Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KORUPSI DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

(Korupsi Dana BOS Rp 22 M, Dua ASN Kemenag Jabar Dituntut 6 Tahun Bui)

TUGAS MATA KULIAH


MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
NARWANTO (220501014206)
ALFAIN MAULANA(220501014139)
ELIS SUMIARSIH(220501014216)
IZZATUL MAWADDAH(220501014153)

Dosen Pembimbing:
Dr. ARI KARTIKO, ST, M.M

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS PESANTREN KH ABDUL CHALIM MOJOKERTO
T.A. 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
dengan risalahnya membimbing umat menuju jalan kebenaran dan keadilan.
Dengan izin-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Korupsi
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)". Makalah ini merupakan hasil refleksi dan upaya
untuk memahami serta memberikan gambaran mendalam mengenai isu yang sangat krusial
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
Dalam konteks pembangunan nasional, pendidikan memegang peranan sentral dalam
membentuk karakter generasi muda, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta
mengangkat derajat bangsa. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hadir sebagai upaya
konkret pemerintah dalam memberikan dukungan finansial kepada sekolah-sekolah, guna
menjamin akses dan mutu pendidikan yang merata dan berkualitas. Sayangnya, di tengah upaya
mulia ini, korupsi sebagai salah satu penyakit sosial masih mengintai, mengancam integritas dan
tujuan utama BOS itu sendiri.
Dalam makalah ini, penulis akan mengupas tuntas permasalahan korupsi yang berpotensi
merugikan pelaksanaan program BOS. Mulai dari pemahaman konsep dasar korupsi dan
dampaknya terhadap pendidikan, hingga faktor-faktor pendorong serta langkah preventif yang
dapat diambil guna meminimalisir risiko korupsi dalam pengelolaan dana BOS. Penulis juga
berharap melalui makalah ini, pembaca akan lebih tercerahkan tentang urgensi menjaga
transparansi, akuntabilitas, dan kejujuran dalam setiap tahapan pelaksanaan program pendidikan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai
kontribusi dalam memerangi korupsi demi terciptanya sistem pendidikan yang adil, berintegritas,
dan berdaya saing.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DESKRIPSI KASUS

