Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS MALPRAKTIK

Oleh : Moch. Setiawan Adjie Pangestu (151911913065)

Kelas: 2A

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS GRESIK


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
1. Konsep Malpraktek
Malpraktek dalam keperawatan merupakan istilah yang lebih spesifik membahas
kegagalan seorang prefesional dalam bertindak sesuai dengan standart yang berlakuatau
kegagalan untuk memperkirakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan oleh
professional yang telah memiliki ketrampilan dan pendidikan (Guido, 2006)
Pengadilan mendefinisikan malpraktek sebagai kesalahan atau kegabahan dalam
perawatan menyebabkan cedera, penderitaan atau kematian pihak yang dirugikan dan
merupakan hasil dari kelalaian, kecerobohan yang mengabaikan aturan dan
prinsipketrampilan profesional yang didapatkan ataupun bersumber dari nniat jahat atau
kriminalitas (Guido, 2006). Untuk menentukan secara pasti malpraktek, Brent (2001);
Lazaro (2004) menjelaskan 4 kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
A. Kewajiban (duty)
Perawat mempunyai kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya
menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya
berdasarkan standart asuhan keperawatan. Tugas yang seharusnya dilakukan perawat
tetapi tidak dilakukan kepada pasien. Dalam hal ini perawat berhutang kewajiban
terhadap pasien
B. Pelanggaran kewajiban (Breach of the duty)
Pellanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa
yang seharusnya dilakukan menurut standart profesinya. Perawat gagal melakukan
tanggung jawabnya sesuai dengan standart keperawatan
C. Cedera (injury)
Pasien menderita cedera secara langsung emosional atau fisik pada waktu mendapat
pelayanan keperawatan. Cedera bisa baru terjadi, atau bertambah buruknyacedera
yang ada
D. Mendatangkan akibat (Causation)
Pelanggaran terhadap kewajibannya mendatangkan akibat yang berdampak negative
bagi pasien. Harus ada bukti kuat bahwa pelanggaran kewajiban oleh praktisi
kesehatan menyebabkan hal yang buruk bagi pasien secara tidak langsung
2. Kasus
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu. Kejadian ini
bermula saat An. B menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat. An.
B dibawa orang tuanya berobat diklinik dr. F yang baru satu tahun dibuka dengan
mengontrak salah satu rumah warga di Kampung Krompol, Desa Paya Bagas, Kec.
Tebing Tinggi, Kab. Serdang Begadai Provinsi Sumatra Utara. Pada saat itu An. B
berusia 4 tahun, mengalami benjolan sebesar telur puyuh dibagian punggungnya.
Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi. Berdasarkan pemeriksaan, dr. F menyarankan
agar benjolan itu sevaiknya dioprasi. Orang tua pasien pun menyetujui dilakukannya
tindakan oprasi dan dilakukan oprasi pada tanggal 12 September 2004
dr. F mengatakan pada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi bukan dirinya
karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan sejawatnya, dokter bedah di RSUD
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang ternyata adalah seorang perawat. Perawat
berinisial Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai. Pada saat operasi
berlangsung, dr. F tidak ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan dengan keluarga
pasien. Oprasi berlangsung sekitar 30 menit. Benjolan yanga ada dipunggung An. B
akhirnya diangkat dan dibuang, tetapi luka bedah yang ada pada benjolan yang telah
dibuang itu mengalami pendarahan, sehingga penyembuhan luka cukup lama sampai
memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah operasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku, bahkan kedua
kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan. An. B hanya bisa berbaring dan duduk
dirumahnya sambil menjalani proses pengobatan. Setelah 6 bulan melakukan oprasi pada
An. B, klinik dr. F ditutup dan tidak beroprasi lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya
pengobatan sebanyak 2 kali, tetapi setelah itu tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu
An. B sudah tidak bisa lagi bermain dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang kedua
