KELOMPOK 4
Kurnia Dewi A
Artialita Harda O
Yeyen Kurniawati
Agam Sayogo
Ardhalena Dhika G
Riska Lestari
Pengertian
Suap disebut juga dengan sogok atau memberi uang pelicin.
Adapun dalam bahasa syariat disebut dengan risywah. Secara
istilah adalah memberi uang dan sebagainya kepada petugas
(pegawai), dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam
suatu urusan.
Dalam buku saku memahami tindak pidana korupsi
“Memahami untuk Membasmi” yang dikeluarkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dijelaskan bahwa cakupan
suap adalah (1) setiap orang, (2) memberi sesuatu, (3) kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara, (4) karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya
Suap juga bisa berarti setiap harta yang diberikan kepada
pejabat atas suatu kepentingan, padahal semestinya urusan
tersebut tanpa pembayaran. Sedangkan dalam fikih, suap
atau risywah cakupannya lebih luas. Sebagaimana dikatakan
Ali ibn Muhammad Al Jarjuni dalam kitab
Ta’rifat,Beirut(1978),
Dr.Yusuf Qordhawi mengatakan, bahwa suap adalah sesuatu
yang diberikan kepada seseorang yang memiliki kekuasaan
atau jabatan apapun untuk menyukseskan perkaranya
dengan mengalahkan lawannya sesuai dengan yang
diinginkan atau memberikan peluang kepadanya (seperti
tender) atau menyingkirkan musuhnya.
Landasan Hukum Suap Menyuap
1. KUHP Pasal 209.
(1) (s.d.u. dg. UU N. 18 / Prp / 1960.) Diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
1. barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada serang
pejabat dengan maksud untuk membujuknya supaya berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
2. barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat oleh sebab
atau karena pejabat itu dalam jabatannya sudah melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.
2. KUHP Pasal 210.
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada serang
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan hakim
itu tentang perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
2. (s.d.u. dg. UU N. 1 / 1946.) barangsiapa memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seserang yang menurut ketentuan
undang-undang ditentukan menjadi penasihat untuk
menghadiri sidang atau pengadilan, dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
tentang perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili.
(2) Bila pemberian atau janji itu dilakukan dengan maksud agar dalam
perkara pidana dijatuhkan pemidanaan, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
3. KUHP Pasal 419 (Bagi Penerima)
Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun, seorang
pejabat:
1. yang menerima hadiah atau janji, padahal dia tahu bahwa
hadiah atau janji itu diberikan untuk membujuknya supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
2. yang menerima hadiah, padahal dia tahu bahwa hadiah itu
diberikan kepadanya karena dia telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya.
Menyuap pegawai negeri adalah korupsi
Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.
20 Tahun 2001
Hukumannya?
Penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta
Pegawai Negeri Menerima Suap..? Itu Korupsi
Korupsi jenis ini adalah penajaman dari jenis korupsi sebelumnya.
Bedanya, kali ini si pegawai negeri dianggap bersalah karena sogokan
atau janji yang dia terima diberikan supaya dia mau melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.
Contoh :
Seorang pedagang mobil impor memberikan sogokan atau janji
kepada pegawai bea cukai sebelum si pegawai melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya dalam hal ini, membiarkan mobil-
mobil pesanan paman kamu keluar dari pelabuhan, walaupun surat-
suratnya belum lengkap). Kalau dia menerima berarti dia korupsi.
(pasal 12 huruf a UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2001)
Hukumannya?
Penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp.1 Milyar
Pegawai Negeri Menerima Suap..? Itu Korupsi
Pegawai negara yang menerima suap juga bisa ditangkap atau juga
terlibat korupsi.
Contoh :
Seorang anak masuk universitas dengan cara menyuap petinggi
dari universitas tersebut. (pasal 5 ayat (2) UU No.31 Tahun
1999 jo. UU No.20 Tahun 2001)
Hukumannya?
Penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp.250 juta.
Advokat Menerima Suap..? Itu Korupsi
Ini juga sama dengan jenis korupsi sebelumnya yang oleh advokat
atau pengacara.
Contoh :
Seorang pengacara yang menerima sogokan dari si A agar
memberikan pembelaan yang lemah untuk Si B (yangmana si B
tidak salah tetapi dipersalahkan), si pengacara menerima suap
dari si A dan membuat pembelaan yang lemah sehingga si B
kalah dari si A di perngadilan. Pengacara tersebut sudah
melakukan korupsi. (pasal 12 huruf d UU No. 31 Tahun 1999
jo. UU No.20 Tahun 2001)
STOP CORRUPTION
THANK YOU