Korupsi Dana BOS Rp 22 M, Dua ASN Kemenag Jabar Dituntut 6 Tahun Bui

Persidangan kasus korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS) MTs di lingkungan Kemenag Jawa
Barat kembali digelar. Empat terdakwa dengan 2 di antaranya berstatus sebagai ASN nonaktif
Kemenag, dituntut dengan hukuman pidana masing-masing selama 6 tahun kurungan penjara.
Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati Jabar
membacakan tuntutan kepada 4 terdakwa secara bergiliran. Mereka adalah Euis Heryani (EH) dan Ai
Lathofah (AL) selaku Ketua dan Bendahara Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah (KKMTs) Jabar Tahun
2017-2018, Mila Karmila (MK) selaku mantan Manager Operasional CV Citra Sarana Grafika dan
Muhammad Salman Alfarisi (MSA) selaku Direktur CV Arafah sekaligus anaknya Euis.
Dirangkum detikJabar, berdasarkan amar tuntutannya, JPU membebaskan keempat terdakwa dari
dakwaan primair sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1), jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP.
Keempatnya pun dituntut telah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP, sebagaimana dakwaan subsidair.
JPU membacakan tuntutan terhadap terdakwa Euis Heryani terlebih dahulu. Ketua KKMTs Jabar Tahun
2017-2018 itu pun dituntut dengan pidana penjara selama 6 tahun dengan denda Rp 300 juta subsidair
3 bulan kurungan penjara.
"Menyatakan terdakwa Euis Heryani terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana korupsi secara bersama-sama," ucap JPU Kejati Jabar di Pengadilan Tipikor Bandung
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Euis Heryani dengan pidana pejuara selama 6 tahun,
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," tutur JPU menambahkan.
Selain pidana badan, Euis juga dituntut membayar uang pengganti sebesar Rp 3,175 miliar. Jika uang
pengganti tersebut tidak mampu dibayar dalam jangka waktu 1 bulan setelah putusan, maka akan
diganti dengan pidana penjara selama 3 tahun.
Kemudian JPU membacakan tuntutan terhadap terdakwa Ai Lathopah. Bendahara KKMTs Jabar Tahun
2017-2018 itu pun dituntut dengan pidana penjara selama 6 tahun dengan denda Rp 500 juta subsidair
3 bulan kurungan penjara.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Ai Lathopah dengan pidana pejuara selama 6 tahun,
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," ujar JPU dalam amar tuntutannya.
Selain pidana badan, Ai turut dituntut membayar uang pengganti sebesar Rp 4,037 miliar. Jika uang
pengganti tersebut tidak mampu dibayar dalam jangka waktu 1 bulan setelah putusan, maka akan
diganti dengan pidana penjara selama 3 tahun.
Tuntutan selanjutnya dibacakan terhadap terdakwa Mila Karmila. Mantan Manager Operasional CV
Citra Sarana Grafika dituntut pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan dan dengan Rp 100 juta subsidair
3 bulan penjara.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Mila Karmila dengan pidana penjara selama 1 tahun dan 6
bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," ujar JPU dalam amar tuntutannya.
Tuntutan terakhir dibacakan untuk terdakwa Muhammad Salman Alfarisi. Direktur CV Arafah sekaligus
anaknya Euis Heryani ini dituntut 1 tahun 6 bulan penjara dengan denda Rp 100 juta subsidair 3 bulan
kurungan penjara.
Selain pidana badan, Salman dituntu membayar uang pengganti sebesar Rp 508 juta. Namun karena
Salman sudah membayar Rp 300 juta, maka sisa pidana uang pengganti yaitu Rp 208 juta dengan
ketentuan apabila ia tidak mampu membayar maka akan diganti dengan kurungan penjara selama 9
bulan.
Dalam amar tuntutannya, JPU mempertimbangkan hal yang memberatkan terhadap keempat
terdakwa yaitu tidak mendukung program pemberantasan tindak pidana korupsi. Adapun hal yang
meringankan yaitu keempatnya mengakui perbuatannya dan telah mengembalikan uang kepada
negara senilai Rp 13 miliar dari pengurus KKMTS Jabar dan Rp 300 juta dari terdakwa Salman.
Usai pembacaan tuntutan, Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Bandung memberikan kesempatan
kepada terdakwa untuk menyiapkan nota pembelaannya. Sidang selanjutnya pun akan digelar pada
Rabu (21/6/2023).
"Majelis hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk mengajukan nota pembelaan secara
pribadi maupun dari penasehat hukum. Sidang selanjutnya akan digelar kembali pada pekan depan,"
tutup majelis.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sangat merugikan bagi
negara dan masyarakat[^1^]. Korupsi dapat terjadi dalam berbagai sektor, termasuk dalam
pengelolaan dana publik. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan salah satu
bentuk bantuan pemerintah kepada sekolah-sekolah di Indonesia guna mendukung
operasional pendidikan[^2^]. Dana ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu
meningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi muda. Namun, ironisnya, terkadang dana
ini juga menjadi sasaran praktik korupsi yang merugikan banyak pihak.

Salah satu kasus yang mencuat dalam konteks ini adalah korupsi dana BOS
sebesar Rp 22 miliar yang terjadi di wilayah Jawa Barat. Dalam kasus ini, dua Aparatur
Sipil Negara (ASN) dari Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Barat menjadi terdakwa.
Mereka diduga melakukan praktik korupsi yang melibatkan dana BOS dengan jumlah yang
sangat besar, mencapai Rp 22 miliar. Kasus ini mencuat ke permukaan dan menimbulkan
keprihatinan karena dampak negatifnya terhadap pendidikan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.

Korupsi dana BOS bukan hanya sekadar tindakan melanggar hukum, tetapi juga
membawa dampak yang merugikan. Dana BOS seharusnya digunakan untuk memberikan
akses pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak Indonesia, tetapi praktik korupsi
merugikan generasi muda yang seharusnya mendapatkan manfaat dari program ini. Selain
itu, kasus ini juga menggambarkan kelemahan dalam sistem pengawasan dan tata kelola
dana publik yang masih memungkinkan terjadinya praktik korupsi dalam skala besar.

