OLEH : KELOMPOK 12
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya serta kerja keras penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Keperawatan
Dasar II yang berjudul “ Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi”
Adapun penyusunan makalah ini, bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II. Selain itu penulis menyusun makalah ini, dengan maksud untuk
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pendidikan kesehatan,
khususnya mengenai pengeluaran feses secara normal
Terselesainya makalah ini, tidak lupa juga penulis mengaturkan terimakasih sebanyak-
banyaknya untuk setiap pihak yang sudah mendukung, baik berupa bantuan bahan materi sebagai
penunjang pembuatan makalah ataupun doa dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukkan
dan kritikan sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi setiap pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…………..…...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eliminasi …………………………………………………………………3
2.2 Organ-organ yang berperan dalam eliminasi urine……………………………………4
2.3 Pengertian Enema/Huknah/Klisma …………………………………….....................5
2.4 Gangguan Eliminasi Urine/Fecal……………………..……………………………...15
2.5 Melakukan Perawatan Stoma Rutin (Colostomy) ………………………..…………17
2.6 Prosedur Pemasangan Kateter Urine……………………………………………….19
2.7 Prosedur Perhitungan Urine Output………………………………………………...24
2.8 Prosedur Pengukuran BJ Urin………………………………………………………31
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………....35
3.2 Saran………………………………………………………………………………....36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….....37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses). Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian
tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola
eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi
yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur.
Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang
normal lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas,
perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien,
perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi.
1.2.2 Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine ?
1
1.2.4 Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?
1.3 TUJUAN
2
BAB II
ISI
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif
terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks
serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat
miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk
berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal
dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
3
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung
kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine residu.
Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi
setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.
Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ retro peritoneal yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri
tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur
ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam
bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi sebagai
penampung urine. Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang
ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam
diatur oleh sistem simpatis
4
c . Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.Pada pria dan
wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat pengaliran urine dan sekaligus sebagai
sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.(KDPK
kebidanan,2009,39).
TUJUAN
5
KOMPETENSI DASAR LAIN YANG HARUS DIMILIKI UNTUK MELAKUKAN
TINDAKAN TERSEBUT
Volume maksimum yang dianjurkan untuk pemberian enema:
Bayi 150-250 ml
Toddler 250-350 ml
Anak usia sekolah 300-500 ml
Remaja 500-750 ml
Dewasa 750-1000
6
2. Enema carminative,menghilangkan distensi gas.Enema ini meningkatkan
kemampuan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rectum
untuk mengeluarkan gas dengan merenggangkan rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180ml.
3. Enema retensi-minyak melumasi rektum dan kolon. Feses mengabsorpsi minyak
sehingga feses menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Untuk
meningkatkan kerja minyak, klien mempertahankan enema selama 1-3 jam.
4. Enema bolak-balik, digunakan untuk mengurangi flatus dan
meningkatkangerakan peristaltik. Pertama-tama larutan (100-200 ml untuk orang
dewasa)dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien, kemudian wadah
larutandirendahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui selang rektum
kedalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6
kali,sampai perut gembung hilang atau abdomen merenggang dan rasa tidak
nyamanberkurang atau hilang.
5. Enema medikasi (enema untuk tujuan medis) mengandung obat-obatan. Contoh
enema medikasi adalah Natrium Polisitren Sulfonat (Kayexalate), digunakan
untuk mengobati klien yang memiliki kadar kalium serum tinggi. Obat ini
mengandung suatu resin yang menukar ion-ion natrium dengan ion-ion kalium
didalam usus besar. Jenis enema medikasi lain ialah larutan Neomysin yang
merupakan suatu antibiotik yang digunakan untuk mengurangi bakteri di kolons
ebelum klien menjalani bedah usus.
Larutan khusus mungkin diminta oleh dokter atau agen praktek. Larutan
yangdigunakan untuk enema pembersih ada beberapa macam, yaitu:
1) Air kran, bersifat hipotonik dan mempunyai tekanan osmotik yang lebih
rendahdaripada cairan di dalam ruang interstisial. Setelah dimasukkan ke
dalam kolon,air kran keluar dari lumen usus menuju ke ruang interstisial.
Volume yang dimasukan menstimulasi defekasi sebelum air dalam jumlah
besar meninggalkan usus.
