(Korupsi Dana BOS Rp 22 M, Dua ASN Kemenag Jabar Dituntut 6 Tahun Bui)
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
NARWANTO (220501014206)
ALFAIN MAULANA(220501014139)
ELIS SUMIARSIH(220501014216)
IZZATUL MAWADDAH(220501014153)
Dosen Pembimbing:
Dr. ARI KARTIKO, ST, M.M
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
dengan risalahnya membimbing umat menuju jalan kebenaran dan keadilan.
Dengan izin-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Korupsi
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)". Makalah ini merupakan hasil refleksi dan upaya
untuk memahami serta memberikan gambaran mendalam mengenai isu yang sangat krusial
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
Dalam konteks pembangunan nasional, pendidikan memegang peranan sentral dalam
membentuk karakter generasi muda, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta
mengangkat derajat bangsa. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hadir sebagai upaya
konkret pemerintah dalam memberikan dukungan finansial kepada sekolah-sekolah, guna
menjamin akses dan mutu pendidikan yang merata dan berkualitas. Sayangnya, di tengah upaya
mulia ini, korupsi sebagai salah satu penyakit sosial masih mengintai, mengancam integritas dan
tujuan utama BOS itu sendiri.
Dalam makalah ini, penulis akan mengupas tuntas permasalahan korupsi yang berpotensi
merugikan pelaksanaan program BOS. Mulai dari pemahaman konsep dasar korupsi dan
dampaknya terhadap pendidikan, hingga faktor-faktor pendorong serta langkah preventif yang
dapat diambil guna meminimalisir risiko korupsi dalam pengelolaan dana BOS. Penulis juga
berharap melalui makalah ini, pembaca akan lebih tercerahkan tentang urgensi menjaga
transparansi, akuntabilitas, dan kejujuran dalam setiap tahapan pelaksanaan program pendidikan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai
kontribusi dalam memerangi korupsi demi terciptanya sistem pendidikan yang adil, berintegritas,
dan berdaya saing.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DESKRIPSI KASUS
Korupsi Dana BOS Rp 22 M, Dua ASN Kemenag Jabar Dituntut 6 Tahun Bui
Persidangan kasus korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS) MTs di lingkungan Kemenag Jawa
Barat kembali digelar. Empat terdakwa dengan 2 di antaranya berstatus sebagai ASN nonaktif
Kemenag, dituntut dengan hukuman pidana masing-masing selama 6 tahun kurungan penjara.
Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati Jabar
membacakan tuntutan kepada 4 terdakwa secara bergiliran. Mereka adalah Euis Heryani (EH) dan Ai
Lathofah (AL) selaku Ketua dan Bendahara Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah (KKMTs) Jabar Tahun
2017-2018, Mila Karmila (MK) selaku mantan Manager Operasional CV Citra Sarana Grafika dan
Muhammad Salman Alfarisi (MSA) selaku Direktur CV Arafah sekaligus anaknya Euis.
Dirangkum detikJabar, berdasarkan amar tuntutannya, JPU membebaskan keempat terdakwa dari
dakwaan primair sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1), jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP.
Keempatnya pun dituntut telah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP, sebagaimana dakwaan subsidair.
JPU membacakan tuntutan terhadap terdakwa Euis Heryani terlebih dahulu. Ketua KKMTs Jabar Tahun
2017-2018 itu pun dituntut dengan pidana penjara selama 6 tahun dengan denda Rp 300 juta subsidair
3 bulan kurungan penjara.
"Menyatakan terdakwa Euis Heryani terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana korupsi secara bersama-sama," ucap JPU Kejati Jabar di Pengadilan Tipikor Bandung
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Euis Heryani dengan pidana pejuara selama 6 tahun,
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," tutur JPU menambahkan.