kaki An. B lumpuh, timbul tulang ditelapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang,
kencing bernanah dan susah buang air besar. Pihak keluarga akhirnya mengambil sikap
melaporkan dr. F dan rekannya ke Mapolres Tebing Tinggi, karena dugaan telah
melakukan malpraktek terhadap anaknya. Proses hokum atas kasus ini sedang diproses
dan masih dalam tahap pemanggilan saksi.
3. Analisa Kasus
a. Berdasarkan Konsep Malpraktek
Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktek keperawatan, karena telah
memenuhi empat kriteria (duty, breach of duty, injury, causation), yaitu :
1) Perawat Ag berkewajiban melakukan tugasnya sebagai seorang perawat sesuai
dengan kewenangannya. Perawat tersebut melakukan hal diluar kewenangan
profesinya dan melakukan kewenangan profesi lain (dokter)
2) Perawat Ag gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standart profesi
perawat dimana kewajiban perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang
holistic
3) Perawat Ag membuat pasien menderita cedera fisik dan perdarahan
4) Tindakan oprasi mandiri perawat Ag mendatangkan akibat yang buruk bagi
pasien yaitu pasien harus melakukan pengobatan dalam jangka waktu yang
lama serta mengalami kelumpuhan
b. Berdasarkan Kajian Hukum
1) UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, BAB III hak dan kewajiban
pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Dalam hal ini klien berhak
mendapatkan pengobatan guna mendapatkan kesehatan dan setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, serta terjangkau. Pada kasus An. B klien tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau karena klien
mengalami luka yang mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Hal ini
membuat pengobatan klien semakin lama dan biaya yang dikeluarkan semakin
besar
2) UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
a) Pasal 32 ayat 2 menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang tindakan
medis kepada perawat dapat dilakukan secara delegatifdan mandate.
Selanjutnya pada penjelasan ayat 4 dapat diketahui bahwa tindakan
medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif adalah menyuntik,
memasang infus, dan melakukan imunisasi sedangkan secara mandat
yaitu pemberian terapi parenteral dan menjahit luka. Berdasarka kasus
diatas perawat Ag telah melakukan tindakan pembedahan, tindakan
tersebut diluar kewenangan yang diperbolehkan dalam UU
Keperawatan
b) Pasal 36 menjelaskan bahwa perawat melaksanakan praktek
keperawatan, berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik, standart pelayanan, profesi, SPO, atau
ketentuan peraturan peruundang-undangan. Sesuai dengan kode etik
perundang-undangan (PPNI, 2005), perawat juga berhak menolak
tindakan operasi secara mandiri yang bertentangan dengan kode etik
keperawatan antara perawat dan teman sejawat. Perawat harus
bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis, dan illegal
c) Pasal 37 poin (f)menjelaskan bahwa perawat dalam melaksanakan
praktik keperawatan berkewajiban melaksanakan tindakan
perlimpahan wewnang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi perawat. Pelayanan keperawatan berdasarkan standart
kompetensi perawat Indonesia merupakan rangkaian yang dilandasi
aspek etik legal dan peka budaya untuk memenuhi kebutuhan klien.
Kegiatan tersebut meliputi kegiatan procedural, pengambilan
keputusan klinik yang memerlukan analsisi kritis serta kegiatan
advokasi dengan menunjukkan perilaku caring. Berdasarkan kasus
diatas, perawat tidak melakukan pelayanan keperawatan sesuai ranah
kompetensi praktik professional, etis, legal, dan peka budaya (PPNI,
2005)

Malpraktek yang dilakukan oleh perawat Ag akan memberikan dampak


yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada institusi
pemberi pelayanan keperawatan, individu perawat pelaku malpraktek dan
terhadap profesi. Secara hokum perawat Ag dapat dikenakan gugatan
hokum pidana dan perdata, sedangkan secara profesi perawat Ag dapat
dikenakan sanksi disiplin profesi perawat yang akan dikeluarkan oleh
konsil keperawatan.
DAFTAR REFERENSI

Posmetro.(2013, Mei 6) Bocah lumpuh korbam malpraktek UN dirumah. Pos Metro Medan.
Diundih dari http://www.posmetro-medan.com/?p=9406

Anda mungkin juga menyukai