Dosen :
Ns. Dini Sukmalara, S.kep., M.Kes
Disusun oleh :
Kelompok 10
1. Laela romadona 2720200054
2. Muhammad Reza D 272020112
3. Sri Fitria Lestari 2720200066
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Makalah ini kiranya tak akan dapat
selesai tanpa dukungan dari beberapa pihak.Terima kasih kepada kepada Dosen pembimbing
yang telah memberikan kesempatan danarahan,agar kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat wa
ktu. Adapun tujuan pembuatanmakalah ini adalah dalam rangka pemenuhan tugas mengenai “Pri
nsip - Prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan.”.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada, serta sudilah kiranya bagi pembac
a untuk dapat memahami arti dan tujuan dari makalah ini dengan sebaik mungkin,kami sebagai p
enulis akan sangat berterima kasih jika ada yang memberi masukan dan arahanyang lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.3 Prinsip – prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan.
1. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran atau keperawatan yang salah atau tidak
sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek
kedokteran ataupun keperawatan juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek
kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar
undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidak jujuran, kesalahan
dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah
dokter, perawatan yang lalai dan tindakan pelecehan seksual dan tindakan pelecehan
seksual pada pasien. Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan untuk merawat klien atau orang yang terluka menurut ukuran
lingkungannya yang sama. (hanafiah dan amir 1999).
Kesalahan diagnosa
Penyuapan
Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
Pemberian dosis obat yang salah
Salah pemberian obat kepada pasien
Alat – alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril
Kesalahan prosedur operasi.
b. Dampak Malpraktek
3
2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter atau perawat dikatakan lalai
jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagai mana
lazimnya. Akan tetapi jika kealalian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga
tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum,
apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini akan digolongkan sebagai
kelainan berat adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian berat.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari
beberapa hal :
a. Tidak melakukan kewajiban dokter atau perawat yaitu tidak melakukan kewajiban
profesionalnya untuk mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya.
b. Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan.
c. Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hubungan langsung antara penyebab
dengan kerugian yang di alami pasien sebagai akibatnya.
Cara tidak langsung cara pembuktian yang mudah pasien, yakni dengan
mengajukan fakta- fakta yang diderita oleh sebagai hasil layanan perawat
yang dapat diterapkan, apabila fakta – fakta yang ada memenuhi kriteria :
Fakta tidak mungkin ada atau terjadi apabila tenaga perawat tidak lalai.
Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan.
Fakta itu terjadi tanpa ada konstribusi dari pasien dengan perkatan lain
tidak ada gugatan pasien.
4
Elemen – elemen pertanggung jawaban hukum (liability)
Yang harus di tetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian telah
terjadi (vestal, 1991) :
a. Kewajiban (duty)
Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk pengkajian yang aktul bagi
pasien yang ditugaskan untuk memberikan asuhan keperawatan
Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan profesional untuk mengubah
kondisi klien
Kompoten melaksanakan cara – cara yang aman untuk pasien.
Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien, seperti tingkat
kesadaran pada saat masuk.
Gagal dalam memenuhi standar keperawatan yang di tetapkan sebagai
kebijakan rumah sakit
Gagal melaksankan dan mendokumentsikan cara-cara pengamanan yang tepat
(pengamanan tempat tidur).
d. Injury (cedera)
Seseorang mengalami cedera atau kerusakan dapat dituntun secara hukum. Contoh :
faktur panggul, nyeri, waktu rawat nginap lama dan memerlukan rehabilitatasi.
5
3. Pertanggunggugatan dan pertanggung jawaban
1. Pertanggunggugatan
Adalah sutau tindakan gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh : ketika dokter memberi intruksi kepada perawat untuk memberikan obat
kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan
penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka pihak
keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
2. Pertanggung jawaban adalah suatu konsekewnsi yang harus diterima seseorang ats
perbuatannya.
Contoh : jika ada kesalahan atu kelalaian yang dilakukan oleh dokter ataupun
perawat dan pihak keluarga pasien maka, dokter atau perawat akan bertanggung
jawab atau tidak terima karena kondisi semakin parah akibat kesalahan atau
kelalaian.
b. Pencurian mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang
yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c. Fitnah jika anda membuat pernyataan palsu tentang sesseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda
menyatakan secara verbal atau tertulis.
d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran
hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan
mengancamkan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga
termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan
sesuai dengan perintah dokter.