Dalam konteks ini, tindakan hukum yang diambil terhadap dua ASN Kemenag
Jawa Barat menjadi sorotan penting. Mereka dituntut dengan hukuman penjara selama 6
tahun atas peran mereka dalam praktik korupsi dana BOS. Tuntutan ini menjadi bagian
dari upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga hukum, serta memberikan
pesan bahwa praktik korupsi tidak akan ditoleransi.

Makalah ini akan membahas secara lebih mendalam tentang kasus korupsi dana
BOS sebesar Rp 22 miliar di Jawa Barat dan tuntutan 6 tahun penjara terhadap dua ASN
Kemenag Jawa Barat. Makalah akan mengulas kronologi kasus, faktor-faktor penyebab
terjadinya korupsi dalam pengelolaan dana BOS, dampak yang ditimbulkan, serta relevansi
kasus ini dalam upaya pemberantasan korupsi secara lebih luas. Selain itu, makalah ini
juga akan membahas implikasi dari kasus ini terhadap tata kelola dana publik dan
pentingnya pencegahan korupsi dalam pengelolaan dana-dana yang bersifat publik.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apakah pengertian dari korupsi?
B. Apa motif pelaku untuk melakukan korupsi dari dana bantuan operasional sekolah
(BOS)?
C. Apa dampak korupsi terhadap pelaksanaan program Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
A. Untuk Mengetahui Pengertian dari Korupsi
B. Untuk Mengetahui motif pelaku untuk melakukan korupsi dana bantuan operasional
sekolah (BOS)?
C. Untuk Mengetahui Apa dampak korupsi terhadap pelaksanaan program Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia?
1.4 Manfaat Penulisan
A. Memberikan informasi agar dapat mengetahui dampak buruk dari tindak korupsi dana
bantuan operasional sekolah (BOS).
B. Mengetahui dampak dari terjadinya korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio
memiliki arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga
diartikan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.
Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam
bahasa Belanda menjadi corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke
dalam perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu
“korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi
World Bank ini menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.
Pengertian korupsi juga disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu
kegiatan yang melibatkan perilaku tidak pantas dan melawan hukum dari pegawai
sektor publik dan swasta untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat
mereka. Orang-orang ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut dengan menyalahgunakan jabatan.
Lembaga Transparency International yang setiap tahunnya merilis Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan tidak pantas dan melanggar
hukum oleh pejabat publik, baik politisi atau pegawai negeri, demi memperkaya diri
sendiri atau orang-orang terdekat dengan menyalahgunakan wewenang yang
dipercayakan oleh publik.
Sementara Hong Kong Independent Commission Against Corruption (ICAC)
menyebutkan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang oleh
pejabat publik dengan melakukan pelanggaran hukum terkait tugas mereka, demi
mencari keuntungan untuk diri dan pihak ketiga.
Dalam Pasal 8 UN Convention Against Transnational Organized Crime and The
Protocol Thereto yang digagas Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (United
Nations Office on Drugs and Crime-UNODC), korupsi memiliki dua definisi.
Pertama, korupsi adalah menjanjikan, menawarkan, atau memberikan kepada
pejabat publik, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu keuntungan yang
tidak semestinya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang atau badan lain, agar
pejabat tersebut bertindak atau tidak bertindak dalam menjalankan tugas resminya

Kedua, korupsi adalah permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik, secara
langsung atau tidak langsung, untuk keuntungan yang tidak semestinya, baik untuk
pejabat itu sendiri maupun orang atau badan lain, agar pejabat tersebut bertindak atau
tidak bertindak dalam atau tidak bertindak dalam pelaksanaan tugas resminya.
UNODC dalam situsnya menyebut korupsi adalah fenomena sosial, politik, dan
ekonomi yang kompleks. Korupsi, ujar UNODC, telah merendahkan institusi
demokrasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan menyebabkan ketidakstabilan
pemerintahan.
Sementara Kofi Annan Sekjen PBB periode 1997-2006 dalam sambutannya pada
United Nations Convention against Corruption (UNCAC) mengatakan adalah wabah
mengerikan yang memiliki dampak merusak bagi masyarakat. Korupsi, kata Annan,
menyebabkan pelanggaran HAM, merusak pasar, mengikis kualitas hidup, dan
memunculkan kejahatan terorganisir, terorisme, serta ancaman lainnya bagi kehidupan
manusia.
Indonesia sendiri melalui UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah
mengelompokkan korupsi ke dalam 7 jenis utama. Ketujuh jenis tersebut adalah
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Robert Klitgaard mengatakan korupsi bisa didefinisikan sebagai penyalahgunaan
jabatan untuk keuntungan pribadi. Jabatan tersebut bisa merupakan jabatan publik, atau
posisi apapun di kekuasaan, termasuk di sektor swasta, organisasi nirlaba, bahkan dosen
di kampus. Korupsi menurut Klitgaard berbentuk penyuapan, pemerasan, dan semua
jenis peniuan.
Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen,
yaitu:
1. Korupsi adalah suatu perilaku.
2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka antikorupsi menjadi sebuah antitesis.


