Anda di halaman 1dari 16

Proses perubahan keseimbangan cairan

elektrolit dan asam basa

1. 1. BAB I PENDAHULUAN
2. 1.1 Latar Belakang Cairan dan elektrolit
sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab,
cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan
anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen
kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi

Impuls saraf. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang

normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi
mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu
Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit,
komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh
manusia, fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia, pergerakan cairan dan elektrolit
tubuh manusia, keseimbangan cairan dan elektrolit, faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan elektolit.

3. 2. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit? 2. Apa saja
komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia? 3. Bagaimana cairan dan elektolit
dalam tubuh manusia? 4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia? 5.
Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia? 6. Bagaimana Proses
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit? 7. Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit? 8. Apa saja gangguan keseimbangan
cairan dan elektolit ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari
cairan dan elektrolit 2. Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia 3. Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam
tubuh manusia 4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam
tubuh manusia? 5. Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit
tubuh manusia 6. Untuk mengetahui dan memahami proses keseimbangan cairan dan
elektrolit 7. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit 8. Untuk mengetahui dan memahami gangguan
keseimbangan cairan dan elektolit

3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit Cairan tubuh adalah cairan
yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke

seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. 2.2 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh
Manusia Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut) 1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya. 2.
Solut(terlarut) Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)

elektrolit dannon- elektrolit. a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam


larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama
lain( miliekuivalen/liter ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam
larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L) §
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama
adalah natrium (Na ), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K ). Sistem
pompa˖ ˖ terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

§ Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama
adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4 ).ɜ b. Non-
elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara
klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

4. 4. 2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh 2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia Agar dapat
mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan
elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut
dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati
proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50
liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas- air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit

5. dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+ , Mg+ , sedikit Na+ . Elektolit anion terbanyak adalah HPO4 2- , protein-protein,
sedikit HCO3 - , SO4 2- , Cl- Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang
terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi
cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat

dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna
mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang
normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang
berperan adalah : kation dan anion. 2.3.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia Zat terlarut yang ada
dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,

seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan


elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari
elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah
ini : N o. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma 1. Kation : Natrium (Na+)
Kalium (K+) 144,0 mEq 5,0 mEq 137,0 mEq 4,7 mEq 10 mEq 141 mEq

6. 5. Kalsium (Ca++) Magnesium (Mg ++) 2,5 mEq 1,5 mEq 2,4 mEq 1,4 mEq 0 31 mEq 2.
. Anion : Klorida (Cl-) Bikarbonat (HCO3-) Fosfat (HPO42-) Sulfat (SO42-) Protein
107,0 mEq 27,0 mEq 2,0 mEq 0,5 mEq 1,2 mEq 112,7 mEq 28,3 mEq 2,0 mEq 0,5 mEq
0,2 mEq 4 mEq 10 mEq 11 mEq 1 mEq 4 mEq 2.4 Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam
Tubuh Manusia 2.4.1 Fungsi Cairan dalam Tubuh a. Dalam proses metabolisme yang
terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat
nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
7. b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping
hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon
dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh
seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel, e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. f. Selain itu sebagai
pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ±
37C. 2.4.2 Fungsi Elektrolit dalam Tubuh a. Membantu dalam perpindahan cairan antara
ruangan dalam sel dan di luar sel terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah
natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan. b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah
dengan adanya sistem bufer. c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES
dan CIS maka akan terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot. 2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh

8. 6. REGULASI CAIRAN DALAM TUBUH meliputi hubungan timbal balik antara


sejumlah komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan,
ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan
elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler
darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel.
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu : a.
Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area

berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan
elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi
di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran
molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan. b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan
cairan melintasi membrane semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang
berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua
sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang
tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid
(tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.

c. TRANSPORT AKTIF. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya. Dengan kata
lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk
mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui
suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”. 2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
2.6.1 Keseimbangan Cairan Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus,
hormone anti-diuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
1) Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa
haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang
terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan osmolalitas pada cairan
ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul
akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut : a) Penurunan perfusi ginjal
merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab meneruskan
sensasi haus.