6
f. Pelanggaran privasi pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan
pribadinya. Pelanggaran terhadap kerasahiaan adalah pelanggaran privasi dan
itu adalah tindakan yang melawan hukum.
7
b. Prinsip dasar legalisasi untuk keperawtan
Harus jelas membedakan tiap kategori tenaga keperawatan.
Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab atas sistem keperawatn.
Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dan tidak boleh dilakukan
perawat.
Surat Izin Perawat (SIP) surat ini diberikan oleh Dapartemen Kesehatan kepada
perawat setelah lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan
diri pada kantor wilayah Departemen kesehatan Propinsi untuk mendapatkan
Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan keperawatan
dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua perawat. Sedangkan
yang berwenang mengeluarkannya adalah kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum
ditetapkan keputusan ini memperoleh SIP dari pejabat kantor kesehatan
kabupaten/kota di wilayah tempat bekerja perawat yang bersangkutan.
8
Surat Izin Perawat (SIPP)
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok dimana yang
bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang
berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten/kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
e. Pemberian lisensi
Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi
persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenang, sebelum ia diperkenakan
melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan. tujuan lisensi :
Membatasii pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan
hanya bagi yang kompeten.
Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai
kompetensi yang diperlukan.
f. Registrasi
Registrasi merupakan pencantman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar
diizinkan memakai sebutan registered nurse untuk terdapat, perawat harus telah
menyelesaikan prndidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran
dengan nilai yang diterima. Izin praktek maupun registrasi harus diperbaharui setiap
satu atau dua tahun. Dalam masa transisi profesional keperawatan di indonesia,
sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk
semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupu program
master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-
masing.
g. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsenan bahwa seseorang perawat telah memenuhi
standar minimal kompetensi praktik pada area spesialis tertentu seperti kesehatan ibu
dan anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan telah diterapkan di Amerika
Serikat. di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup
kemungkinan di masa mendatang hal ini dilaksanakan. Tujuan sertifikasi :
Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku pearawat sesuai dengan
pendidikan tambahan yang diikutinya.
Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai
pendidikan.
Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan.
9
h. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi
kepada institutsi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan
pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.
Pendidikan kewarganegaraan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran
untuk pendidikan DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator
oleh pusat Dinas Kesehatan sedangkan untuk jenjang S1 oleh Dikti. Pengukuran
rumah sakit dilakukan dengan suatu system akreditasi rumh sakit yang sampai ini
terus dikembangkan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang. Aspek legal
yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang
berlaku di suatu negara. Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi dimasa mendatang dan sah sesuai
dengan undang-undang atau hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehtan lainnya dalam memberikan asuhan keperwatan sesuai dengan lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya, baik tanggung jawab medis atau kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
Dalam prinsipnya, legal keperawatan terbagi menjadi tiga bagian yakni, malpraktek, kelainan,
dan tanggung gugat disertai tanggung jawab disamping memperhatika hal-hal yang dihindari
oleh seorang perawat. Dalam proses legalisasi memiliki tahapan – tahapan mulai dari pemberian
izin, lisensi, registrasi, sertifikasi hingga akreditasi.
3.2 Saran
Dalam menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat harus memikirkan dan
mengetahui setiap akibat dari tindakan asuhan keperawatan yang ada. Hal ini tentu didasari karen
praktik ke perawatan memiliki dasar hukum yang jelas dan akurat sehinga seorang perawat
senantiasa mematuhi aturan yang ada dengan mempertimbangkan berbagai konsekuensi yang
tertuang. Perawat yang profesional keperawatan. Malpraktek, kelalaian diharapkan tidak akan
terjadi kepada pearawat – perawat yang memahami tiap hak dan kewajiban atas pasien dan tentu
saja hak dan kewajiban perawat diharapkan tiap hak dan kewajiban atas pasien dan tentu saja hak
dan kewajiban perawat itu sendiri, agar timbul sikap saling bantu dan percaya antara pemberi
dan penerima layanan kesehatan.
11
DAFTAR PUSAKA
12