Pengertian antikorupsi adalah semua tindakan, perkataan, atau perbuatan yang
menentang korupsi dan segala macam bentuknya. Seseorang yang memahami
pengertian antikorupsi ini akan berlaku sesuai dengan nilai-nilai integritas. Adapun
sembilan nilai integritas tersebut adalah jujur, mandiri, bertanggung jawab, berani,
sederhana, peduli, disiplin, adil dan kerja keras, atau yang disingkat "Jumat Bersepeda
KK". Dengan memegang teguh prinsip antikorupsi, seseorang memiliki benteng moral
untuk tidak melakukan korupsi dan juga mencegah tindakan korupsi.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:

A. Perbuatan melawan hukum.


B. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.
C. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.
D. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, adalah :

A. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).


B. Penggelapan dalam jabatan.
C. Pemerasan dalam jabatan.
D. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
E. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Perbuatan korupsi juga memiliki banyak bentuk yang sangat di kenal oleh
masyarakat, yaitu:
A. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
B. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menyalahgunakan dana.
C. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun
dan grasi tidak pada tempatnya.
D. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.
E. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menjebak.
F. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
G. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
H. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin
pemrintah.
I. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang.

Indonesia dikenal sebagai negara yang melarang adanya tindakan korupsi dalam
bentuk dan segi apapun. Tetapi kenyataan didalam lapangan telah menunjukkan bahwa
tindakan korupsi ini masih banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hukum negara
Indonesia dan ajaran agama masih kurang di terapkan di dalam negara ini. Tindak
korupsi ini juga memiliki jenis dan ciri-ciri, yaitu :

A. Korupsi tentu telah melibatkan lebih dari satu orang.


B. Tindakan korupsi pasti memiliki unsur perbuatan curang dan di rahasiakan.
C. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
D. Korupsi dilakukan dengan cara yaitu menyelubungi perbuatannya dan berlindung
dibalik pembenaran hukum.
E. Orang yang terlibat dalam korupsi adalah orang yang menginginkan keputusan-
keputusan yang tegas dan mereka mampu untuk mempengaruhi keputusan-
keputusan tersebut.
F. Setiap tindakan korupsi mengandung adanya perbuatan penipuan, biasanya kepada
badan public atau kepada masyarakat.
G. Setiap perbuatan korupsi adalah sebuah bentuk pengkhianatan kepercayaan dari
seseorang kepada pelaku korupsi tersebut.

Tindakan korupsi ini juga memiliki dampak yang sangat buruk bagi bangsa dan
negara. Berikut adalah dampak yang terjadi dari tindakan korupsi :

A. Demokrasi. Di dalam dunia politik, korupsi sangat mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik.
B. Ekonomi. Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat ketidak
efisienan yang tinggi.
C. Kesejahteraan umum negara. Korupsi dapat memberikan ancaman yang sangat
buruk kepada setiap warga negara.
D. Dampak lingkungan. Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa dapat
mengakibatkan hal yang buruk bagi lingkungan suatu negara.
E. Dampak pada kesehatan dan keselamatan warga negara. Kerusakan dapat terjadi
kepada kesehatan dan keselamatan masyarakat dari berbagai kualitas lingkungan
dalam suatu negara.
F. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Ketika masyarakat
mengetahui perbuatan korupsi dilakukan oleh lingkup pemerintah dan tidak
dijatuhkan hukuman maka masyarakat akan menilai bahwa pemerintah tidak bisa
dipercaya dan masyarakat tidak mendapatkan pembenaran atas tugasnya.
G. Erosi budaya. Ketika masyarakat telah menyadari ketidakjujurannya pejabat public
dan lemahnya penegakkan hukum bagi pelaku korupsi, maka masyarakat akan
meninggalkan budaya kejujuran dan dengan sendirinya akan memmbentuk
kepribadian masyarakat yang tamak.
H. Memperbesar akan adanya kemiskinan.
2.2 Motif Terjadinya Korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS)