Selain pidana badan, Euis juga dituntut membayar uang pengganti sebesar Rp 3,175 miliar. Jika uang
pengganti tersebut tidak mampu dibayar dalam jangka waktu 1 bulan setelah putusan, maka akan
diganti dengan pidana penjara selama 3 tahun.
Kemudian JPU membacakan tuntutan terhadap terdakwa Ai Lathopah. Bendahara KKMTs Jabar Tahun
2017-2018 itu pun dituntut dengan pidana penjara selama 6 tahun dengan denda Rp 500 juta subsidair
3 bulan kurungan penjara.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Ai Lathopah dengan pidana pejuara selama 6 tahun,
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," ujar JPU dalam amar tuntutannya.
Selain pidana badan, Ai turut dituntut membayar uang pengganti sebesar Rp 4,037 miliar. Jika uang
pengganti tersebut tidak mampu dibayar dalam jangka waktu 1 bulan setelah putusan, maka akan
diganti dengan pidana penjara selama 3 tahun.
Tuntutan selanjutnya dibacakan terhadap terdakwa Mila Karmila. Mantan Manager Operasional CV
Citra Sarana Grafika dituntut pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan dan dengan Rp 100 juta subsidair
3 bulan penjara.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Mila Karmila dengan pidana penjara selama 1 tahun dan 6
bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap
ditahan," ujar JPU dalam amar tuntutannya.
Tuntutan terakhir dibacakan untuk terdakwa Muhammad Salman Alfarisi. Direktur CV Arafah sekaligus
anaknya Euis Heryani ini dituntut 1 tahun 6 bulan penjara dengan denda Rp 100 juta subsidair 3 bulan
kurungan penjara.
Selain pidana badan, Salman dituntu membayar uang pengganti sebesar Rp 508 juta. Namun karena
Salman sudah membayar Rp 300 juta, maka sisa pidana uang pengganti yaitu Rp 208 juta dengan
ketentuan apabila ia tidak mampu membayar maka akan diganti dengan kurungan penjara selama 9
bulan.
Dalam amar tuntutannya, JPU mempertimbangkan hal yang memberatkan terhadap keempat
terdakwa yaitu tidak mendukung program pemberantasan tindak pidana korupsi. Adapun hal yang
meringankan yaitu keempatnya mengakui perbuatannya dan telah mengembalikan uang kepada
negara senilai Rp 13 miliar dari pengurus KKMTS Jabar dan Rp 300 juta dari terdakwa Salman.
Usai pembacaan tuntutan, Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Bandung memberikan kesempatan
kepada terdakwa untuk menyiapkan nota pembelaannya. Sidang selanjutnya pun akan digelar pada
Rabu (21/6/2023).
"Majelis hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk mengajukan nota pembelaan secara
pribadi maupun dari penasehat hukum. Sidang selanjutnya akan digelar kembali pada pekan depan,"
tutup majelis.
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sangat merugikan bagi
negara dan masyarakat[^1^]. Korupsi dapat terjadi dalam berbagai sektor, termasuk dalam
pengelolaan dana publik. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan salah satu
bentuk bantuan pemerintah kepada sekolah-sekolah di Indonesia guna mendukung
operasional pendidikan[^2^]. Dana ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu
meningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi muda. Namun, ironisnya, terkadang dana
ini juga menjadi sasaran praktik korupsi yang merugikan banyak pihak.
Salah satu kasus yang mencuat dalam konteks ini adalah korupsi dana BOS
sebesar Rp 22 miliar yang terjadi di wilayah Jawa Barat. Dalam kasus ini, dua Aparatur
Sipil Negara (ASN) dari Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Barat menjadi terdakwa.