9. 7. b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan


mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus. c) Rasa haus dapat
diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar. Selain itu, rasa
haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman akibat
penurunan saliva. 2) Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di
dalam neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat
terjadi pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa
jenis anestetik dan obat- obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel.
ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada
arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah. 3) Hormon aldosteron. Hormon ini
disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan
absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan sistem rennin-
angiotensin. 4) Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat
di banyak jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah,
kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium. 5) Glukortikoid. Glukortikoid
meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar volume darah dan
mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukortikoid
mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong, 2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran
cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,
yakni kulit, paru- paru, pencernaan, dan ginjal. a. Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit
diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan
pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang
tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah
insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari. b. Paru-
paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau
kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
10. 8. c. Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem
pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan
adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap
kenaikan suhu 10 C. d. Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang
utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
2.6.2 Keseimbangan Elektrolit Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total
konsentrasi elektrolit akan memengaruhi keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit
berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan
cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi
neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion. a)
Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi : Ø Natrium(Na+ ). Natrium
merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium diatur oleh ADH dan
aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan keluar sel, tetapi
juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan dalam
pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi utama
natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel
dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”. Regulasi ion
natrium dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran urin. Ø
Kalium(K+ ). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium
diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion
kalium di tubulus ginjal. Ø Calcium(Ca2+ ). Membentuk garam bersama dengan fosfat,
carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat,
meningkatkan fungsi syaraf dan muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan
darah dengan proses pengaktifan protrombin dan thrombin. Sumber : susu dengan
kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll. b) Anion. Anion yang terdapat dalam
tubuh meliputi : Ø Klorida (Cl- ). Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan
ekstrasel. Klorida berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal
klorida adalah 95-105 mEq/l. Ø Bikarbonat(Cl- ). Bikarbonat merupakan buffer kimia
utama dalam tubuh yang terdapat di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat
dilakukan oleh ginjal. Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l. Ø Fosfat(PO4 2- ).
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat berfungsi
membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain itu, fosfat
juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asam-
basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.
11. 9. 2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Faktor-
faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain: a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.
Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan
yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan
pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi
ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal b. Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh
terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan
laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. c. Iklim Normalnya, individu yang tinggal
di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran
cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap
individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan
kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang
yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. d. Diet Diet seseorang
berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak
seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
12. 10. e. Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. f. Penyakit Kondisi sakit sangat
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL,penyakit
ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh g. Tindakan Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek
sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh. i. Pembedahan Klien yang menjalani pembedahan beresiko
tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit 2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit
volume cairan atau sebaliknya. 1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]).
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan
dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia.
Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
13. 11. interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit
volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu : a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi
apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar
Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l. b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan
yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
130-150 mEq/l. c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130
mEq/l. Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa
perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan
perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,
seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau
natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam
waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih.
Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi : a.
Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu
dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih
dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau
pembuluh darah. b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan
mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar
152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung. c. Dehidrasi berat. Kondisi ini
terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-
166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi. 2. Volume cairan
berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah
kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium
di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi
umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul
terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di
daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung
hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik
tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya
pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan
penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan
ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang
14. 12. menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan
cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan
interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi
edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi
basah. 2.6.2 Gangguan keseimbangan elektrolit Gangguan keseimbangan elektrolit
meliputi : a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar
natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta
asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah
sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic
hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis
diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi
cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan
koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l
dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan
ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini
mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi
asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan
cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya
meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis
urine >11,30. b. Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar
kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya,
ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau
perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi
usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan
kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan
sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan
menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium
masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas,
irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG
didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang. c. Hipokalsemia
dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel.
Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
15. 13. tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari
tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda
Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada
cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang
pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri
punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum
>5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil
rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang
menyebar. d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila
kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus
yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang
hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.
Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski
jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang
mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala
hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi
pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum
>3,4 mEq/l. e. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar
ion klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi
gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan
nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
adalah nilai ion klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida
serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa
menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya
adalah nilai ion klorida >105 mEq/l. f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia.
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul
akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan
ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi,
ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia,
pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar.
16. 14. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan
laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan
fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu
peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala
gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4
mg/dl atau 3,0 mEq/l. 1. EDEMA A. Pengertian Edema Edema adalah akumulasi
abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di antara sel) atau jaringan tubuh yang
menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang normal secara umum cairan tubuh yang
terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua ruangan yaitu pembuluh darah dan ruang
– ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan pada keseimbangan pengaturan cairan
tubuh, maka cairan dapat berakumulasi berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga
menimbulkan edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan
adakalanya dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga – rongga tubuh seperti perut
dada dan rongga perut. B. Penyebab Edema Pada Kaki Oya, perlu Anda ketahui, kondisi
pembengkakan ini umumnya terjadi pada beberapa bagian tubuh yang sangat aktif. Dan
salah satu bagian tubuh yang dimaksud adalah kaki, dan beberapa bagian tubuh sekitar
kaki. Adapun penyebabnya sendiri antar lain: 1. Penggumpalan darah pada kaki. 2.
Terjadinya pembesaran pembuluh darah vena. 3. Tidak bergerak dalam kurun waktu yang
lama. 4. Cuaca yang teramat panas. 5. Akibat luka bakar. 6. Tekanan yang mengganggu
aliran darah. C. Cara mengobati 1. Lakukan olah raga secara rutin dan teratur. 2.
Budayakan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. 3. Usahakan untuk senantiasa
bergerak dan tidak terlalu lama diam. 4. Perbanyak mengonsumsi air putih.
17. 15. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
18. 16. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume
cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari
berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu
pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ
tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal. Keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman
yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan
tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga
lebih banyak. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis,
pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
3.2 Saran Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah
kami selanjutnya DAFTAR PUSTAKA  A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: Salemba Medika.
19. 17.  Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.  dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan  Elizabeth J. Corwin
Buku Saku Patofisiologi  Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien
Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG  Syaifudin, Drs. 2012.
Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC

Recommended


Test Prep: PSAT

Online Course - LinkedIn Learning


Learning How to Increase Learner Engagement

Online Course - LinkedIn Learning


Learning to Write a Syllabus

Online Course - LinkedIn Learning


Askep keb cairan elektrolit

rizkytrikaruna

Keseimbangan Asam - Basa

sasmiyanto

Keseimbangan cairan dan elektrolit

Viodeta Viodeta


Keseimbangan cairan & elektrolit

Hasanuddin University

(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Moh. Wildan

Cairan

Operator Warnet Vast Raha

Anda mungkin juga menyukai