Banyak motif atau penyebab seseorang melakukan korupsi. Umunya pelaku


korupsi melakukan hal ini karena untuk mendapatkan keuntungan sendiri, keuntungan
keluarga, keuntungan kelompok, dan keuntukan golongannya sendiri. Tidak heran jika
tindak korupsi ini terjadi dimana-mana dan terjadi kapan saja karena masalah korupsi
selalu bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan golongannya. Perlakuan korupsi
yang telah dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri tidak mengikuti aturan dan norma
serta tidak didasari dan dilandasi dengan aturan dan norma hukum.
Ada juga korupsi yang dilakukan dengan cara menyalahgunakan jabatan,
wewenang, dan juga kesempatan dalam bekerja untuk melakukan tindak korupsi ini.
Banyak orang yang melakukan korupsi karena dirinya tidak pernah merasa cukup dan
juga kebutuhannya tidak pernah usai dan tidak puas atas apa yang telah dimilikinya. Dan
juga banyak pelaku korupsi yang selalu beranggapan bahwa hukuman dalam perbuatan
korupsi ini sangatlah rendah sehingga para pelaku korupsi ini tidak memiliki rasa takut
atau jera atas perbuatan yang telah mereka lakukan.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak korupsi ini. Ada 3 faktor
yang menjadi sebab dari meluasnya korupsi, yaitu :
A. Pendapatan atau gaji yang kurang atau tidak mencukupi kebutuhan hidup seseorang.
B. Penyalahgunaan kesempatan dalam bekerja untuk memperkaya atau menguntungkan
diri sendiri.
C. Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang untuk memperkaya atau menguntungkan
diri sendiri.

Korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS) sangat banyak dilakukan di


banyak sekolah dan kepala sekolah lah yang telah menjadi pelakunya. Seharusnya
dengan adanya dana bantuan operasional sekolah (BOS) ini bisa menjadi acuan dalam
pengelolaan sekolah menjadi lebih baik dan tepat waktu, dan tidak ada penyelewengan
terhadap dana tersebut. Namun banyak kepala sekolah yang memanfaatkan dan
menyelewengkan dana tersebut dengan sebuah modus, penggelapan, dan pemerasan.
Korupsi yang dilakukan di dalam sektor pendidikan sangatlah berpengaruh bagi
kegiatan belajar di sekolah dan fasilitas sekolah, khususnya kepada bagi kelompok orang
miskin. Dari perilaku korupsi terhadap dana bantuan operasional sekolah (BOS) ini
maka sekolah tidak memiliki peralatan belajar yang memadai untuk proses belajar
mengajar di sekolah. Karena tidak ada sumber pendanaan yang bisa digunakan karena
mengingat bahwa banyak sosok murid yang orangtuanya adalah orang miskin maka
muncullah korupsi dengan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dari
pemerintah. Banyak juga anak-anak yang menjadi putus sekolah akibat korupsi dana ini
karena biaya sekolah yang harus di bayar cukup mahal.

2.3. Dampak Korupsi Terhadap Pelaksanaan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?

Korupsi memiliki dampak yang merugikan terhadap pelaksanaan program Dana


Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta usaha lebih luas untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Dampak-dampak ini tidak hanya bersifat finansial, tetapi
juga melibatkan aspek-aspek institusional dan sosial. Berikut adalah beberapa
dampak korupsi yang relevan:

1. Alokasi Dana yang Tidak Efektif: Praktik korupsi dalam pengelolaan dana
BOS dapat mengarah pada alokasi dana yang tidak efektif. Dana yang
seharusnya digunakan untuk meningkatkan fasilitas, kurikulum, dan kualitas
pendidikan, malah digunakan untuk kepentingan pribadi atau mengalir ke jalur
yang tidak produktif. Akibatnya, program BOS tidak mencapai tujuan yang
seharusnya, dan mutu pendidikan tidak meningkat secara signifikan.