Mereka diduga melakukan praktik korupsi yang melibatkan dana BOS dengan jumlah yang
sangat besar, mencapai Rp 22 miliar. Kasus ini mencuat ke permukaan dan menimbulkan
keprihatinan karena dampak negatifnya terhadap pendidikan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Korupsi dana BOS bukan hanya sekadar tindakan melanggar hukum, tetapi juga
membawa dampak yang merugikan. Dana BOS seharusnya digunakan untuk memberikan
akses pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak Indonesia, tetapi praktik korupsi
merugikan generasi muda yang seharusnya mendapatkan manfaat dari program ini. Selain
itu, kasus ini juga menggambarkan kelemahan dalam sistem pengawasan dan tata kelola
dana publik yang masih memungkinkan terjadinya praktik korupsi dalam skala besar.
Dalam konteks ini, tindakan hukum yang diambil terhadap dua ASN Kemenag
Jawa Barat menjadi sorotan penting. Mereka dituntut dengan hukuman penjara selama 6
tahun atas peran mereka dalam praktik korupsi dana BOS. Tuntutan ini menjadi bagian
dari upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga hukum, serta memberikan
pesan bahwa praktik korupsi tidak akan ditoleransi.
Makalah ini akan membahas secara lebih mendalam tentang kasus korupsi dana
BOS sebesar Rp 22 miliar di Jawa Barat dan tuntutan 6 tahun penjara terhadap dua ASN
Kemenag Jawa Barat. Makalah akan mengulas kronologi kasus, faktor-faktor penyebab
terjadinya korupsi dalam pengelolaan dana BOS, dampak yang ditimbulkan, serta relevansi
kasus ini dalam upaya pemberantasan korupsi secara lebih luas. Selain itu, makalah ini
juga akan membahas implikasi dari kasus ini terhadap tata kelola dana publik dan
pentingnya pencegahan korupsi dalam pengelolaan dana-dana yang bersifat publik.
PEMBAHASAN
Kedua, korupsi adalah permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik, secara
langsung atau tidak langsung, untuk keuntungan yang tidak semestinya, baik untuk
pejabat itu sendiri maupun orang atau badan lain, agar pejabat tersebut bertindak atau
tidak bertindak dalam atau tidak bertindak dalam pelaksanaan tugas resminya.
UNODC dalam situsnya menyebut korupsi adalah fenomena sosial, politik, dan
ekonomi yang kompleks. Korupsi, ujar UNODC, telah merendahkan institusi
demokrasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan menyebabkan ketidakstabilan
pemerintahan.
Sementara Kofi Annan Sekjen PBB periode 1997-2006 dalam sambutannya pada
United Nations Convention against Corruption (UNCAC) mengatakan adalah wabah
mengerikan yang memiliki dampak merusak bagi masyarakat. Korupsi, kata Annan,
menyebabkan pelanggaran HAM, merusak pasar, mengikis kualitas hidup, dan
memunculkan kejahatan terorganisir, terorisme, serta ancaman lainnya bagi kehidupan
manusia.
Indonesia sendiri melalui UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah
mengelompokkan korupsi ke dalam 7 jenis utama. Ketujuh jenis tersebut adalah
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Robert Klitgaard mengatakan korupsi bisa didefinisikan sebagai penyalahgunaan
jabatan untuk keuntungan pribadi. Jabatan tersebut bisa merupakan jabatan publik, atau
posisi apapun di kekuasaan, termasuk di sektor swasta, organisasi nirlaba, bahkan dosen
di kampus. Korupsi menurut Klitgaard berbentuk penyuapan, pemerasan, dan semua
jenis peniuan.
Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen,
yaitu:
1. Korupsi adalah suatu perilaku.
2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
Perbuatan korupsi juga memiliki banyak bentuk yang sangat di kenal oleh
masyarakat, yaitu:
A. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
B. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menyalahgunakan dana.
C. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun
dan grasi tidak pada tempatnya.
D. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.
E. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menjebak.
F. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
G. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
H. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin
pemrintah.
I. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang.
