disita dan dilelang oleh Jaksa untuk menutupi uang pengganti tersebut dengan ketentuan
apabila Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi maka dipidana dengan
pidana penjara selama 4 (empat) bulan;
4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5. Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan;
6. Menetapkan barang bukti berupa :
PUTUSAN

Nomor 87/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Mks

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa Drs. H. SUDIRMAN BADAWI Bin BADAWI tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya dalam
dakwaan kesatu primair ;

2.Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan kesatu primair tersebut ;

3. Menyatakan Terdakwa Drs. H. SUDIRMAN BADAWI Bin BADAWI telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ korupsi secara bersama-sama “.

4. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Drs. H. SUDIRMAN BADAWI Bin BADAWI oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun serta pidana denda sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak
dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan ;

5. Menghukum terdakwa untuk membayar Uang Pengganti sejumlah Rp. 109.579.000,00,-


(seratus sembilan juta lima ratus tujuh puluh sembila ribu rupiah) ;

6. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan ;

7. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.


PUTUSAN

Nomor 45/Pid.Sus-TPK/2021/PN Mks

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa Prof. Dr. Ir. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut
sebagaimana dalam dakwaan alternatif KESATU Pertama dan tindak pidana korupsi yang
merupakan gabungan dari beberapa perbuatan dipandang sebagai beberapa kejahatan yang
berdiri sendiri sebagaimana dalam dakwaan KEDUA;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima)
tahun dan denda sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 4 (empat) bulan;

3. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah
Rp2.187.600.000,00 (dua miliar seratus delapan puluh tujuh juta enam ratus ribu rupiah) dan
SGD350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu dollar singapura) dengan ketentuan apabila tidak

dibayar paling lama 1 (satu) bulan setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
harta benda Terpidana dirampas untuk menutupi kerugian negara tersebut dan apabila harta
bendanya tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana
penjara selama 10 (sepuluh) bulan;

4. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa berupa pencabutan hak untuk dipilih dalam
jabatan publik selama 3 (tiga) tahun setelah Terdakwa selesai menjalani pidana pokok;

5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

7. Memerintahkan barang bukti;

8. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
PUTUSAN

NO. 20/Pid. Sus-TPK/2020/PN.Sby

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa SLAMET RIYANTO, S.Sos, terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan Penggelapan Dalam
Jabatan yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 8 jo. pasal 18 ayat (1) huruf a, b dan
ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kedua;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa SLAMET RIYANTO, S.Sos dengan pidana
penjara selama 3 (Tiga) tahun dan denda sejumlah Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan;
3. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa SLAMET RIYANTO, S.Sos, untuk
membayar uang pengganti kerugian keuangan Negara sebesar Rp 118.290.100,00
(seratus delapan belas juta dua ratus sembilan puluh ribu seratus rupiah), dan apabila
dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap tidak membayar
uang pengganti maka harta bendanya akan disita dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, dan apabila tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti, maka dipidana dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun;
4. Menetapkan masa penangkapan dan atau penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5. Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan;
6. Menetapkan barang bukti.
7. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,00
(Lima ribu rupiah);
PUTUSAN

Nomor 76/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Bdg

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa ANDRI SALMAN, ST tersebut diatas, terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan tunggal
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga)
tahun dan denda sejumlah Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan;

3. Menetapkan barang bukti berupa :


Putusan

Nomor 21/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Jkt.Pst.

Mengadili

1.Menyatakan fristo yang Prasetyo S.H, M.H., alias Fito Bin Azri Arman tersebut di atas, tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "KORUPSI SECARA
BERSAMA -SAMA" sebagaimana dalam dakwaan primer penuntut umum

2. Membebaskan terdakwa tersebut dari dakwaan primer penuntut umum

3. Menyatakan fristo yan Prasetyo , S.H., M.H., alias Fito Bin asri Amran telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana " korupsi secara bersama sama"
sebagaimana dalam dakwaan subsidair penuntut umum

4. Menjatuhkan tindak pidana terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana selama 2 tahun
dan denda sebesar Rp 50.000.000 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak di bayar akan
diganti dengan pidana kurungan selama 1 bulan

5. Menetapkan masa penahanan penangkapan terdakwa dikurungkan seluruhnya dari pidana


yang dijatuhkan

6. Menetapkan terdakwa dalam tahanan

7. Menetapkan barang bukti berupa - barang bukti yang disita

Anda mungkin juga menyukai