7
2) Salin normal, secara fisiologis merupakan larutan terbaik untuk
digunakankarena larutan ini mempunyai tekanan osmotik yang sama
dengan cairan yangada di ruang interstisial. Larutan ini dapat
menstimulasi peristaltik. Dapat dibuatdengan mencampur 500 ml air kran
dengan 1 sendok the garam dapur.
3) Larutan hipertonik, seperti larutan fosfat, yang dimasukkan kedalam
ususmemberikan tekanan osmotik yang menarik cairan keluar dari ruang
interstisial.Kolon terisi oleh cairaan dan akibaatnya terjadi distensi yang
menimbulkandefekasi. Enema ini menggunakan cairan dengan volume
kecil.
4) Busa sabun, dapat ditambahkan ke dalam salin normal atau air kran untuk
menciptakan efek iritasi usus guna menstimulasi peristaltik. Hanya sabun
Castile (sabun dari minyak zaitun dan natrium hidroksida) murni yang
aman. Rasio yangdirekomendasikan tentang pencampuran sabun dengan
larutan ialah 5 ml (1sendok teh) sabun Castile ke dalam 1000 ml air
hangat atau salin.
1.INDIKASI
8
2. KONTRAINDIKASI
a. Klien yang mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda, biladiberikan enema
dengan tipe larutan hipertonik.
b. Keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagiandalam
atau hemoroid besar.
c. Tumor rektum dan kolon
d. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal.
e. Pasien post operasi.
3. KOMPLIKASI
9
h. sejumlah larutan yang dibutuhkan dengan suhu yang tepat.
Larutanditempatkan di wadahnya, diperiksa suhunya, kemudian
ditambahkansabun/garam.
2. Selimut mandi untuk menutupi klien
3. Perlak agar tempat tidur tidak basah
4. Kertas toilet
5. Baskom, waslap dan handuk serta sabun
6. Bedpan.
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus.Memiliki panjang 1,5 meter dan penampang 5-6 cm. Usus besar mempunyai
struktursebagai berikut:
1. Sekum: Kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada bagian
bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang kita sebut umbai
cacing yang mempunyai panjang 6 cm. Sekum seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum agar mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding
abdomen.
2. Kolon asendens: Bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka
kanansampai kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak di bawah
abdomen sebelah kanan. Lengkung ini disebut fleksura hepatika.
3. Kolon transversum: Panjangnya 38 cm membujur dari kolon asendens
sampai kekolon desendens. Berada di bawah abdomen sebelah kanan tepat
pada lekukanyang disebut fleksura lienalis.
10
4. Kolon sigmoid: Bagian ini merupakan kelanjutan dari kolon desendens,
terletak miring dalam rongga pelvis. Panjangnya 40 cm dalam rongga
pelvis sebelah kiriyang berujung pada rektum. Kolon sigmoid ditunjang
oleh mesentrium yangdisebut mesokolon sigmoideum.
11
6. PROTOKOL/PROSEDUR
Cuci tangan
Kaji status klien
Siapkan alat dan tempatkan di dekat tempat tidur klien
Jelaskan alasan/ tujuan dan prosedur
Pertahankan privasi klien: tutup pintu/pasang gorden, buka area rektal
yangdiperlukan.
Berikan posisi yang nyaman: tinggikan tempat tidur yang sesuai dan
pasangpengaman tempat tidur pada sisi yang berlawanan, atur posisi klien:
miring kekiri atau posisi Sim’s dengan lutut kanan fleksi.
Pasang perlak dan alasnya serta dekatkan bedpen.
Pasang sarung tangan, siapkan set enema, lumasi ujung kanul dengan
jelly7,5-10 cm.
Tentukan letak anus dengan tangan non-dominan
Masukkan ujung kanul perlahan-lahan 7,5-10 cm (dewasa); 5-7,5 cm
(anak);2,5-3,75 cm (anak). Anjurkan klien rileks & napas dalam.
Alirkan cairan enema dengan buka klem dan tinggikan kontainer
perlahan:30-45 cm (high enema) dan 7,5 cm (low enema)
Bila sudah selesai, tarik kanul perlahan.
Anjurkan klien menahan 5-10 menit atau sesuai kemampuan klien (untuk
anak, rapatkan gluteus beberapa menit).
Bantu klien defekasi dan bersihkan.
Rapikan klien dan beri posisi nyaman.