Indonesia dikenal sebagai negara yang melarang adanya tindakan korupsi dalam
bentuk dan segi apapun. Tetapi kenyataan didalam lapangan telah menunjukkan bahwa
tindakan korupsi ini masih banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hukum negara
Indonesia dan ajaran agama masih kurang di terapkan di dalam negara ini. Tindak
korupsi ini juga memiliki jenis dan ciri-ciri, yaitu :
Tindakan korupsi ini juga memiliki dampak yang sangat buruk bagi bangsa dan
negara. Berikut adalah dampak yang terjadi dari tindakan korupsi :
A. Demokrasi. Di dalam dunia politik, korupsi sangat mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik.
B. Ekonomi. Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat ketidak
efisienan yang tinggi.
C. Kesejahteraan umum negara. Korupsi dapat memberikan ancaman yang sangat
buruk kepada setiap warga negara.
D. Dampak lingkungan. Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa dapat
mengakibatkan hal yang buruk bagi lingkungan suatu negara.
E. Dampak pada kesehatan dan keselamatan warga negara. Kerusakan dapat terjadi
kepada kesehatan dan keselamatan masyarakat dari berbagai kualitas lingkungan
dalam suatu negara.
F. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Ketika masyarakat
mengetahui perbuatan korupsi dilakukan oleh lingkup pemerintah dan tidak
dijatuhkan hukuman maka masyarakat akan menilai bahwa pemerintah tidak bisa
dipercaya dan masyarakat tidak mendapatkan pembenaran atas tugasnya.
G. Erosi budaya. Ketika masyarakat telah menyadari ketidakjujurannya pejabat public
dan lemahnya penegakkan hukum bagi pelaku korupsi, maka masyarakat akan
meninggalkan budaya kejujuran dan dengan sendirinya akan memmbentuk
kepribadian masyarakat yang tamak.
H. Memperbesar akan adanya kemiskinan.
2.2 Motif Terjadinya Korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS)
2.3. Dampak Korupsi Terhadap Pelaksanaan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?
1. Alokasi Dana yang Tidak Efektif: Praktik korupsi dalam pengelolaan dana
BOS dapat mengarah pada alokasi dana yang tidak efektif. Dana yang
seharusnya digunakan untuk meningkatkan fasilitas, kurikulum, dan kualitas
pendidikan, malah digunakan untuk kepentingan pribadi atau mengalir ke jalur
yang tidak produktif. Akibatnya, program BOS tidak mencapai tujuan yang
seharusnya, dan mutu pendidikan tidak meningkat secara signifikan.
5. Rendahnya Motivasi Guru dan Staf: Praktik korupsi dapat merugikan guru dan
staf sekolah yang bekerja keras dalam kondisi terbatas. Ketika mereka melihat
dana yang mereka harapkan akan digunakan untuk peningkatan kondisi sekolah
justru disalahgunakan, ini dapat meruntuhkan motivasi mereka dalam
memberikan pendidikan yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Para peserta didik juga harus mengeluh dan bertindak apabila ada tunggakan
biaya yang seharusnya tidak dibayar tetapi malah diwajibkan untuk membayarnya.
Apabila ada keluhan tentang dana tersebut maka setidakknya harus melaporkan kepada
pihak yang berwajib agar bisa diselidiki mengenai tunggakan dana tersebut.
REFERENSI
- Murniati, C., & Sulaiman, A. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Korupsi pada Pengelolaan Dana BOS di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan
- https://aclc.kpk.go.id/action-information/exploration/20220411-null
- Aledia, I. S., & Hardani, Y. S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Korupsi di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 20
- Sjahruddin, H. (2019). Korupsi dalam Pendidikan: Tinjauan Praktik, Penyebab, dan Upaya
Pemberantasan. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
- Kurniawan, D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korupsi di
Sektor Pendidikan. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
- Transparency International. (2021). "What Is Corruption?" Diakses dari
https://www.transparency.org/en/what-is-corruption
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). "Tentang Dana Bantuan
Operasional Sekolah." Diakses dari https://bos.kemdikbud.go.id/tentang-bos