2. Kurangnya Sumber Daya: Korupsi dalam dana BOS bisa mengakibatkan


kurangnya sumber daya yang diperlukan bagi pelaksanaan pendidikan yang
berkualitas. Fasilitas yang rusak tidak dapat diperbaiki, peralatan pendidikan
tidak dapat diperbaharui, dan program-program pengembangan guru dan siswa
mungkin terkendala oleh kurangnya anggaran yang seharusnya tersedia.

3. Pendidikan Berkualitas Rendah: Dampak jangka panjang korupsi terhadap


pendidikan adalah rendahnya kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa.
Kurangnya dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas
mengakibatkan rendahnya standar pendidikan, yang pada gilirannya
mempengaruhi daya saing siswa dan kualitas sumber daya manusia di masa
depan.

4. Kehilangan Kepercayaan Masyarakat: Korupsi dalam pengelolaan dana BOS


dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan
pemerintah. Ketidakpercayaan ini dapat menghambat partisipasi aktif
masyarakat dalam mendukung program-program pendidikan serta
memperburuk citra institusi pendidikan.

5. Rendahnya Motivasi Guru dan Staf: Praktik korupsi dapat merugikan guru dan
staf sekolah yang bekerja keras dalam kondisi terbatas. Ketika mereka melihat
dana yang mereka harapkan akan digunakan untuk peningkatan kondisi sekolah
justru disalahgunakan, ini dapat meruntuhkan motivasi mereka dalam
memberikan pendidikan yang berkualitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS) adalah suatu tindakan


penggelapan yang mengandung unsur penyelewengan dan ketidakjujuran yang
bertujuan untuk memperkaya diri secara melawan hukum dan secara langsung akan
merugikan para peserta didik dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Korupsi ini
dapat bersumber dari kelemahan dalam sistem sekolah terlebih dari sistem administrasi
sekolah yang telah mengatur keuangan untuk fasilitas sekolah. Korupsi dana ini masih
sangat banyak dilakukan oleh para petinggi sekolah yaitu kepala sekolah. Masih
banyak kepala sekolah yang melakukan tindakan korupsi melalui dana bantuan
operasional sekolah (BOS) ini. Sosok kepala sekolah telah menggunakan dan
mamanfaatkan kedudukannya di dalam sekolah tersebut untuk melakukan tindakan
korupsi dana ini. Sosok petinggi sekolah telah melakukan korupsi dana bantuan
operasional sekolah (BOS) tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi kepada para
peserta didik disekolah dan fasilitas sekolah.

3.2 Saran

Pihak pemerintah harus melakukan pengecekan terhadap dana bantuan


operasional sekolah (BOS) yang telah disalurkan kepada berbagai sekolah.
Pengecekannya mengenai apakah dana tersebut telah digunakan dengan baik? Jika
dana tersebut tidak digunakan dengan baik maka harus diselidiki mengenai dana yang
telah disalurkan tersebut oleh pihak yang berwajib.

Para peserta didik juga harus mengeluh dan bertindak apabila ada tunggakan
biaya yang seharusnya tidak dibayar tetapi malah diwajibkan untuk membayarnya.
Apabila ada keluhan tentang dana tersebut maka setidakknya harus melaporkan kepada
pihak yang berwajib agar bisa diselidiki mengenai tunggakan dana tersebut.
REFERENSI

- Murniati, C., & Sulaiman, A. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Korupsi pada Pengelolaan Dana BOS di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan
- https://aclc.kpk.go.id/action-information/exploration/20220411-null
- Aledia, I. S., & Hardani, Y. S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Korupsi di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 20
- Sjahruddin, H. (2019). Korupsi dalam Pendidikan: Tinjauan Praktik, Penyebab, dan Upaya
Pemberantasan. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
- Kurniawan, D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korupsi di
Sektor Pendidikan. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
- Transparency International. (2021). "What Is Corruption?" Diakses dari
https://www.transparency.org/en/what-is-corruption
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). "Tentang Dana Bantuan
Operasional Sekolah." Diakses dari https://bos.kemdikbud.go.id/tentang-bos

Anda mungkin juga menyukai