Kumpulkan dan bersihkan alat-alat
Cuci tangan
12
Prosedur Huknah Gliserin:
13
15. Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar pada pispot
-Bersihkan dengan tisu
-Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada daerah perianal
-Bilas dengan air bersih
-Keringkan dengan handuk
16. Tarik alas dan perlak
17. Ganti selimut mandi dan selimut tidur
18. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah
19. Buka sampiran
20. Rapikan alat kemudian cuci tangan
21. Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, adanya distensi abdomen
14
4. Cairan sabun yang terlalu banyak dapat mengiritasi mukosa kolon.
5. Lumasi ujung kanul rektal untuk memudahkan pemasukannya
danmengurangi iritasi pada mukosa rectum.
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari(nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa
adanya peningkatan intake cairan.
15
B. Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan
nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang
keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal
melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan
yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi
tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan
dasar pasien tergantung pada perawat.
16
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati
menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami
konstipasi.
Kantong Colostomy
Bak instumen, terdiri atas :
- pinset anatomi
- pinset cirugis
- kom kecil
- gunting
Kapas
Kasa steril
Nacl
Zink salp bila diperlukan
Sarung tangan
Bengkok
17
Perlak
Kantong plastic dan tempat sampah
Prosedur Pelaksanaan :
18
19. Bereskan peralatan.
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan.
1. Definisi
2. Tujuan
3. Prosedur
A. Alat
19
9. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
10. Tempat spesimen urine jika diperlukan
11. Urinebag
12. Perlak dan pengalasnya
13. Disposable spuit
14. Selimut
B. Obat
1. Aquadest
2. Bethadine
3. Alkohol 70 %
C. Petugas
20
D. Penderita
1. Pada laki-laki
21
m) Memasukkan kateter perlahan-lahan jedalam uretra 20 cm sambil
penis diarahkan ke atas, jika kateter tertahan jangan di paksakan.
Usahakan penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di anjurkan
menarik nafas panjang dan memasukkan kateter perlahan-lahan
sampai urine keluar, kemudian menampung urine kedalam botol
steril bila diperlukan untuk pemeriksaan.
n) Bila urine sudah keluar semua anjurkan klien untuk menarik nafas
panjang. Kateter di cabut pelan-pelan di masukkan ke dalam botol
yang berisi larutan klorin.
o) Melepas sarung tangan dan memasukkan ke dalam botol bersama
dengan kateter dan pinset.
p) Memasang pakaian bawah, menambil perlak dan pengalas.
q) Menarik selimut dan mengambil selimut mandi.
r) Membereskan alat.
s) Mencuci tangan.
2. pada wanita
22
e) Menanggalkan pakaian bagian bawah
f) Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
g) Menyiapkan posisi klien
h) Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
j) Lakukan vulva higyene
k) Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
l) Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan tangan
kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra
sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas
panjang.
m) Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk
pemeriksaan. Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk
menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke
dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
23
2.7 Prosedur Perhitungan Urin Output
Monitor intake merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk
kedalam tubuh.
Intake/asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang
lebih 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan
lain
Monitor Output merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang keluar
dari tubuh.
B. Tujuan
C. Indikasi
24
6. Penurunan haluaran urine
7. Infus intravena
E. Prosedur
1. Prosedur Tindakan
a. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri atas :
- Air minum
-Cairan intravena
b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri atas:
-Urine
-Keringat
25
-Feses
-Muntah
IWLü
26
c. IWL
2. Prosedur Perhitungan
a. Mencari Input
-Perhitungan makanan
-Perhitungan infuse
-Perhitungan air
- Perhitungan metabolism
Rumus metabolism :
5cc 5 cc
Kg BB m.24 jam = Kg BB
24 Jam
Mencari Outputü
Perhitungan feses
Perhitungan IWL
Perhitungan urine
27
Rumus urine:
1cc 1cc
Kg BB U.24 jam = Kg BB
24 Jam
1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml
per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per
hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal
dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang
yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
28
4. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Rumus I
15 x BB
Rumus II
39 = 15,6
40 = 15,8
Contoh :
29
f. Minum : 350 + Keringat : 50 + 2900
BB = 30 Kg
= 15 x 30
= 450
BB= 45 Kg
24
= 8262 : 24
= 344,25
30
2.8 Prosedur Pengukuran BJ Urin
Urinometer
Jika berat jenis lebih dari 1,030 maka member isyarat kemungkinanada glukosauria. Efek
fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulusadalah kehilangan kemampuan untuk
memekatkan urin. Berat jenis urin yangrendah menandakan persisten menunjukkan gangguan
pada fungsireabsorpsi tubulus (3).
31
Cara Mengukur BJ Urin dengan menggunakan Urinometer
2. Bahan
32
d. Jika merkuri yang digunakan harus dibatasi pada bulb.
e. Jika bahan perekat digunakan maka harus sedemikian rupa sehingga
tidak melunak pada suhu 80º C.
f. Skala harus berada diatas kertas putih mengkilap atau bahan lain yang
cocok.
Manufaktur, pengerjaan dan Penyelesaian.
a. Urinometer harus memiliki kekuatan yang baik, bebas dari gelembung, batu
atau cacat lainnya (S : 1382-1961*). Urinometer juga harus tertutup rapat dan
halus. Bulb yang berada dibagian bawah dari urinometer harus membuat
bahan pemberat didalamnya tidak keluar dari bulb bagaimanapun posisinya.
Bulb juga harus selalu terisi penuh sehingga membuat urinometer terapung di
semua rentang skala.
b. Sumbu dari stem harus sesuai dengan sumbu dari bulb.
c. Bagian silinder harus memiliki kekuatan yang baik, bebas dari gelembung,
batu atau cacat lainnya (S : 1382-1961*). Memiliki dinding dengan ketebalan
yang seragam dan halus dengan tepi atas yang dibulatkan, berdiri kokoh tanpa
goyang. Poros silinder harus vertikal ketika berdiri pada base yang horizontal
dan tidak akan robo jika ditempatkan pada bagian yang miring.
Persyaratan dari Hydrometer
a. Skala dan tulisan harus ditandai dengan jelas menggunakan tintahitam
permanen dengan ketebalan yang seragam.
b. Garis harus menunjukkan tidak ada penyimpangan jarak spasi .
c. Garis harus lurus dan berada pada sudut kanan dari urinometer.
d. Ketebalan dari garis harus tidak kurang dari 0,10 mm dan tidak lebihdari
0,20 mm.
e. Skala harus dikalibrasi pada 27 ° C. Ini akan berkisar dari 1.000sampai
I.060 dan dibagi menjadi 6 bagian utama dengan garis, dantiap 1 bagian
utama di bagi menjadi 10 garis.
33
f. Semakin lama garis pada skala akan memendek jika dilihat dari sisi
kiriskala. Setiap garis pada skala tidak akan menyentuh atau memotongskala
yang lain.
Kinerja
Urinometer harus mengapung dalam posisi dalam posisi tegak
danharus menunjukkan berat jenis (BJ) yang tepat dan menunjukkanskala
kurang lebih 0,001 pada 27 ° C ketika melayang di air suling.
Pengujian
Silinder harus terlebih dahulu diuji dengan cara direbus didalam
airselama 30 menit kemudian dimasukkan kedalam air sekitar 20 ° C
dantidak boleh ada yang chipping ataupun retak.
Penandaan
Setiap urinometer dan slinder harus memiliki tanda yang terbaca
dantidak terhapuskan yaitu :
a. Nama produsen, inisial nama dan merek dagang
b. Simbol '27 ° C', untuk menunjukkan bahwa itu dikalibrasi pada 27 °
Curinometer dan sinder juga harus ditandai dengan Sertifikasi IS1 Mark.
Packing
a. Urinometer dan slinder dikemas dan diberikan atas persetujuan
antaraprodusen dan pembeli
b. Urinometer dan slinder harus dibungkus individual (terpisah)
denganmenggunakan kertas tipis dan dikemas dalam kardus karton
denganbantalan dalam kapas
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan defekasi dengan
menstimulasi peristaltik. Penyakit tertentu menyebabkan kondisi – kondisi yang mencegah
pengeluaran fases secara normal dari rectum, sehingga menyebabkan membuat suatu lubang
dibagian usus, tepatnya didaerah kolon,seperti kolon asenden, traversum, desenden.
Dari paparan makalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa ada prosedur penggunaaan
urinometer, standar spesifikasi yang telah ditetapkan,beserta dengan uji pemenuhan standar
spesifikasi tersebut sebelum digunakan sebagai salah satu alat kesehatan gelas non steril.
35
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan- kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih,Tri. 2009,KDPK KEBIDANAN Teori dan Aplikasi,
Jogjakarta, Nuha Medika.
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Uliyah,musrifatul dan Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008, KDPK untuk kebidanan. Penerbit
Salemba Medika:Jakarta.
37